Pbm.docx

  • Uploaded by: Azis Doank
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pbm.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,831
  • Pages: 12
Pasis Jenris Yulmal Vinas, ijin menanggapi mengenai Judul yang sudah penyaji sajikan. Judul yang disajikan masih terlalu umum, saran dibuat lebih spesifik agar lebih mengerucut dalam pembahasannya. Saran Judul " TANTANGAN PERANG MASA DEPAN DIHADAPKAN DENGAN TEORI DAN SPEKTRUM ANCAMAN ".

Pasis syamsul. sepakat dengan penyaji judul PERANG MASA DEPAN. dan tidak sependapat dengan Pasis jenris karena menurut saya apa yg di sarankan pasis jenris di tuangkan di dalam pendahuluan saja. tidak perlu dibuat judul yang sangat sempit jadi tidak menarik. tks.

Pasis wahyu yunus sama dengan pasis Zein setuju dengan saran JUDUL dari Pasis Jenris " TANTANGAN PERANG MASA DEPAN DIHADAPKAN DENGAN TEORI DAN SPEKTRUM ANCAMAN

Pasis Agus Wibowo Nosis 57068 ijin menyarankan untuk judul "FENOMENA ANCAMAN PERANG YANG AKAN DIHADAPI PADA MASA MENDATANG"

Kami sependapat dengan saran JUDUL dari Pasis Jenris " TANTANGAN PERANG MASA DEPAN DIHADAPKAN DENGAN TEORI DAN SPEKTRUM ANCAMAN " Berkaiatan dengan pokok pokok persoalan yang akan di bahas, yang ada pada TOR /LT

Pasis Masykur Akmal, setuju dengan penyaji untuk judul BENTUK PERANG MASA YANG AKAN DATANG (PERANG MASA DEPAN) saran ditambahkan KAJIAN BENTUK PERANG MASA YANG AKAN DATANG (PERANG MASA DEPAN)

rekan pasis terdapat 5 artenatif judul yang saran dari pok XV 1. BENTUK PERANG MASA YANG AKAN DATANG (PERANG MASA DEPAN) 2. TANTANGAN PERANG MASA DEPAN DIHADAPKAN DENGAN TEORI DAN SPEKTRUM ANCAMAN 3. PENGARUH DINAMIKA ANCAMAN TERHADAP BENTUK PERANG MASA DEPAN PADA SISTEM PERTAHANAN NEGARA" 4. FENOMENA ANCAMAN PERANG YANG AKAN DIHADAPI PADA MASA MENDATAN 5. PENGARUH PERKEMBANGAN ANCAMAN TERHADAP YANG BERIMPLIKASI PADA PERTAHANAN NEGARA

PERANG MASA DEPAN

Judul kelompok XV. PENGARUH DINAMIKA ANCAMAN TERHADAP BENTUK PERANG MASA DEPAN PADA SISTEM PERTAHANAN NEGARA

Pendahuluan. (tambahan alenia kedua) Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di artikan sebagai pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas teknologi dan industri. Hal ini tercermin dari filosofi Clausewitz bahwa "Barang siapa menguasai ketinggian maka akan menguasai dunia". Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan atas ketinggian harus dicapai oleh teknologi. Teori perang terus berkembang seiring dengan perkembangan waktu, Teori perang diantaranya adalah, Teori Just War yang dikemukakan oleh Santo Agustinus, Teori Balance of Power yang dikemukakan oleh Hans Morgantheau, Kaplan dan Ernest Hass, Teori Center Of Gravity yang dikemukakan oleh Sun Tzu, Teori Clash Of Cland yang dikemukakan oleh Samuel Huntington serta Teori Konspirasi yang dikemukakan oleh Robert A. Wilson dan David R. Grimes. Perang dalam studi keamanan dan pertahanan merupakan satu isu yang tidak bisa dilepaskan. Ketika berbicara tentang keamanan dimana terkait dengan bentuk ancaman dari dalam. Seringkali opsi perang menjadi opsi terakhir dalam menyelesaikankonflik, seperti misalnya Perang Saudara atau perang antara sipil militer. Sedangkan dalam konteks pertahanan yang terkait dengan bentuk ancaman dari luar berkaitan erat dengan perang antar negara sebagai diplomasi terakhir. Sejauh ini, perang dalam konteks tataran domestik atau nasional maupun internasional telah mengalami perkembangan. Dari sisi praktik hingga teoritis terutama dalam kajian Keamanan dan Pertahanan. Berdasarkan analisa strategis dan terhadap hakikat ancaman yang sangat dinamis, sehingga memungkinkan terjadinya penggabungan berbagai jenis ancaman. Karenanya ancaman saat ini dan masa depan dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu ancaman militer baik bersenjata dan tidak bersenjata, ancaman nonmiliter, dan ancaman hibrida. Spektrum ancaman pada masa yang akan datang terdiri dari ancaman nyata dan ancaman belum nyata. Ancaman nyata merupakan ancaman yang sering terjadi dan dihadapi setiap saat, dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman nyata merupakan bentuk ancaman yang menjadi prioritas dalam

penanganannya,

meliputi:

terorisme

dan

radikalisme,

separatisme

dan

pemberontakan bersenjata, bencana alam, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan

dan pencurian kekayaan alam, wabah penyakit, serangan siber dan spionase, serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba (Strategi Hanneg 2015). Di sisi lain, ancaman belum nyata merupakan bentuk ancaman yang terbuka atau perang konvensional, dimana yang berhadapan adalah kekuatan angkatan bersenjata kedua negara. Untuk saat ini dan ke depan kemungkinannya masih kecil terjadi terhadap Indonesia. Hal ini dipertegas melalui piagam PBB, bahwa semua negara di dunia berkomitmen untuk saling menghormati kedaulatan dan kepentingan asional masing-masing. Meskipun demikian, sebagai bangsa yang memiliki potensi luar biasa, kewaspadaan harus tetap dijaga mengingat bentuk ancaman bersifat dinamis, serta dapat berubah menjadi ancaman nyata ketika kepentingan nasional dan kehormatan negara terusik (Strategi Hanneg 2015)

Data dan fakta “Balance of Power ialah usaha suatu negara untuk mengimbangi kekuatan negara lain yang mengancam keamananya. Ancaman dapat berasal dari suatu negara atau blok kekuatan yang terdiri dari gabungan-gabungan negara.” Untuk melengkapi hal tersebut mungkin sebelumnya bisa ditambahkan penjelasan tentang: Balance of Power mempunyai tipe-tipe yaitu unipolarity, bipolarity, dan multipolarity. Unipolarity ialah kondisi dimana hanya satu negara yang mempunyai kekuatan besar dibandingkan dengan kekuatan lain. Para peniliti percaya bahwa Amerika Serikat adalah negara superpower dan tidak ada yang dapat menyainginya. Bipolarity adalah kondisi dimana terjadi pemusatan kekuatan di dua negara atau dua blok (aliansi). Kondisi terjadi ketika masa Perang Dunia II dimana Amerika Serikat dan Uni Soviet diyakini berada pada puncak kekuatan dibandingkan negara-negara lainnya. Multipolarity adalah kondisi setidaknya terdapat tiga negara atau blok (aliansi) yang mempunyai kekuatan yang sangat besar. Hal ini terjadi pada abad 19 dimana beberapa kerajaan atau negara saling beraliansi satu sama yang lain untuk melawan kerajaan atau kekaisaran yang lebih besar. (pasis Imam) Bentuk perang masa depan Pada jaman sekarang ini, strategi perang terbentuk dengan dengan pengaruh perkembangan kemajuan teknologi dimana mengubah bentuk senjata, sistem pertahanan, cara memperoleh informasi dan lain – lain yang terkait dengan perang. Taktik dan teknik berperang akan mengandalkan penggunaan satelit, kecanggihan teknologi informasi / komunikasi dan senjata mematikan dengan kemampuan yang luar biasa. Perkembangan teknologi yang demikian pesatnya telah digunakan oelh para ahli untuk menciptakan suatu alat yang dapat menangkal ancaman yang mungkin timbul, dan hal itu tidak hanya dunia militer saja, akan tetapi telah masuk dalam dunia ekonomi, industri, sosial, politik, ideologi dan berbagai aspek lainnya. Dalam dunia kemiliteran khususnya

perang informasi merupakan suatu bentuk perang baru. Negara yang memiliki informasi yang paling banyak dan aktual akan berada pada posisi tertinggi karena dengan informasi suatu negara akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk dapat menangkis berbagai ancaman yang menurutnya berbahaya . (pasis Rangkuti) Perang modern sering didefinisikan sebagai konflik bersenjata diantara negaranegara, meskipun komunitas politik lain ikut berperang seperti kelompok etnis dan agama, gerakan ideologis, organisasi teroris, geng narkoba dan "aktor non-negara" lainnya. Perang juga dikategorikan berdasarkan jenis senjata yang digunakan untuk melakukan itu, seperti dalam istilah "perang konvensional" dan "perang non konvensional." Sebuah perbedaan kontroversial dibuat antara perang terbatas dan perang total, di mana perang dibagi berdasarkan ruang lingkup, dinyatakan atau tujuan peserta yang jelas, dan sejauh mana militer menargetkan warga sipil, moral musuh, atau infrastruktur ekonomi. Literatur ilmu sosial mendefinisikan ambang minimal kekerasan politik massa sebagai perang, sebagai lawan kerusuhan atau penggunaan kekuatan komunal lainnya. Dalam menuju spectrum perang yang merupakan suatu bentangan yang meliputi berbagai bentuk perang. Perlu dipahami bahwa batas antara perang dingin , perang terbatas dan bentuk-bentuk peperangan lainnya dewasa ini menjadi semakin kabur. Adapun beberapa bentuk perang didefinisikan yaitu pertama, Perang Dingin, yaitu suatu bentuk perang yang pada umumnya tidak menggunakan angkatan senjata secara langsung ,tetapi mengutamakan pemanfaatan cara alat dan kebutuhan ideology politik ,ekoonomi,teknologi, psikologi,social dan alat-alat lain untuk mencapai atau menbantu tercapainya tujuan nasional; kedua, Perang Terbatas yaitu suatu bentuk perang dimana masing-masing pihak yang berperang secara sadar membatasi tujuan ,alat dan kekuasaan angkatan bersenjata yang dikerahkan serta membatasi daerah dimana perang itu dilakukan.; ketiga, Perang Umum, yaitu suatu persengketaan bersenjata antara dua Negara adikuasa secara langsung yang dapat melibatkan negara-negara sekutunya. Perang ini ditandai oleh tidak adanya pembatasan bagi Negara-negara yang memiliki kemampuan nuklir,biologi dan kimia. Perang umum dapat mengakibatkan ancaman bagi kelangsungan hidup semua Negara di dunia; keempat, Perang Revolusioner (Perang Pembebasan Nasional). Pada hakekatnya “perang revolusioner” dilakukan oleh rakyat Negara itu sendiri. Balance of power adalah salah satu teori hubungan internasional yang menekankan pada efektifitas kontrol terhadap kekuatan sebuah negara oleh kekuatan negara-negara lain. Kontrol yang terjadi berupa distribusi kekuatan negara pesaing ataupun aliansi. Balance of power memiliki asumsi dasar bahwa ketika sebuah negara yang dominan meningkatkan kekuatannya secara lebih agresif, maka negara-negara kecil yang merasa terancam akan merespon dengan beraliansi dengan negara besar untuk menjaga keamanan negara

mereka dari ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh negara yang dominan. Sebagai contoh seperti saat Perang Dingin, Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara yang berkuasa pada saat itu terus menyeimbangkan kekuatan mereka dengan meningkatkan kapabilitas militer dan juga membentuk aliansi-aliansi dengan negara-negara lain. Balance of power dimaksudkan dengan tujuan agar tercipta keteraturan dalam struktur internasional. (Pasis Agus)

"Munculnya beberapa negara yang berambisi menjadi negara superpower dan berpengaruh di kawasan maupun di dunia internasional seperti Rusia, Tiongkok dan India telah mempengaruhi pergeseran geopolitik baru di kawasan Asia Pasifik. Hal ini ditandai dari beberapa indikasi diantaranya proyeksi kebijakan luar negeri AS ke kawasan Asia Pasifik, penempatan pasukan infanteri, unit perumahan temporer dan stasiun kontrol lalu lintasudara di pangkalan udara Suriah yang dilengkapi Tank T-90 dan arteleri Rusia, peningkatan anggaran pertahanan Tiongkok, meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea, dan meningkatnya ketegangan Tiongkok dengan Jepang serta terus meningkatnya ketegangan di Laut Tiongkok Selatan (LTS) sebagai akibat dari upaya negara-negara di kawasan untuk memperkuat pengaruhnya. Sementara itu di Asia Selatan, India terus memperkuat pengaruhnya dengan pembangunan kekuatan angkatan lautnya untuk mengimbangi kekuatan Angkatan Laut Tiongkok dan memperbesar penguasaan laut di Samudera Hindia." (pasis Imvan)

A. Pada 2030, Angkatan Laut Cina diproyeksikan bertransformasi dari pasukan sederhana yang berorientasi pada pertahanan pesisir (brown water) dan pertahanan regional (green water) menjadi armada ekspansi secara global (blue water) seperti Amerika Serikat ; dan B. Armada perang laut Cina akan lebih digdaya ketimbang AS pada 2030. Pada 2000, Cina hanya punya 163 kapal perang, berbanding jauh dengan AS yang memiliki 226 kapal. Selang enam tahun kemudian, selisih itu menipis jadi 183 kapal milik Cina, berbanding 188 kapal AS . Data dan fakta diatas menunjukan bahwa Cina memperluas dan mengembangkan kekuatan armada laut demi melindungi kepentingan ekonominya yang sedang mekar, terutama memperkuat pertahanan di Samudera Pasifik dan Hindia. (pasis ritonga)

Pertama, Antara 1648 (Perjanjian Westphali) sampai 1789 (revolusi Perancis) bisa dianggap sebagai jaman keemasan sistem balance of power klasik yang pertama. Kedua, pada tahun 1815 – 1914 bisa dianggap sebagai jaman keemasan kedua sistem balance of powerklasik. Perancis, dengan berdirinya kembali dinasti Bourbon, diijinkan tetap

menduduki peringkat negara besar. Negara-negara tersebut. Antara lain Inggris, Prusia, Austria – Hongaria, dan Rusia. Ketiga, Masa perang dunia di abad 20, bisa dianggap sebagai abad revolusioner. Kekuatan-kekuatan yang mendestabilisasi pada abad ke 20, terutama berasal dari nasionalisme imperialis yang dirasionalisasikan dalam ideologiideologi yang bersifat eksklusivis. Pada awal abad tersebut terdapat paling tidak 3 macam pergerakan yaitu: Fasisme Italia dan Jerman di bawah kepemimpinan Mussolini dan Hitler. Komunisme Uni Soviet dan China, serta kapitalisme perdagangan bebas pasca Perang Dunia II yang dipimpin oleh Asbe serta sekutu-sekutu utamanya. Keempat, Masa Perang Dingin, kedahsyatan senjata nuklir sejak perang dunia II sangat berpengaruh dalam meredam konflik Perang Dingin. AS – US yang sudah diambang perang nuklir global (krisis rudal Kuba – 1962) .(pasis syamsul)

Secara sederhana, konsep balance of power adalah sebuah konsep dimana negara akan berusaha menyeimbangkan dan menyetarakan kekuatan mereka sehingga dapat menciptakan sebuah kerja sama antar negara di tengah situasi yang kompetitif. Ralph Pettman dalam karyanya yang berjudul The Balance of Power menjelaskan bahwa balance of power merupakan konsep dasar yang digunakan dalam teori negara konvensional untuk menjelaskan situasi dan kondisi perpolitikan internasional (Pettman, 1991). Konsep ini muncul ketika sistem internasional yang anarki kemudian mendorong negara untuk selalu bersifat agresif dalam mengejar akumulasi power. Kondisi ini pada akhirnya memunculkan situasi security dilemma yang menempatkan negara di antara dua pertimbangan yang sulit yaitu di satu sisi mereka harus menjaga kestabilan sistem internasional dengan membatasi akumulasi power mereka namun di lain sisi mereka juga perlu meningkatkan power yang mereka miliki agar dapat mencapai kepentingan mereka (Paul et.al, 2004). Ketika negaranegara menghadapi dilema tersebut, konsep balance of power kemudian ditawarkan oleh para pemikir realis sebagai salah satu win-win solution bagi negara-negara dalam sistem internasional karena di satu sisi stabilitas sistem dapat dijaga dan di sisi lain ketakutanketakutan negara akan peningkatan power negara lain dapat diredam. (pasis zainullah)

Balance of power adalah salah satu teori yang menekankan pada efektivitas kontrol terhadap kekuatan sebuah negara oleh kekuatan negara-negara lain. Terminologi balance of power merujuk pada distribusi kapabilitas negara pesaing maupun aliansi yang ada. Semisal, Amerika Serikat dan Uni Soviet yang memiliki perseimbangan kekuatan yang sama selama masa Perang Dingin tahun 1970 an - 1980 an. Persaingan kedua adidaya tersebut

semasa

itu,

membentuk

sebuah

perseimbangan kekuatan militer internasional.

keberlangsungan

control

terhadap

Adapun teori balance of power memiliki asumsi dasar bahwa ketika sebuah negara meningkatkan atau mengunakan kekuatannya secara lebih agresif, negara-negara yang merasa terancam akan merespons dengan meningkatkan kekuatan mereka. Hal ini dikenal dengan istilah counter balancing coalition. Contoh kasus seperti munculnya kekuatan Jerman menjelang Perang Dunia I (tahun 1914-1918). Yang memicu formasi koalisi antiJerman yang terdiri dari Uni Sovyet, Inggris, Perancis, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain. Signifikasi balance of power dalam Hubungan Internasional Berlandaskan kepada teori balance of power. Negara hendaknya merespons ancaman yang muncul terhadap pertahanan dan keamanannya dengan jalan meningkatkan kapabilitas kekuatan militer sambil melakukan aliansi. Kebijakan sebuah negara dalam usaha membangun aliansi berbasis geo-strategi guna mempertahankan teritorial dari ancaman ekspansi dikenal dengan istilah containment policy. Hal ini dapat dilihat secara kongkrit ketika Amerika Serikat menerapkan containment policy terhadap ancaman sosialisme komunis Uni Soviet. AS melakukan aliansi dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah, Eropa, dan Asia. Berikut juga upaya Amerika Serikat yang meningkatkan kapasitas kekuatan militer dan persenjataannya selama Perang Dingin. Secara teoritis, balance of power menganggap bahwa perubahan status dan kekuatan internasional. Khususnya upaya sebuah negara yang hendak menguasai sebuah kawasan tertentu, akan dapat menstrimulir aksi counter-balancing dari satu negara atau lebih. Dalam keadaan yang demikian, proses perseimbangan kekuatan dapat mendorong terjaganya stabilitas hubungan antar negara yang beraliansi alias merasa terancam. (passis ely)

Balance of power adalah konsepsi untuk mengatur dunia, meminimalisir konflik dengan cara memberikan distribusi kekuatan kepada negara-negara di dunia dengan proporsi tertentu. Ada yang menerjemahkannya dengan “pure balance” yang berarti benar-benar seimbang adalah keadaan ideal untuk meredam konflik. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa keseimbangan yang ideal adalah imbalance, dimana ada yang kuat dan yang lemah. Kondisi ini memaksa yang lemah untuk mengakui yang kuat dan “menghormati”-nya, sehingga konflik dapat diredam. (pasis masykur)

bentuk perang masa depan yang mencakup semua aspek maka perang antara kedua negara tersebut meluas sampai dengan perang dagang. Hal ini sejalan dengan beberapa model balance of power pada abad 21 sebagaimana dijelskan T. V. Paul dalam bukunya yang berjudul “Balance of Power and Practice in 21st Century” menyatakan Balance of

Power pada dasarnya terbagi atas 3 jenis, yaitu: Hard Balancing, Soft Balancing dan Asymmetric Balancing. (Pasis imam)

kami lebih sependapat dengan data dan fakta yang disampaikan oleh Pasis Samsul dikarenakan data yang disajikan oleh Penyaji lebih bersifat ke teori yang sebaiknya digunakan sebagai poin analisa untuk menganalisa bagaimana teori balance of power ini dihadapkan dengan konsep perang pada masa depan. (pasis jenris)

ANALISA

Dari uraian di atas dapat diambil suatu analisa bahwa di era kontemporer, terciptanya kondisi perimbangan kekuatan yang berdampak bagi keamanan Asia tidak dapat dilepaskan dari pergeseran peta politik internasional pasca Perang Dingin dimana dunia memasuki tren multipolaritas. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya kekuatankekuatan baru dalam menyaingi pengaruh Amerika Serikat di kawasan Asia, terutama di wilayah timur. Akan tetapi sejauh ini, realitas masih menyatakan bahwa pergesaran pengaruh Amerika Serikat di Asia masih sulit untuk dipatahkan, karena terdapat beberapa negara di Asia yang masih bergantung pada bantuan Amerika Serikat, seperti Jepang dan Korea Selatan yang membutuhkan bantuan dari Amerika Serikat dengan adanya ancaman dari Korea Utara, kemudian Taiwan dan Filipina yang berlindung dari ancaman Tiongkok. Meski pengaruh Amerika Serikat di Asia, terutama di wilayah Asia Timur masih dapat dikatakan kuat, namun hal tersebut tidak menyurutkan kemunculan pandangan-pandangan yang menyatakan bahwa poros kekuatan dunia mulai bergerak ke wilayah Asia. Pemikiran tersebut didasarkan pada sikap dan pernyataan Tiongkok dan India yang menganggap Amerika Serikat tidak dapat mewujudkan tujuan internasional dalam bidang politik, ekonomi dan militer (Goldstein, 2003). Kedua negara tersebut dipandang sebagai dua emerging power Asia yang dianggap akan mampu secara perlahan menggeser hegemoni Amerika Serikat yang telah berlangsung sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua. Munculnya Tiongkok dan India dianggap mencerminkan konsep balance of power di kawasan Asia namun di sisi lain juga mendorong terciptanya balance of power di kawasan Asia Selatan dan Asia Timur mengingat keduanya dianggap sebagai ‘ancaman’ bagi tetanggatetangganya. Lebih jauh, ada tiga hal yang dapat mendorong terjadinya balance of power di kawasan Asia, yaitu perkembangan teknologi, kondisi geografi dan kekuatan nuklir. Perkembangan teknologi modern dapat menciptakan kesimbangan perilaku dalam periode kontemporer karena dapat mengubah pandangan dari negara-negara untuk merumuskan

ulang kepentingan yang hendak dicapainya di era kontemporer dewasa ini. Sedangkan dari sisi geografis, ukuran negara, konflik perbatasan, serta kedekatan dengan negara hegemon Amerika Serikat mendorong Asia untuk melakukan perimbangan kekuatan. Pengembangan senjata nuklir juga menjadi isu tersendiri di Asia yang menyebabkan semakin tingginya security dilemma di kontinen tersebut sehingga balance of power dipandang sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan tersebut (Goldstein, 2003) (pasis zainullah)

Bentuk perang yang akan dihadapi di masa datang dihadapi dengan teori Balance of Power adalah perang dimana ketika sebuah negara meningkatkan atau menggunakan kekuatannya secara lebih agresif, negara – negara yang merasa terancam akan merespons dengan meningkatkan kekuatan mereka khususnya di bidang teknologi. Merespons ancaman disini adalah dengan jalan mengkatkan kapabilitas kekuatan militernya di bidang teknologi sambil melakukan aliansi dengan negara lain. upaya sebuah negara yang hendak menguasai sebuah kawasan tertentu, akan dapat menstrimulir aksi counter- balancing dari satu negara atau lebih. Dalam keadaan yang demikian, proses perseimbangan kekuatan dapat mendorong terjaganya stabilitas hubungan antar negara yang beraliansi alias merasa terancam. (pasis rangkuti)

berdasarkan tulisan dari Davids Dickend, Direktur pusat kajian strategis Universitas Victoria di Wellington memiliki pandangan bahwa ada 4 faktor utama yang menjadi indikator yang mendukung terjadinya proses revolusi peperangan masa depan yaitu : 1) C4ISR (Command,

Control,

Communication,

Computer,

Intelligence,

Surveillance,

Reconnaissance). 2) Kerjasama antar matra, 3) Teknologi militer modern dan 4) Doktrin pertempuran modern. Kemampuan suatu Negara untuk mengoptimalkan aspek-aspek tersebut akan memberikan keunggulan dalam pembentukan Doktrin Militer/ pertempuran yang memadai dihadapkan dengan tantangan perang masa depan. (pasis dhanu)

Paradigma perang yang mengemuka di berbagai belahan dunia saat ini dan ke depan adalah timbulnya fenomena abstract war atau asymmetric warfare. Perang ini terjadi tanpa mobilisasi pasukan, tanpa perang terbuka namun cukup dengan mengerahkan kemampuan dan kecanggihan teknologi, informasi dan komunikasi yang dimiliki oleh suatu pihak dalam menaklukan pihak lawan. Perang pada masa depan akan cenderung menggunakan keunggulan teknologi, informasi dan komunikasi. Bentuk-bentuk perang tersebut, antara lain : • Perang Hibrida (Hybrid Warfare). • 'Network Centric Warfare’ (NCW).

• 'Perang berbasis teknologi ‘robotic’ dan ‘nano-technology’. • Perang Siber (Cyber Warfare). (pasis Masykur)

Apabila merujuk pada konsep perang masa depan sebagaimana dijelaskan dalam pendahuluan di atas, bahwa pemanfaatan dan pengerahan kemampuan dan kecanggihan teknologi, informasi dan komunikasi dalam lingkup sasaran di segala bidang, maka konsep perimbangan kekuatan tidak lagi hanya terkonsentrasi pada satu sektor kekuatan saja. Semua sektor kehidupan suatu negara merupakan wahana untuk melancarkan perang masa depan. Di era globalisasi multi dimensional, kecenderungan Negara bangsa berubah drastis. Kekuatan militer tidak lagi menjadi sebuah perhatian utama. Faktor geo-strategi yang dulu menjadi pertimbangan penting begitu memudar secara signifikan akibat perkembangan teknologi informasi dan transportasi. Sebagai gantinya, Negara bangsa lebih memperhatikan bagaimana membangun produktifitas ekonomi dan perdagangan secara lebih terbuka. Jadi bukan lagi untuk menjadi yang terkuat secara militer, namun lebih kepada yang terkuat secara ekonomi. Sebagaimana yang terjadi saat ini perang dagang antara Amerika Serikat dan China. (pasis Imam)

1. Perang masa depan dapat dikatakan sebagai perang generasi ke lima. Akhirakhir ini mulai muncul wacana tentang Generasi V Perang (Fifth Generation of Warfare) yang disebut sebagai “Information Operations/Warfare” melalui mass media, internet (cyber warrior) yang dapat menimbulkan kerusakan luar biasa di segala bidang (ekonomi, pertahanan, transportasi, politik

dll) . Dalam menghadapi Generasi IV dan Generasi V

perang ini, khususnya yang dikendalikan oleh “non-state actor” dan “rogue state” (states considered threatening to the world’s peace, such as being ruled by authoritarian regimes that severely restrict human rights, sponsor terrorism, and seek to proliferate weapons of mass destruction) Amerika Serikat menerapkan “nontrinity war” (war fought not by an army on behalf of a people nor directed by some form of government for one or both sides in the war) yakni dengan menerapkan “anticipatory strike”. Bahkan saat ini bersama sekutusekutunya AS menerapkan “Proliferation Security Initiatives”(PSI) yang memungkinkan negara-negara pendukung PSI mencegat kapal-kapal asing dan kapal-kapal lainnya yang berlayar di laut bebas dan di perairan nasional jika dicurigai membawa senjata pemusnah massal (WMD) dan atau bahan-bahannya untuk mencegah penyebarannya, khususnya dari atau ke negara-negara yang dicurigai mengembangkan senjata nuklir atau WMD lainnya. 2. Indonesia saat ini memasuki perang generasi kelima, yaitu perang yang tidak terlihat bentuknya secara fisik dan tidak menggunakan senjata. Melainkan, perang informasi dan

propaganda, ekonomi, dan cyber attack. Bahkan peperangan ini memanfaatkan warga lokal untuk memberontak pemerintah pusat yang berujung perang terbuka. Negara bisa hancur lebur tanpa tentara dari negara lain datang kepada kita. Aspek-aspek yang pembentuk Perang Generasi V adalah Kemajuan teknologi khususnya kemajuan bidang Internet, dampak peningkatan kemampuan, informasi sebagai pemberdayaan kekuatan dan pemerataan kekuatan, media sebagai organ independen yang lebih kuat, lebih luas, dan lebih mandiri dari sebelumnya, batas negara tidak lagi menjadi penghambat lalu lintas data. 3. itu untuk menghadapi ancaman dan bentuk perang dimasa mendatang harus segera di siapkan. Kemajuan Iptek harus dimanfaatkan untuk mendukung terwujudnya pertahanan negara yang kuat. Seiring derasnya arus globalisasi yang mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, berbagai negara telah berlomba-lomba dalam penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pertahanan negaranya. (pasis syamsul)

Terdapat dua keadaan dimana sistem balance of power dapat berfungsi secara efektif. Pertama, sekelompok negara dapat membentuk perseimbangan kekuatan ketika aliansi telah mencair. Dengan begitu relatif mudah untuk pecah maupun terbentuk kembali tergantung pada landasan pragmatis masing-masing negara. Hal ini meski harus menafikkan faktor nilai, agama, sejarah, hingga bahkan bentuk pemerintahan. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah negara dapat memerankan peran dominan dalam counterbalancing seperti Inggris pada abad XVIII hingga abad XIX. Kedua, yakni dua negara berbeda dapat saling melakukan perimbangan kekuatan dengan cara menyesuaikan kekuatan militer masing-masing. Kita dapat menilik bagaimana Amerika Serikat dan Uni Soviet yang secara bersamaan melakukan peningkatan kapabilitas militer. Untuk saling bersaing memperoleh posisi terkuat di dunia saat Perang Dingin berlangsung. (pasis ely)

Maka Analisa, dari segi : - Analisa ancamannya (Militer, Non Militer dan Hibrida) yaitu : Kekuatan militer tiongkok yang berada di laut cina selatan akan mempengaruhi perimbangan kekuatan bagi Negara – Negara di kawasan regional, khususnya Negara yg berbatasan langsung dengan laut cina selatan seperti Vietnam, Malaysia, Thailand dan singapura. - Fenomena bentuk perang masa depan nantinya yang bagaimana yang dominan dari analisa ancaman tadi (kemungkinan Militer) yaitu Indonesia yang tidak bersentuhan langsung dengan nine desh line tiongkok di laut cina selatan akan terkena dampak diberbagai bidang, terutama bidang Kemiliteran.

- Dikatikan dengan kesiapan Sistem Pertahanan Negara kita yang bersifat Semesta. Yaitu Indonesia harus membuat sistem pertahanan yg kuat utk menghadapi hal tsb yaitu dgn pembangunan kekuatan militer dikep. Natuna sbg perimbangan kekuatan (balance of power) bagi kekuatan tiongkok di laut cina selatan. (pasis imvan)

More Documents from "Azis Doank"