Panduan-spo-perlindungan-terhadap-kekerasan-fisik Rafie Fix.docx

  • Uploaded by: Raff Habibie Rizzkhanbjm
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan-spo-perlindungan-terhadap-kekerasan-fisik Rafie Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,534
  • Pages: 36
PANDUAN PERLINDUNGAN KEKERASAN FISIK RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Disusun Oleh Rumah Sakit Islam Banjarmasin Alamat

: Jl. Letjend. S. Parman No 88 Banjarmasin Kode Pos 70115

Telp

: (0511) 3354896-3350332-3350335

Website

: [email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap Rumah sakit bertanggungjawab dalam memberikan perlindungan terhadap pasien yang mempunyai resiko tinggi. Beberapa pasien yang digolongkan risiko-tinggi didasarkan kepada umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis. Anak dan lanjut usia umumnya dimasukkan dalam kelompok ini karena mereka sering tidak dapat menyampaikan pendapatnya, tidak mengerti proses asuhan dan tidak dapat ikut memberi keputusan tentang asuhannya. Demikian pula, pasien yang ketakutan, bingung, atau koma dimana pasien tersebut tidak mampu memahami proses asuhan bila asuhan harus diberikan secara cepat dan efisien. Termasuk juga pasien yang memerlukan peralatan kompleks, yang diperlukan untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa (pasien dialisis), sifat pengobatan (penggunaan darah atau produk darah), potensi yang membahayakan pasien atau efek toksik dari obat berisiko tinggi (misalnya kemoterapi).

Perlindungan kepada pasien beresiko tinggi diselenggarakan melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan yang komprehensif. Perlindungan tersebut diperlukan untuk keamanan, keselamatan, perlindungan dari penyiksaan, kelalaian asuhan, tidak dilaksanakannya

pelayanan

atau

bantuan

dalam

kejadian

kebakaran

BAB II DEFINISI

1.

Pasien beresiko tinggi adalah pasien yang teridentifikasi mempunyai resiko tinggi berdasarkan kepada umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis. Termasuk juga pasien yang memerlukan peralatan kompleks, yang diperlukan untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa (pasien dialisis), sifat pengobatan (penggunaan darah atau produk darah), potensi yang membahayakan pasien atau efek toksik dari obat berisiko tinggi (misalnya kemoterapi), pasien yang ketakutan (tahanan), bingung, atau koma dimana pasien tersebut tidak mampu memahami proses asuhan bila asuhan harus diberikan secara cepat dan efisien.

2.

Kekerasan Fisik adalah ekspresi dari apa baik yang dilakukan secara fisik yang mencerminkan tindakan gresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang. Kekerasan fisik dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang.

3.

Perlindungan Pasien Beresiko adalah suatu upaya rumah sakit untuk melindungi pasien yang mempunyai resiko tinggi dari berbagai dampak yang mungkin terjadi akibat pemberian tindakan selama dalam proses pelayanan.

4. Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi dalam kurun waktu satu jam pertama kelahiran. Bayi Lahir Normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. 5.

Anak – Anak adalah masa yang dimulai dari periode bayi sampai masa pubertas yaitu 13-14 tahun.

6. Pasien cacat fisik/ gangguan mental Pasien dengan cacat fisik merupakan orang-orang yang cacat tubuhnya atau mereka yang tubuhnya tidak normal sehingga sebagian besar kemampuannya untuk berfungsi di masyarakat terhambat. Dilihat dari aspek fisik kelompok ini dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu: tuna netra, tuna rungu, dan tuna daksa. Gangguan mental adalah suatu keadaan dimana fungsi mental seseorang mengalami disfungsi. ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan terjadinya ketidaknormalan sikap dan tingkah laku yang dapat menghambat dalam proses penyesuaian diri. Dengan demikian gangguan mental ialah kondisi kejiwaan yang lemah (sakit), yang bisa merusak kepribadian dengan tingkah lakunya yang tidak normal (abnormal), serta mengakibatkan seseorang atau individu mengalami kesulitan bersosialisasi,

beraktualisasi, dan beradaptasi, yakni mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 7. Pelayanan pasien dengan lanjut usia Lanjut usia merupakan kelompok penduduk berusia 60 tahun keaatas juga mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan layanan kesehatan dan mendapat perlindungan terhadap adanya kekerasan fisik di layanan kesehatan. Hal ini dikarenakan kelompok lanjut usia merupakan kelompok yang rentan dan sering menjadi beban bagi kelompok penduduk lainnya. Perlindungan terhadap lanjut usia penting untuk menjaga kelangsungan hidup lanjut usia, mencegah terjadinya kerugian, dan pelanggaran hak terhadap lanjut usia. 8. Pasien dengan kasus emergency Keadaan emergency/ gawat darurat adalah suatu keadaan dimana pasien memerlukan pelayanan kesehatan segera karena mengalami serangan penyakit atau cedera yang bila tidak segera ditolong oleh dokter beserta timnya yang tepat dengan peralatan medis yang juga tepat, dapat mengancam jiwa orang tersebut, dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian. 9. Pasien yang memerlukan resusitasi Pasien yang memerlukan resusitasi adalah pasien yang memerlukan tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak atau usahausaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menJadi kematian biologis. 10. Pasien dengan penggunaan dan pemberian darah serta komponen darah (transfusi) Pasien yang teridentifikasi memerlukan pemberian darah/ produk darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau trombosit melalui IVagar dapat mengembalikan homeostasis tubuhnya. Tanpa darah yang cukup, seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan bahkan kematian. Oleh karena itu, tranfusi darah yang diberikan kepada pasien yang membutuhkannya sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa.

11. Pasien yang menggunakan peralatan BHD/ Koma Koma adalah suatu kondisi tidak sadar yang sangat dalam, sehingga tidak memberikan respons atas rangsangan rasa sakit atau rangsangan cahaya. Pasien Koma adalah pasien yang tidak dapat dibangunkan, tidak memberikan respons normal terhadap rasa sakit atau rangsangan cahaya, tidak memiliki siklus tidurbangun, dan tidak dapat melakukan tindakan sukarela. Koma dapat timbul karena berbagai kondisi, termasuk keracunan, keabnormalan metabolik, penyakit sistem saraf pusat, serta luka neorologis akut seperti stroke dan hipoksia, gegar otak karena kecelakaan berat terkena kepala dan terjadi pendarahaan di dalam tempurung kepala.

12. Pasien dengan penyakit menular atau daya tahan tubuh rendah Pasien dengan daya tahan tubuh rendah adalah pasien yang mengalami penurunan daya tahan tubuh akibat suatu pengobatan bagi penyakit utamanya yang disebut imunosupresi, atau diakibatkan karena penyakit tertentu yang dialaminya seperti HIV/AIDS. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologis seperti virus, bacteria, atau parasit. Bukan disebabkan oleh factor fisik seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan. 13. Pasien dialysis Hemodialisa (Dialyis) adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan/ pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane selektifpermeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat. 14. Pasien dengan alat pengaman restrain Restrain adalah teknik menahan gerakan pasien dengan cara menahan gerakan kepala, lengan, tangan, atau kaki untuk memudahkan pengelolaan perawat/ perawat gigi. Pasien dengan penggunaan restrain adalah pasien yang teridentifikasi mempunyai resiko jatuh sehingga memerluka tindakan pengamanan berupa pemasangan restrain.

15.Pasien tahanan Lembaga Pemasyarakatan Pasien dalam tahanan merupakan orang yang ditahan karena dituduh melakukan tindak pidana atau kejahatan atau pencurian dsb yang ditahan di lembaga pemasyarakatan dalam waktu yang telah ditentukan/ sesuai masa tahanan yang diberikan oleh pengadilan atas masalah/ perkara yang dilakukannya, akan tetapi para tahanan tersebut memerlukan perawatan rawat jalan/ rawat inap / tinggal di Rumah Sakit untuk pelaksanaan tindakan/ pengobatan sehubungan dengan kondisi penyakit dalam upaya memelihara kesehatannya, sehingga tidak dapat tinggal di lembaga pemasyarakatan atau dengan kata lain perlu pelayanan kesehatan yang paripurna .

BAB III RUANG LINGKUP Perlindungan pasien di Rumah Sakit Islam Banjarmasin dilakukan kepada pasienpasien yang digolongkan beresiko dikarenakan dapat mengalami hal-hal dibawah : 1. Bayi baru lahir (Neonatus) dan Anak – Anak Perlindungan kepada pasien bayi baru lahir dan anak dilakukan agar mereka dapat terhindar

dari

kekerasan

fisik.

Kekerasan

terhadap

bayi

meliputi

semua

bentuktindakan/ perlakuan menyakitkan secara fisik, pelayanan medis yang tidak standar seperti inkubator yang tidak layak pakai, penculikan, bayi tertukar dan penelantaran bayi. Kekerasan pada anak (child abuse) di rumah sakit adalah perlakuan kasar yang dapat menimbulkan penderitaan, kesengsaraan, penganiayaan fisik, seksual, penelantaraan (ditinggal oleh orangtuanya di rumah sakit), maupun emosional, yang diperoleh dari orang dewasa yang ada dilingkungan rumah sakit. Terjadinya kekerasan fisik adalah dengan penggunaan kekuasaan atau otoritasnya, terhadap anak yang tidak berdaya yang seharusnya diberikan perlindungan. 2. Lansia Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok rentan, yaitu semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang berperadaban. Salah satu kelompok rentan tersebut adalah orang-orang lanjut usia (lansia). Lansia rentan terhadap kekerasan. Kekerasan pada lansia adalah suatu kondisi ketika seorang lansia mengalami kekerasan oleh orang lain. Dalam banyak kasus, kekerasan fisik datang dari orang-orang yang mereka percayai. Sepeti : anggota keluarga atau orang yang berada pada posisi yang merekapercayai, seperti: pasangan hidup, anak, menantu, saudara, cucu, ataupun perawat. Karenanya, mencegah kekerasan pada lansia dan meningkatkan kesadaran akan hal ini, menjadi suatu tugas yang sulit. Kekerasan fisik pada lansia di rumah sakit, bias berupa perkosaan, pemukulan, dipermalukan/ diancam seperti anak kecil, diabaikan/ diterlantarkan, atau mendapatkan perawatan yang tidak standar.

.3. Orang dengan cacat fisik dan gangguan jiwa Pasien dengan gangguan jiwa terkadang tidak bisa mengendalikan perilakunya, sehingga pasien tersebut perlu dilakukan tindakan pembatasan gerak (restraint) atau menempatkan pasien di kamar isolasi. Tindakan ini bertujuan agar pasien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau dicederai orang lain, Bila tindakan isolasi tidak bermanfaat dan perilaku pasien tetap berbahaya, berpotensi melukai diri sendiri atau orang lain maka alternatif lain adalah dengan melakukan pengekangan/ pengikatan fisik (restraint). Kekerasan fisik pada pasien jiwa yang dilakukan restrain di rumah sakit, bisa disebabkan oleh tindakan restrain yang tidak sesuai prosedur, atau menggunakan pengikat yang tidak standar. Selain itu, pasien jiwa yang dilakukan restrain mudah menerima kekerasan fisik, baik dari pengunjung lain, sesama pasien jiwa, maupun oleh tenaga medis. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi pasien yang “ terikat “ sehingga mudah mendapatkan serangan. 4. Pasien koma/ memerlukan resusitasi/ BHD/ pemberian produk darah/ pasien dialysis/ pasien dengan peurunan daya tahan tubuh Kekerasan fisik bagi pasien pada poin 4 tersebut di rumah sakit, bisa disebabkan oleh pemberian asuhan medis yang tidak standar, kelalaian, kesalahan prosedur, penelantaran oleh perawat, diperlakukan secara kasar oleh tenaga kesehatan yang bertugas sampai pada menghentikan bantuan hidup dasar pada pasien tanpa persetujuan keluarga/ wali. Oleh karena itu perlindungan perlu dilakukan agar pasen koma terhindar dari kelalaian perawatan dan prosedur yang tidak diinginkan. 5. Pasien dengan kasus emergency Penatalaksanaan pasien dengan kasus-kasus emergency di Instalasi Gawat Darurat diprioritaskan berdasarkan hasil pemeriksaan awal (Triage). Sedangkan untuk pasien yang berada di Ruang Rawat Inap kemudian mengalami kondisi emergency, dapat melakukan koordinasi dengan Tim Reaksi Cepat RS islam banjarmasin 6. Pasien dengan tindakan restrain Pasien yang memerlukan tindakan restrain dilindungi dari tindakan pemakaian restrain yang tidak sesuai prosedur, atau menggunakan pengikat yang tidak standar sehingga dapat menimbulkan cedera bagi pasien.

7. Pasien Tahanan Lembaga Pemasyarakatan Pasien tahanan yang memerlukan pelayanan rawat inap di tempatkan sesuai kondisi penyakitnya di ruang perawatan khusus (Ruang Isolasi) yang mendapatkan pengamanan tambahan khusus dari petugas Lembaga Pemasyarakatan selama 24 jam (koordinasi dengan pihak kepolisian.

BAB IV TATA LAKSANA Tujuan perlindungan terhadap kelompok pasien berisiko tinggi dari kekerasan fisik adalah melindungi pasien tersebut terhadap tindakan/ prosedur apapun yang dapat dilakukan oleh pengunjung, staf rumah sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien berisiko tersebut pada saat mendapat pelayanan di Rumah Sakit. Cara Rumah Sakit melindungi pasien beresiko & keluarganya dari kekerasan fisik terutama pada pasien yang tidak mampu melindungi dirinya adalah sebagai berikut : 1. Petugas Rumah Sakit melakukan proses mengidentifikasi pasien berisiko melalui pengkajian secara terperinci, kemudian memakaikan identitas gelang resiko sesuai tingkat resiko. 2. Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien : Perawat unit bertanggung jawab untuk mengamankan kondisi dan memanggil dokter medis untuk menilai kebutuhan fisik dan psikologis dan mengecualikan masalah medis pasien tersebut. 3. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota sataf rumah sakit : Perawat unit bertanggung jawab menegur staf tersebut dan melaporkan insiden ke kepala bidang terkait untuk diproses lebih lanjut. 4. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung : Staf bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk memutuskan diperbolehkan atau tidak pengunjung tersebut memasuki area Rumah Sakit. 5. Melakukan pengawasan di setiap lobi, koridor rumah sakit, unit rawat inap, rawat jalan maupun di lokasi terpencil atau terisolasi dengan pemasangan kamera CCTV (Closed Circuit Television) yang terpantau oleh Petugas Keamanan selama 24 (dua puluh empat) jam terus menerus. 6.

memmberlakukan akses door di unit/ ruangan

7. Melakukan pengawasan ketat terhadap ruang perawatan bayi dan anak–anak untuk mencegah penculikan dan perdagangan bayi dan anak - anak, seperti pada : Ruang Perinatologi , dan Ruang Rawat Gabung Ibu dan Anak 8. Melakukan penanganan pada bayi / anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya di RS Islam Banjarmasin dengan merawat bayi tersebut agar sehat untuk selanjutnya diserahkan ke Dinas Sosial.

9. Membatasi jumlah penunggu pasien yang masuk ke ruang perawatan dengan menerapkan ketentuan hanya mereka yang menggunakan ID Card yang boleh memasuki ruang perawatan 10. Setiap pengunjung rumah sakit selain keluarga pasien meliputi : tamu RS, detailer, pengantar obat atau barang, dan lain-lain wajib melapor ke petugas informasi dan wajib memakai kartu pengunjung. 11. Pemberlakuan jam berkunjung pasien : Senin – jumat pagi : jam 10.00 – 11.00 WIB Sore : jam 16.00 – 17 .00 WIB

12. Semua pengunjung diluar jam kunjungan rumah sakit, baik di luar jam kantor, di luar jam pelayanan maupun di luar jam besuk didaftarkan dan dicatat oleh Petugas keamanan 13. Petugas Satpam berwenang menginterogasi/ bertanya kepada pengunjung yang mencurigakan dan mendampingi pengunjung terebut sampai ke pasien yang dimaksud. 14. Staf perawat unit wajib melapor kepada petugas keamanan apabila menjumpai pengunjung yang mencurigakan atau pasien yang dirawat membuat keonaran maupun kekerasan. 15. Petugas keamanan mengunci akses pintu penghubung antar unit pada jam 21.00 WIB. 16. Pengunjung diatas jam 22.00 WIB lapor dan menulis identitas pengunjung pada petugas keamanan. Tatalaksana Perlindungan Pada Bayi/ Anak-anak : 1. Identifikasi pasien masuk berdasarkan hasil pengkajian atau assement. 2. Menempatkan pasien pada ruangan bayi/ anak dengan fasilitas tempat tidur sesuai standar RS salah satunya memiliki pengamanan terpasang bed plang. 3. Mengidentifikasi identitas pasien, dan pemasangan gelang identitas. 4.

Ruang Anak harus dijaga minimal satu orang perawat setiap tim, ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga. 5. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan. 6. Pemasangan CCTV di Ruang Anak untuk memantau setiap orang yang keluar masuk dari ruang tersebut.

7. Perawat memberikan pasien bayi hanya kepada ibu kandungnya bukan kepada keluarga yang lain. 8. Melakukan observasi/ pemantauan secara berkala kepada pasien bayi/ anak terhadap kemungkinan/ resiko terjadinya kekerasan baik dari pengunjung/ penunggu/ keluarga/ pasien lain. 9. Menghindarkan resiko injury pada pasien bayi/ anak dengan memberikan pengarahan kepada orang tua yang menunggunya untuk senantiasa memperhatikan keadaan bayi/ anaknya dan melaporkan kepada petugas jika terjadi hal-hal yang tidakdiinginkan. 10. Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan. 11. Melakukan koordinasi dengan bagian/ unit terkait kondisi pasien 12. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama dalam proses pelayanan, petugas unit/ pelayanan berkoordinasi dengan petugas satpam Rumah Sakit untuk melakukan investigasi. 13. Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam untuk melaksanakan pemantauan pengamanan secara berkala. Tatalaksana Pencegahan Penculikan Bayi : 1. Ruang perinatologi harus dijaga minimal dua orang perawat atau bidan, ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga. 2. Lakukan pemeriksaan secara berkala di ruang rawat bayi/ anak/ pasien yang tidak dapat melindungi dirinya sendiri 3. Lakukan monitoring seluruh ruangan dengan menggunakan CCTV 4. Larang orang asing yang tidak berkepentingan berada pada area tersebut. 5. Awasi dengan disiplin pintu keluar di ruang rawat bayi/ Anak kepada semua orang 6. Pastikan bahwa keluarga/ orang tua bayi/anak membawa surat serah terima bayi (STB) sesuai identitas. 7. Lakukan pemeriksaan terhadap seluruh area rumah sakit, Jika ada laporan terjadi penculikan bayi segera.

Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran : A. Pasien Rawat jalan 1. Identifikasi pasien lansia yang masuk berdasarkan hasil pengkajian. 2. Jika pasien tanpa pendamping, maka petugas penerimaan pasien mengantarkan sampai ke tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan. 3. Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan sampai selesai. B. Pasien rawat inap 1. Identifikasi pasien lansia yang masuk berdasarkan hasil pengkajian. 2. Menempatkan pasien lansia pada ruangan sesuai dengan diagnosa pasien dan pemasangan gelang identitas. Penempatan pasien dikamar rawat inap sedekat mungkin dengan kantor perawat 3. Ruangan yang ditempati oleh pasien lansia hendaknya yang mudah diakses oleh pasien/ petugas, penerangan cukup terang, lantai tidak licin, tempat tidur terpasang side rail dan bed plang. 4. Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang ditunjuk dan dipercaya. 5. Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam melakukan pemantauan secara berkala kepada pasien lansia terhadap kemungkinan/ resiko terjadinya kekerasan fisik yang dapat dilakukan oleh keluarga/ penunggu/pengunjung/ pasien lain yang berada di dekatnya. 6. Jika terjadi hal-hal yang mengarah kepada terjadinya kekerasan fisik, maka petugas segera melakukan tindakan untuk melindungi pasien lansia .Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadianluar biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan.Melakukan koordinasi dengan bagian/ unit terkait

Tata laksana perlindungan terhadap penderita cacat/ gangguan mental : 1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan. 2. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau pihak lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang. 3. Identifikasi pasien yang masuk dengan gangguan mental atau mengalami cacat fisik berdasarkan hasil pengkajian kemudian pemasangan gelang identitas. 4. Menempatkan pasien pada ruangan yang mudah diakses pasien/ petugas atau sesuai kondisi penyakit pasien (Ruang Isolasi) untuk kebutuhan privasi pasien. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien. 5. etugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam untuk melakukan pemantauan secara berkala kepada pasien gangguan mental dan mengalami kecacatan fisik terhadap kemungkinan/ resiko terjadinya kekerasan fisik yang dapat dilakukan oleh keluarga/ penunggu/ pengunjung lain yang berada didekatnya 6. Jika terjadi hal-hal yang mengarah kepada terjadinya kekerasan fisik, maka petugas segera melakukan tindakan untuk melindungi pasien tersebut. 7. Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan. 8. Melakukan koordinasi dengan bagian/ unit terkait Tatalaksana perlindungan pasien dengan penurunan kesadaran/ koma : 1. Identifikasi pasien yang masuk dengan penurunan kesadaran berdasarkan hasil pengkajian kemudian pemasangan gelang identitas. 2. Menempatkan pasien dengan penurunan kesadaran hendaknya pada ruangan khusus atau didekat nurse station sesuai kondisi/ penyakit untuk mempermudah pengawasan dari petugas dengan tempat tidur sesuai standar rumah ruangan. 3. Penempatan pasien pada tempat tidur yang terpasang Bed Plang, diberi bantalan dan ditinggikan sepanjang waktu serta bila perlu dilakukan restrain untuk menghindari

resiko jatuh 4. Setiap tindakan yang diberikan harus secara cepat dan tepat untuk menenangkan pasien. 5. Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam untuk melakukan pemantauan kondisi pasien secara berkala terhadap segala kemungkinan/ resiko terjadinya kekerasan fisik yang dapat dilakukan oleh keluarga/ penunggu/ pengunjug yang berada didekatnya. 6. Jika terjadi hal-hal yang mengarah kepada terjadinya kekerasan fisik, maka petugas segera melakukan tindakan untuk melindungi pasien tersebut. 7. Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan. 8. Melakukan koordinasi dengan bagian/ unit terkait Tatalaksana

Perlindungan

pasien

dengan

kasus

emergency/

memerlukan

resusitasi/BHD : 1. Penatalaksanaan pasien dengan kasus-kasus emergency di Instalasi Gawat Darurat di

prioritaskan berdasarkan hasil pemeriksaan awal (Triage). Sedangkan untuk pasien yang berada di Ruang Rawat Inap kemudian mengalami kondisi emergency, dapat melakukan koordinasi dengan Tim Reaksi Cepat RS islam banjarmasin 2. Memastikan pasien memakai gelang identitas sesuai identitasnya 3. Mengupayakan sarana prasarana yang aman dalam memberikan penanganan

pertama sehingga menghindarkan kejadian cedera pada pasien akibat tindakan kegawat daruratan 4.

Keberadaan pasien terdokumentasi dalam form Daftar Pasien Beresiko

Tatalaksana perlindungan pasien beresiko dari kesalahan asuhan medis terutama pasien dengan dialysis, penurunan daya tahan tubuh, pemberian produk darah, dll :

1. Memastikan pasien memakai gelang identitas sesuai identitasnya 2. Memberikan asuhan medis sesuai panduan praktek klinis dan clinical pathway 3. Mengupayakan sarana prasarana yang safety untuk asuhan medik dan keperawatan. 4. Melakukan sosialisasi kepada semua tenaga kesehatan yang bertugas

5. Keberadaan pasien terdokumentasi dalam form Daftar Pasien Beresiko.

Tatalaksana perlindungan pasien tahanan Lembaga Pemasyarakatan (LP) : 1. Identifikasi pasien yang merupakan tahanan berdasarkan hasil pengkajian dan pemasangan gelang identitas. 2. Menempatkan pasien pada ruangan yang mudah diakses oleh petugas sesuai dengan kondisi penyakit pasien. 3. Melakukan pengawasan sesuai prosedur/ identitas pasien. 4. Melakukan koordinasi dengan petugas Lembaga Pemasyarakatan (LP)/ petugas kepolisian untuk ikut serta memantau keadaan pasien selama 24 jam dan melaporkan kepada petugas Rumah Sakit jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. 5. Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam untuk melakukan pemantauan secara berkala kepada pasien dalam tahanan terhadap kemungkinan/ resiko terjadinya kekerasan fisik yang dapat dilakukan oleh keluarga/ penunggu/ penggunjung/pasien lain yang berada didekatnya. 6. Jika terjadi hal-hal yang mengarah kepada terjadinya kekerasan fisik, maka petugas segera melakukan tindakan untuk melindungi pasien. 7. Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan. 8. Melakukan koordinasi dengan bagian/ unit terkait.

Daftar kelompok yang beresiko mengalami kekerasan fisik yang harus mendapat perlindungan sesuai kebijakan yang berlaku NO KELOMPOK

TINDAKAN PENCEGAHAN

1



Ruang bayi harus selalu dalam keadaan tertutup dan terkunci



Penghalang tempat tidur harus selalu terpasang



Bagi yang dipulangkan harus diantar petugas sampai pintu pembatas

Bayi dan anak

Rawat Inap 

Bayi baru lahir yang diserahkan kepada keluarga harus menggunakan formulir serah terima bayi baru lahir

2

3

Manula

Penyandang



Setiap ruangan harus tersedia tombol darurat



Harus selalu ditunggu oleh satu orang keluarga



Menyediakan alat bantu gerak ( tongkat,kursi roda ) 

Menyediakan alat bantu gerak setiap ruangan sesuai kebutuhan

cacat 4

Tidak sadar



Ditempatkan didalam ruangan khusus penunggu pasen diluar

5

Korban



Ditempatkan ditempat yang tidak mudah diakses oleh orang

kriminal

banyak

BAB V DOKUMENTASI 1. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang Nomor ...../Kep...../HPK/2016 tentang Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga Pada Rumah Sakit Islam Banjarmasin. 2. SPO Perlindungan Terhadap Pasien Beresiko Tinggi di Rumah Sakit 3. SPO Perlindungan Terhadap Bayi dan Anak-Anak. 4. SPO Perlindungan Terhadap Penculikan Bayi 5. SPO Perlindungan Terhadap Pasien Lansia 6. SPO Perlindungan Terhadap Pasien Cacat Fisik atau Gangguan Mental 7. SPO Perlindungan Terhadap Pasien Dengan Penurunan Kesadaran/ Koma 8. SPO Perlindungan Terhadap Pasien Tahanan Lembaga Pemasyarakatan (LP) 9. SPO Perlindungan Terhadap Pasien Dengan Kasus Emergency 10. SPO Perlindungan Pasien Beresiko Dari Kesalahan Asuhan Medis 11. Form Daftar Pasien Beresiko di Setiap Unit Pelayanan

Ditetapkan di : Subang

2016

pada tanggal :

DIREKTUR

Rumah sakit islam

PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISik Nomor Dokumen

No. Revisi

Halaman 1/5

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Tanggal Terbit

Ditetapkan Oleh :

PROSEDUR TETAP

dr. Hj.Rafiqah NIK : 0603/ VI / 2003 Melindungi pasien dari kekerasan/ penganiayaan fisik dari orang yang dicurigai 1. PENGERTIAN

selama mendapat pelayanan kesehatan atau dalam perawatan di Rumah Sakit Islam Bnajarmasin Dengan adanya perlindungan pasien pada bayi, anak-anak, orang tua ( lansia ),

TUJUAN

sehingga pasien yang tidak mampu melindungi diri sendiri/ pasien beresiko bisa mendapatkan pelayanan/ perawatan yang nyaman dan aman di Rumah Sakit Islam Banjarmasin 1. Adanya CCTV ditempat yang beresiko 2. jam berkunjung pasien tepat waktu ( tatatertib RS )

KEBIJAKAN

3. RS Islam Bnajarmasin melindungi pasien beresiko : bayi, anak, orang tua (geriatric), pasien

yang tidak mampu melindungi diri sendiri

4. Setiap gedung rawat inap adanya jaga piket satpam. 5. LANDASAN HUKUM

Buku pengunjung diluar jam pengunjung (satpam).

1.Surat

keputusan direktur No.44/kep.096-HPK /2013 perlindungan pasien beresiko tinggi di RS Islam Bnajarmasin 2. Rumah sakit memberikan perlindugan selama 24 jam

tentang

1. Identifikasi pasien beresiko terhadap kekerasan dimulai dari IGD / poliklinik /Ruang tindakan. Permintaan perlindungan dari kekerasan fisik bisa dilakukan atas permintaan keluarga pasien atau lembaga tertentu. PROSEDUR

2. Diruang perawatan segera merespon bila pasien butuh bantuan dengan koordinator dan dengan pihak terkait. 3. Bagian keamanan (satpam) melaksanakan buku pengunjung sesuai fungsinya dan penjagaan khusus terkait ancaman kekerasan fisik. 4. Penunggu pasien dapat kartu tunggu dan pembesuk menunjukkan identitas serta harus seijin dari penunggu pasien.

PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK No. Dokumen

No. Revisi

Halaman 2/5

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN 5. Penanganan Kejadian Kekerasan Fisik Terhadap Pasien : a. Prosedur I : Orang pertama yang menemukan kasus

1). Ingat keselamatan anda adalah yang utama, bersikaplah setenang mungkin. 2). Jangan melakukan gerakan yang gegabah dan tiba-tiba. 3). Ajak bicara dan menjawab percakapan, lakukan apa yang mereka inginkan jangan lebih. 4). Bila memungkinkan cari tahu penyebab/ alasan tindakan 5). Ingat apa yang menjadi ciri pelaku (pakaian, penampilan, umur dll) 6). Segera hubungi jaga security setempat/ line piket “123” informasikan. Sebutkan nama, lokasi kejadian dan hal-hal lain yang terkait. 7). Berikan informasi saat anggota security tiba, tunggu instruksi lebih lanjut. 8). Jika penyerang melarikan diri, catat rute yang diambil, nomor dan jenis kendaraan dan informasikan lainnya. b. Prosedur II : Pusat Pengendalian Keamanan(PIKET) Informasi melalui telepon “123” 1) Konfirmasi informasi yang masuk dari piket Satpam setempat baik nama (identitas yang dicurigai, tempat dan detail kejadian) 2) Semua pintu akses menuju keluar ruangan pastikan keadaan terkunci. 3) Informasikan lewat pengeras suara sebagai berikut, contoh : “Perhatikan untuk seluruh staf, pasien dan keluarga pasien di ruang Bedah bila ada orang yang mencurigai/ tidak dikenal segera beritahu petugas setempat “ulangi sebanyak 3 (tiga) kali. 4) Yakinkan pasien dan keuarga pasien tetap berada ditempat dan tenangkan 5) Awasi kejadian hal yang dicurigai/ hal yang tidak diinginkan

PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK RUMAH SAKIT BANJARMASIN

ISLAM

Nomor Dokumen

No. Revisi

Halaman 3/5

6). Pegang kendali komunikasi lewat telpon 7). Bila kondisi telah terkendali kembali diinformasikan lewat pengeras suara, sebagai berikut, contoh : ” perhatikan untuk seluruh staf, pasien dan keluarga pasien diruang Bedah telah terkendali “ulangi sebanyak 3 (tiga) kali “ 8). Tindaklanjuti security dan hubungan pihak kepolisian atas instruksi dari koordinator piket sesuai. c. Prosedur III : Penanggung jawab ruangan 1) Pastikan telah dihubungi/ menghubungi Piket untuk dinyatakan dalam keadaan ada orang yang dicurigai. 2) Kunci semua pintu akses menuju keluar ruangan. 3) Informasikan lewat pengeras suara sebagai berikut, contoh : “Perhatikan untuk seluruh staf, pasien dan keluarga pasien di ruang Bedah bila ada orang yang mencurigai/ tidak dikenal segera beritahu petugas setempat “ulangi sebanyak 3 (tiga) kali. 4) Yakinkan pasien dan keluarga pasien tetap berada ditempat dan tenangkan 5) Awasi kejadian hal yang dicurigai/ hal yang tidak diinginkan. 6) Bila kejadian pada tempatnya lindungi pasien yang mendapat kekerasan fisik (bayi/ anak-anak/ orang tua/ lansia/ cacat/ tidak mampu melindungi diri sendiri dan yang beresiko) pada tempat yang aman/ (lokasi terpencil/isolasikan) 7) Pastikan pasien tenang, aman dan nyaman serta terpenuhi kebutuhan dasar 8) Pastikan penunggu pasien menggunakan identitas penunggu pasien 9) Identifikasi pengunjung/ pembesuk yang dicurigai 10) Pegang kendali komunikasi lewat telpon 11) Bantu persiapan jalur masuk ke lokasi kejadian agar memudahkan bantuan datang

PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK RUMAH SAKIT BANJARMASIN

ISLAM

Nomor Dokumen

No. Revisi

Halaman 4/ 5

12).Jika berada dilokasi yang berdekatan dengan tempat kejadian berlangsung amankan area anda dan keluar dari area berbahaya buat laporan kasus 13). Awasi kejadian hal yang dicurigai/ hal yang tidak diinginkan 14). Bila kondisi telah terkendali kembali diinformasikan lewat pengeras suara, sebagai berikut, contoh : “ perhatian untuk seluruh staf, pasien dan keluarga pasien diruang Bedah telah terkendali “ ulangi sebanyak 3 (tiga) kali. 15). Tindaklanjuti security dan hubungan pihak kepolisian atau instruksi dari koordinator piket sesuai. d. Prosedur IV : jaga security setempat 1) Segera merespon informasi satpam setempat dengan menuju ke lokasi kejadian 2) Satpam setempat menghubungi/ lapor jaga piket 3) Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan untuk memahami situasi dan rencana penanganan 4) Informasikan ke piket untuk prosedur evakuasi bila diperlukan 5) Identifikasi pengunjung/ pembesuk, dan penggunaan identitas penunggu pasien 6) Tetap tenang dan tidak gegabah dalam mengambil tindakan agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang-orang disekitar lokasi kejadian 7) Amankan area kejadian dari orang-orang yang tidak berkepentingan 8) Berikan informasi lengkap apabila kepala bagian keamanan atau pihak kepolisian tidak dilokasi kejadian 9) Upayakan memperkecil akses pelaku dengan mengatur penempatan anggota, kenaikan alat pelindung diri dan siapkan perlengkapan pengamanan 10) Bertindak secara tim, bila dipeluang untuk melumpuhkan

PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK Nomor Dokumen

No. Revisi

Halaman 5/5

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN 11).

Bila pihak kepolisian telah dilokasi serahkan komando kepada polisi, namun tetap melakukan koordinasi dengan anggota tim lain dilokasi kejadian

12).

Informasikan kepada Pos Induk Security, bila kondisi telah bisa ditangani. Buat laporan kronologis penanganan kasus.

e. Prosedur V : Ka Bagian umum 1) Segera merespon informasi satpam setempat dengan menuju ke lokasi kejadian 2) Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan, bagian CCTV dan Komandan Regu jaga security untuk memahami situasi dan membuat rencana penanganan 3) Informasikan ke piket untuk prosedur evakuasi bila diperlukan 4) Pastikan anggota telah mengenakan alat pelindug diri 5) Berikan informasi lengkap apabila pihak kepolisian tiba dilokasi kejadian Instruksikan Komandan Regu Jaga security dan anggotanya untuk memperkecil akses pelaku dengan pengatur penampatan anggota 6) Komandan regu jaga security informasikan kepada perwira piket, bila kondisi telah bisa ditangani 7) Bila pelaku diamankan

pihak kepolisian, instruksikan

agar

penanggung jawab ruangan dan komandan regu jaga security untuk mendampingi pihak kepolisian sebagai saksi. 8) Melaporkan kejadian dan penanganan yang dilakukan kepada jajaran direksi. 1. IGD 2. Poliklinik 5. UNIT TERKAIT

3. Ruang Perawatan 4. Satpam jaga setempat 5. Kepala bagian umum

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK BERESIKO ( ANAK ANAK,INDIVIDU YANG CACAT & LANJUT USIA ) Nomor Dokumen

No. Revisi

Halaman 1/5

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN Tanggal Terbit

Ditetapkan Oleh :

PROSEDUR TETAP dr. Hj.Rafiqah NIK : 0603/ VI / 2003 Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara langsung merusak integritas fisik maupun

PENGERTIAN

psikologis korban kelompok pasen beresiko adalah : cacat fisik,cacat mental usia lanjut,bayi dan anak anak ,korban KDRT,pasen napi,korban dan tersangka tindak pidana Adalah melindungi kelompok pasen beresiko dari kekerasan fisik yang dilakukan oleh pengunjung,staf rumah sakit dan pasen lain

TUJUAN

serta menjamin keselamatan kelompok pasen beresiko yang mendapat pelayanan di Rumah Sakit Islam Banjarmasin terhadap kekerasan fisik ,usia lanjut,anak anak dan yang beresiko disakiti

KEBIJAKAN Tata laksana perlindungan terhadap pasen usia lanjut dan gangguan kesadaran Rawat Jalan 1.

Pendampingan

oleh

petugas

penerimaan

pasen

dan

mengantarkan sampai ketempat periksa yang diju dengan

PROSEDUR

memakai alat bantu brankar atau kursi roda bila diperlukan 2.

Perawat poli umum spesialis dan gigi wajib mendampingi pasen saat dilakukan pemeriksaan sampai selesai

UNI TERKAIT

Seluruh unit pelayanan

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK BERESIKO ( ANAK ANAK ,INDIVIDU YANG CACAT,DAN LANJUT USIA Nomor Dokumen

No. Revisi

Halaman 1/5

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN 3.

pendampingan oleh oleh perawat dan mengantarkan sampai ketempat periksa yang dituju jika memerlukan unit penunjang

Pasen Rawat Inap Penempatan pasen di kamar rawat inap sedekat mungkin dengan kantor perawat 1. pasen memastikan dan memasang pengaman tempat tidur 2. perawat memastikan bel pasen mudah dijangkau oleh pasen dan dapat digunakan 3. meminta keluarga untuk menjaga pasen baik oleh keluarga atau pihak yang ditunjuk dan dipercaya Tatalaksana perlindungan terhadap penderita cacat 1. petugas penerima pasen melakukan proses penerimaan pasenpenderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inapdan wajib membantu serta menolong ssuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan 2. bila diperlukan perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasen atau pihak lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang 3. memastikan bel pasen dijangkau oleh pasen dan memastikan pasen dapat menggunakan bel tersebut 4. perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasen Tata laksana perlindungan terhadap anak anak 1. ruang Perinatal harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan ,ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga 2. perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK BERESIKO ( ANAK ANAK ,INDIVIDU YANG CACAT,DAN LANJUT USIA )

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Nomor Dokumen

No. Revisi

Halaman 1/5

Pemaksaan 3. perawat memasang pengaman tempat tidur pasen 4. Pemasangan CCTV di ruang perinatal untuk memantau setiap orang yang keluar masuk dari ruang tersebut Tata laksana perlindungan terhadap pasenyang beresiko disakiti

( resiko penyiksaan ,napi,korban dan tersangka

tindak pidana korban kekerasan dalam rumah tangga 1. Pasen ditempatkan di kamar

perawatan sedekat mungkin

dengan kantor perawat 2. Pengunjung maupun penjaga pasen wajib lapor dan mencatat identitas di kantor perawat berikut dengan penjaga pasen lain yang satu kamar perawatan dengan pasen beresiko 3. perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk Memantau

lokasi

perawatan

pasen,penjaga

pengunjung pasen 4. KKoordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan UNIT TERKAIT

Seluruh unit pelayanan

maupun

PERLINDUNGAN TERHADAP PENCULIKAN BAYI No. Dokumen

No. Revisi

Halaman 1/5

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMAIN

Ditetapkan oleh

Tanggal Terbit PROSEDUR TETAP

dr. Hj.Rafiqah NIK : 0603/ VI / 2003 PENGERTIAN

TUJUAN

Tindakan pencegahan terhadap penculikan bayi Melindungi pasen/bayi anak dari tindakan penculikan di lingkungan Rumah Skit Umum Kuningan Medical Center

KEBIJAKAN Bayi/anak /manula orang yang tidak dapat melindungi diri sendiri harus mendapat perlindungan khusus Lakukan perlindungan secara berkala di ruang rawat bayi ,anak,manula pasen yang tidak dapat melindungi dirinya sendiri 1. Lakukan monitoring seluruh ruangan dengan memakai CCTV 2. Larang orang asing yang tidak berkepentingan berada di ruangan PROSEDUR

3. Awasi dengan disiplin pintu keluar di ruangan perinatal semua orang yang akan meninggalkan rumah sakit 4. Pastikan bahwa keluarga /orang tua bayi/anak membewa surat serah terima bayi ( STB )sesuai identitas 5. lakukan pemeriksaan terhadap seluruh area rumah sakit jika ada laporan terjadi penculikan bayi segera 1. Satpam

UNIT TERKAIT

2. Seluruh Unit Terkait

PERLINDUNGAN TERHADAP PASIEN CACAT FISIK DAN GANGGUAN MENTAL Nomor Dokumen

Nomor Revisi

Halaman

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

1/2

Tanggal Terbit PROSEDUR TETAP

Ditetapkan Oleh :

dr. Hj.Rafiqah NIK : 0603/ VI / 2003

PENGERTIAN

Segala bentuk upaya keselamatan yang dilakukan Rumah Sakit untuk memberikan perlindungan terhadap pasien dengan keterbatasan fisik

TUJUAN

dan gangguan mental selama dalam proses pelayanan di Rumah Sakit. Memberikan keamanan dan kenyamanan serta keselamatan kepada pasien dengan keterbatasan fisik dan gangguan mental dari segala bentuk kekerasan selama proses pelayanan di Rumah Sakit.

KEBIJAKAN

1. Surat Keputusan Direktur No: 445/Kep. -HPK/2013 tentang Perlindungan Pasien Beresiko Tinggi pada RSUD Kabupaten Sumedang. 2. Rumah Sakit memberikan perlindungan selama 24 jam

PROSEDUR

Pe1.Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan. 2.bila di perlukan perawat meminta pihak keluarga menjaga pasien atau pihak lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang 3.Identifikasi pasien yang masuk dengan gangguan mental atau mengalami cacat fisik berdasarkan hasil pengkajian kemudian pemasangan gelang identitas. 4.Menempatkan pasien pada ruangan yang mudah diakses pasien/petugas atau sesuai kondisi penyakit pasien (ruang isolasi) untuk kebutuhan privasi pasien. Perawat memasang dan memastikan pengamanan tempat tidur pasien

5.Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam untuk melakukan pemantauan secara berkala kepada pasien gangguan mental dan mengalami kecacatan fisik terhadap kemungkinan/ resiko terjadinya kekerasan fisik yang dapat dilakukan oleh keluarga/ penunggu/ pengunjung lain yang berada didekatnya 6.Jika terjadi hal-hal yang mengarah kepada terjadinya kekerasan fisik, maka petugas segera melakukan tindakan untuk melindungi pasien tersebut. 7.Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan. 8.Melakukan koordinasi dengan bagian/ unit terkait UNIT TERKAIT

Rekam Medis

PERLINDUNGAN TERHADAP PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN/ KOMA Nomor Dokumen

Nomor Revisi

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Tanggal Terbit PROSEDUR TETAP

Halaman ½

Ditetapkan Oleh :

dr. Hj.Rafiqah NIK : 0603/ VI / 2003 Segala bentuk upaya keselamatan yang dilakukan Rumah Sakit untuk

PENGERTIAN

memberikan perlindungan terhadap pasien dengan penurunan kesadaran/ koma selama dalam proses pelayanan di Rumah Sakit Memberikan keamanan dan kenyamanan serta keselamatan kepada

TUJUAN

pasien dengan keterbatasan fisik dan gangguan mental dari segala bentuk kekerasan selama proses pelayanan di Rumah Sakit. 1.Surat Keputusan Direktur No: 445/Kep. -HPK/2013 tentang Perlindungan Pasien Beresiko Tinggi pada RSUD Kabupaten

KEBIJAKAN

Sumedang. 2.Rumah Sakit memberikan perlindungan selama 24 jam 1. Identifikasi pasien yang masuk dengan penurunan kesadaran berdasarkan hasil pengkajian kemudian pemasangan gelang identitas. 2. Menempatkan pasien dengan penurunan kesadaran hendaknya pada ruangan khusus atau didekat nurse station sesuai kondisi/ penyakit untuk mempermudah pengawasan dari petugas dengan tempat tidur sesuai standar rumah ruangan.

PROSEDUR

3. Penempatan pasien pada tempat tidur yang terpasang Bed Plang, diberi bantalan dan ditinggikan sepanjang waktu serta bila perlu dilakukan restrain untuk menghindari resiko jatuh 4. Setiap tindakan yang diberikan harus secara cepat dan tepat untuk menenangkan pasien. 5. Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam untuk melakukan pemantauan kondisi pasien secara berkala terhadap

segala kemungkinan/ resiko terjadinya kekerasan fisik yang dapat dilakukan oleh keluarga/ penunggu/ pengunjug yang berada didekatnya. 6. Jika terjadi hal-hal yang mengarah kepada terjadinya kekerasan fisik, maka petugas segera melakukan tindakan untuk melindungi pasien tersebut. 7. Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan. 8. Melakukan koordinasi dengan bagian/ unit terkait

UNIT TERKAIT

Rekam Medis

PERLINDUNGAN TERHADAP PASIEN DENGAN KASUS EMERGENCY/MEMERLUKAN RESUSITASI/BHD Nomor Dokumen

Nomor Revisi

Halaman 1/1

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Tanggal Terbit PROSEDUR TETAP

Ditetapkan Oleh :

dr. Hj.Rafiqah NIK : 0603/ VI / 2003 Segala bentuk upaya keselamatan yang dilakukan Rumah Sakit untuk

PENGERTIAN

memberikan perlindungan terhadap pasien dengan penurunan kesadaran/ koma selama dalam proses pelayanan di Rumah Sakit Memberikan keamanan dan kenyamanan serta keselamatan kepada

TUJUAN

pasien dengan keterbatasan fisik dan gangguan mental dari segala bentuk kekerasan selama proses pelayanan di Rumah Sakit. 1.Surat Keputusan Direktur No: 445/Kep. -HPK/2013 tentang Perlindungan

KEBIJAKAN

Pasien Beresiko Tinggi pada RSUD Kabupaten Sumedang. 2.Rumah Sakit memberikan perlindungan selama 24 jam 1.penata lakasanaan dengan kasus kasus emergency di isntalasi gawat darurat di prioritaskan berdasarkan hasil pemeriksaan awal (Triage). Untuk pasien yang berada di Ruang Rawat Inap kemudian mengalami kondisi emergency/ memerlukan resusitasi/ BHD, dapat melakukan koordinasi dengan Tim Reaksi Cepat RSUD Sumedang

PROSEDUR

2. Memastikan pasien memakai gelang identitas sesuai identitasnya 3.mengupayakan sarana prasarana yang aman dalam memberikan penaganan pertama sehingga menghindsrkan kejadian cedera pada pasien akibat tindakan kegawat darurtatan 4. Keberadaan pasien terdokumentasi Resiko

UNIT TERKAIT

Rekam Medis

dalam form

Daftar Pasien

PERLINDUNGAN TERHADAP PASIEN BERESIKO DARI KESALAHAN ASUHAN MEDIS Nomor Dokumen

Nomor Revisi

Halaman 1/1

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Tanggal Terbit

Ditetapkan Oleh :

PROSEDUR TETAP

dr. Hj.Rafiqah NIK : 0603/ VI / 2003 Segala bentuk upaya keselamatan yang dilakukan Rumah Sakit untuk

PENGERTIAN

memberikan perlindungan terhadap pasien dengan penurunan kesadaran/ koma selama dalam proses pelayanan di Rumah Sakit Memberikan keamanan dan kenyamanan serta keselamatan kepada

TUJUAN

pasien dengan keterbatasan fisik dan gangguan mental dari segala bentuk kekerasan selama proses pelayanan di Rumah Sakit. 1.Surat Keputusan Direktur No: 445/Kep. -HPK/2013 tentang Perlindungan

KEBIJAKAN

Pasien Beresiko Tinggi pada RSUD Kabupaten Sumedang. 2.Rumah Sakit memberikan perlindungan selama 24 jam 1. memastikan memakai gelang identitas sesuai identitasnya 2.Memberikan asuhan medis sesuai panduan praktek klinis dan clinical pathway

2. PROSEDUR

3.Mengupayakan sarana prasarana yang safety untuk asuhan medik dan keperawatan. 4.Melakukan sosialisasi kepada semua tenaga kesehatan yang bertugas 5.Keberadaan

pasien

terdokumentasi

dalam

form

Daftar

beresiko

UNIT TERKAIT

Emergency/ IGD, Hemodialisa, Unit Thalasemia, Ruang Rawat Inap

Pasien

PERLINDUNGAN TERHADAP PASIEN TAHANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN Nomor Dokumen

Nomor Revisi

Halaman ½

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Tanggal Terbit

Ditetapkan Oleh :

Prosedur Tetap

dr. Hj.Rafiqah NIK : 0603/ VI / 2003 Segala bentuk upaya keselamatan yang dilakukan Rumah Sakit untuk

PENGERTIAN

memberikan perlindungan terhadap pasien dengan penurunan kesadaran/ koma selama dalam proses pelayanan di Rumah Sakit Memberikan keamanan dan kenyamanan serta keselamatan kepada

TUJUAN

pasien dengan keterbatasan fisik dan gangguan mental dari segala bentuk kekerasan selama proses pelayanan di Rumah Sakit. 1.Surat Keputusan Direktur No: 445/Kep. -HPK/2013 tentang Perlindungan

KEBIJAKAN

Pasien Beresiko Tinggi pada RSUD Kabupaten Sumedang. 2.Rumah Sakit memberikan perlindungan selama 24 jam 1.identifikasi pasien yang merupakan tahanan berdasarkan hasil pengkajian dan pemasangan gelang identitas 2. Menempatkan pasien pada ruangan yang mudah diakses oleh petugas sesuai dengan kondisi penyakit pasien. 3. Melakukan pengawasan sesuai prosedur/ identitas pasien 4. Melakukan koordinasi dengan petugas Lembaga Pemasyarakatan (LP)/ petugas kepolisian untuk ikut serta memantau keadaan pasien selama 24

PROSEDUR

jam dan melaporkan kepada petugas Rumah Sakit jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan 5. Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam untuk melakukan pemantauan secara berkala kepada pasien dalam tahanan terhadap kemungkinan/resiko terjadinya kekerasan fisik yang dapat dilakukan oleh keluarga/ penunggu/ penggunjung/ pasien lain yang berada didekatnya 6. Jika terjadi hal-hal yang mengarah kepada terjadinya kekerasan fisik,

maka petugas segera melakukan tindakan untuk melindungi pasien. 7. Petugas mendokumentasikan pada berkas rekam medik apabila ada kejadian luar biasa seperti terjadinya kekerasan fisik yang ditemui di lapangan. 8. Melakukan koordinasi dengan bagian/ unit terkait

Unit terkait

Seluruh Unit Pelayanan

Related Documents


More Documents from "Raff Habibie Rizzkhanbjm"