Panduan Skrining Pasien New.docx

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Skrining Pasien New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,299
  • Pages: 9
PANDUAN SKRINNING PASIEN

RUMAH SAKIT ISLAM ‘AISYIYAH NGANJUK JALAN IMAM BONJOL NO. 20 NGANJUK TAHUN 2017

Daftar Isi

Bab I Definisi ..................................................................................................................................3 Bab II Ruang Lingkup ......................................................................................................................5 Bab III Tata Laksana........................................................................................................................6 Bab IV Dokumentasi .......................................................................................................................9

2

BAB I DEFINISI Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang memiliki keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi (Kamus Dorland ed . 25 : 974 ). Menurut Rochjati P (2008). Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit . Menurut undang-undang RI nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan/atau masyrakat. Untuk tercapainya hal tersebut maka skrining merupakan langkah awal memberikan layanan terpadu pada pasien guna memenuhi kebutuhannya. Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triage, anamnesis (wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik maupun psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi diagnostik.Dalam hal ini skrining pasien dilakukan diluar dan didalam rumah sakit berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien, antara lain : 1.

Triage : Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/ penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya.

2.

Prioritas : Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganandan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

3.

Skala I : Pasien dalam keadaan kritis dan mengancam nyawa atau anggota badannya menjadi cacat bila tidak segera mendapat pertolongan atau tindakan darurat

4.

Skala II : Pasien berada dalam keadaan gawat, akan menjadi kritis dan mengancam nyawa bila tidak segera mendapat pertolongan atau tidakan darurat.

5.

Skala III : Pasien berada dalam keadaan tidak stabil, dapat berpotensi menimbulkan masalah serius tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, dan tidak mengancam nyawa. 3

6.

Skala IV : Pasien datang dengan keadaan stabil, tidak mengancam nyawa, dan tidak memerlukan tindakan segera.

7.

Skala V : Pasien datang dengan keadaan stabil, tidak mengancam nyawa, tidak memerlukan tindakan segera, hanya membutuhkan perawatan lanjutan.

8.

Priorias 1 (P1) : mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (lukabakar) tingkat II dan III > 25% (Pada skala I)

9.

Prioritas 2 (P2) : Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.(Pada skala II dan III)

10. Prioritas 3 (P3) : Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superfisial, luka-luka ringan (Pada skala IV dan V) 11. Prioritas 0 (P0) : Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis. 12. Preventif :sebuah tindakan yang diambil untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan terjadinya sesuatu kejadian yang tidak diinginkan. 13. Paliatif : sebuah tindakan yang diambil untuk mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan,dan mempertahankan kualitas hidup dari saat setelah diagnosis. 14. Kuratif : suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,pengurangan penderitaan akibat penyakit,pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. 15. Rehabilitatif : suatu kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

4

BAB II RUANG LINGKUP 1. Panduan ini diterapkan kepada petugas diluar rumah sakit, dan petugas pendaftaran/rekam medis, IGD serta Instalasi Rawat Jalan. 2. Pelaksana panduan skrinning pasien ini adalah semua petugas yang partama kali bertemu pasien baik tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya) maupun non tenaga kesehatan (security, cleaning service, dan petugas parkir) di RSI ‘Aisyiyah Nganjuk. 3. Skrining dilakukan melalui : a) Evaluasi visual atau pengamatan b) Pemeriksaan fisik dan psikologik c) Pemeriksaan penunjang laboratorium dan/atau diagnostic imajing

5

BAB III TATA LAKSANA Proses skrining di RSI ‘Aisyiyah Nganjuk dilaksanakan melalui : evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing bila sudah dimiliki oleh pasien. A.

Proses skrining untuk pasien yang datang ke IGD dilaksanakan melalui kriteria triage oleh petugas triage IGD. Triage adalah kegiatan pemilahan pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit untuk menentukan prioritas penanganan pasien tersebut berdasarkan penilaian kondisi C (Circulation), A (Airway), B (Breathing), D (Disability) dengan pemeriksaan fisik. Setelah dilakukan triage, maka dapat ditentukan sebagai berikut : 1. Pasien dengan skala I menjadi Prioritas I segera ditransfer ke kamar periksa IGD dengan label merah. 2. Pasien dengan skala II dan skala III menjadi Prioritas II segera ditransfer ke kamar periksa IGD dengan label kuning. 3. Pasien dengan kategori skala IV dan skala V menjadi Prioritas III segera ditransfer ke kamar periksa IGD dengan label hijau. 4. Pasien datang dalam keadaan sudah meninggal dunia (death on arrival) menjadi Prioritas 0. Dipastikan terlebih dahulu bahwa pasien memang sudah meninggal dunia, untuk kemudian bilamana perlu dibawa ke kamar jenazah. 5. Jika fasilitas dan sarana di RSI ‘Aisyiyah Nganjuk tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan pasien tersebut, maka dirujuk ke rumah sakit rujukan.

B.

Proses skrining untuk pasien yang datang ke Instalasi Rawat Jalan (poliklinik) dilaksanakan melalui evaluasi visual atau pengamatan oleh petugas rekam medis. Evaluasi visual atau pengamatan merupakan salah satu kegiatan pemilahan pasien melalui visual atau pengamatan untuk menentukan apakah pasien ini membutuhkan penanganan segera atau tidak (prioritas penanganan pasien). Setelah dilakukan evaluasi visual atau pengamatan, maka dapat ditentukan sebagai berikut : 1. Kesadaran : 

Sadar penuh



Tampak mengantuk/gelisah bicara tidak jelas



Tidak sadar

2. Pernafasan : 6



Nafas normal



Tampak sesak

3. Risiko jatuh : 

Ya



Tidak

4. Nyeri dada : 

Tidak ada



Ada

Skala nyeri : Skala nyeri yang digunakan adalah Wong Baker Faces Pain Rating Scale

0

= tidak ada nyeri

1–3

= nyeri ringan

4–6

= nyeri sedang

7 – 10

= nyeri berat

8

= sangat nyeri

–9

5. Batuk : 

Tidak



Ya ( < 2 Minggu / ≥ 2 Minggu)

Berdasarkan hasil skrining tersebut maka dapat diambil keputusan sebagai berikut : 1.

Poliklinik sesuai antrian

2.

Poliklinik disegerakan

3.

IGD

C. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menetapkan pasien yang akan dirawat telah sesuai dengan sumber daya rumah sakit. Pasien akan dirujuk apabila hasil pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan telah tersedia. Pada kasus kasus yang sudah pasti rumah sakit tidak bisa memberikan pelayanan maka pemeriksaan penunjang diagnostik dapat tidak dilakukan. Jenis pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut: 7

TABEL PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK SEBELUM RAWAT INAP No

Jenis Pasien

1

Pasien dewasa

Jenis Pemerisaan Penunjang a. Darah Lengkap dan Urine Lengkap b. Gula darah sewaktu (GDS) c. Foto thorax (jika usia > 45 th atau jika ada indikasi) d. EKG (jika usia >40 th atau jika ada indikasi)

2

Pasien anak

a. Darah rutin dan Urine Lengkap b. Foto thorax bila ada indikasi

3

Pasien kebidanan

a. Darah rutin dan Urine Lengkap b. Golongan Darah c. HbsAg, BT, CT

8

BAB IV DOKUMENTASI 1. Hasil skrining pasien di IGD didokumentasikan tertulis di lembar catatan triase pasien IGD. 2. Hasil skrining pasien di IRJ didokumentasikan pada rekam medis rawat jalan. 3. Jika pasien tersebut dirawat-inapkan akan dikaji ulang dan didokumentasikan pada lembar triase IGD dan dimasukkan kedalam status rekam medis pasien.

9

Related Documents