PERATURAN DIREKTUR RSIA MARDI WALOEJA RAMPAL NOMOR 007/SK/P/RSIA MWR/I/2019 TENTANG PANDUAN SKRINING PASIEN RSIA MARDI WALOEJA DIREKTUR RSIA MARDI WALOEJA RAMPAL Menimbang
:
a.
b.
c. Mengingat
:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bahwa dalam rangka upaya mendukung pelayanan kesehatan yang bermutu di lingkungan RSIA Mardi Waloeja Rampal, khususnya tentang skrining pasien maka perlu diberlakukanya panduan skrining pasien di RSIA Mardi Waloeja Rampal; Bahwa agar panduan skrining pasien di RSIA Mardi Waloeja Rampal dapat terlaksana dengan baik, maka perlu adanya keputusan Direktur RSIA Mardi Waloeja Rampal sebagai pelaksanaan panduan skrining pasien di RSIA Mardi Waloeja Rampal; Bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut diatas, maka perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSIA Mardi Waloeja Rampal. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit; Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di Indonesia; Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medik; Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik nomor HK.03.01/III/3744/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 87 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pelaksana Pelayanan Publik; MEMUTUSKAN
Menetapkan Kesatu
: :
Kedua
:
PERATURAN DIREKTUR RSIA MARDI WALOEJA RAMPAL TENTANG PANDUAN SKRINING PASIEN RSIA MARDI WALOEJA RAMPAL; Pemberlakuan panduan skrining pasien RSIA Mardi Waloeja Rampal sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini;
Ketiga
:
Keempat
:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan disampaikan kepada pihak terkait untuk diketahui dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dengan ketentuan Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Tanggal
: Malang : 08 Januari 2019
Direktur RSIA Mardi Waloeja Rampal
Dr.Evi Laksana,MMRS DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................Error! Bookmark not defined. PERATURAN DIREKTUR RSIA MARDI WALOEJA RAMPAL...................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................1 A.
LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
B.
PENGERTIAN.............................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP.............................................................................................................................3 A.
SKRINING DI DALAM RUMAH SAKIT..................................................................................3
B.
SKRINING WILAYAH................................................................................................................8
C.
SKRINING KEBUTUHAN PELAYANAN.................................................................................8
BAB III KEBIJAKAN.....................................................................................................................................9 BAB IV TATA LAKSANA.............................................................................................................................10 A.
Skrining di luar rumah sakit.......................................................................................................10
B.
Skrining di dalam rumah sakit....................................................................................................10 1.
Skrining di Unit Gawat Darurat..........................................................................................10
2.
Skrining di Unit Rawat Jalan...............................................................................................11
BAB V DOKUMENTASI..............................................................................................................................12
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RSIA MARDI WALOEJA RAMPAL NOMOR 007/SK/P/RSIA MWR/I/2019 TENTANG PANDUAN SKRINING PASIEN DI RSIA MARDI WALOEJA RAMPAL
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan ataupun gangguan kesehatan. Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triage, anamnesis (wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik maupun psikiatrik, laboratorium klinik, ataupun radiologi diagnostik. Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat. Dalam hal ini skrining pasien dilakukan pada awal di triage primer yang juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. B.
PENGERTIAN Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini yang sesuai terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan langkah-langkah skrining pasien yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat dapat diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, antara lain: 1. Triage. Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya. 2. Prioritas. Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul. 3. Survei primer. Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa. 4. Survei sekunder. Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang akan berkembang sehingga mungkin akan dapat menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi. 5. Pasien gawat darurat. Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. 6. Pasien gawat tidak darurat. Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat (misalnya kanker stadium lanjut).
PANDUAN SKRINING MWR
Page 1
7.
Pasien darurat tidak gawat. Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya (misalnya luka sayat dangkal). 8. Pasien tidak gawat tidak darurat. Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera (misalnya pasien dengan ulcus tropicum, TBC kulit, dan sebagainya) 9. Kecelakaan (accident). Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik, mental, ataupun sosial. Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut: a. Mekanisme kejadian. Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik karena efek kimia, fisik, listrik, atau maupun radiasi). b. Tempat kejadian. Kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan di lingkungan rumah tangga. Kecelakaan di lingkungan pekerjaan. Kecelakaan di sekolah. Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (misalnya di tempat rekreasi, perbelanjaan, area olahraga, dan sebagainya). c. Waktu kejadian. Waktu perjalanan (travelling/transport time). Waktu bekerja, sekolah, bermain, dan sebagainya. 10. Bencana. Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan/atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan. 11. Kebutuhan pelayanan pasien a. Preventif: kebutuhan pasien untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi kesehatan dirinya atau keluarga, kelompok, dan masyarakat. Contoh pelayanan preventif di rumah kesehatan adalah: pemeriksaan kesehatan rutin, imunisasi, dan deteksi dini kasus dan faktor resiko b. Paliatif: pelayanan interdisipliner adalah pelayanan pada pasien penyakit serius atau mengancam jiwa yang bertujuan untuk mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan, dan mempertahankan kualitas hidup. Contoh pelayanan paliatif: manajemen nyeri kronis, perbaikan keadaan umum pada pasien penyakit terminal, intervensi psikologis pasien terminal, dan pelayanan spiritual pada pasien terminal. c. Kuratif: pelayanan yang bertujuan untuk merawat dan mengobati suatu penyakit atau masalah kesehatan. Contoh pelayanan kuratif adalah: perawatan penyakit atau masalah kesehatan (dirawat dalam rumah sakit untuk pengobatan), perawatan ibu bersalin dan nifas, perawatan bayi baru lahir, serta pemberian obat-obatan d. Rehabilitatif : pelayanan yang bertujuan untuk memulihkan kesehatan dan mencapai kualitas fungsional yang terbaik bagi pasien yang memiliki sebuah penyakit atau masalah kesehatan. Contoh pelayanan rehabilitatif adalah: Latihan fisik, latihan pernafasan, dan penggunaan alat-alat penunjang rehabilitasi medik
PANDUAN SKRINING MWR
Page 2
BAB II RUANG LINGKUP
A. SKRINING DI DALAM RUMAH SAKIT Petugas Skrining harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat dan Unit Rawat Jalan berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya meliputi: 1. Skrining Dan Triase: a. Standar penerimaan pasien di rumah sakit dilakukan melalui skrining berdasarkan kebutuhan pasien yang sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit; b. Pelaksanaan skrining dilakukan pada kontak pertama dengan pasien di dalam atau di luar rumah sakit untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh rumah sakit atau di rujuk; c. Pemeriksaan skrining membantu dalam memutuskan apakah pasien memerlukan pelayanan preventif, kuratif, paliatif atau rehabilitatif sesuai dengan kegawatdaruratannya; d. Pelaksanaan skrining dilakukan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium klinik atau diagnostik imaging sebelumnya; e. Pelayanan pasien dengankebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan kegawatdaruratan. 2.
Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagai berikut: a. Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan yang tepat secepatnya. b. Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. c. Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya.
3.
Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera. Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu sistem atau organ di bawah ini, yaitu: a. Susunan saraf pusat. b. Pernafasan. c. Kardiovaskuler. d. Hati. e. Ginjal. f. Pankreas. Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh: a. Trauma/cedera b. Infeksi. c. Keracunan. d. Degenerasi (failure). e. Asfiksia.
PANDUAN SKRINING MWR
Page 3
f. g.
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of water and electrolit). Lain-lain.
Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk didalam daftar tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang menangani pasien. Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang relatif lebih lama. Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh: 1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat 2. Kecepatan meminta pertolongan 3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan: a. Di tempat kejadian b. Dalam perjalanan ke rumah sakit c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit Tabel 2.1 DIAGNOSTIK TEST STANDAR MINIMAL YANG HARUS DILAKUKAN SEBELUM PASIEN DIRAWAT INAP
PANDUAN SKRINING MWR
Page 4
SKRINING DIAGNOSTIK TEST STANDAR YANG HARUS DILAKUKAN SEBELUM PASIEN DIRAWAT INAP 1 ANAK a. Darah Lengkap . 2 OBGYN a. Anamese . b. VT (Sesuai Indikasi) d. DL, UL e. USG 3 PENYAKIT a. Darah Lengkap . DALAM b. Kimia Darah c. Urin Lengkap d. Gula Darah Sesaat e. Faal Hati f. Faal Ginjal g. EKG/ Rekam Jantung 4 BEDAH a. Darah Lengkap . PREOPERATIF b. Faal Hemostasis (BT dan CT) c. Foto Thorak / Rongen Foto d. EKG / Rekam Jantung (> 40th) e. Golongan Darah e. Hasil Konsul pre operatif (Penyakit Dalam) 5 UMUM (Selain a. Darah Lengkap . Disebutkan diatas) SKRINING DIAGNOSTIK TEST STANDAR YANG HARUS DILAKUKAN SEBELUM PASIEN DIRAWAT DI RUANG GAWAT 1 HCU a. Amanesis b. Pemeriksaan Fisik c. Pemeriksaan Penunjang ECG Foto Thorak d. Pemeriksaan Lab Darah Lengkap Kimia Klinik 2 Critical IGD a. Darah Lengkap . b. Gula Darah Sesaat c. ECG SKRINING DIAGNOSTIK TES STANDAR YANG HARUS DILAKUKAN PASIEN POLIKLINIK 1 Dalam a. Anamnesis . b. Pemeriksaan Fisik c. Laboratorium (sesuai indikasi) d. Foto X-ray (sesuai indikasi) 2 Obgyn, Nifas a. Anamnesis . b. Pemeriksaan Genitalia : VT (Sesuai Indikasi) d. DL, UL, Vagina Swab (Sesuai Indikasi) e. USG PANDUAN SKRINING MWR
Page 5
Pemeriksaan radiologi tidak bisa dilakukan di RSIA Mardi Waloeja Rampal, dapat dilakukan dengan PKS laboratorium yang mempunyai pemeriksaan radiologi yaitu Laborat Panglima Sudirman dan laboratorium Patimurra
PANDUAN SKRINING MWR
Page 6
TABEL 2.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG BISA/TIDAK DI LAKUAKAN DI RSIA MARDI WALOEJA RAMPAL No Parameter Bisa Tidak A HEMATOLOGI Darah Lengkap V Hemoglobin V Leukosit V Hitung Jenis V Trombosit V Hematokrit V Eritrosit V LED V Retikulosit V Waktu Pendarahan V Waktu Pembekuan V PPT V KPTT V Hapusan Darah V Gol. Darah ABO V Gol. Darah Rhesus V Serum Iron (SI) V TIBC V MCV V MCH V MCHC V Hapusan Malaria V IPM Malaria V B URINE Urine Lengkap V TEST Kehamilan V Reduksi Urine V C KIMIA KLINIK Protein Total V Albumin V Globulin V Billirubin (Total/Dir) V SGOT V SGPT V Gama GT V Alkali Phasphatase V D LEMAK Cholesterol Total V HDL Cholesterol V LDL Cholesterol V Trigliserida V Total Lipid V F FAAL GINJAL Ureum (BUN) V Creatinin V Uric Acid V G GLUKOSA DARAH Glukosa Puasa V Glukosa 2 jam PP V Glukosa Sewaktu V GTT V Hb 1AC V H JANTUNG CPK/CK V CK-MB V PANDUAN SKRINING MWR Page 7 LDH V Troponin V I PERTANDA TUMOR CEA V
B.
SKRINING WILAYAH. Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal rujukan pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di RS (IGD atau URJ).
C. SKRINING KEBUTUHAN PELAYANAN Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar rumah sakit tempat asal pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di rumah sakit (IGD atau URJ) dan ditentukan tingkat pelayanan seperti pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan paliatif.
BAB III TATA LAKSANA
A. Skrining di luar rumah sakit Skrining di luar rumah sakit dapat dilakukan saat menerima telepon rujukan dari fasilitas kesehatan perujuk dan saat mengambil pasien dengan ambulan bila ada kecelakaan. Skrining dilakukan dengan menanyakan hasil pemeriksaan pasien meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang dilakukan, serta alasan dirujuk. Setiap kegiatan skrining di luar rumah sakit wajib didokumentasikan. B.
Skrining di dalam rumah sakit 1. Skrining di Instalasi Gawat Darurat Instalasi Gawat Darurat RSIA Mardi Waloeja Rampal yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam melaksanakan kegiatan skrining pasien awal di triage primer yang dilakukan sebagai penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang dengan prosedur sebagai berikut: a. Petugas IGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien. b. Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 3 menit: 1) Petugas IGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan kriteria Glassgow Coma Scale. 2) Petugas IGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway), dengan kriteria sebagai berikut: Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik).
PANDUAN SKRINING MWR
Page 8
Adanya suara tambahan. Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total. 3) Petugas IGD melakukan penilaian pernafasan (breathing) dengan menghitung frekuensi nafas, jika didapatkan pasien dengan kondisi kegawatan sistem pernafasan (henti nafas, bradypnea, ataupun tachypnea) maka pasien langsung dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut. 4) Petugas IGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi darah (circulation) jika didapatkan: Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan tindakan resusitasi jantung paru sesuai dengan prosedur. Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut. SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut. 5) Petugas IGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat keluhan yang potensial mengancam nyawa (misalnya: kejang, kelemahan/kelumpuhan anggota gerak, nyeri dada, sesak nafas, dan sebagainya) maka pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut. 6) Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase primer ditulis di lembar catatan medis IGD. 7) Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan kondisi kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan secara terintegrasi di ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut. 8) Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan kondisi tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan di tempat periksa/tempat observasi sesuai dengan kondisi klinisnya (kasus bedah/non-bedah/obstetri dan ginekologi). 9) Lakukan tes pemeriksaan diagnostik untuk kasus yang dicurigai: Flu burung. Flu babi. SARS. Jika ditemukan pemeriksaan diagnostik laboratorium dengan hasil positif, maka pasien ditransfer ke RS lain. 10) Skrining kebutuhan pelayanan pasien dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik awal (dapat dilakukan secara visual), dan pemeriksaan penunjang. Kebutuhan pelayanan pasien wajib didokumentasikan dalam rekam medis. 11) Skrining kebutuhan pasien berdasarkan kemampuan rumah sakit dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik awal (dapat dilakukan secara visual), dan pemeriksaan penunjang. Hasil skrining menjadi pertimbangan dalam penerimaan pasien berdasarkan sumber daya manusia, fasilitas, dan kemampuan yang ada di rumah sakit.
2. Skrining di Unit Rawat Jalan Unit Rawat Jalan melakukan skrining pada pasien sejak awal pendaftaran pasien meliputi: a. Pasien dengan resiko jatuh, tuberkulosis, dan batuk akan diprioritaskan untuk pemeriksaan lebih lanjut PANDUAN SKRINING MWR
Page 9
b.
Skrining pasien sesuai dengan jenis pelayanan yang bisa dilakukan perawatan di RSIA Mardi Waloeja Rampal seperti preventif, paliatif, kuratif atau rehabilitatif.
3. Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di RSIA Mardi Waloeja Rampal adalah sebagai berikut: a. TBC dengan XDR/MDR. b. Pasien psikiatri dengan gaduh gelisah atau berpotensi membahayakan pasien yang lain. c. Gagal ginjal on HD. d. CVA Hemorraghic dengan penurunan kesadaran. e. HIV/AIDS dengan hasil lab penunjang HIV seropositif f. Kanker yang perlu ditangani oleh konsultan hematologi dan onkologi medis. g. Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif). h. Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif). i. SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif). j. Pasien KLL indikasi bedah saraf 4. Apabila pasien tidak dapat dapat ditangani di Rumah Sakit Marsudi Waluyo, maka pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit lain sesuai dengan kebutuhan pasien. 5. Petugas Kesehatan wajib melakukan skrining terhadap pasien baik dari luar rumah sakit maupun didalam rumah sakit yang bertujuan untuk menetapkan apakah pasien dapat diterima (dirawat) atau dirujuk ke tempat lain berdasarkan kemampuan dan fasilitas rumah sakit. 6. Petugas kesehatan wajib melakukan skrining wilayah dan kebutuhan pelayanan pasien baik dari luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit.
BAB IV DOKUMENTASI
Kegiatan skrining pasien awal di triase primer di Instalasi Gawat Darurat RSIA Mardi Waloeja Rampal didokumentasikan di lembar asesmen awal medis IGD, Buku rujukan pasien. Pada pasien rawat inap kebutuhan pelayanan ditentukan di formulir permintaan rawat inap. Kegiatan skrining pasien di Unit Rawat Jalan didokumentasikan di dokumen rekam medis.
Direktur,
Dr.Evi Laksana. MMRS
PANDUAN SKRINING MWR
Page 10