Menyusuri pembelajaran sains 41: Mempelajari tekanan udara Leo Sutrisno Tekanan udara merupakan berat udara yang berada di sebelah atas. Mereka yang senang berenang merasakan telinganya terasa sakit apabila menyelam dalam, semakin dalam semakin terasa sakit. Demikian juga bagi mereka yang suka mendaki gunung, semakin tinggi gunung didaki semakin rendah tekanan udara yang dirasakan. Dan, memang demikian, tekanan udara di suatu ditentukan oleh berat udara yang berada di sebelah atas tempat itu. Semakin tinggi letaknya semakin rendah tekanan udaranya. Konsep tentang tekanan udara tidak mudah dijangkau oleh sejumlah anak. Dalam buku pelajaran sering diceritakan bahwa kaleng kosong yang tertutup rapat jika dibawa ke puncak gunung akan melesak ke luar. Demikian juga telur akan pecah. Cerita itu meragukan karena pengalaman anak pada saat mengikuti darmawisata ke gunung mendapati kaleng Coca colanya tidak juga melesak. Di gunung juga dijual telur ayam mentah yang masih utuh. Pemahaman berhubungan erat dengan pengalaman. Pengalaman terkait dengan kesadaran. Semakin menyadari akan keberadaan sesuatu semakin banyak pengalaman yang diperolehnya, semakin tinggilah pemahamannya. Karena itu, kegiatan melakukan sesuatu perlu juga dilaksanakan agar siswa memahami tekanan udara. Kegiatan 1: air tidak tumpah. Kita siapkan air di dalam sebuah panci. Sebuah gelas dimasukkan ke dalam air hingga penuh berisi air. Kemudian, gelas dibalikkan dan diangkat perlahan-lahan hingga bagian mulutnya tepat berada di bawah permukaan air yang ada di panci. Sekali pun tidak ditutup, ternyata air di dalam gelas tidak tumpah. Kenapa? Ada tekanan udara.
Percobaan serupa juga dapat dilakukan, hanya perlu hati-hati. Sebuah gelas diisi dengan air hingga penuh. Kemudian ditutup dengan sepotong kertas. Lalu dibalikkan perlahan-lahan. Selama proses membalik gelas hingga berdiri tegak, tutup kertas tadi perlu ditahan dengan telapak tangan. Baru setelah gelas dalam posisi terbalik lurus ke atas bantuan tangan di lepaskan. Ternyata untuk beberapa waktu kertas tidak lepas dan air tidak tumpah. Kenapa? Ada tekanan udara.
Kegiatan 2: air tidak mengalir. Kita sediakan sebuah kaleng, bekas kaleng dengan tutup yang lebar, kaleng susu, misalnya. Pada tutupnya dibuat dua lubang kecil yang berjauhan. Kaleng diisi air dan ditutup rapat. Ketika dimiringkan, air akan keluar dari kaleng melalui salah satu lubangnya. Apa bila lubang yang lain ditutup dengan jari tangan. Air berhenti mengalir. Jika tutup dilepas, serta merta air mengalir kembali. Mengapa?
Percobaan serupa dapat dilalukan dengan sedotan minuman. Sedotan minuman dimasukkan ke dalam air sehingga seluruhnya terisi air.
Kemudan diangkat dengan memutup salah satu lubangnya dengan jari kita. Ternyata air dalam sedotan itu tidak ke luar sekali pun sedotan di tegakkan terbalik. Mengapa? Kegiatan 3: permukaan air dalam pipa tidak turun. Kita sediakan selang plastik yang bening. Sekitar 11 meter panjangnya. Isis penuh dengan air. Kemudian salah ujungnya ditutup rapat. Ujung yang tertutup ditarik ke atas sementara ujung yang terbuka masih terendam di dalam air. Sampai ketinggian berapa meter, permukaan air itu tidak turun. Kalau diameter lubang plastic itu sekitar 1 cm, kita dapat membawa naik hingga sekitar 10 meter. Bagaimana kalau lubangnya lebih besar? Ban sepeda, sepeda motor dan juga mobil menggunakan prinsip tekanen udara ini dengan cuma-cuma. Coba carilah alat lain yang menggunakan ‘jasa’ tekanan udara seperti itu. Selamat mencari!