Mola Hidatidosa Oke.docx

  • Uploaded by: Casey Petry Daisiu
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mola Hidatidosa Oke.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,525
  • Pages: 6
MOLA HIDATIDOSA Definisi Mola hidatidosa merupakan kondisi kehamilan yang tidak normal, komplikasi yang dapat terjadi perdarahan yang hebat sampai syok, perdarahan berulang yang dapat menyebabkan anemia, infeksi sekunder, perforasi karena keganasan dan karena tindakan, dan menjadi ganas (PTG), kira-kira 18-20% kasus akan menjadi koriokarsinoma (Risneni,2016). Mola hidatidosa yang dikenal awam sebagai hamil anggur merupakan kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan bakal janin, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (villi) yang mirip gerombolan buah anggur (Septiyaningsih, Kusumawati, & Ulfah, 2015 dalam Norma & Dwi, 2013). Mola hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional yang lebih dikenal dengan sebutan hamil anggur, adalah kehamilan yang ditandai dengan perkembangan trofoblas yang tidak wajar. Pada mola hidatidosa, struktur yang dibentuk trofoblas yaitu vili korialis berbentuk gelembung - gelembung seperti anggur. Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematus (Cunningham, et al, 2009). Mola hidatidosa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu complete mole dan partial mole. 1. Complete mole ketika jaringan plasenta dan janin tidak terbentuk sama sekali, sehingga yang ada hanyalah massa sel abnormal seperti anggur. 2. Partial mole terjadi apabila ditemukan janin atau sebagian janin. Namun janin yang terbentuk tidak normal, bagian tubuhnya tidak proporsional atau cacat (Risneni, 2016) Tanda dan Gejala Uterus membesar lebih cepat dari biasanya, penderita mengeluh mual dan muntah, tidak jarang terjadi perdarahan pervagina. Kadang-kadang pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan diagnosis mola hidatidosa. Mola parsial biasanya ditemukan sebagai aborsi yang tidak disadari selama trimester pertama atau trimester kedua awal. Kadar β-hCG yang normal atau sedikit meningkat sering ditemukan. Mola komplet biasanya menyebabkan perdarahan pervaginam (85%) yang mendorong pasien untuk mengunjung tenaga kesehatan. Kurang dari 10% ibu mengalami anemia, hyperemesis gravidarum, atau preeklamsi. Peningkatan kadar β-hCG yang jelas (>>100.000 ml) adalah tanda yang khas (Norwitz & Schorge, 2008). Etiologi Faktor-faktor yang dapat menyebabkannya antara lain: 1. Faktor ovum yang secara patologi sudah mati tetapi terhambat untuk dikeluarkan

2. Immunoselektif dari trofoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma vili menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast 3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dimana pada masa kehamilan sangat dibutuhkan zat-zat gizi yang tinggi. Di Asia menunjukkan bahwa angka kejadian mola hidatidosa masih cukup tinggi (1:120 kehamilan) dibandingkan di negara barat (1: 2000 kehamilan) Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar Negara Asia mempunyai jumlah penduduk yang masih di bawah garis kemiskinan (status sosio ekonomi yang rendah) yang menyebabkan tingkat gizi yang rendah khususnya defisiensi protein, asam folat dan karoten (Septiyaningsih, Kusumawati, & Ulfah, 2015). 4. Paritas tinggi, mola hidatidosa biasanya di jumpai lebih sering pada umur reproduktif (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola hidatidosa akan lebih besar (Risneni, 2016). 5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal. 6. Infeksi virus dan kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh. Pathway

Diagnosis 1. Pemeriksaan klinik

Bila ada pendarahan pada kehamilan muda, terutama bila disertai adanya hyperemesis, preeklamsia atau hipertiroid, adanya mola peru dicurigai. Pada pemeriksaan didapatkan uterus yang lebih besar dari usia kehamilan, tidak ada balotemen, dan detak jantung janin yang biasanya sudah terdengar pada kehamilan 12 minggu, dalam hal ini tidak terdengar. Pada 15% kasus dijumpai adanya kista teka lutein pada kedua ovarium. Dan kadang-kadang dijumpai preeklamsia pada trisemester pertama atau kedua, hyperemesis dan hipertiroid. Adanya tirotoksikosis pada penderita mola dapat diduga bila terdapat gejala-gejala ; 1). nadi istirahat > 100x/menit tanpa ada sebab-sebab lain yang jelas seperti Hb yang <7 gr%, demam dan lain-lain, 2). Besar uterus >20 minggu, 3). Kadar hCG (IRMA) >300.000 mlU/ml (Muzayyanah, 2002). 2. Pemeriksaan hCG urin

Pemeriksaan ini tidak mutlak menunjukkan adanya mola karena dalam urin bisa saja lebih rendah dari kehamilan normal, sedang bila kadarnya tinggi masih mungkin suatu kehamilan kembar. Bila kadarnya lebih dari 500.000 IU/24 jam urin biasanya mola, dan berbeda dengan kehamilan normal biasanya kurang dari 100.000 IU/24 jam urin (Muzayyanah, 2002). 3. Ultrasonografi

Pemeriksaan USG aman baik untuk ibu maupun janin dan cukup akurat. Pemeriksaan ini harus dilakukan pada setiap pendarahan kehamilan muda dengan uterus sebesar 12 minggu. Mola hidatidosa tampak sebagai jaringan ekogenik homogeny yang mengisi kavum uteri. Adanya gambaran vesikuler yang berasal dari edema villi baru terlihat mulai kehamilan 9 minggu (terutama dengan pemeriksaan USG tans-vaginal). Gambaran mola hidatidosa pada kehamilan trisemester II umumnya spesifik. Kavum uteri tampak berisi massa ekogenik dengan bagan-bagian kistik vesikuler berdiameter 5-10 mm. gambaran tersebut dapat dibayangkan seperti gambaran sarangtawon atau badai salju. Pada 20-50% kasus dapat dijumpai adanya masa kistik multilokuler di daerah adneksa, yang berasal dari kista teka lutein (Muzayyanah, 2002). Pengobatan Dilatasi dan evakuasi (D & E) merupakan pengobatan awal paling umum untuk kehamilan mola. Histerektomi merupakan alternatif bagi pasien-pasien tertentu yang menginginkan sterilisasi melalui pembedahan(Norwitz & Schorge, 2008). 1. Profilaksis. Imunoglobulin anti-D harus diberikan kepada pasien Rh-negatif yang sesuai. 2. Surveilans. Kadar β-hCG harus dipantau sampai akhirnya tidak dapat terdeteksi lagi.

3. Kontrasepsi hormonal harus didukung untuk mencegah kehamilan dan mengurangi kemungkinan interpretasi β-hCG yang rumit. 4. Kehamilan selanjutnya. Pasien dapat mengharapkan hasil akhir reproduksi normal pada pembuahan selanjutnya. Risiko mengalami mola hidatidosa untuk kedua kalinya adalah sekitar 1%. Penatalaksanaan 1. Persiapan Evakuasi Bila diagnosis sudah pasti dan persiapan evakuasi sudah selesai, maka evaluasi harus segera dilakukan. Bila penilaian preevakuasi cukup baik maka evakuasi dapat dilakuakan, tetapi bila ada yang tidak normal, maka diperbaiki dulu atau diobati dulu, misalnya anemia dengan frustasi (Muzayyanah, 2002). 2. Prosedur evakuasi Kurang lebih separuh dari mola hidatidosa datang dalam keadaan abortus. Bila perdarahaan terjadi secara aktif maka infus oksitosin dapat segera dipasang. Bila belum terjadi abortus maka evakuasi dilakukan mendilatasi servik terlebih dahulu sampai diameter 12 mm, baru dilakukan kuret hisap da kuret tajam secara hati-hati. Anemia pada pasien diatasi dengan pemberian transfusi darah sebelum dilakukan dilatasi servik dengan pemasangan laminaria stiff. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu terjadi abortus mola, pasien sudah dalam keadaan optimal. Kuretase dilakukan setelah 12 jam pemasangan lamina stiff dengan kuret hisap, dilanjutkan dengan kuret tajam sesuai prosedur yang berlaku (Muzayyanah, 2002). Asuhan Keperawatan

Pengkajian Pemeriksaan fisik : -

tinggi fundus uterus pada usia kehamilan 24 minggu = 35 cm Pasien mengalami pendarahan Konjungtiva pucat Pasien merasa nyeri pada perut bagian bawah TD : 150/110 , suhu : 38 derajat celcius; RR : 25 kali permenit; HR : 100 kali permenit Pasien mengalami mual dan muntah Tidak terdengar DJJ Pasien merasa cemas

Pemeriksaan laboratorium : -

β-hCG urin 150.000 ml β-hCG serum 45.000 ml

Pemeriksaan penunjang :

-

hasil USG terlihat seperti badai salju

Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya agens cedera biologis infeksi ditandai dengan tinggi fundus uterus melebihi normal 2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit mola hidatidosa ditandai dengan cemas 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Rencana Keperawatan Diagnosa 1 Nyeri akut berhubungan dengan adanya agens cedera biologis infeksi ditandai dengan tinggi fundus uterus melebihi normal Tujuan

: klien akan menunjukkan nyeri berkurang

Kriteria hasil :

Intervensi

:

Klien mengatakan nyeri berkurang Ekspresi wajah tenang (tidak kesakitan) TTV dalam batas normal

-

Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri pasien Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat Rasional : untuk meredakan nyeri Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya farmakologi, nonfarmakologi, interpesonal) Rasional : untuk memfasilitasi penurunan nyeri Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan tepat Rasional : pasien dapat memonitor nyeri secara mandiri dan di konsultasikan dengan tenaga kesehatan

-

-

-

Diagnosa 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan

: Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri

Kriteria Hasil : Intervensi

: -

-

-

Kebutuhan personal hygiene terpenuhi Klien nampak rapi dan bersih.

Pertimbangkan budaya pasien ketika meningkatkan aktivitas perawatan diri Rasional : agar kebudayaan yang dianut oleh pasien tidak terganggu Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat-alat kebersihan diri, alat bantu untuk berpakaian, berdandan, eliminasi, dan makan Rasional : untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan diri mandiri Rasional : sebagai perawat harus membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien dan juga harus memandirikan pasien Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari sampai batas kemampuan Rasional : agar pasien dapat pulih kembali dalam melakukan aktivitas seharihari

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. G., Lenevo, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., & Spong, C. Y. (2009). Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Muzayyanah. (2002). Studi kasus Mola Hidatidosa. Mutiara Medika, 55-61. Norwitz, E., & Schorge, J. (2008). At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga. Risneni, R. (2016). Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Mola Hidatidosa Pada Satu Rumah Sakit Di Provinsi Lampung. Jurnal Keperawatan, 174-178. Septoyaningsih, R., Kusumawati, D. D., & Ulfah, A. (2016). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mola Hidatidosa. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, 17-24.

Related Documents


More Documents from ""

Mola Hidatidosa Oke.docx
November 2019 15
Lyxn
September 2019 24
Xyy Syndrome Craft
April 2020 21
3.endangered.pearce
November 2019 18