Orang-orang Pasar

  • Uploaded by: sabil
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Orang-orang Pasar as PDF for free.

More details

  • Words: 1,343
  • Pages: 3
Orang-orang pasar Oleh : Roni Basa Lembang, 13 Rabiul Uula 1430 H

Suhu pagi ini terasa lebih menusuk persendian tulang, membuat tubuh terasa ngilu digerakkan. Kebekuan menjalari hampir seluruh saraf psikomotorik. Beberapa hari ini cuaca memang kurang memungkinkan orang untuk beraktifitas tangkas. Sejak pukul dua dinihari hujan rintik terus mengguyur, tidak lebat, namun hujan turun dengan konsisten, hawa dingin yang biasanya diakibatkan kabut dan embun digantikan oleh dinginnya air hujan yang membahasi tiap jengkal jalanan tanah. Saya memutuskan untuk sementara berdiam lebih lama di sudut bangku rendah, yang juga berfungsi sebagai alas keranjang sayur agar tidak langsung bersentuhan dengan tanah. Bau khas sayuran segar yang mengelilingi tidak cukup mengganggu saya untuk menikmati dengan seksama perjalanan kehidupan orang-orang pasar pagi ini. Sedikit saja yang mengganggu kenyamanan saya, sandal jepit yang berlumur lumpur tanah sampai batas telapak kaki. Dingin mulai menjalari mata kaki saat hiruk pikuk petani dari desa pedalaman turun dari truk dan bak terbuka. Berjejal mereka dengan hasil kebun-tani, buah dan sayur segar segera disambut spontan oleh pedagang pasar. Bandar pasar langsung mengambil peran, berbekal kalkulator terbungkus plastik dan buku kumal setengah basah, mulai ia mencatat hasil alam yang turun dan langsung membagi jatah pada pedagang. Petani dari desa pedalaman menyudut di warung kopi, hanya supir truk merangkap ketua kelompok mereka tinggalkan untuk berurusan dengan bandar pasar. Petani perempuan dari desa pedalaman lebih senang untuk menjual hasil taninya sendiri. Dengan sepatu bot semata kaki, dengan ujung kain terlipat sampai pinggang, petani perempuan dari desa pedalaman bergerak tangkas menurunkan hasil tani lalu menyebar masuk, menyeruak lebih dalam di tengah kesibukan pasar, di bawah pijar lampu pasar sepanjang lorong-lorong peti pedagang. Dibantu oleh beberapa buruh gendong harian, pekerjaan mempersiapkan lapak dagang terasa mudah bagi mereka. Preman pasar tak mau ketinggalan terlibat, kesulitan untuk memposisikan diri mengambil pungutan tanpa alasan, lantas memfungsikan diri sebagai juru parkir. Cukup efektif rupanya untuk menjadi alasan memasang tarif parkir di atas rata-rata setelahnya, belum lagi ‘uang keamanan’ dari bandar pasar dan ketua kelompok petani. Sepagi ini konsumen belum datang. Orang-orang pasar masih sibuk menyiapkan dagangannya. Lapak, timbangan, keranjang-keranjang buah dan sayur ditata sedemikian rupa agar memudahkan pembeli melihat lebih dekat kualitasnya. Kesibukan yang sama diperlihatkan oleh Pak Udeh, pedagang pasar, yang saya kenali beberapa bulan ini. Dengan isterinya, Pak Udeh telah menghabiskan paruh usianya berjualan di pasar. Sayuran yang dibawanya dari desa nun jauh di pegunungan Lembang adalah hasil tani keluarganya, dari lahan yang disewakan orang kota. Menurut Pak Udeh, di desanya hampir seluruh lahan pertanian dimiliki orang kota, penduduk setempat hanyalah petani penggarap. http://www.bagaskarakawuryan.wordpress.com

cakra bagaskara manjer kawuryan

Kewajiban membayar uang sewa lahan tentunya perihal yang harus dipenuhi oleh petani penggarap dari lahan di desanya sendiri. Pagi ini Pak Udeh hanya membawa sayur dari hasil taninya. Menanam buah-buahan memerlukan perawatan yang tidak murah, dan waktu yang cukup lama. Pak Udeh harus cermat untuk menentukan kapan untuk menanam apa, termasuk juga kecermatan melihat kebutuhan pembeli. Pernah beberapa kali Pak Udeh lalai memperkirakan kebutuhan konsumen, hasilnya, buah-buahan dari hasil taninya tersisa banyak alias tidak terjual maksimal. Jika sudah begitu, Pak Udeh menyerahkan nasib ekonominya pada pengepul yang akan membeli hasil tani dengan harga yang rendah. Pagi ini Pak Udeh mengawali kesibukannya dengan memanjatkan doa bersama sang isteri. Doa bagi kesuksesan puteri keduanya yang tengah mengajukan skripsi di sebuah Perguruan Tinggi. Semoga hasil taninya pagi ini mampu membayar cicilan uang kuliah dan biaya skripsi puterinya. Semoga kelak puterinya menjadi seorang dokter yang mampu dibanggakan oleh keluarga dan bermanfaat bagi orang lain khususnya orang-orang kecil seperti petani dan orang-orang pasar. Harapan besar, semoga anak cucunya kelak menikmati kehidupan lebih baik daripada mereka, menegakkan kembali marwah keluarga. Demikian doa yang sanggup saya dengar dari riuh rendah suara mereka di tengah hiruk pikuk kesibukan orang-orang pasar. Sayur-sayuran pun lantas dipersiapkan. Sebungkus nasi terbungkus daun pisang lengkap dengan ikan asin dan sambal ditawarkan kepada saya. Pak Udeh dan isteri memang tidak pernah membeli sarapan paginya dari pedagang lain, puteri mereka telah mempersiapkan kebutuhan sarapan dan kopi untuk Pak Udeh dari rumah. Lebih ekonomis dan terjamin gizinya menurut Pak Udeh. Saya ucapkan terima kasih atas nasi bungkusnya, segera saya buka, dingin memang namun wangi daun pisang segera menggugah selera. Disela kesibukan isteri Pak Udeh bercengkrama hangat dengan orang-orang pasar, masih sempat beliau menyediakan segelas teh hangat untuk saya. Sudah hampir tiga puluh tahun isteri Pak Udeh setia mengabdikan dirinya bagi seorang suami, tidak pernah terfikir untuk meninggalkannya. Cinta pertamanya ialah Udeh muda pada empat puluh tahun yang lalu dan akan begitu selamanya, begitu katanya sambil tersipu malu disebuah kesempatan bercerita. Orang-orang kota belum lagi datang ke pasar untuk membeli sayur dan buah orang-orang pasar. Pagi masih terlalu dini bagi orang-orang kota untuk menyibakkan selimut, apalagi di tengah cuaca sedingin pagi ini. Setelah sibuk seharian menjalankan aktifitas mereka sebagai karyawan, buruh pabrik, eksekutif, profesional, pegawai negeri atau swasta dan lainnya, tentunya orang-orang kota tidak akan bersegera bangun pagi layaknya orangorang pasar. Orang-orang pasar seperti Pak Udeh dan keluarganya sedikit saja punya waktu untuk beristirahat. Memastikan sayuran terjual seluruhnya memerlukan waktu sampai dengan siang nanti, merapihkan tempat berjualan merupakan pekerjaan selanjutnya sebelum beranjak pulang. Di rumah, lahan tani dan kebun mereka telah menunggu untuk diair-i dan dipastikan mendapatkan pupuk juga terbebas dari ilalang. Pekerjaan menanam dan memelihara lahan tani akan berlanjut sampai dengan petang, tepat saat adzan ashar memanggil. Waktu untuk bercengkrama bersama keluarga baru tersedia selepas maghrib sampai dengan dunia dalam berita di TVRI selesai. Selanjutnya, beristirahat untuk mempersiapkan tubuh bangun lebih pagi sebab pasar menunggunya. http://www.bagaskarakawuryan.wordpress.com

cakra bagaskara manjer kawuryan

Orang-orang pasar beserta keagungan kehidupannya, memberikan hikmah tersendiri bagi saya untuk lebih memahami nilai sebuah kerja dan aksi dalam kehidupan. Orang-orang pasar bergerak rutin dalam kehidupan sehari-hari, namun kesahajaan orang-orang pasar untuk menjalani kehidupan dengan kehangatan dan rasa syukur kepada Tuhan ialah perihal tidak ternilai oleh apapun. Orang-orang kota boleh saja riuh membincangkan kemungkinan-kemungkinan pertumbuhan ekonomi setelah Obama dengan spontan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia selepas jamuan pelantikannya. Orangorang pasar tidak bergeming dengan itu semua, bahkan mungkin menganggap aneh, bagaimana tindakan spontanitas seseorang dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonominya. Aneh, sebab memikirkan bagaimana bisa spontanitas seseorang berkomunikasi dengan bahasa Indonesia mampu meningkatkan hasil usaha tani mereka. Orang-orang pasar tidak bergeming menjual rokok meskipun bukan perokok saat ulamanya berijtihad mengharamkan rokok. Banyaknya partai dan daftar calon legislatif yang orang-orang pasar temukenali dari baliho dan pamflet-pamfletnya baru mampu menjadi bahan obrolan sambil(an) bercanda bagi orang-orang pasar. Orang-orang pasar bernilai kemurnian, kesahajaan dan keutuhan menjalani hidup. Kompetititf memang satu sama lainnya namun ritme kebersamaan terasa sangat kental sesamanya. Orang-orang pasar bekerja dan beraksi untuk kehidupan sejatinya. Tidak berlebihan kiranya Hannah Arendt dalam Human Condition menegaskan “Work is the activity which corresponds to the unnaturalness of human existence, which is not imbedded in, and whose mortality is not compensated by, the species' ever-recurring life cycle. Work provides an "artificial" world of things, distinctly different from all natural surroundings. Within its borders each individual life is housed, while this world itself is meant to outlast and transcend them all. The human condition of work is worldliness.” Saya tidak begitu yakin orang-orang pasar seperti Pak Udeh bekerja berdasar pula apa yang ditegaskan oleh Arendt. Bagi Pak Udeh, bekerja, selain untuk menghidupi keluarga, menjadikan puterinya seorang dokter, juga merupakan bukti penyembahan dan bentuk ketaklukan atas kuasa Tuhan. Kerja adalah cinta yang ngejawantah, dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cinta hanya dengan enggan, maka lebih baik jika kau meninggalkannya, lalu mengambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita, begitu Gibran menggambarkannya. Orang-orang pasar pagi ini, seperti layaknya semburat cahaya Tuhan yang menembus relung jiwa bagi saya, menerangi sampai kedasarnya. Orang- orang pasar bagi saya adalah orang-orang yang menempatkan dirinya dalam keagungan hidup milik Tuhan, menjadikan kerja dan seluruh aktifitas lebih bermakna. Dari bangku rendah yang juga berfungsi sebagai alas keranjang sayur agar tidak langsung bersentuhan dengan tanah, bersama rasa dingin yang menjalar akibat sandal jepit yang berlumur lumpur tanah sampai batas telapak kaki, berbekal sarapan pagi nasi bungkus daun pisang dan segelas teh panas, saya merasa cemburu tidak terkira kepada orang-orang pasar yang sedemikian rupa telah menegaskan makna kerja dengan cinta. Semangat !!! ☺ http://www.bagaskarakawuryan.wordpress.com

cakra bagaskara manjer kawuryan

Related Documents

Pasar Agosto
November 2019 27
Segmentasi: Pasar
June 2020 16
Pasar Modal.docx
November 2019 27
Pasar Input
December 2019 34

More Documents from ""

Hamukti Wiwaha
December 2019 35
Simulakra
December 2019 32
Zero Deforestation
December 2019 41
Manifesto Vagy
December 2019 29
Syair Mahabbah
December 2019 39