MANUSIA DAN ALAM SEMESTA
Dosen : Dr. Hj. Anisa Kusumawardhani, SE., M.Si
OLEH : KELOMPOK 1 : 1. SITI RAHMAH
1601035006
2. LILIS DIKMAWATI
1601035160
3. FARAH AFIFAH
1601035187
4. FIRDA FEBRIANTI
1601035032
5. MAISARI
1601035241
kelas Konsentrasi Akutansi Manajemen
UNIVERSITAS MULAWARMAN PROGRAM STUDI AKUNTANSI 2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita terhadap ilmu pengetahuan dalam hal ini kaitannya dengan Mata Kuliah Etika dan
Profesi
Akuntansi. Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi, terutama dari buku, beberapa jurnal, media internet dan media lainnya. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu per satu, yang sangat membantu dalam pembuatan makalah ini. Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap akan adanya masukan yang membangun sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun pengguna makalah ini. Akhirulkalam kami mengucapkan semoga Allah SWT membimbing kita semua dalam naungan kasih dan sayang-Nya. Wassalamualaikum Wr.Wb. Samarinda, 14 Februari 2019 Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3 2.1 Hakikat Kebenaran ............................................................................................ 3 2.2 Hakikat Eksistensi ............................................................................................. 4 2.3 Hakikat Manusia ................................................................................................ 6 2.4 Hakikat Otak dan Kecerdasan ........................................................................... 9 2.5 Hakikat Pikiran dan Kesadaran ....................................................................... 15 2.6 Tujuan dan Makna Kehidupan ..........................................................................19 2.7 Alam Semesta Sebagai Suatu Kesatuan Sistem ................................................21 2.8 Spiritual dan Etika ............................................................................................ 22 BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 24 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 24 KASUS 1 ......................................................................................................................26 KASUS 2 ......................................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... iii
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang yang tidak bisa hidup tanpa adanya
proses interaksi dengan manusia di sekitarnya. Asumsi ini bisa dipahami mengingat eksistensi manusia di muka bumi ini bukanlah berada pada ruang hampa tapi sebaliknya mereka eksis pada ruang sosial yang diikat oleh ikatan persaudaraan yang kuat yang pada ujung-ujungnya akan menginspirasi mereka untuk membudayakan semangat tolong menolong sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi ini. Termasuk dengan sinergitas dengan alam semesta. Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta. Imam Syafi’i pernah berkata: [ kullama zaadanii ‘ilman, zaadanii fahman bijahli] “ setiap kali bertambah ilmuku, tambah tahu aku akan kebodohanku”. Alam semesta hanya dilihat sebagai materi/substansi yang terbentang luas dan tak bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan dengan pendekatan ilmiah dan rasional. Manusia telah memiliki lapisan kesadaran mental/emosional yang telah berkembang. Sementara hewanbelum mencapi tingkat/lapisan kesadaran ini. Kondisi pikiran pada lapis ketiga ini sangat menentukan apakah kepribadian manusia dapat berkembang kelapisan kesadaran yang lebih tinggi (Tingkat kesadaran transcendental), tetapi stagnan atau bahkan turun pada lapisan kesadaran yang lebih rendah.
1
Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang diatas, Maka
Penulis Dapat Merumuskan
Masalahnya Adalah Sebagai Berikut: 1. Apa hakikat keberadaan alam semesta? 2. Apa hakikat dan tujuan umat manusia hidup di dunia? 3. Apa hakikat kecerdasan dan kesadaran diri yang dimiliki oleh manusia? 4. Bagaimana kesalingtergantungan (interdependensi) umat manusia dengan alam semesta, termasuk dengan seluruh isinya sebagai suatu kesatuan system? 5. Bagaimana keterkaitan antara perilaku etis dengan tingkat kesadaran spiritual?
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1
HAKIKAT KEBENARAN Dalam kehidupan di dunia ini ada empat kebenaran besar yang telah
dinyatakan oleh E.F Schumacher yaitu : a. Kebenaran (hakikat) tentang eksistensi (dunia / alamsemesta) b. Kebenaran tentang alat(tools) yang dipakai untuk memahami dunia c. Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia d. Yang dimaksud dengan hidup di dunia Kebenaran tentang eksistensi menyangkut kebenaran tentang adanya empat tingkat eksistensi dunia, yaitu :benda, tumbuh – tumbuhan, hewan, dan manusia. Dalam pengujian kebernaran di dunia alam semesta ini banyak sekali para ilmuan yang menjelaskannya seperti : Schumachcer, seorang sosiolog Alexandrovich Sorokin, chopra yang pendapat dana cara untuk mengujinya berbeda – beda. Namun kesimpulannya Hakikat kebenaran alam semesta tidak hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik, sebagaimana diyakini oleh sementara ilmuwan, dengan kemajuan ilmu fisika dan adanya ketertarikan paran ilmuwan untuk memulai mengkaji hal – hal spiritual dengan lebih rasional, maka mulai diyakini bahwa hal – hal yang tidak tampak oleh pancra indra juga merupakan bagian tak terpisahkan dari hakikat keberadaan.
3
2.2
HAKIKAT EKSISTENSI (DUNIA/ALAM SEMESTA) Alam semesta (universe, kosmos, al-kaun) merupakan realitas yang dihadapi
oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta. Imam Syafi’i pernah berkata: [ kullama zaadanii ‘ilman, zaadanii fahman bijahli] “ setiap kali bertambah ilmuku, tambah tahu aku akan kebodohanku”. Alam semesta hanya dilihat sebagai materi/substansi yang terbentang luas dan tak bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan dengan pendekatan ilmiah dan rasional. Ada beberapa pandangan tentang eksistensi/keberadaan alam semesta, antara lain, -
Schumacer telah mengingatkan para ilmuwan tentang adanya tingkatan – tingkatan eksistensi alam semesta sebagai berikut: 1. Benda, dapat dituliskan
P
Tingkat pertama adalah benda mati, yang hanya memiliki unsur P (Substansi, materi) 2. Tumbuhan, dapat dituliskan
P+X
Tingkat kedua adalah tumbuh – tumbuhan, yang mempunyai unsur P dan unsur X (Kehidupan) 3. Hewan, dapat dituliskan
P+X+Y
Tingkat ketiga adalah golongan hewan, yang memiliki unsur P, X, dan Y (Kesadaran) 4. Manusia, dapat dituliskan
P+X+Y+Z
4
Tingkat keempat adalah golongan manusia, yang memiliki semua unsur, P, X, Y, dan Z (Unsur kesadaran transedental/spiritual)
-
Seorang sosiolog, Pitirim Alexandrovich Sorokin, mencoba menjelaskan perubahan – perubahan besar (krisis) dan fluktuasi yang terjadi dalam kehidupan umat manusia ini berdasarkan tiga skema, yaitu: 1. Indriawi, berpandangan bahwa semua nilai etika bersifat relative dan bahwa persepsi indriawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan kebenaran. 2. Ideasional, berpandangan bahwa realitas sejati berada di luar dunia materi (berada pada alam spiritual) dan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman batin. 3. Idealistis, merupakan perpaduan harmonis antara Indriawi dan Ideasional.
-
Chopra mengemukakan tiga tingkat keberadaan, yaitu: 1. Domain fisik, domain substansi, materi, dan alam semesta yang dapat diketahui melalui panca indra, dimana segalanya dibatasi oleh ruang dan waktu. 2. Domain kuantum, segalanya terdiri dari atas informasi dan energi. 3. Domain nonlokal, dimana tidak ada lagi identitas individual, semuanya membaur, luluh, dan menyatu.
5
2.3
HAKIKAT MANUSIA Stevenson dan Haberman (2001) mengatakan bahwa meski ada begitu banyak
hal yang sangat bergantung pada konsep tentang hakikat manusia, namun terdapat begitu banyak ketidaksepakatan mengenai apa itu hakikat manusia. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2001) mengelompokkan empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya tentang manusia, sebagai berikut: 1. Psikoanalis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkab oleh keinginan-keinginan terpendam (homo valensi). 2. Behaviorisme, yang menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh lingkungan (homo mechanicus). Teori ini menyebut manusia sebagai
manusia
mesin
karena
perilaku
manusia
sepenuhnya
ditentukan/dibentuk oleh lingkungan. Teori ini juga disebut teori belajar karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia – kecuali insting – adalah hasil belajar (dari lingkungan). 3. Kognitif, yang menganggap manusia sebagai makhluk berpikir yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang diterimanya (homo sapiens). Manusia tidak lagi dianggap sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungannya. 4. Humanisme, yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (homo ludens). Di sini diperkenalkan konsep I – thou Relationship, bukan sebagai I – it Relationship, yang artinya menunjukkan pentingnya hubungan seseorang dengan orang lain sebagai pribadi dengan pribadi, bukan sebagai pribadi
6
dengan benda. Dengan kata lain, yang ditekankan adalah hubungan subjek dengan subjek, bukan subjek dengan benda. Berikut skema yang dibuat oleh Ardana (2005) tentang hubungan antar lapisan keberadaan manusia yang dikemukan oleh para ilmuwan. Tabel 1.1 Skema Lapisan Keberadaan Manusia oleh para Ilmuwan Steiner Fisik Eterik Astral Ego Manas Buddhi Atma
Hawley Tubuh (body)
Schumacher P X
Hati (Heart)
Fisik
Y
Jiwa (mind, psikismental)
Z
Roh (Soul, spirit)
Kepala (Head) Semangat (Spirit)
Agustian dan Kustara
Manusia adalah bagian dari alam semesta. Segala sesuatu yang ada di alam semesta (makrokosmos) juga ada di alam manusia (mikrokosmos). Oleh karena itu, alam semesta dan alam manusia sebenarnya sama-sama mempunyai tiga lapisan keberadaan, yaitu fisik (body), energi pikiran (mind), dan kesadaran murni (roh, soul, spirit). Selain itu, ada beberapa pandangan tentang Manusia dari beberapa perspektif, yaitu: -
Perspektif filsafat :
Menurut filsuf Plato :Manusia adalah makhluk berakal dan akal manusia berfungsi mengarahkan budi.
Menurut filsuf Aristoteles: Manusia adalah binatang yang berfikir.
7
-
Perspektif antropologi : Manusia tergolong primata yang paling sempurna jasmani dan rohani, sehingga tidak tertutup kemungkinan melahirkan perilaku dalam berbagai bentuk dan implikasinya.
-
Perspektif psikologi modern:
Bagi Aliran Behaviorisme, manusia adalah makhluk netral. Ketika manusia dilahirkan, pada dasarnya tidak membawa bakat apa-apa. Manusia
akan
berkembang
berdasarkan
stimulasi
dalam
lingkungannya.
Bagi Aliran Psikoanalisis; manusia adalah makhluk yang hidup atas bekerjanya dorongan seksualitas yang memberi daya pada eqo (kesadran terhadap realitas kehidupan dan super eqo (kesadran normatif).
-
Perspektif Psikologi humanistik: Manusia pada dasarnya punya potensi yang baik dan kemampuan yang tak terhingga serta memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Manusia memiliki kualitas insani yang unik yaitu (kemampuan abstraksi, daya analisis dan sisntesis,
imajinasi,
kreativitas,
kebebasan
kehendak,
tanggungjawab,
aktualisasi diri, sikap etis dan estetika. -
Perspektif psikologi tranpersonal: Perspektif ini merupakan lanjutan dari psikologi humanistik. Yaitu ; Manusia memiliki potensi luhur dalam bentuk dimensi spiritual dan fenomena kesadaran transendental (manusia memiliki pengalaman subjektif transendental dan pengalaman spiritual).
8
-
Perspektif Pendidikan : Manusia adalah homo edukatif. Ketidakberdayaan manusia ketika lahir menjadi peluang bahwa manusia adalah makhluk yang dapat dididik.
-
Perspektif Sosiologi : Manusia adalah homo sosio yaitu makhluk bermasyarakat.
2.4
HAKIKAT OTAK (BRAIN) DAN KECERDASAN (INTELLIGENCE) Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak memiliki
kemampuan luar biasa, antra lain : Memproduksi pikiran-sadar, melakukan pilihan bebas, menyimpan ingatan, memungkinkan memiliki perasaan, menjembatani kehidupan
spiritual
dengan
kehidupan
materi/fisik.
kemampuan
peradaban,
persentuhan, penglihatan, penciuman, bahasa, mengendalikan berbagai organ tubuh, dan sebagainya. Menurut Agus Nggermanto (2001), paling tidak ada Sembilan subkomponen didalam otak manusia, yaitu 1. neocortex, 2. corpus callasum, 3. cerebellum, 4.otak reptile, 5. hippocampus, 6. amigdala, 7. pituitary gland, 8. hypothalamus, dan 9 thalamus. Neocortex merupakan lapisan otak paling luar yang hanya diimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Lapisan ini memungkinkan manusia mempunyai berbagai kemampuan seperti menulis, membaca, melakukan perhitungan rumit, menguasai bahasa, melukis dan sebagainya. Corpus callasum merupakan penghubung antara belahan kiri neocortex (left cerebral hemisphere) dan belahan kanan neocortex (right celebral hemisphere). Cerebellum atau sering disebut otak kecil berfungsi mengatur gerakan dan gerak reflex. Otak reptile terletak dilapisan paling dalam otak kita dan memiliki fungsi yang berhubungan dengan rasa aman dan rasa takut. Bagian ini befungsi mengendalikan pernapasan, peredaran darah, detak 9
jantung, pencernaan, dan kesadaran. Hippocampus berhubungan dengan ingatan jangka panjang; amigdala merupakan funsi mengatur emosi; pituitary gland berfungsi memengaruhi dan mengatur kerja hormone-hormon. Hypothalamus mengontrol hormon-hormon seksual, agresi, tekanan darah, suhu badan dan rasa haus; sedangkan thalamus berfungsi mengaktifkan sensor indra yang sedang menerima informasi dari luar. Hippocampus, amigdala, dan thalamus merupakan bagian dari sistem limbik yang terletak dilapisan/ bagian tengah otak dan fungsi utamanya adalah mengendalikan emosi dan perasaan. Sebagaimana dikatakan oleh A.M. Rukky Santoso (2001) pada otak terdapat tiga puluh miliar sel dan bagian-bagian sel ini membentuk kerja sama yang rumit melalui bagian-bagian kecil lainnya yang disebut neuron. Ada ratusan miliar jumlah neuron, suatu jumlah yang melebihi jumlah bintang di galaksi Bimasakti (Maltz, 2004). dilihat dari neuroscience-ilmu yang mempelajari tentang otak manusia-otak manusia diibaratkan computer (namun tidak sama dengan computer), masukan melalui pancaindra, kemudian disalurkan melalui sistem jaringan saraf ke otak untuk diolah dan disimpan di otak. Hasil olahan (keputusan informasi) tersebut disalurkan kembali melalui sistem jaringan saraf ke seluruh organ tubuh (Semiawan, 1999). Ilmuwan
yang pertama kali meneliti tentang belahan otak kiri (left
hemisphere) dan belahan otak kanan (rigthemisphere) adalah roger wolkott Sperry (dalam taugada, 2003). otak kiri menjalankan fungsi berfikir secara kognitif dan rasional dengan karakteristik yang bersifat logis, matematis, analitis, realistis, vertical, kualitatif, intelektual, objektif, dan mengontrol sistem motorik bagian tubuh kanan. Sementara itu, otak kanan mimiliki fungsi berfikir secara efektif dan rasional memiliki karakteristik kualitatif, impulsif, spiritual, holistik, emosional, artistik, kreatif,
10
subjektif, simbolis, imajiatif, simultan, intuitif, dan mengontrol gerak tubuh sebelah kiri. Humphrey (2000) membedakan kerja otak berrdasarkan gelombang elektro, yaitu: gelombang alpha, beta, delta dan theta. Getaran/gelombang otak dapat diukur dengan mesin EEG. Gelombang delta mempunyai daerah frekuensi yang paling rendah sekitar 0.5-4 Hz putaran per detik. Bila dikaitkan dengan kecerdasan (intelligence), berkat otaknya manusia mempunyai banyak kecerdasan (multiple intelligence).
Gardner
(1999)
mendefenisikan
kecerdasan
sebagai
potensi
biopsikologis untuk memproses informasi yang dapat diaktifkan dalam suatu latar (setting) kebudayaan untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk-produk bermanfaat dalam suatu kebudayaan. Clark (dalam Munandar, 1999) mengembangkan model integratif yang mengintegrasikan empat fungsi otak, yaitu fungsi berfikir (kognitif), fungsi efektif, fungsi fisik, dan fungsi intuisi/firasatyang seluruhnya memunculkan kreativitas. Fungsi kognitif merupakan fungsi otak kanan dan otak kiri (neocortex). Fungsi efektif mengelola emosi dan perasaan yang merupakan fungsi dari system limbik. Fungsi fisik meliputi gerakan, penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecepan, dan peradaban. Fungsi Intuisi adalah pemahaman secara menyeluruh dan sebagian merupakan hasil sintesis tingkat tinggi dari semua fungsi otak. Konsep kreativitas sudah banyak dikenal namun, tidak mudah didefenisikan. Clark sediri mengartikan kreativitas sebagai suatu kondisi dan sikap yang mencerminkan ekspresi tertinggi dari suatu bakat yang dimiliki seseorang. Zohar dan MaZrshall (2002) melihat fungsi otak dari tiga cara berpikir atau tiga ragam kecerdasan, yaitu : proses berpikir seri (Otak Intellectual Quotient-IQ),
11
berpikir asisiatif (otak Emotional Quotient-EQ), dan berpikir menyatukan (otak Spiritual Quotient-SQ). Berpikir seri (otak IQ) menggambarkan cara berpikir linier, logis, dan tidak melibatkan perasaan. Berpikir asosiatif (otak EQ) menciptakan asosiasi antar hal misalnya nasi dengan rasa lapar, rumah dengan kenyamanan, salahkan ajing dengan bahaya, warna merah dengan emosi dan sebagainya berpikir asosiatif Melandasi sebagian besar kecerdasan emosional. berpikir menyatukan (otak SQ) mengintegrasikan fungsi IQ dan EQ sehingga dapat diperoleh suatu makna atau penyadaran diri. Penelitian Persinger
dan Ramachandran (dalam Zohar dan
Marshall,2002) mengindikasikan adanya semacam god Spot disekitar Lobus Temoral yang memungkinkan manusia memperoleh kesadaran spiritual/transcendental. selanjutnya, Zohar dan Marshall mengungkapkan bahwa kesadaran intelektual (IQ) merupakan alat yang efektif untuk mengesplorasi dunia materi serta untuk mengumpulkan modal materil (uang dan segala sesuatu yang dapat dibeli dengan uang). Kecerdasan hati (EQ) berguna untuk mengasah dan mengembangkan ketajaman rasa yang diperlukan dalam membangun modal social yaitu modal berupa jaringan/hubungan dengan orang lain yang memungkinkan komunitas dan organisasi berfungsi secara efektif demi kepentingan bersama. Kecerdasan Spiritual (SQ) berguna untuk memupuk modal spiritual, yaitu modal/kekayaan yang merefleksikan berbagai nilai bersama, visi bersama, dan tujuan mendasar dalam kehidupan yang memperkaya aspek-aspek kehidupan umat manusia yang lebih dalam. Istilah kecerdasan emosional (EQ) pertama kali dicetuskan oleh (Peter Salovey, psikolog dari Harvard University dan John Mayer dari Universitas of New Hamsphire pada tahun 1990 (dalam Shapiro, 2001) untuk menggambarkan kualitaskualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas-kulitas tersebut antara lain : empati, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan 12
memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan keramahan serta sikap hormat. Istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence) menjadi popular berkat buku best seller karya Daniel Goleman yang berjudul emotional intelligence yang terbit pada tahun 1995. Golmen (2000) Menjelaskan emosi sebagai suatu perasaan yang disertai pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Kecerdasan emosi adalah pengendalian diri dan empati. Pengendalian diri berkaitan dengan kemampuan memahami diri sendiri sehingga tidak kehilangan kendali diri yang merugikan diri sendiri, sedangkan empati berkaitan dengan kemampuan memahami orang lain sehingga tidak menimbulkan tindakan yang merugikan orang lain (Patton, 2002). jadi kecerdasan emosional
mencakup
keterampilan
mengendalikan
diri
(intrapersonal)
dan
keterampilan berhubungan dengan oaring lain (interpersonal, hubungan sosial). Harus diingat bahwa kecerdasan emosional (EQ) bukanlah lawan dari kecerdasan intelektual (IQ), melainkan keduannya berinteraksi secara dinamis baik pada tingkatan konseptual maupun didunia nyata. Istilah kecerdasan spiritual (SQ) pertama kali diperkenalkan oleh Danar Zohar dan lan Marshall pada tahun 2000 dalam bukunya yang berjudul SQ: Spiritual Intelligence-The Unlimited Intelligence. akan tetapi, tidak mudah untuk memberikan defenisi SQ. Zohar dan Marshall sendiri tidak memberikan defenisi, namun hanya memberikan tanda-tanda SQ, yaitu kemampuan bersikap Fleksibel, tingkat kesadaran tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kualitas hidup yang dialami oleh visi dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, berpandangan holistik, kecenderungan untuk selalu bertanya”mengapa ?” atau bagaimana ?”, serta memiliki kemudahan untuk selalu bekerja melawan konvensi.
13
Hawley, 2001 merupakan suatu dimensi alam yang berada diluar jangkauan indra manusia. untuk lebih menyederhanakan pemahaman pada aspek spiritualitas ini, Gymnastiar (2002) tidak memberikan defenisi, namun mengungkapkannya dalam bentuk puisi yang sederhana dan sangat indah sebagai berikut : “Bila hati kian bersih, pikiranpun selalu jernih, semangat hidup ‘kan gigi, prestasi mudah diraih. Tapi, bila hati busuk, pikiran jahat membusuk, pikiran jahat merasuk, akhlak kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. bila hati kian lapang, hidup susah senang, walau kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang, tetapi bila hati sempit. Segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir bati terasa sakit.” Mirip
dengan
ungkapan
Gymnastiar,
lama
surya
das
(2002)
juga
mengungkapkan spiritualitas sebagai hal-hal yang berhubungan dengan kehadiran illahi, tuhan, roh, jiwa, kebenaran, pengetahuan diri, pengalaman mistis, kedamaian batin, dan pencerahan. Dalam Bhagavad Gita dijumpai alat (sloka 2.66) sebagai berikut : “Orang yang tidak mempunyai hubungan dengan yang Maha Kuasa tidak mungkin memiliki kecerdasan rohani maupun pikiran yang mantap. Tnapa kecerdasan rohani dan pikiran yang mantap, tidak mungkin ada kedamaian. Tanpa kedamaian, bagaimana mungkin ada kebahagiaan?” Spriritual berhubungan dengan upaya pencarian makna kehidupan melalui hubungan langsung antara diri dengan tuhan (kekuatan tak terbatas, potensi murni). Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Pada awalnya para ilmuan hanya mengenal kecerdasan intelektual (IQ). Dengan kecerdasan ini, manusia dianggap mampu mengatasi berbagai
14
persoalan hidup. Namun belakangan baru disadari bahwa sebenarnya manusia mempunyai banyak kecerdasan (multiple intelligence). b. meskipun manusia mempunyai banyak kecerdasan, pada hakikatnya semua kecerdasan itu dapat dikelompokkan kedalam 3 jenis yaitu : kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan membangun kekayaan materi. Kecerdasan emosional (EQ) berguna untuk mengnal diri dan orang lain serta membangun hubungan social/modal social. Kecerdasan spiritual (SQ) berguna untuk mencari makna hidup melalui hubungan dengan tuhan (kesadaran tak terbatas) dan untuk memupuk modal spiritual. c. Ketiga jenis kecerdasan tersebut (IQ, EQ,SQ) merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, dengan SQ sebagai fondasinya. d. Etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang peilaku manusia, mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik dalam konteks hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam.
2.5
HAKIKAT PIKIRAN (MIND) DAN KESADARAN Manusia mempunyai satu titik sumber sinergi yang mendorong atau
menstimulasi seluruh aktivitas tubuh untuk berinteraksi dengan dunia. Hal ini dibuktikan bahwa pada waktu mempuyai kesadaran yang penuh ada sesuatu yang berperan padanya. Manusia dengan dikaruniai akal budi merupakan mahluk hidup yang sadar dengan dirinya. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Descartes, seorang filsuf modern asal Prancis, secara garis besar ia berpendapat bahwa pikiran manusia merupakan entitas yang lebih tinggi tingkatannya dari pada tubuh. Pikiran mempunyai prioritas atas tubuh. Fakta bahwa kita dapat berpikir 15
menunjukkan bahwa manusia merupakan entitas yang memiliki kesadaran. Ada relasi internal antara kesadaran dan pikiran. Pikiran juga memiliki prioritas atas dunia. Tanpa pikiran tidak ada realitas eksternal. Dengan demikian pikiran terpisah dari dunia. Pikiran adalah entitas yang mandiri. Pikiran juga terlepas dari tubuh. Argumen Descartes banyak dikenal sebagai teori tentang dualisme tubuh dan jiwa. Pikiran memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga blaise pascal (dalam Hart, 1997) sampai mengatakan : “Manusia jelas sekali dibuat untuk berpikir. Di dalamnya terletak semua martabat dan kebijakannya:dan seluru kewajibannya adalah berpikir sebagaimana seharusnya.’ Begitu juga dengan Descartes (dalam Walters, 1996) yang menempatkan pikiran sedemikian pentingnya sehingga ia mengatakan : “ saya berpikir, karena itu saya ada” Drever (dalam sudibyo, 2001) memberikan batasan mengenai pikiran (mind) atau mental sebagai keseluruhan struktur dan proses-proses kejiwaan-baik yang disadari maupun tidak disadari-yang merupakan bagian dari psyche yang terorganisir. Jalaluddin Rakhmt (2001) melihat proses berpikir sebagai komunikasi intrapersonal yang meliputi : sensasi, presepsi, memori dan berpikir. sensasi merupakan alat pengindraan melalui pancaindra yang menghubungkan organism (manusia) dengan lingkungan. proses sensasi terjadi pada saat alat pengindra merekam informasi lingkungan mengubahnya menjadi impus-inpus saraf sehingga dipahami oleh otak. Presepsi adalah proses pemberian makna pada sensasi sehingga menusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain presepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses penyimpangan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir
16
adalah mengolah informasi dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon. Hal ini secara jelas disebutkan dalam buku Bhagawad Gita, sloka 6.5 yang terjemahannya adalah sebagai berikut : “seseorang harus menyelamatkan diri dengan bantuan pikirannya, dan tidak menyebabkan dirinya merosot. Pikiran adalah kawan bagi roh yang terikat, dan pikiran juga musuhnya. sifat pikiran adalah liar, tidak ubahnya seperti kuda liar, atau kera, namun manusia juga mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pikiran agar menjadi jinak, tenang. Hanya melalui ketegangan pikiran manusia baru dapat menembus kesadaran yang lebih tinggi.’ Alkitab, sebagaimana dikutip oleh Hart, sudah mengatakan bahwa anda adalah produk pemikiran anda sendiri. Pikiran menentukan siapa dan apa diri sesorang sebagai individu. Pikiran akan menentukan apakah umat manusia akan menuju sakit atau sehat, emosi yang bergejolah atau stabil, sikap, dan perilaku negative atau positif, watakyang baik dan buruk. Serta menuju kesadaran yang lebih tinggi atau menuju kesdaran yang lebih rendah. Erbe sentanu (2007) mengatakan bahwa pikiran rasional bukanlah kemampuan tertinggi yang dimiliki umat manusia. diatas pikiran rasional masih ada kesadaran murni (sering juga disebut kesadaran transcendental, kesadaran tak tebatas, atau kesadaran roh/atma). sebagaimana dikatakan oleh Walters, kesadaran dalam keadaannya yang murni bersifat mutlak, lebih mutlak dari kecepatan cahaya yang melambat ketika memasuki medium fisik seperti atmosfir bumi, serta lebih mutlak dari keberadaan benda. Dalam kaitannya dengan kesadaran, Sigmund freud (dalam Hjelle
17
dan Ziegler, 1992) membedakan tiga lapisan kesadaran, yaiitu 1. Lapisan sadar, 2. lapisan prasadar, dan 3. Lapisan tidak sadar. Lapisan sadar berhubungan dengan dunia luar dalam wujud sensasi dalam berbagai pengalaman yang disadari setiap saat. Lapisan prasadar/sering disebut memori (ingatan) yang tersedia menyangkut pengalaman-pengalaman yang tidak disadari pada saat pengalaman tersebut terjadi namun dengan mudah dapat muncul kembali menjadi kesadaran secara spontan atau dengan sedikit usaha. Lapisan prasadar – sering di sebut memori ( ingatan ) yang tersedia menyangkut pengalamanpengalaman yang tidak di sadari pada saat pengalaman tersebut, namun dengan mudah dapat muncul kembali menjadi kesadaran secara spontan atau dengan sedikit usaha. Lapisan tidak sadar – yang merupakan lapisan paling dalam dari pikiran manusiamenyimpan semua dorongan insting primitif serta emosi dan memori yang mengancam pikiran sadar yang telah sedemikian ditekan, atau secara tidak disadari atau telah didorong kedalam lapisan yang paling dalam pada pikiran manusia. Krishna (1999) membagi kesadaran manusia kedalam 5 tingkat kesadaran/lapisan utama kelima lapisan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan 2. Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energi dari udara yang disalurkan melalui pernapasan 3. Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran, rasional, dan emosional. Bila pikiran kacau atau dalam keadaan marah, maka napas kita akan lebih cepat (ngos-ngosan) sebaiknya, pikiran tenang maka kita juga tenang. Seluruh kepribadian kita ditentukan oleh pikiran. 4. Lapisan intelegensia (bukan intelegensia) menyangkut kesadaran hati, nurani, budi pekerti. Lapisan ini yang menyebabkan manusia menjadi bijak. 18
5. Lapisan kesadaran murni (kesadaran transcendental), merupakan hasil akhir pemekaran kepribadian manusia. yang merupakan tingkat kesadaran tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia. Pada tahap ini manusia telah melampaui dua lisme kehidupan didunia. Manusia telah memiliki lapisan kesadaran mental/emosional yang telah berkembang. Sementara hewanbelum mencapi tingkat/lapisan kesadaran ini. Kondisi pikiran pada lapis ketiga ini sangat menentukan apakah kepribadian manusia dapat berkembang kelapisan kesadaran yang lebih tinggi (Tingkat kesadaran transcendental), tetapi stagnan atau bahkan turun pada lapisan kesadaran yang lebih rendah. 2.6
TUJUAN DAN MAKNA KEHIDUPAN Siapapun pasti sependapat dan tidak ada yang membantah bahwa tujuan hidup
umat manusia adalah untuk memperoleh kebahagiaan. Bahkan Djalaluddin Rahmat (2004) mengatakan bahwa secara agama filsafat dan ilmu pengetahuan, orang harus memili hidup bahagia. Namun dalam kebahagiaan sehari-hari apalagi dalam era dewasa ini yang dipengaruhi oleh filsafat materialism, makin banyak orang yang merasa tidak bahagia. Untuk memahami tingkat kesadaran ini, ada baiknya dikutip pendapat Sutrisna (2007) yang membedakan tiga tingkat kesadaran manusia, yaitu 1. kesadaran hewani, 2. Kesadaran manusia, 3. Kesadaran tuhan. Pada tabel 1.2 dijelaskan secara singkat cirri-ciri menonjol dari tiga golongan manusia berdasarkan evoluusi tingkat kesadaran.
19
Tabel 1.2 Golongan manusia berdasarkan tingkat kesadaran Atribut/Ciriciri
Kesadaran Hewani
Kesadaran Manusia
Kesadaran Tuhan
Kenikmatan rohani: Kekayaan hanya Keseimbangan alat untuk Tujuan antara kenikmatan menyempurnakan Hidup duniawi dan rohani tingkat kesadaran rohani Rendah/tidak ada Tinggi Sedang Tingkat Ego ego Selalu berbaik Buruk sangka/ sangka/selalu berpikir positif berpikir negative Rendah Hati Tinggi Dermawan Bergerak hati/sombong disekitar dua sifat Jujur kikir ekstrem, Penyabar Karakter munafik tergantung Bekerja secara pemarah tingkat tulus dan bekerja dengan kesadarannya tanpa pamrih pamrih Selalu Pasrah/ tidak percaya/tidak Menyerahkan ingatan kepada diri kepada tuhan tuhan Sumber : Sutrisno Power of soul 2007 (dimodifikasi oleh penulis). kenikmatan duniawi: keayaan, kekuasaan (jabatan) dan kenikmatan fisik sebagai tujuan hidup
Tidak mudah mengukur tingkat kesadaran manusia yang dimiliki seseorang berdasarkan ukuran objektif atau pendekatan ilmiah yang bias digunakan oleh ilmu pengetahuan pada umumnya. kematangan diri hanya dapat dirasakan secara subjektif oleh yang bersangkuatan memalui refleksi dari. sejalan dengan evolusi kesadaran yang dikemukakan Sutrisno, Ibnu Arabi (dalam Frager, 1991) membagi empat tingkat kesadaran berdasarkan pengalaman dan pemahaman akan hakikat kehidupan sebagai berikut : 1. Tingkat pertama: Jalan syari’ah yaitu tahap dimana seseorang secara taat asas mengikuti hokum-hukum moral (hukum keagamaan) dalam kehidupan sehari-
20
hari. dalam kaitannya dengan upaya mencari harta benda/kekayaan materi, hukum moral ini diikuti untuk menilai sah atau tidaknya apa yang menjadi milikku dan milikmu. 2. Tingkat kedua: Jalan thariqah yaitu tahap dimana seseorang mencoba mencari kebenaran melalui jalan tanpa rambu (upaya menggalikebenaran melalui pengalaman langsun, melampaui hukuman moral keagamaan). Pada tahap ini tingkat kesadaran seseorang melampaui tingkat syari’ah. 3. Tingkat ketiga: Jalan haqiqah, yaitu tahapan dimana seseorang telah memahami makna terdalam dari praktik syari’ah dan thariqah 4. Tingkat keempat: Jalan ma’rifah, yaitu tahap dimana seseorang telah memiliki kearifan dan pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual. Pada tahap ini, kesadaran seseorang telah mencapai tahap tertinggi, dimana orang seperti ini telah menyadari bahwa tidak ada lagi aku dan kamu. 2.7
ALAM SEMESTA SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM Alam semesta ( universe, kosmos, al-kaun) merupakan realitas yang dihadapi
oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta. Imam Syafi’i pernah berkata: [ kullama zaadanii ‘ilman, zaadanii fahman bijahli] “ setiap kali bertambah ilmuku, tambah tahu aku akan kebodohanku”. Faktor lain yang mendorong manusia untuk senantiasa meneliti alam semesta karena ada rasa ingin tahu (curiosity) sehingga diwujudkan dalam bentuk bertanya dan berfikir.
21
Alam semesta beserta seluruh isinya sebenarnya merupakan satu kesatuan sistem. Pengertian sistem menurut kamus bahasa Indonesia karangan poerwadarminta (1976): a. Sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja sama untuk melakukan suatu maksud, misalnya urat syaraf dalam tubuh b. Sekelompok pendapat, peristiwa, kepercayaan, dan sebagainya yang disusun dan diatur baik-baik, misalnya filsafat c. Cara (Metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, misalnya pengajaran bahasa. Logiyanto
(1988)
menyebutkan
bahwa
setiap
sistem
mempunyai
karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut : a. Mempunyai komponen-komponen b. Ada batasan suatu sistem c. Ada lingkungan luar sistem d. Ada penghubung e. Ada sasaran atau tujuan Inti dari pemamaham konsep sstem adalah bahwa setiap elemen (bagian, unsur, subsistem) saling bekerja sama, saling mendukung, saling memerlukan, saling memengaruhi satu dengan lainnya dalam kerangka mencapai tujuan system secara keseluruhan. oleh karena itu adanya gangguan pada satu elemen-elemen lainnya. 2.8
SPIRITUALITAS DAN ETIKA Sebenarnya, kajian etika erat kaitannya dengan pengembangan karakter.
Namun pengembangan karakter harus dilakukan melalui pengembangan keempat
22
kecerdasan manusia-PQ, IQ, EQ dan SQ-secara seimbang dan utuh banyak pakar etika yang masih membedakan antara etika dengan spiritualitas, padahal keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipilah-pilah. Menurut mereka, etika adalah adat, kebiasaan, an ilmu yang mempelajari hubungan perilaku manusia yang bersifat horizontal-yaitu hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lembaga
/institusi,
manusia
dengan
alam,
dan
lembaga/organisasi
dengan
lembaga/organisasi lainnya. Sementara itu, pritualitas berhubungan dengan perilaku manusia yang bersifat vertical, dalam merupakan bidang kajian etika. Pemahaman tentang etika yang terpisah dari spritualitas ini sangat keliru. dengan pemisahan pemahaman seperti ini, biasanya saja seseorang yang telah mempelajari teori-teori etika dan berkali-kali mengikuti pelatihan kode etik, tetapi belum menjamin bahwa perilakunya bersifat etis selama kecerdasan spiritual (SQ)nya masih rendah. Sebaliknya orang mempunyai SQ tinggi sudah pasti mempunyai perilaku etis yang tinggi pula. Sejatinya manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup didunia ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tingkat kesadaran Tuhan (kesadaran transcendental/kesadaran spiritual). Bila kesadaran Spiritual tercapai, maka kesadaran etis dengan sendirinya tercapai. Namun harus diingat bahwa dalam perjalaan mendaki puncak kesadaran spiritual ini syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh orang yang bersangkutan harus menjalani perilaku hidup yang etis dan hidup sesuai dengan norma-norma dengan moral-moral yang telah dianjurkan oleh setiap agama.
23
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam kehidupan di dunia ini ada empat kebenaran besar yang telah dinyatakan oleh E.F Schumacher yaitu : e. Kebenaran (hakikat) tentang eksistensi (dunia / alamsemesta) f. Kebenaran tentang alat(tools) yang dipakai untuk memahami dunia g. Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia h. Yang dimaksud dengan hidup di dunia Kebenaran tentang eksistensi menyangkut kebenaran tentang adanya empat tingkat eksistensi dunia, yaitu :benda, tumbuh – tumbuhan, hewan, dan manusia. Dalam pengujian kebernaran di dunia alam semesta ini banyak sekali para ilmuan yang menjelaskannya seperti : Schumachcer, seorang sosiolog Alexandrovich Sorokin, chopra yang pendapat dana cara untuk mengujinya berbeda – beda. Hakikat kebenaran alam semesta tidak hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik, sebagaimana diyakini oleh sementara ilmuwan, dengan kemajuan ilmu fisika dan adanya ketertarikan paran ilmuwan untuk memulai mengkaji hal – hal spiritual dengan lebih rasional, maka mulai diyakini bahwa hal – hal yang tidak tampak oleh pancra indra juga merupakan bagian tak terpisahkan dari hakikat keberadaan. Namun kesimpulannya Manusia dan alam semesta mempunyai hubungan yang sangat erat. Alam semesta dan manusia adalah satu. Dalam pemahaman manusia dan alam tidak jauh berbeda. Sebagaimana manusia, alam semesta terdiri dari lima unsur: tanah, air, api, angin, ruang. Dalam hal ini adanya alam semesta tidak hanya untuk
24
menunjang kehidupan manusia atau alam semesta ada untuk mengabdi kepada manusia. Ini karena manusia bukan ada di luar bagian alam semesta, namun ia adalah satu kesatuan dengan alam semesta. Jadi gambaran tentang alam semesta bisa diderivasikan dari gambaran tentang manusia atau sebaliknya. Wujud manusia meniru alam semesta jelas sekali diungkapkan sebagaimana yang tercantum di bawah ini: “Bulatnya kepala berbentuk langit, bentuk persegi dari kaki bernbentuk bumi. Ruang kosong di dalam perut mewujudkan langit, hangatnya perut sesuai dengan musim semi dan musim panas, kerasnya punggung sesuai dengan musim gugur dan musim dingin. Empat bagian badan senusi dengan empat waktu, dua belas sendi besar sesuai dengan dua belas bulan, tiga ratus enam puluh sendi kecil sesuai dengan tiga ratus enam puluh hari. Keluar masuknya nafas hidung sesuai dengan angin di lembah dan parit. Sepasang mata sesuai dengan matahari dan bulan, membuka dan menutup sesuai dengan siang dan malam. Rambut sesuai dengan bintang , alis sesuai dengan bintans tujuh, nadi sesuai dengan sungai besar, tulang sesuai dengan batu dan permata, kulit dan daging sesuai dengan tanah, bulu sesuai dengan hutan rimba.
25
KASUS 1 Analisis Penambangan Batu Bara PT. KalTim Prima Coal Kota Sangatta, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur . PT. KalTim Prima Coal iyalah perusahaan pertambangan Batu Bara di Kota Samarinda tepatnya di Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai Timur. Perusahaan adalah perusahaan penambangan terbesar di Samarinda. Setiap harinya perusahaan pertambangan batubara ini mengeruk kekayaan alam yang ada di Sangatta. Mereka selalu mengekspor batubara secara berlebihan dan tidak dibatasi. Dapat dilihat penambangan batu bara yang terjadi di Sangatta Kabupaten Kutai Timur belum menjadi pembangunan berkelanjutan. Dilihat dari 3 pilar pertumbuhan ekonomi, aspek sosial, dan lingkungan. Dilihat dari pertumbuhan ekonominya PT. KPC sendiri hanya memberikan bagian kepada pemerintah daerah saja tidak ke masyarakat, dan masyarakat asli Kutai timur. Dilihat dari aspek sosial PT. KPC telah ada melakukan kerja sama Muhammadiyah, dan memberikan pendidikan kepada masyarakat, tetapi masih banyak masyarakat sekitar yang tidak didengar hak – haknya. Dilihat dari lingkungan PT. KPC sendiri tidak memperhatikan lingkungan sehabis penambang batu bara. Masih banyaknya lubang yang menganga, dan pencemaran air yang terjadi , pencemaran udara yang merugikan masyarakat sekitar. Disini pemerintah harus memberi sangsi kepada perusahaan yang telah melanggar izin pembangunan karena dapat mengganggu kenyaman masyarakat, kesehatan, bahkan dapat mematikan perekonomian masyarakat di sekitar pertambangan tersebut. Pemerintah harus tegas memberitahu kepada perusahaan untuk melakukan reboisasi atau penanaman pohon kembali dan menutup lubang – lubang bekas galian agar tidak memakan korban.
26
KASUS 2 KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN CARA PANDANG MANUSIA TENTANG ALAM Sebagai contoh dalam lingkup lokal, pencemaran lingkungan yang terjadi di Sumatera Utara oleh PT. Inti Indorayon Utama, kerusakan lingkungan dan pencemaran di Irian Jaya oleh PT. Freeport Indonesia, serta kerusakan hutan akibat penebangan yang illegal, merupakan contoh perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungannya. Manusia merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan di permukaan bumi ini. Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat, telah mengakibatkan terjadinya eksploitasi intensif (berlebihan) terhadap sumberdaya alam yang akibatnya ikut memacu terjadinya kerusakan lingkungan terutama yang berupa degradasi lahan. Padahal lahan dengan sumberdayanya berfungsi sebagai penyangga kehidupan hewan dan tumbuhan termasuk manusia. Orientasi hidup manusia modern yang cenderung materialistik dan hedonistik juga sangat berpengaruh. Kesalahan cara pandang atau pemahaman manusia tentang sistem lingkungannya, mempunyai andil yang sangat besar terhadap terjadinya kerusakan lingkungan yang terjadi dunia saat ini. Cara pandang dikhotomis yang yang dipengaruhi oleh paham antroposentrisme yang memandang bahwa alam merupakan bagian terpisah dari manusia dan bahwa manusia adalah pusat dari sistem alam mempunyai peran besar terhadap terjadinya kerusakan lingkungan (White,,1967, Ravetz,1971, Sardar, 1984, Mansoor, 1993 dan Naess, 1993). Cara pandang demikian telah melahirkan perilaku yang eksploitatif dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungannya. Disamping itu paham materialisme, kapitalisme dan pragmatisme dengan kendaraan sain dan teknologi telah ikut pula mempercepat dan memperburuk kerusakan lingkungan baik dalam lingkup global maupun lokal, termasuk di negara kita 27
28
DAFTAR PUSTAKA Agoes Sukrisno & I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat Dunn, Paul dan Brooks, Leonard J. Etika Bisnis & Profesi Untuk Direktur, Eksekutif, dan Akuntan. Jakarta. 2011. Salemba empat http://www.anekamakalah.com/2012/03/manusia-dan-alam-semesta.html
http://www.danisetiawanku.com/2011/02/manusia-dan-kesadaran-berpikir.html
https://yudistirafrance.files.wordpress.com/2010/12/manusia-dan-alam-semestanew.doc
iii
i