DIFERENSIASI & STRATIFIKASI SOSIAL Oleh: Luqman Effendi
[email protected] [email protected]
PENDAHULUAN PROSES SOSIOLOGIS YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KELOMPOK: INTEGRASI SOSIAL (kecenderungan untuk saling menarik, tergantung dan menyesuaikan diri) DIFERENSIASI SOSIAL (kecenderungan ke arah perkembangan sosial yang berlawanan)
PERTANYAAN SOSIOLOGISNYA: Apakah seiring dengan tumbuhnya diferensiasi sosial, maka integrasi sosial bisa terjaga ? Faktor-faktor apa yang menyebabkan integrasi sosial tetap terjaga ? Faktor-faktor apa yang merusak integrasi sosial ?
Diferensiasi dan Stratifikasi Sosial Struktur Sosial yang ada umumnya memiliki 2 ciri: Secara vertikal, ditandai adanya perbedaan antar kelas sosial dan polarisasi sosial Secara horizontal, ditandai adanya kesatuan sosial berda-sarkan perbedaan suku bangsa, agama, profesi, ras, adat serta kedaerahan.
Perbedaan secara vertikal disebut sebagai stratifikasi sosial Perbedaan secara horizontal disebut sebagai diferensiasi sosial.
Wujud Diferensiasi Sosial Wujud Diferensiasi Sosial yang menonjol adalah: Perbedaan Ras Perbedaan Etnik Perbedaan Agama Perbedaan Jenis Kelamin
Perbedaan Ras Perbedaan masyarakat atas dasar Ras bisa dida-sarkan atas perbedaan ciri fisik maupun sosial Secara geografis Ras adalah kumpulan individu atau kelompok yang serupa dalam sejumlah ciri dan yang menghuni suatu teritori serta acapkali berasal mula sama. G.Cuvier (1812) membedakan Ras menjadi: Ras Putih, Ras kuning, dan Ras hitam E.Von Eickstedt membedakan: Leukoderm (putih), Melanoderm (hitam), dan Xantoderm (kuning)
Perbedaan Etnik Kelompok etnik atau suku bangsa didasarkan pada persamaan kebudayaan, dan seringkali dikuatkan oleh persamaaan bahasa Keberadaan kelompok etnik tidak selamanya permanen bahkan acapkali hilang karena adanya asimilasi dan amalgamasi Globalisasi dan proses keterbukaan meningkatkan kecenderungan terjadinya asimilasi dan amalgamasi
Perbedaan Agama Agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Kepercayaan dan praktek tersebut mempersatukan semua orang yang beriman ke dalam suatu komunitas moral yang disebut umat. Perbedaan agama disatu sisi memang rawan karena bisa menjadi benih perpecahan
Perbedaan Jenis Kelamin Dalam masyarakat primitif dan tradisional, perbedaan jenis kelamin seringkali merefleksikan perbedaan hal dan kewajiban dimana kaum wanita dalam banyak hal ditempatkan lebih rendah daripada kaum pria. Meningkatkan partisipasi kerja wanita tidak hanya meningkatkan penghasilan rumah tangga, tetapi juga meningkatkan peran istri dalam pengambilan keputusan urusan keluarga
DIFERENSIASI DAN DISORGANISASI SOSIAL Sepanjang perkembangan diferensiasi sosial tetap fungsional dan sifatnya saling mengisi, ketidakpuasan dan perselisihan di dalam masyarakat kecil kemungkinannya bakal tersulut. Sekurang-kurangnya ada tiga faktor yang menyebabkan integrasi sosial pecah: Faktor politik; Faktor Ekonomi; dan Faktor Sosial Budaya
Faktor Politik Hubungan antar kelompok yang berbeda yang semula rukun suatu saat bisa berubah menjadi penuh konflik ketika didalamnya diberi muatan politik atau dimanipulasi untuk kepentingan eliteelite politik. Contohnya: Uni Soviet setelah Michael Gorbachev mengetengahkan perestroika, pengalaman pemberontakan G30S/PKI
Faktor Ekonomi Perbedaan antarkelompok bisa berubah menjadi permusuhan atau minimal sikap antipati ketika perbedaan antara masing-masing kelompok itu bersejajaran dengan kesenjangan kelas ekonomi. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa perselisihan antar etnis sering meledak karena dipicu oleh adanya kesenjangan dan isu ekonomi.
Faktor Sosial Budaya Faktor sosial budaya disini terutama adanya ikatan primordialisme antara kelompok satu dengan yang lain atas dasar solidaritas etnis, ras, kelas, atau sentimen kedaerahan. Ikatan primordialisme bisa memicu terjadinya konflik antarkelompok bisa disimak dari peristiwa perselisihan antara pendukung fanatik sepak bola.
STRATIFIKASI SOSIAL Adanya sesuatu yang dihargai oleh masyarakat merupakan awal proses terjadinya stratifikasi sosial Stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat Dapat tumbuh dengan sendirinya atau dengan sengaja Unsur baku sistem lapisan dalam masyarakat adalah status & roles
Determinan Stratifikasi sosial Pemilikan atas kekayaan (ekonomi) Status atas dasar fungsi pekerjaan Kesalehan seseorang dalam beragama Status atas dasar keturunan Latar belakang rasial/lamanya tinggal Status atas dasar jenis kelamin dan umur
Sistem Stratifikasi Sosial Dikenal dua sistem yaitu open stratification and closed stratification (dalam kenyataan tidak bersifat mutlak) Karakteristik Open Stratification: Setiap anggota masyarakat dimungkinkan untuk pindah strata/status Terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota masyarakat untuk mengejar status Konflik perebutan kekuasaan/status tinggi Kestabilan masyarakat lebih sering terganggu
Karakteristik Closed Stratification: Status ditentukan atas dasar keturunan Status berlaku seumur hidup kecuali karena ada pelanggaran Hubungan antar sesamanya ditentukan atas dasar status dengan mengikuti pola perilaku dan tata-krama adat yang berlaku Harga diri merupakan pandangan hidup Contohnya: sistem kasta di Bali dan India, Gelar-gelar kebangsawanan, dalam tataran tertentu ideologi rasial
Kedudukan dan Peranan Kedudukan (Status) mempunyai 2 arti: Tempat seseorang dalam suatu pola tertentu Merupakan kumpulan hak-hak dan kewajiban
Masyarakat mengembangkan 2 kedudukan (status): Ascribed-Status Achieved-Status Sering ditambah dengan Assigned-Status
Gerak Sosial/Social Mobility Merupakan gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial Dikenal konsep social climbing and social sinking Diteliti untuk mendapatkan keterangan tentang kelanggengan dan keluwesan struktur sosial Prinsip umum gerak sosial: Tidak ada masyarakat dengan sistem lapisan tertutup mutlak Tidak ada masyarakat dengan sistem lapisan
Gerak sosial vertikal yang berlaku umum bagi semua masyarakat tidak ada Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik serta pekerjaan adalah berbeda Tidak ada kecenderungan yang kontinyu perihal bertambah dan berkurangnya laju gerak sosial Saluran penting dalam gerak sosial: Angkatan bersenjata, lembaga agama, sekolah, organisasi politik, ekonomi dan keahlian
KONFLIK DI INDONESIA: PENGALAMAN KELAM Ketika reformasi telah bergulir, di sejumlah daerah di Indonesia kita tentu mengetahui bagaimana bentrokan berdarah antara penduduk asli Dayak dan pendatang dari etnis Madura. Konflik terbuka ini sesungguhnya adalah konflik kultural yang dipicu oleh perseteruan yang harus dilacak jauh ke belakang yang telah diwariskan dari generasi ke generasi
Konflik yang berakar dari adanya dendam kesumat dan perseteruan lama tidak pernah dapat terselesaikan secara tuntas, sekalipun antar etnis yang berbeda itu sebagian diantaranya telah terjadi asimilasi dan hubungan personal yang akrab. Jika dalam kurun waktu tertentu konflik antar etnis belum meledak, maka itu semua hanyalah jeda sosial yang fungsinya sekedar menunda konflik terbuka yang sesungguhnya Pada tingkat individu konflik lebih mudah dieliminasi
INTEGRASI SOSIAL Perseteruan antar etnis riskan terjerumus dalam konflik berdarah, tetapi di komunitas lain perbedaan yang ada tidak selalu harus berbuntut dengan konflik yang terbuka. Studi FISIP- Airlangga menemukan 3 faktor sosial yang berfungsi positif mengeliminasi agar perbedaan tidak meruncing menjadi pergesekan sosial yang manifest.
Pertama, adanya “simbiosis mutualisme” antar etnis yang berbeda dalam kegiatan produksi. Kedua, adanya forum atau zona netral yang dapat dijadikan titik pertemuan antar-etnis yang secara kultural berbeda – yang berfungsi dan melahirkan cross-cutting loyalities Ketiga, adanya dukungan dan sense of belonging yang tinggi dari tokoh masyarakat dan agama serta lembaga sosial untuk tetap menjaga dan mencegah kemungkinan terjadinya konflik horizontal yang terbuka
MEMBANGUN KEHIDUPAN MULTIKULTURALISME
Nasikun (1984), ada 2 faktor yang menyebabkan konflik di dalam masyarakat pluralistis tidak meletup menjadi konflik terbuka: (1) Cross-cutting affiliations, dan (2) Cross-cutting loyalities Masyarakat senantiasa terintegrasi oleh karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial, dan setiap konflik yang terjadi di antara kelompok sosial dengan kelompok sosial lain akan segera dinetralisir oleh adanya loyalitas ganda
Struktur dan loyalitas masyarakat Indonesia yang bersifat silang-menyilang telah menjadi landasan mengapa masyarakat Indonesia tetap relatif stabil dari masa ke masa Dalam kehidupan nyata selalu ada wilayah yang mesti dibagi dengan pihak lain. Kesadaran akan pluralisme, dan kesediaan untuk berbagi ruang dengan pihak lain, niscaya akan melahirkan rasa toleransi yang pada dasarnya merupakan kunci untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Daftar Pustaka Soekanto, Soerjono, (2001). Sosiologi Suatu Pengantar, UI-Press, Jakarta
S
. Pengantar Sosiologi, UI-Press, Jakarta
UNAIR
. Sosiologi Suatu Pengantar , UNAIR-Press, Surabaya
Osborne, Richard & Borin Van Loon, 1999. Mengenal Sosiologi For Beginners, Penerbit Mizan, Cetakan III, Jakarta