Pascapanen Rambutan.docx

  • Uploaded by: Virda Aziza
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pascapanen Rambutan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,355
  • Pages: 8
TEKNIK PANEN DAN PENANGANAN PASCAPANEN KOMODITAS RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pascapanen

Oleh: Virda Aziza

150510160174

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2019

Rambutan (Nephelium lappaceum L.) merupakan tanaman hortikultura asli Indonesia. Rambutan memiliki 22 jenis yang berasal dari galur murni maupun okulasi. Jenis-jenis rambutan antara lain: Rapiah, Lebak Bulus, Cimacan, Binjai, Sinyonya, dan lain-lain. Jenis-jenis rambutan tersebut dapat dibedakan berdasarkan tebal daging buah, bentuk buah, warna kulit, kandungan air, panjang rambut, dan lain-lain. Berdasarkan data statistik produksi hortikultura, pada tahun 2013 produksi rambutan di Indonesia sebesar 582.456 ton dan pada tahun 2014 angka tersebut meningkat menjadi 737.239 ton. Tingginya angka kebutuhan rambutan yang harus dipenuhi ini sering kali terhambat oleh sifat buah rambutan yang mudah layu. Oleh karena itu, penanganan pascapanen rambutan yang baik dan benar perlu dilakukan. Tahapan penanganan pascapanen rambutan adalah sebagai berikut: 1. Pemanenan

2. Pengumpulan dan penanganan di lapangan

3. Penyortiran

6. Pemilahan

5. Pengeringan

4. Pencucian

7. Pengemasan

8. Penyimpanan

9.Pengangkutan

Diagram 1. Tahapan penanganan pascapanen rambutan 1. Pemanenan Buah rambutan merupakan buah non klimakterik, yaitu buah yang pematangannya hanya terjadi di pohon dan tidak memerlukan pemeraman. Oleh karena itu, penentuan waktu panen rambutan sangat penting untuk penanganan pasca-panen selanjutnya. Pada komoditas ini, penentuan waktu panen dapat dilakukan dengan dua acara, yaitu secara visual dan komputasi. a. Cara visual Pemanenan rambutan dapat dilakukan secara visual dengan mengamati warna kulit buah. Selain warna kulit buah, warna spintern juga dapat menjadi indikator

penentuan waktu panen. Buah yang siap dipanen memiliki ciri telah berwarna merah atau kuning. Tiap jenis rambutan memiliki ciri buah matang yang berbeda. Untuk jenis Binjai, ciri buah yang siap dipanen memiliki warna merah gelap, sedangkan untuk jenis Lebak Bulus, ciri buah yang siap dipanen adalah buah yang telah berwarna merah kekuningan. Buah rambutan jenis Rapiah telah dikatakan masak dan sudah dapat dipanen ketika warna kulit buah berwarna hijau kekuningan.

Gambar 1. Buah rambutan Gambar 2. Buah rambutan Gambar 3. Buah rambutan jenis

Binjai.

Sumber: jenis

gambar google.

Lebak

Bulus. jenis

Sumber: gambar google.

Rapiah.

Sumber:

gambar google.

Pada beberapa jenis rambutan, buah yang telah matang memiliki ciri spintern yang telah berwarna merah, merah muda hingga kuning. Ketika buah telah matang, Total Padatan Terlarut (TPT) akan meningkat dan tingkat keasamannya akan menurun, sehingga buah yang dipanen terlalu cepat akan terasa lebih masam sedangkan buah yang dipanen terlalu lama akan terasa hambar. Untuk pasar ekspor, rambutan dipanen ketika badan buah telah berwarna merah namun spintern masih berwarna hijau. Hal ini bertujuan untuk memperpanjang daya simpan buah. b. Cara komputasi Penentuan waktu panen secara komputasi yaitu dengan penghitungan hari setelah berbunga. Buah rambutan dapat dipanen sekitar 104-110 hari setelah berbunga atau 16-28 hari setelah pecah warna. Periode pemanenan biasanya berlangsung pada musim hujan sekitar bulan November hingga Februari. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara memetik buah menggunakan gunting pangkas, galah bambu, pisau kecil dan tree pruner. Tree pruner memiliki penjepit untuk memegang tangkai buah, pisau pemotong yang berbentuk sabit,

dan plat pengunci yang bersifat lentur dan berfungsi agar tangkai buah yang dijepit tidak bergeser ketika pisau mengiris dahan. Alat ini terbuat dari galah yang telah ditambah jarring berkerangka dan disertai gunitng yang dikendalikan dari pangkal galah. Buah rambutan dipetik berikut dengan tangkainya. Pengambilan buah beserta tangkai bertujuan untuk mencegah pelukaan dan kontaminasi pada buah serta memudahkan pengelompokan ketika tahap pemilahan buah. Beserta pemanenan, dilakukan juga pemangkasan pohon dengan tujuan merangsang cabang untuk bertunas kembali.

Gambar

4.

rambutan

Pemetikan Gambar 5. Tree pruner. Gambar

menggunakan Sumber: gambar google.

6.

Pemetikan

rambutan menggunakan tree

gunting. Sumber: gambar

pruner.

google.

google.

Sumber:

gambar

2. Pengumpulan dan penanganan di lapangan Setelah pemanenan, buah rambutan diikat dengan baik dan dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon. Buah yang telah dipanen kemudian ditempatkan pada wadah plastik yang telah dialasi daun pisang atau koran untuk mencegah benturan pada buah. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika penempatan buah pada wadah antara lain: tinggi tumpukan, penataan buah, dan sirkulasi udara dalam wadah. Setiap wadah tidak boleh diisi melebihi kapasitasnya untuk memperkecil terjadinya kerusakan buah. Rambutan yang telah dipanen tidak boleh terkena matahari secara langsung ataupun ditinggalkan di tanah dalam periode yang lama. Ini untuk mencegah pelayuan dan kontaminasi pada buah. Untuk mencegah deteriorasi kualitas buah, buah harus langsung dipindahkan ke tempat penyortiran. 3. Penyortiran Buah rambutan disortir berdasarkan keseragaman dalam ukuran, kualitas, bentuk, dan warna. Buah yang kecil namun baik kualitasnya dapat dicampur dengan buah yang

besar dengan kualitas yang sama. Buah yang rusak, busuk, atau memiliki bentuk yang tidak teratur harus dibuang. Buah yang menunjukkan gejala penyakit juga harus segera dibuang untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Selain itu, buah juga dikelompokkan berdasarkan jenis-jenisnya. 4. Pencucian Pencucian bertujuan untuk membersihkan buah dari kotoran dan residu pestisida, Selain itu, pencucian juga dapat memberi efek pre-cooling pada buah. Untuk memperkecil terjadinya kerusakan, pada air pencucian ditambahkan larutan natrium hipoklorit sebanyak 100 ppm. Air pencucian harus diganti setelah sejumlah buah untuk menghindari kontaminasi.

Gambar 7. Pencucian buah rambutan. Sumber: gambar google. 5. Pengeringan Pengeringan dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa air yang ada pada permukaan buah. pengeringan dapat dilakukan menggunakan spinner, namun harus berhati-hati agar tidak mengakibatkan pelukaan pada spintern 6. Pemilahan Pemilahan merupakan penggolongan buah berdasarkan kriteria yang telah disepakati antara produsen dan konsumen. Selama proses pemilahan, buah harus dijaga dari sinar matahari secara langsung. Sinar matahari secara langsung dapat meningaktkan proses metabolisme sehingga mempercepat respirasi, pematangan, pelayuan, hingga pembusukan. Pada umumnya, pemilahan dilakukan berdasarkan kriteria kelas, ukuran, warna, kematangan, kebebasan penyakit, dan kerusakan mekanis. Standar mutu (SNI) buah rambutan yang telah dikeluarkan oleh BSN antara lain:

Kelas Buah

Berat (g/buah)

Super

>43

A

38-43

B

33-37

7. Pengemasan Pengemasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan pasar penjualan buah itu sendiri. Bila lokasi pasar tidak jauh dari rumah pengemasan, maka buah cukup diikat kemudian diangkut dengan kendaraan/dimasukkan dalam karung. Untuk pengiriman dengan jarak yang agak jauh (waktu perjalanan hingga 2-3 hari), pengemasan buah menggunakan peti. Sebelum dimasukkan dalam peti, buah yang terkena jamur direndam terlebih dahulu dalam larutan soda 1,5% selama 3-5 menit, kemudian disikat menggunakan sikat lunak. Setelah itu, buah dipisahkan dari tangkainya. Sebelum penyusunan buah, peti dialasi dengan lumut/sabut kelapa kemudian dialasi dengan kertas minyak. Setelah itu, buah disusun berbentuk sudut terhadap sisi peti. Setelah terisi penuh, lapisan atas dilapisi kembali dengan kertas minyak dan sabut kelapa kemudian ditutup dengan papan. Untuk pengemasan retail, pengemasan buah menggunakan tas polietilen atau container. Sedangkan untuk pengemasan campuran (bulk), pengemasan buah menggunakan container plastik dengan kualitas tinggi. Wadah tersebut digunakan untuk pengangkutan buah dari lapangan ke rumah pengemasan, pasar grosir, dan tujuan lainnya. Selain pengemasan dengan wadah tersebut, pengemasan juga dapat dilakukan menggunakan punnet, dengan kapasitas enam buah rambutan per punnet. Penggunaan wadah ini banyak dilakukan oleh petani rambutan di Queensland. Pengemasan juga dapat dilakukan menggunakan karton corrugated fiberboard (CFB) apabila produk akan diekspor. Pengemasan dengan karton tersebut disertai dengan penggunaan daun pisang dan tas polietilen untuk mempertahankan kesegaran dan kelembaban buah.

Gambar 8. Pengemasan Gambar 9. Pengemasan Gambar buah

dalam

container. buah

Sumber: gambar google.

dalam

10.

Pengemasan

punnet. buah dalam CFB. Sumber:

Sumber: gambar google.

gambar google.

8. Penyimpanan Umur simpan rambutan terbatas karena adanya pelayuan, browning, dan blackening. Ketika kulit buah layu, umur simpan buah berkurang menjadi 1-2 hari. Penyimpanan buah dilakukan pada ruang dengan suhu 10°C dan kelembaban yang tinggi (misalnya 95% RH). Penyimpanan dalam suhu rendah dapat memperpanjang umur simpan menjadi 10-16 hari. Penyimpanan dalam suhu rendah dapat mengurangi aktivitas respirasi dan metabolisme, proses penuaan, kehilangan air, kerusakan karena aktivitas mikroba, dan menghindari proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki (Broto, 2009). Akan tetapi, penyimpanan dengan suhu yang lebih rendah harus dihindari karena dapat mengakibatkan kerusakan (chilling injury) pada buah. 9. Pengangkutan Produk harus segera diangkut dan didistribusikan ke pasar-pasar tujuan. Sebelum pengangkutan, buah harus disusun secara tepat untuk mempertahankan sirkulasi udara dalam kemasan. Pengangkutan disarankan dilakukan pada malam hari, pagi-pagi sekali, atau sore hari untuk mengurangi deteriorasi akibat suhu yang tinggi.

Sumber: Broto, Wisnu. 2009. Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. O’Hare, T. J. 1995. Postharvest physiology and storage of rambutan. Postharvest Biology and Technology 6: 189-199. O’Hare, T.J., A. Prasad, A. W. Cooke. 1994. Low temperature and controlled atmosphere storage of rambutan. Postharvest Biology and Technology 4: 147-157.

Related Documents


More Documents from ""