Nambah Ilmu Tentang Rumah Sehat

  • Uploaded by: sutopo patriajati
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Nambah Ilmu Tentang Rumah Sehat as PDF for free.

More details

  • Words: 1,854
  • Pages: 8
Rumah Sehat A. Pengertian Rumah Sehat. 1. Sanitasi Rumah a. Pengertian Sanitasi Menurut Azrul Azwar yang dimaksud dengan sanitasi adalah : Usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. b. Pengertian Rumah Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. c. Rumah Sehat adalah tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna, baik fisik, rohani maupun sosial. 2. Rumah Sehat Rumah disebut sehat apabila memenuhi syarat – syarat : a. Kesehatan Suatu rumah disebut memenuhi syarat kesehatan apabila : Cukup hawa dan aliran udara segar, berarti mempunyai ventilasi yang cukup. b. Kekuatan bangunan 1. Rumah dengan struktur dan kontruksi bangunan yang cukup kuat sesuai dengan keadaan setempat. 2. Rumah yang menggunakan bahan yang cukup kuat, tidak rapuh dan tidak khawatir dapat ambruk sewaktu – waktu.

mudah

c. Keterjangkauan Secara sosial ekonomis, terjangkau oleh pemilik atau penghuni, baik ongkos / biaya sewa, membeli atau membangun. B. Kriteria Rumah Sehat Rumusan yang dikeluarkan oleh APHA (American Public Health Association) bahwa persyaratan rumah sehat :  Harus memenuhi kebutuhan – kebutuhan physiologis  Harus memenuhi kebutuhan – kebutuhan psycologis  Harus terhindar dari penyakit menular  Harus terhindar dari kecelakaan – kecelakaan Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

Sutopo Patria Jati

1

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. C. Syarat Rumah Sehat Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 829 / Menkes/SK/VII/1999 : a. Lokasi 1). Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, gelombang tsunami, longsor, dan sebagainya. 2). Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir dan bekas lokasi pertambangan. 3). Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.

dan

sampah daerah

b. Sarana dan Prasarana Lingkungan 1). Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan. 2). Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat vektor penyakit dan memenuhi persyaratan teknis ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

perindukan sesuai dengan

3). Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan sebagai berikut 

Konstruksi jalan tidak membahayakan kesehatan.



Konstruksi trotoar jalan tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat.



Bila ada jembatan harus diberi pagar pengaman.



Lampu penerangan jalan tidak menyilaukan.

4). Tersedia sumber air bersih yang menghasilkan air secara cukup sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5). Pengelolaan pembuangan kotoran manusia dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sutopo Patria Jati

2

6). Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7). Memiliki akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial seperti keamanan, kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya. 8). Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 9). Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadinya kontaminasi yang dapat menimbulkan keracunan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Winslow dan APHA, pemukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit. Penjelasannya adalah sbb: a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain : 1). Pencahayaan. a). Pencahayaan alam. Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang terbuka. Cahaya matahari berguna selain untuk penerangan juga dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kumanpenyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain. Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan untuk berbagai keperluan menurut WHO dimana salah satunya adalah untuk kamar keluarga dan tidur dalam rumah adalah 60 – 120 Lux. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ketimur. Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10 – 20 % dari luas lantai. b). Pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat dipengaruhi oleh : b.1). Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit- langit. b.2). Konstruksi sumber cahaya dalam ornamen yang dipergunakan. b.3). Luas dan bentuk ruangan. b.4). Penyebaran sinar dari sumber cahaya. 2). Ventilasi (penghawaan) Ventilasi digunakan untuk pergantian udara, udara perlu diganti agar mendapat kesegaran badan selain itu agar kuman-kuman penyakit dalam udara antara lain bakteri dan virus dapat keluar dari ruangan Sutopo Patria Jati

3

sehingga tidak menjadikan penyakit. Orang-orang yang batuk dan bersin-bersin mengeluarkan udara yang penuh dengan kuman-kuman penyakit (TBC, pneumonia,dll) yang dapat meninfecteer udara di sekelilingnya. Penyakit-penyakit menular yang penularannya dengan perantara udara, antara lain : TBC, bronchitis, pneumonia, dll. Hawa segar diperlukan dalam rumah untuk mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 220C - 300C sudah cukup segar. Untuk memperoleh kenyamanan udara seperti dimaksud diatas diperlukan adanya ventilasi yang baik. Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan masak-masak, jangan sampai orang-orang yang ada di dalam rumah menjadi kedinginan dan sakit. Pembuatan lubang-lubang ventilasi dan jendela harus serasi dengan luas kamar dan sesuai dengan iklim ditempat itu. Didaerah yang berhawa dingin dan banyak angin, jangan membuat lubang-lubang ventilasi yang lebar. Cukup yang kecil-kecil saja. Tetapi di daerah yang berhawa panas dan tidak banyak angin, lubang ventilasi dapat dibuat agak lebih besar. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, diantaranya : a). Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5 % dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5 %. Jumlah keduanya menjadi 10 % kali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit. b). Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain. c). Aliran udara diusahakan CROSS VENTILATION dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya almari, dinding sekat dan lain-lain. Udara dialam bebas pada umumnya mempunyai komposisi yang terdiri dari unsur-unsur yang bermanfaat bagi kesehatan dan unsur-unsur yang kurang bermanfaat bagi kesehatan . Unsur udara bebas pada umumnya terdiri : c.1) Nitrogen (zat lemas) 78,8 %. c.2.) Oksigen (zat asam) 20,7 %. c.3.) Karbondioksida (Gas asam arang) 0,04 %. c.4) Uap air 0,46 %. c.5.) Ozon (0.3%), Amoniak (NH3), Gas cair (H2) dan lain-lain. Unsur yang bermanfaat bagi kesehatan yaitu Oksigen (O2).

Sutopo Patria Jati

4

Kandungan CO2 adalah unsur yang kurang bermanfaat bagi kesehatan. CO2 banyak terdapat di udara terutama di dalam ruangan yang dipadati manusia. Produksi CO2 terjadi akibat proses pernafasan.

Sutopo Patria Jati

5

2.1.

Penghawaan alam Penghawaan alam ini mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperatur udara luar dan kelembabannya. Selain melalui jendela, pintu dan lubang hawa, maka penghawaan alam pun dapat diperoleh dari pergerakan udara sebagai hasil sifat poreus dinding ruangan, atap dan lantai. Lubang ventilasi sebaiknya tidak terlalu rendah, maksimal 80 Cm dari langit-langit. Tinggi jendela yang dapat dibuka (ditutup) dari lantai minimal 80 Cm. jarak dari langt-langit terhadap jendela minimal 30 Cm. Untuk mencegah gangguan binatang sebaiknya dipasang kasa nyamuk.

2.2.

Penghawaan buatan, antara lain : a). Fan (kipas angin) Perputaran baling-baling kipas menghasilkan pergerakan udara ke depan. Udara yang digerakkan tetap udara daalm ruangan itu sendiri, sehingga tidak ada pertukaran udara. b). Exhauster Baling-baling penyedot udara didalam atau dari luar ruangan untuk mengganti udara yang telah terpakai. Pada pemakaian Exhauster harus diimbangi dengan penempatan lubang ventilasi yang berseberangan dengan alat tersebut.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain : 1). Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni (Kepadatan hunian) Kepadatan hunia di dalam rumah dapat menimbulkan efek negatif terhadap fisik, mental maupun moril bagi penghuninya. kepadatan memudahkan terjadinya penularan penyakit terutama melalui saluran pernafasan. Ada 2 cara untuk menilai kepadatan hunian didalam rumah yaitu : a). Jumlah orang dibanding dengan jumlah kamar tidur. Tabel 1 Jumlah orang dibanding jumlah kamar tidur : No Jumlah Kamar

Jumlah penghuni

1 2 3 4 5

2 orang 3 orang 5 orang 7 orang 10 orang

Satu Dua Tiga Empat Lima atau lebih

Sumber : Lubis, P. Perumahan Sehat, 1985. Dengan ketentuan bahwa setiap penambahan satu kamar tidur diatas lima tersebut diperkenankan menambah penghuni sebanyak 2 orang.

Sutopo Patria Jati

6

b). Jumlah orang dibanding dengan luas lantai kamar. Tabel 2 Jumlah orang dibanding jumlah kamar tidur : No Luas lantai kamar 1 2 3 4 5

4,64 m2 4,64– 6,5 m2 6,5 – 8 m2 8 – 10 m2 Lebih dari 10 m2

Jumlah penghuni maksimal 0 0,5 1 1,5 2

Sumber : Lubis, P. Perumahan Sehat, 1985. Dengan ketentuan anak di bawah umur 1 tahun tidak diperhatikan, umur 1 – 10 tahun dihitung setengah. Menurut Tupasi, kepadatan hunian di tentukan dengan jumlah kamar tidur di bagi jumlah penghuni, dinyatakan : i ). Baik

: Bila kepadatan lebih atau sama dengan 0,7

ii ). Cukup

: Bila kepadatan antara 0,5 – 0, 7

iii ). Kurang

: Bila kepadatan kurang dari 0,5

2). WC dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah. Suatu rumah harus mempunyai WC dan kamar mandi sendiri dan terpelihara kebersihannya. Bila tidak mempunyai WC sendiri, maka buang air besar dilakukan di sembarang tempat (sungai, kebun, empang, dan lain-lain) yang sebenarnya tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan dan memudahkan penyakit-penyakit tertentu dapat ditularkan melalui pembuangan kotoran yang tidak sehat. c. Mencegah penularan penyakit. Kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal bagi keluarga harus memperhatikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit bagi penghuninya, antara lain : 1). Bebas dari serangga dan tikus. Menghindari adanya kehidupan serangga (lalat, tikus dan kecoa), dengan cara atau usaha kebersihan dan kesehatan lingkungan di dalam dan di luar rumah. 2). Pembuangan sampah. Sampah dibedakan menjadi : sampah basah, sampah kering dan sampah sukar busuk (kaleng, kaca, paku dan lain-lain). Sampah jangan dibuang di tempat terbuka lebih dari 24 jam karena akan menyebabkan lalat dan tikus untuk bersarang. 3). Pembuangan tinja. Usahakan setiap rumah mempunyai jamban sendiri, selalu bersih dan tidak berbau (konstruksi leher angsa). Jarak cukup jauh dari sumber air dan letaknya di bagian hilir air tanah. WC harus selalu bersih, mudah dibersihkan, cukup cahaya dan cukup ventilasi.

Sutopo Patria Jati

7

Daftar Pustaka 1. Direktorat Jenderal PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI dan Indonesia, Pedoman Teknis Penilaian Rumah sehat. Jakarta,2002. 2. Lubis Pandapotan. Perumahan Sehat, Pusat Depkes RI.Jakarta,1985

Pendidikan Tenaga Kesehatan

3. Tim Penggerak PKK Pusat dan Direktorat Jenderal PMD, Buku Pedoman Rumah Sehat, Jakarta.,1993/1994. 4. Undang Undang Republik Indonesia No. : 4 Tahun 1992, Tentang Perumahan dan Pemukiman.

Sutopo Patria Jati

8

Related Documents


More Documents from "sutopo patriajati"