Miftahul Millah Wijaya - Fkik.pdf

  • Uploaded by: yuni
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Miftahul Millah Wijaya - Fkik.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 10,944
  • Pages: 91
PERSEPSI PASIEN FRAKTUR TENTANG PENGOBATAN ALTERNATIF DI CIMANDE CIPUTAT TANGERANG

Skripsi Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

MIFTAHUL MILLAH WIJAYA 1111104000006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA1437 H/2016 M

i

ii

FACULTY OF MEDICNE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, April 2016

Miftahul Millah Wijaya, NIM: 1111104000006

FRACTURE PATIENT’S PERSPECTIVE ABOUT ALTERNATIVE MEDICATION IN CIMANDE CIPUTAT TANGERANG xv + 56 page + 10 tables + 2 schemes + 4 attachments

ABSTRACT Fracture is a broken bone, it can pafially or complete break form bone which causes impacts or pressure. If fracture doesn’t get right management, it can leads to impairments. Fracture management affected by patien’s perceptions about traditional or modern therapy. Perception is individual process which controls and interprets sensory pulse to get enviromental meaning. The research’s objective is to know fracture patient’s perception about alternative medications. This research using quantitative method with type descrictive explorative to 100 patient’s, data taken with questionaire. The research result are in 100 patient’s 56 had right answers. Social factors dominants 53% and 76% agree. Economic factors dominant with presentation 64% and 53%. Psycological factor explains the most dominant 63% and 59% agree. Therapy station factors explains the most dominant answer 64% and 57% agree. Benefit & success factors explains dominant answers 76% and 77% agree. Knowladge factors 74% dominant 875 agree. Cultural factors explains dominant answer 77% agree 89%. Health promotions to fracture patients is needed for patients better perspective to choosing medical options, either alternative or modern based on benefits and result iii

Keyword : Perspective , Perception, Fracture, Alternative Medication

Referensi : 29 ( Years 1986-2014 )

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, April 2016

Miftahul Millahh Wijaya, NIM: 1111104000006

PERSEPSI PASIEN FRAKTURTENTANG PENGOBATAN ALTERNATIF DI CIMANDE CIPUTAT TANGERANG xv + 56 halaman + 10 table + 2 bagan + 4 lampiran

ABSTRAK Fraktur adalah tulang yang patah, bersifat patahan sebagian atau patahan utuh pada tulang yang disebabkan oleh pukulan langsung atau pelintiran. Penanganan fraktur yang salah dapat mengakibatkan kecacatan fisik. Pemilihan pengobatan dipengaruhi oleh persepsi pasien terhadap pengobatan tradisional dan modern. Persepsi adalah proses individu mengatur dan menginterpretasikan kesan sensoris guna memberikan arti bagi lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pesepsi pasien fraktur terhadap pengobatan alternatif fraktur. Penelitian ini menggunkan metode kuantitatif dengan jenis deskriktif eksploratif

terhadap 100 pasien fraktur,

pengambilan data menggunakan kuesioner persepsi. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang menjawab benar pertanyaan sebanyak 56 dari 100 orang. Faktor sosial paling dominan 53% dan 76% menunjukkan setuju. Faktor ekonomi paling dominan dengan persentase 64% dan 53%. Faktor psikologi menjelaskan paling dominan menjawab 63% dan 59% setuju. Faktor kejenuhan pengbatan menunjukkan paling dominan 64% dan 57% setuju. Faktor manfaat dan keberhasilan menunjukkan jawaban dominan setuju 76% dan 77%. Faktor pengetahuan v

menunjukkan jawaban dominan setuju 74% dan 87%. Faktor budaya menjelaskan jawaban dominan yang setuju 77% dan 89%. Upaya promosi kesehatan pada pasien fraktur perlu disosialisikan agar pasien dapat mempersepsikan lebih baik mengenai pemilihan pengobatan alternatif dan medis berdasarkan faktor manfaat dan keberhasilannya. Kata Kunci: Persepsi, Fraktur, Pengobatan Alternatif Referensi : 29 ( Tahun 1986-2014 )

vi

vii

viii

ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: MIFTAHUL MILLAH WIJAYA

Tempat, Tanggal Lahir

: Tangerang, 21 Oktober 1993

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Status

: Belum Menikah

Alamat

: Jl. Garuda batu jaya timur, Rt03/006 no 2 kota

tangerang HP

: 089625710139

E-mail

: [email protected]

Fakultas/Jurusan

: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan

Riwayat Pendidikan

: TK Karunia ibu (1997-1999) SDN 6 Kota Tangerang(1999-2005) MTS Manba’ul Ulum Asshidiqiyah 2 (2005-2008) SMA Manba’ul Ulum Asshidiqiyah 2 (2008-2011) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-sekarang

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb. alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat allah swt, shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar muhammad saw, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir zaman. atas kekuasaan dan izin allah swt skripsi dengan judul “Persepsi Pasien Fraktur Tentang Pengobatan Alternatif di Cimande Ciputat Tangerang” telah selesai. dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. namun, dengan bantuan berbagai pihak proposal skripsi ini dapat terselesaikan, oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Kepala Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Dosen Pembimbing pertama dan Ibu Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep. selaku dosen pembimbing kedua yang senantiasa dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran–saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi. 5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan

11

studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna untuk perbekalan penulis. 7. Ayah (Agus Wijaya), ibu (Hendrawati) dan adikku tersayang yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan motivasi yang sangat membantu. 8. Wanita tersayang (Lisnani Hamidah) yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan, masukan kepada penulis baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Aamiin. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb. Jakarta , Februari 2016

Miftahul Millah Wijaya

12

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................ii ABSTRACT........................................................................................................................ iii ABSTRAK ...........................................................................................................................v PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................................... vii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... vii KATA PENGANTAR ......................................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xii DAFTAR TABEL............................................................................................................. xiv DAFTAR BAGAN ............................................................................................................ xv BABPENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5 E. Ruang lingkup .......................................................................................................... 5 BABIITINJAUANPUSTAKA............................................................................................ 6 A. Persepsi..................................................................................................................... 6 1. Definisi Persepsi ................................................................................................... 6 2. Macam-macam Persepsi ....................................................................................... 6 B. Fraktur .................................................................................................................... 13 1. Definisi Fraktur .................................................................................................. 13 2. Jenis-jenis Fraktur .............................................................................................. 13 3. Etiologi Fraktur .................................................................................................. 14 4. Proses Penyembuhan Fraktur ............................................................................. 14 5. Fraktur yang sering terjadi.................................................................................. 15

13

6. Kompliksi Fraktur .............................................................................................. 15 7. Penatalaksanaan medis fraktur ........................................................................... 16 8. Tanda dan Gejala Fraktur ................................................................................... 17 C. Pengobatan Alternatif ............................................................................................. 18 1. Definisi pengobatan alternatif ............................................................................ 18 2. Faktoryangmempengaruh pasien memilihpengobatanalternatif ......................... 19 3. Jenis-jenis pengobatan alternatif ........................................................................ 21 4. Cara pengobatan patah tulang ............................................................................ 22 5. Penelitian terkait ................................................................................................. 23 D. Kerangka Teori ....................................................................................................... 25 BAB IIIKERANGKA KONSEPDAN DEFINISI OPERASIONAL ............................... 26 A. Kerangka Konsep ................................................................................................... 26 B. Definisi Operasional ............................................................................................... 27 BABIVMETODE PENELITIAN ..................................................................................... 29 A. Desain Penelitian .................................................................................................... 29 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................ 29 C. Populasi dan Sampel .............................................................................................. 29 D. Instrumen Penelitian ............................................................................................... 30 E. Validitas dan Reabilitas .......................................................................................... 31 F. Pengolahan data ...................................................................................................... 33 G. Etika Penelitian....................................................................................................... 33 BAB V HASILPENELITIAN .......................................................................................... 36 A. Gambaran Tempat Penelitian ................................................................................. 36 B. Karakteristik Responden. ....................................................................................... 36 C. Analisa Univariat .................................................................................................... 37 BAB VI PEMBAHASAN................................................................................................. 45 A. Gambaran Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif ...................... 48 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 53 A. Kesimpulan............................................................................................................. 53

14

B. Saran ....................................................................................................................... 54 DAFTARPUSTAKA ........................................................................................................ 55

15

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 5.1 Distribusi Suku, Pendidikan terakhir dan Pendapatan (N= 100) Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Definisi Pengobatan Alternatif Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Sosial Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Ekonomi Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Psikologi Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Kejenuhan Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Manfaat dan Keberhasilan Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Pengetahuan Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Budaya

16

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka teori : Batticaca, (2008); Suratun, (2008); Yasin, (2008); Tucker, (1999); Robbins, (2008); Noorkasiani, (2009), Foster dan aderson (dalam agusmarni 2007) Bagan 2.2 Kerangka Konsep

17

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Permohonan Partisipasi Penelitian Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Lampiran 4. Hasil Perhitungan SPSS 16.0

18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (World Helath Organization,( WHO) mencatat tahun 2007 terdapat lebih dari

juta orang meninggal dikarenakan insiden

kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Insiden fraktur di USA diperkirakan menimpa satu orang pada 10.000 populasi setiap tahunnya (Armis, 2008) Sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda, hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik. Kecelakaan merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia selain kematian, kecelakaan juga dapat menimbulkan patah tulang dan kecacatan data dari Riset Kesehatan Dasar 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas

dan

trauma

benda

tajam

atupun

tumpul.

Peristiwa

terjatuh

sejumlah45.987 yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang(3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam atau tumpul, yang mengalami

19

fraktur sebanyak 236 orang (1,7%)(Departement Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Data profil kesehatan indonesia tahun 2008, menunjukan angka kesakitan penduduk secara nasional sekitar 33,24%. Jumlah dari hasil tersebut sekitar 65,59% memilih berobat sendiri (termasuk berobat ke klinik tradisional), sisanya sekitar 34,41 memilih berobat ke pelayanan kesehatan (Rumah sakit). Hal ini menunjukan sekalipun pelayanan kesehatan modern telah berkembang di Indonesia, namun jumlah masyarakat yang memilih pengobatan tradisional memiliki presentase yang lebih tinggi (Depkes RI, 2009). Masyarakat di seluruh dunia, ketika belum mengenal pengobatan konvensional (kedokteran modern) menggunakan pengobatan tradisional untuk mengatasi

problem

kesehatannya. Pengobatan tradisional

sering juga

diposisikan sebagai pengobatan alternatif yaitu sebagai pilihan lain dari pengobatan konvensional. Pengobatan tradisional sudah lama dikenal di kalangan masyarakat, jauh sebelum kedokteran modern (Barat) masuk ke kepulauan Indonesia. Pada awalnya, pengobatan tradisional itu banyak berdasarkan pada kepercayaan yang bersifat mistik, kepercayaan pada tenagatenaga gaib yang berakar pada animisme. Disamping itu, penyembuhan tradisional terbentuk melalui suatu proses, yaitu mencoba berulang-ulang caracara dan obat-obat tertentu dalam menangani berbagai macam penyakit (cara empirik). Upaya penyembuhan ini kemudian dipengaruhi oleh berbagai kebiasaan dan pandangan dari luar, antara lain dari india, cina, timur tengah, 20

dan eropa. Berbagai agama yang masuk dan berkembang di kepulauan nusantara kita juga mempengaruhi cara penyembuhan tradisional itu seperti agama Hindu, Budha, Islam, dan Kristen. Sejak abad ke-19 terdapat pula pengaruh ilmu kedokteran modern kedalam penyembuhan tradisional. (Hanafiah, 2008). Pengobatan

tradisional

adalah

ilmu

dan

seni

pengobatan

berdasarkanhimpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat di terangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental, dan sosial (WHO, 1978). Studi literatur yang di dapatkan oleh peneliti menemukan bahwa Rahayu (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan pengobatan tradisional di Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2012.Hasil dari penelitian ini variabel pengetahuan, sikap, pendidikan, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemilihan pengobatan, sedangkan variabel pekerjaan dan jarak tempat tinggal tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada salah satu klinik pengobatan fraktur mendapatkan bahwa klinik dikunjungi rata-rata 20 pasien perhari dengan berbagai jenis fraktur yang bermacam-macam, pegawai klinik mengatakan bahwa waktu sembuh pasien tergantung pada keinginan pasien

21

untuk sembuh.Berdasarkan studi literatur yang peneliti dapatkan pengobatan tradisional china dengan menggunakan akupuntur yang dilakukan selama 2 bulan dapat mempercepat penyembuhan fraktur tulang humerus (Hsueh, 2012). Fortune (2014) melakukan penelitian terhadap cara kerja terapis, dari penelitian ini didapatkan bahwa terapis mengatakan mereka bekerja dengan cara yang kompleks dan khusus disesuaikan dengan tingkat kritisisasi dan perasaan pasien dalam menjalankan pengobatan dan mengevaluasi hasil. Peneliti belum menemukan literatur yang meneliti persepsi pasien fraktur terhadap pengobatan alternatif yang dijalaninya. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif”

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka pertanyaan penelitian yang di ajukan adalah“ Bagaimanakah persepsi pasien fraktur terhadap pengobatan alternatif”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang “Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif” 2. Tujuan Khusus A. Mengetahui karakteristik demografi (suku, pendidikan terakhir, dan pendapatan) pasien pengobatan alternatif fraktur

22

B. Mengetahui pesepsi pasien fraktur terhadap pengobatan alternatif fraktur

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Mengetahui

gambaran

persepsi

berdasarkan

karakteristik

pasien

pengobatan alternatif fraktur melalui pendidikan serta pendapatan 2. Bagi Penelitian yang Lain Sebagai tambahan informasi dan referensi dalam peningkatan pengetahuan dalam mengatasi masalah fraktur. 3. Bagi Pelayanan Kesehatan Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam keperawatan pada penanganan pasien fraktur mengenai persepsi pasien dalam pengobatan.

E. Ruang lingkup Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui persepsi pasien fraktur terhadap pengobatan alternatif pada bulan februari tahun 2015. Subjek yang diteliti adalah pasien fraktur yang berada di klinik pengobatan patah tulang Cimande Ciputat dengan menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriktif eksploratif dengan menggunakan kuisioner. pengambilan responden berdasarkan pada teknik total sampling.

23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Definisi Persepsi Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsangan. Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri individu (Maramis, 1999). Persepsi (perception) adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun, apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif (Robbins, 2008). 2. Macam-macam Persepsi 1. Ada dua macam persepsi menurut (Sunaryo, 2004)., yaitu: a. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. b. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.Hal ini berkaitan dengan kebutuhan psikologis, alat indera, saraf atau susunan saraf pusat,

24

kepribadian dan pengalaman penerimaan diri serta keadaan individu pada waktu tertentu. 2. Bentuk-bentuk persepsi a. Persepsi visual Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya. b. Persepsi audiotori Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syarafsyaraf, dan otak. Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak 25

c. Persepsi perabaan Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis.Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. d. Persepsi penciuman Persepsi

penciuman

atau

olfaktori

didapatkan

dari

indera

penciuman yaitu hidung. Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau. Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor pada antena invertebrata. Untuk hewan penghirup udara, sistem olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair. Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia terkandung pada medium air di sekitarnya. Penciuman, seperti halnya pengecapan, 26

adalah suatu bentuk kemosensor. Zat kimia yang mengaktifkan sistem olfaktori, biasanya dalam konsentrasi yang sangat kecil, disebut dengan bau. e. Persepsi pengecapan Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan satu dari lima indra tradisional. 3. Faktor yang mempengaruhi persepsi Menurut Walgito (2003), factor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa factor, yaitu: a. Objek yang dipersepsikan Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.Stimulus

dapat

datang

dari

luar

individu

yang

mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. b. Alat indera, saraf dan susunan saraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada saraf sensoris sebagai alat meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.Sebagai alat untuk

27

mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang. c. Perhatian Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan kelompok objek. Menurut Toha (2003), faktor yang mempengaruhi persepsi individu terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal: a. Faktor internal: perasaan, sikap, dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, kebutuhan serta minat, dan motivasi. b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan, intensitas, keberlawanan, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan suatu objek. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsikan suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun

28

situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan

individu,

perbedaan

dalam

sikap

atau

perbedaan dalam motivasi (Walgito, 2003). 4. Syarat agar individu mengadakan persepsi Dengan persepsi individu yang menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungannya yang ada di sekitar maupun tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (self-perception).Alat penghubung antara individu dengan dunia luar adalah alat indera. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan, yaitu dengan diterimanya stimulus oleh reseptor, diteruskan ke otak atau pusat saraf yang diorganisasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa yang dilihat dan didengarkan. Syarat terjadinya persepsi yaitu: a. Adanya objek: ObjekStimulusAlat indra(reseptor). Stimulus berasal dari luar individu (langsung mengenai alat indra /reseptor) dan dari dalam diri individu (langsung mengenai saraf sensoris yang bekerja sebagai reseptor). b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi. c. Adanya alat indra sebagai reseptor penerimaan stimulus.

29

d. Saraf sensoris sebagai alat untuk memeruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran). Dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respons (Sunaryo, 2004). 5. Proses terjadinya persepsi Persepsi melewati tiga proses (Sunaryo, 2004), yaitu: Wagito (2003) menjelaskan bahwa terjadinya proses persepsi yaitu obajek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses fisik (kealaman). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses persepsi individu tidak hanya menerima satu stimulus saja, tetapi individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi, tidak semua stimulus akan diperhatikan atau diberi respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu setelah individu menyeleksi rangsangan.

30

B. Fraktur 1. Definisi Fraktur Fraktur adalah tulang yang patah. Fraktur bisa bersifat patahan sebagian atau patahan utuh pada tulang yang disebabkan oleh pukulan langsung atau pelintiran. Fraktur sering terjadi pada anak-anak. Fraktur bisa mengkhawatirkan jika terjadi kerusakan pada lempeng pertumbuhan, yaitu area tulang tempat pertumbuhan terjadi karena kerusakan pada area ini bisa menyebabkan pertumbuhan yang tidak teratur atau pemendekan dari tulang (Purwoko, 2006) 2. Jenis-jenis Fraktur a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tulang dan biasanya mengalami pergeseran (dari yang normal). b. Fraktur tidak komplet : patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang. c. Fraktur tertutup (fraktur simpel) : patah tulang, tidak menyebabkan robeknya kulit. d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) : patah yang menembus kulit dan tulang berhubungan dengan dunia luar. e. Fraktur kominitif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen f. Fraktur green stick : fraktur yang salah satu sisi tulang patah sedang satu sisi lainnya membengkok

31

g. Fraktur kompresi : dengan tulang mengalami kompresi (tulang belakang) h. Fraktur depresi : fraktur yang tulang fragmen tulangnya terdorong ke dalam (tulang tengkorak dan wajah). (Suratun, 2008). 3. Etiologi Fraktur a. Kecelakaan di jalan raya (penyebab paling sering) b. Olahraga c. Menyelam pada air yang dangkal d. Luka tembak atau luka tikam e. Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medula spinalis seperti

spondiliosis

servikal

dengan

mielopati,

yang

menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera progresif terhadap medula spinalisdan akar;bmielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun non-infeksi; osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebra; siringmielia; tumor infiltrasi maupunkompresi; dan penyakit vaskular. (Batticaca, 2008). 4. Proses Penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan fraktur memakan waktu satu sampai tiga bulan, tergantung pada usia dan kesehatan anda, serta jenis frakturnya. Antibiotik biasanya diperlukan jika terjadi fraktur terbuka, karena jenis itu rentan

32

terhadap infeksi.Perawat utama untuk fraktur adalah menstbilkan tulang agar dapat pulih ke posisi yang benar.Gips dari plester atau resin sangat umum digunakan.Namun kadang-kadang batang atau baut logam bisa disisipkan untuk menyatukan bagian yang patah, atau kerangka eksternal bisa ditanamkan pada tulang (Davies, 2007). 5. Fraktur yang sering terjadi Insiden fraktur yang sering terjadi yakni fraktur longitudinal yang kini semakin meningkat. Kejadian yang yang tak diharapkan ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah meningkatnya usia pasien disertai dengan menurunnya jumlah gigi yang dicabut. Dengan meningkatnya usia, keberadaan gigi dalam mulut makin lama dan makin banyak pula prosedur perawatan yang diterima oleh gigi. Prosedur perawatan ini, meliputi perawatan endondonsia dan restorasi, adalah tindakan yang harus membuang dentin sehingga kekuatan internal gigi akan menyusut. Ditambah lagi, gigi juga menyerap kekuatan eksternal (biasanya oklusal) yang melebihi kekuatan dentin dan secara bertahap akan mempengaruhi struktur gigi. Jika kekuatan yang merusak itu berada di atas batas elastisitas dentin atau email, maka akan terjadi fraktur (Walton, 2008). 6. Kompliksi Fraktur a. Non-union : akibat imonilisasi yang tidak adekuat atau adanya fraktur patologis. b.

Mal-union : penyembuhan dengan angulasi yang buruk.

33

c.

Nekrosis avaskular : gangguan aliran darah yang menyebabkan kematian tulang; lokasi yang paling sering terkena adalah kaput femur, kutub proksimal skapoid, dan kaput talus.

d.

Osteoartritis : proses degeneratif dini pada sendi akibat malalignment yang buruk.

e.

Osteoporosis : akibat penggunaan yang tidak benar, dan bentuk yang paling berat, atrofi sudect, dapat menyebabkan nyeri dan pembengkakan jaringan lunak. (Patel, 2006).

7. Penatalaksanaan medis fraktur Pengobatan fraktur bersifat individual dan didasarkan pada usia dan status kesehatan umum klien, dan jumlah serta lokasi dari fraktur. Pengobatan medis termasuk pemberian analgesik sesuai kebutuhan untuk mengatasi nyeri, dan jika nyeri hebat, dilakukan blok saraf regional (interkosta) atau anestesia epidura (Asih, 2004). Ada beberapa pengobatan medis lainnya antara lain (Tucker, 1999), yaitu : a. Antibiotik : Merupakan obat yang sangat penting dan digunakan untuk memberantas berbagai penyakit infeksi. Zat kimia ini dihasilkan oleh mikroorganisme, terutama jamur dan bakteri tanah, dan mempunyai khasiat bakteriostatik atau bakterisid terhadap satu atau beberapa mikroorganisme lain yang rentan terhadap antibiotik (Sumardjo, 2009).

34

b. Traksi : Suatu tindakan untuk memindahkan tulang yang patah atau dislokasi ke tempat yang normal kembali dengan menggunakan daya tariktertentu atau dengan kata lain suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh, yang diindikasikan pada pasien dengan fraktur dan pasien dislokasi (Ningsih, 2009). c. Sedatif : Sedatif-hipnotik dapat mengatasi ansietas, sedangkan dalam dosis besar dapat menginduksi tidur (Joewana, 2005). d. Analgesik : Istilah kimia untuk zat-zat yang dapat menurunkan rasa sakit, seperti heroin, opium, pethidine, dan codeine. Efek penghilang rasa sakit dimunculkan dengan mereduksi kepekaan fisik dan emosional individu, serta memberikan penggunanya rasa hangat dan nyaman (Amriel, 2007). 8. Tanda dan Gejala Fraktur Tanda dan gejala patah tulang ialah bengkak, kelihatan merah, deformitas, ekimosis, spasme otot, nyeri, dan kadang-kadang tulang kelihatan sudah tidak selari atau bentuk anggota yang patah itu tidak normal (Yasin, 2008). a. Spasme otot : spasme otot skelet secara luas didefinisikan sebagai kontraksi tanpa sadar yang abnormal dari otot skelet (Buler, 1961). Traval, (1960) mengungkapkan bahwa ketika otot dikenai stimulus mekanik, emosional, infeksius, metabolik atau nutrisi yang noksius, otot-otot hanya akan bereaksi dalam satu hal yakni menjadi spasme dan memendek. 35

b. Ekimosis : ekimosis adalah tanda memar atau tanda biru kehitaman, merupakan daerah makula besar akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan subkutan dan kulit, walaupun ekimosis sering ditemukan pada trauma, tetapi ekimosis yang luas dapat menggambarkan kelainan trombosit atau gangguan pembekuan (Sabiston, 1992) c. Nyeri : nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbea-beda bagi setiap orang (Tjay, 2007)

C. Pengobatan Alternatif 1. Definisi pengobatan alternatif Pengobatan alternatif adalah bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut. Pengobatan alternatif merupakan metode pengobatan dengan menggunakan pendekatan di luar medis.Dalam pengobatan alternatif,

segala

metode

dimungkinkan,

dari

pengobatan

yang

dimasukkan ke dalam tubuh seperti penggunaan obat-obat alami, jamujamuan, rempah, herbal alami hingga pengobatan dari luar tubuh seperti menggunakan media dan alat tertentu (Ulung, 2010).

36

Pengobatan alternatif atau tradisional adalah seseorang yang melakukan

pengobatan

atau

perawatan

tradisional

berdasarkan

keterampilan fisik dengan menggunakan anggota gerak atau alat bantu (Noorkasiani, 2009). 2. Faktor yang mempengaruhi pasien memilih pengobatan alternatif Menurut Foster dan Anderson (dalam Agusmarni, 2012), faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif atau tradisional, yaitu: a. Faktor sosial Salah satu yang mendasari terjadinya interaksi sosial adalah sugesti, yaitu pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. b. Faktor ekonomi Faktor ekonomi mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau penolakan

pengobatan.Faktor

ini

diperkuat

dengan

persepsi

masyarakat bahwa pengobatan alternatif membutuhkan sedikit tenaga, biaya, dan waktu. c. Faktor budaya Nilai-nilai budaya yang dominan pada individu sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian individu.Dalam hal ini budaya dipengaruhi suku bangsa yang dianut oleh pasien, jika aspek suku bangsa sangat

37

mendominasi, maka pertimbangan untuk menerima atau menolak di dasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut.Semua kebudayaan mempunyai cara-cara pengobatan, beberapa melibatkan metode ilmiah atau melibatkan kekuatan supranatural dan supernatural. d. Faktor psikologis Peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan, karena itu berbagai cara akan dijalani oleh pasien dalam rangka mencari kesembuhan maupun meringankan beban sakitnya, termasuk datang ke pelayanan pengobatan alternatif. e.

Faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis Proses pengobatan yang terlalu lama menyebabkan pasien bosan dan berusaha mencari alternatif pengobatan lain yang mempercepat proses penyembuhannya.

f. Faktor manfaat dan keberhasilan Keefektifan dari pengobatan alternatif menjadi alasan yang sangat berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan alternatif. g. Faktor pengetahuan Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga, atau pikiran yang merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Agusmarni, 2012). Pengetahuan didapatkan secara formal dan informal.Pengobatan alternatif atau tradisional masih digunakan oleh sebagian besar

38

masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang terjangkau melainkan lebih disebabkan oleh faktor-faktor budaya Indonesia yang masih kuat kepercayaannya terhadap pengobatan alternatif (Agusmarni, 2012). 3. Jenis-jenis pengobatan alternatif a. Pengobatan pijat urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan atau perawatan dengan cara mengurut atau memijat sebagian atau seluruh tubuh. Tujuannya untuk relaksasi otot, menghilangkan kelelahan, mengatasi gangguan kesehatan, atau menyembuhkan keluhan penyakit. Pemijatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan jari tangan, telapak tangan, siku, lutut, tumit, atau alat tertentu, seperti pijat yang dilakukan oleh dukun atau tukang pijat, dan pijat tunanetra. b. Pengobatan patah tulang adalah seseorang yang memberi pelayanan pengobatan patah tulang dengan cara tradisional. Pengobatan ini disebut juga dukun potong (Madura), sangkal putung (Jawa), dan sandro pauru (Sulawesi Selatan). c. Pengobatan pijat refleksi adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dengan cara pijat dengan jari tangan atau alat bantu lainnya pada zona-zona refleksi, terutama pada telapak kaki dan tangan

39

d. Akupresuris adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dengan pemijatan pada titik-titik akupuntur dengan menggunakan ujung jari dan alat bantu lainnya, kecuali jarum. e. Akupunkturis

adalah

seseorang

yang

melakukan

pelayanan

pengobatan dengan perangsang pada titik-titik akupunktur dengan cara menusukkan jarum dan sarana lain, seperti elektro-akupunktur. f. Chiropractor adalah seseorang yang melakukan pengobatan kiropraksi dengan cara teknik khusus untuk gangguan otot dan persendian. (Noorkasiani, 2009) 4. Cara pengobatan patah tulang Pada umumnya cara-cara penyembuhan tradisional di Indonesia dapat di kategorikan dalam upaya penyembuhan dengan: a. Ramuan tumbuhan obat b. Cara fisik ( patah tulang, ketok, refleksologi, akupunktur, dan sebagainya) c. Meditasi, pernapasan dan tenaga dalam d. Penyembuhan dengan cara spiritual (doa, mantera, psikoterapi, dsb.). Seorang tabib atau dukun dapat melakukan salah satu atau beberapa cara tersebut di atas, namun pendekatannya selalu holistik dengan mengutamakan kepentingan orang sakit. Seorang pelaksana penyembuhan

40

tradisional selalu memperhatikan latar belakang orang sakit, seperti keluarga, agama dan kepercayaan, budaya, tradisi, dan lingkungan (Hanafiah, 2009). 5. Penelitian terkait a. Ritonga & Nasution (2014). Gambaran Karakteristik Keluarga Pasien Fraktur yang Memilih Pengobatan Tradisonal Patah Tulang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik keluarga pasien fraktur yang memilih pengobatan tradisional patah tulang Sepadan Tarigan di T.Morawa. Desain yang digunakan adalah deskripsi murni dengan sampel sebanyak 42 responden dengan teknik sampling jenuh, menggunakan kuesioner berupa data demografi dan pertanyaan tentang alasan keluarga pasien memilih pengobatan tradisional tersebut. Hasil penelitian menunjukkan dari 42 responden, 52,38% berusia 40-59 tahun, 40,48% suku Batak Toba, 50% beragama Kristen Protestan, 45,24% berpendidikan SMA/SMK/MTS, 69,05% wiraswasta, dan 64,28% berpenghasilan sebulan > 1.035.500. b. Kurnia (2012). Faktor-faktor yang Melatrbelakangi Pasien Patah Tulang Berobat ke Pengobatan Tradisional Ahli Tulang di Sumedang. Tujuan penelitian ini bertujuan untk emnggambarkan faktor-faktor yang melatarbelakangi pasien patah tulang berobat ke pengobatan tradisional

ahli

tulang

di

Sumedang.

Rancangan

penelitian

menggunakan pendekatan deskriftif kuantitatif dengan sampel

41

sebanyak 34 responden yang didapat secara accidental sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukan tiga faktor yang paling mempengaruhi seseorang emilih berobat ke pengobatan tradisional yaitu faktor motivasi unuk menyembuhkan penyakitnya (64,7%), kepercayaan akan mendapatkan manfaat dan rintangan (61,76%), dan kepercayaan terhadap penyedia layanan (71,88%).

42

D. Kerangka Teori Etiologi - kecelakaan dijalan raya - olahraga - Benturan benda tumpul - luka tembak atau luka tikam

-

Fraktur Komplet Tidak komplet Tertutup Terbuka Komitif Green stick Kompresi Depresi

Sensoris peraba

Tanda dan gejala fraktur - Deformitas - Bengkak atau penumpukan cairan/darah karena kerusakan pembuluh darah - Ekimosis - Spasme otot - Nyeri - Pergerakan abnormal

Reseptor otak

Self-perception

Persepsi

perasaan, sikap, dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), keadaan fisik, dan motivasi.

Pengobatan Alternatif

      

External-perception latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, intensitas informasi, keberlawanan, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan suatu objek.

Faktor social Faktor ekonomi Faktor budaya Faktor kejenuhan pelayanan medis Faktor psikologis Faktor pengetahuan Faktor manfaat dan keberhasilan

 Bagan 2.1Kerangka teori: Batticaca, (2008); Suratun, (2008); Yasin, (2008); Tucker, (1999); Robbins, (2008); Noorkasiani, (2009), Foster dan aderson (dalam agusmarni 2007)

43

BAB III KERANGKA KONSEPDAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, dan ukuran yang dimiliki atau didapat oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2005). Penelitian ini memiliki satu variabel yaitu persepsi pasien fraktur terhadap pengobatan alternatif.

Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif 

Definisi pengobatan alternatif menurut pasien atau masyarakat



Faktor kejenuhan pelayanan medis



Faktor psikologis



Faktor pengetahuan



Faktor manfaat dan keberhasilan



Faktor budaya



Faktor sosial



Faktor ekonomi

Bagan 2.2 Kerang konsep

44

B. Definisi Operasional Table 3.1 Definisi Operasional No Variabel 1. Definisi Pengobatan Alternatif

Definisi Operaional Pengertian mengenai pengobatan alternatif sesuai dengan teori.

Cara Ukur 0 = tidak tepat 1 = tepat

2.

Sudut pandang responden terhadap pengobatan alternatif .

Lembar kuesioner dengan jumlah pertanyaan 14 skala likert sebagai alat ukur persepsi

Persepsi pengobatan alternatif

   

3.

Suku

4.

Pendidikan

Faktor social Faktor ekonomi Faktor budaya Faktor kejenuhan pelayanan medis  Faktor psikologis  Faktor pengetahuan  Faktor manfaat dan keberhasilan Budaya turun temurun yang dimiliki oleh responden

Hasil Ukur Bila distribusi data normal: Mean baik Mean buruk Bila distribusi data tidak normal: Median baik Median buruk Persentase dari setiap pertanyaan kuesioner

Alat ukur Kuesioner

Skala Interval

Kuesioner

Interval

Kuesioner

Nominal

Kuesioner

Ordinal

1 = tidak setuju 2 = kurang setuju 3 = ragu-ragu 4 = setuju 5 = sangat setuju Angket

Jenjang pendidikan terakhir yang di tempuh responden Angket

45

1. Sunda 2. Jawa 3. Betawi 4. Lainnya 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA

5.

Pendapatan

jumlah uang yang diterima oleh responden dari aktivitasnya.

Angket

46

5. SI (Strata 1) 1. 2.710.000 = dibawah UMR Tangerang Selatan 2. 2.710.000 > = diatas UMR Tangerang Selatan.

Kuesioner

Nominal

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriktif eksploratif dengan pendekatan analisa univariat. Metode ini digunakan untuk mengetahui persepsi pasien fraktur terhadap pengobatan alternatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yang digunakan adalah klinik pengobatan patah tulang cimande Ciputat Tangerang Selatan. Peneliti memilih klinik pengoatan patah tulang cimande dengan alasan banyaknya orang yang mempercayai pengobatan di klinik pengobatan patah tulang cimande selain itu belum pernah dilakukan penelitian di klinik pengobatan patah tulang cimande.

C. Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek yang karakteristiknya tidak ditetapkan (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini populasi adalah keseluruhan pasien yang ada di klinik pengobatan patah tulang cimande. Menurut data dari hasil studi pendahuluan yang didapatkan dari keterangan pegawai klinik pengobatan patah tulang cimande terdapat 140 pasien per minggu yang berobat di klinik patah tulang cimande.

47

Sampel adalah bagian populasi yang dipilih dengan ampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling, yaitu dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Penelitian dilakukan selama 5 hari, dengan begitu besar dari sampel yang akan didapat dari penelitian ini yaitu sebanyak 100 orang. Sampel ditentukan dengan cara mengambil responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi secara accidental. Pengambilan sampel mengacu pada kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah 1. Bersedia menjadi responden 2. Pasien fraktur yang dapat berkomunikasi dengan baik 3. Pasien rawat inap & rawat jalan 4. Responden berusia 18-60

D. Instrumen Penelitian Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai persepsi pasien fraktur terhadap pengobatan alternatif. a. Kuesioner Demografi Kuesioner demografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien yang memilih berobat di pengobatan patah tulang cimande, kuesioner

demografi

ini

pekerjaan, pendapatan, suku)

48

meliputi

pertanyaan

(pendidikan,

b. Kuesioner Persepsi Kuesioner persepsi ini bertujuan untuk mengetahui alasan pasien yang memilih pengobatan patah tulang cimande. Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan berdasarkan skala likert, dengan penilaian” tidak setuju” = 1, “kurang setuju” = 2, “ragu-ragu” = 3, , “setuju” = 4, “sangat setuju” = 5. Pertanyaan nomor 1-4 merupakan definisi dari pengobatan alternatif berdasarkan teori. Pertanyaan nomor 5-6merupakan faktor sosial, pertanyaan nomor 7-8 merupakan faktor ekonomi, pertanyaan nomor 9-10 merupakan faktor psikologis, pertanyaan nomor 11-12 merupakan faktor kejenuhan terhadap pengobatan medis, pertanyaan nomor 13-14 merupakan faktor manfaat dan keberhasilan, pertanyaan nomor 1516 merupakan faktor pengetahuan, pertanyaan nomor 17-18 merupakan faktor budaya.

E. Validitas dan Reabilitas Kuesioner ini merupakan instrumen yang belum baku, oleh karena itu peneliti akan melakukan uji validitas dan reabilitas di tempat pengobatan alternatif cimande.Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing – masing skor item pertanyaan dari tiap

49

variabel dengan total skor variabel tersebut. Perhitungan uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Products and Service Solutions) ( Hidayat, 2008). Perhitungan validitas dilakukan dengan SPSS terhadap seluruh pernyataan yang ada dalam kuesioner. Besar sampel yang ditentukan yaitu sebanyak 60 orang. Seluruh pernyataan pada kuesioner dinyatakan valid karena r hitung>r tabel, yaitu 0.388-0.753> 0.254 dengan signifikansi sebesar 5%. Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengujian pada penelitan menggunakan teknik Alpha Cronbach ( a ), dalam uji reabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliable sebaliknya bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel (Arikunto, 2002).Perhitungan rumus Cronbach alpha dilakukan dengan SPSS pada kuesioner dinyatakan reliabel karena nilai r alpha > r tabel, yaitu 0.736> 0.254.

50

F. Pengolahan data Berikut langkah-langkah dalam pengolahan data meliputi editing, coding, tabulating, analiting menurut Hidayat (2008) dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Editing Memeriksa kuesioner yang telah diisi, mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, konsistensi jawaban, dan mengecek macam isian data. Editing bisa dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Memberi kode tertentu uuntuk setiap pertanyaan. Dalam coding, data yang terbentuk huruf diubah menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Dan untuk kode dari item pada kuesioner ini antara lain” tidak setuju” = 1, “kurang setuju” = 2, “ragu-ragu” = 3, , “setuju” = 4, “sangat setuju” = 5. 3. Entry Entry merupakan kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi. Program untuk analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan SPSS 20.

G. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menerapkan prinsip etis (Nursalam, 2008) sebagai berikut: a. Prinsip manfaat 51

1) Bebas dari penderitaan Penelitian harus dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus. 2) Bebas dari eksploitas Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apa pun. 3) Risiko (benefits ratio) Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan. b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) 1) Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination) Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak. 2) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure) Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek. 3) Informed consent

52

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. c. Prinsip keadilan 1) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment) Subjek harus diperlukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertakan dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian. 2) Hak dijaga kerahasiaan (right to privacy) Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality).

53

BAB V HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian gambaran persepsi pasien fraktur tentang pengobatan alternatif berdasarkan suku, pendidikan, dan pendapatan di Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada pasien yang mengalami fraktur di Pengobatan Alternatif Cimande, Tangerang Selatan. Pemilihan responden dengan menggunakan sistem random berdasarkan kocokan nomor yang keluar dan melakukan penelitian pada responden yang telah ditentukan berdasarkan hasil kocokan.Pengumpulan data menghasilkan 58 responden yang memenuhi kriteria insklusi.

A. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Klinik Pengobatan Alternatif Patah Tulang Cimande Ciputat. Klinik Patah Tulang Cimande mempunyai beberapa cabang, namun peneliti melakukan penelitian ini di Klinik Pusat Patah Tulang Cimande. Dimana terdiri dari beberapa ruangan yaitu ruang pendaftaran, 9 ruang rawat inap, 2. ruang rawat jalan dan ruang tunggu pasien. Pasien yang berobat ke klinik patah tulang ini per hari sekitar 20 pasien.

54

B. Karakteristik Responden Karakteristik responden didapatkan dari responden patah tulang yang telah disaring menurut kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Karakteristik responden penelitian berikut ini berdasarkan pada suku, pendapatan, dan pendidikan terakhir. Berikut distribusi frekuensi sebaran data resonden: Tabel 5.1 Distribusi Suku, Pendidikan terakhir dan Pendapatan (N= 100)

Karakteristik Suku Sunda Jawa Betawi Lainnya Pendidikan Terakhir Tidak tamat SD SD SMP SMA Sarjana Pendapatan Dibawah UMR Diatas UMR

Frekuensi

Presentase (%)

30 44 24 2

30 44 24 2

0 8 19 42 31

0 8 19 42 31

27 73

27 73

Berdasarkan tabel diatas responden yang didapat suku yang terbanyak adalah suku jawa (44%). Pendidikan terakhir pada responden terbanyak adalah SMA (42%) serta tidak ada responden yang tidak tamat SD (0%). Responden yang memiliki pendapatan diatas UMR sebanyak 73% (73 orang) .

55

C. Analisa Univariat Data univariat ini merupakan persepsi responden yang berkaitan dengan definisi serta faktor internal dan eksternal. Berikut distribusi frekuensi sebaran data responden: Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Definisi Pengobatan Alternatif Variabel

Tepat 56

Definisi Pengobatan Alternatif

Frekuensi (N=100) % Tidak tepat 56 44

% 44

Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa definisi pengobatan alternatif terjawab tepat oleh 56 orang dari 100 orang, serta 44 orang menjawab definisi tidak tepat. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Sosial Frekuensi (N= 100)

%

1. Banyak masyarakat yang memilih pengobatanm alternatif Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

10 0 10 53 27

10 0 10 53 27

2. Banyak orang yang mengatakan pengobatan alternative lebih efektif Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

1 9 1 76 13

1 9 1 76 13

Faktor Sosial

56

Berdasarkan tabel diatas pada pertanyaan faktor sosial menunjukan bahwa jawaban setuju paling dominan dengan angka presentase 53% dan 76%, artinya bahwa faktor sosial mempengaruhi persepsi pada pasien fraktur tentang pengobatan alternatif. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Ekonomi Frekuensi (N= 100)

%

1. lebih efisien waktu dan tenaga Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

0 0 0 64 36

0 0 0 64 36

2. Lebih terjangkau biayanya Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

0 0 11 53 36

0 0 11 53 36

Faktor Ekonomi

Berdasarkan tabel diatas pada pertanyaan faktor ekonomi menunjukan bahwa jawaban setuju paling dominan dengan angka presentase 64% dan 53%, artinya bahwa faktor ekonomi mempengaruhi persepsi pada pasien fraktur tentang pengobatan alternatif.

57

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Psikologi Frekuensi (N= 100)

%

1. Mampu menyembuhkan rasa sakit yang saya alami Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

0 1 0 63 36

0 1 0 63 36

2. Proses penyembuhannya yang sangat cepat Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

0 0 5 59 36

0 0 5 59 36

Faktor Psikologi

Berdasarkan tabel diatas pada pertanyaan faktor psikologi menunjukan bahwa jawaban setuju paling dominan dengan angka presentase 63% dan 59%, artinya bahwa faktor ekonomi mempengaruhi persepsi pada pasien fraktur tentang pengobatan alternatif. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Kejenuhan Faktor Kejenuhan 1. Karena proses pendaftaran pengobatan yang terlalu sulit dan lama Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju 2. Proses penyembuhannya berangsur sangat lama 58

Frekuensi (N= 100)

0 0 0 64 36

Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

10 0 0 57 33

Berdasarkan

tabel

diatas

pada

pertanyaan

faktor

kejenuhan

menunjukan bahwa jawaban setuju paling dominan dengan angka presentase 64% dan 57%, artinya bahwa faktor kejenuhan mempengaruhi persepsi pada pasien fraktur tentang pengobatan alternatif. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Manfaat dan Keberhasilan Faktor Manfaat dan Keberhasilan

Frekuensi (N= 100)

1. Pengobatan alternatif dapat menyembuhkan secara total Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

10 0 0 76 14

2. Memilih pengobatan alternatif patah tulang karena keampuhannya Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

0 0 0 77 23

Berdasarkan tabel diatas pada pertanyaan faktor manfaat dan keberhasilan menunjukan bahwa jawaban setuju paling dominan dengan angka presentase 76% dan 77%, artinya bahwa faktor manfaat dan

59

keberhasilan sangat mempengaruhi persepsi pada pasien fraktur tentang pengobatan alternatif. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Pengetahuan Faktor Pengetahuan

Frekuensi (N= 100)

1. Cara pengobatan patah tulang dengan cara digosokgosok dengan minyak urut Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

0 0 0 74 26

2. Cara pengobatan alternatif patah tulang yaitu dengan dipijat urut Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

0 0 0 87 13

Berdasarkan tabel diatas pada pertanyaan faktor pengetahuan menunjukan bahwa jawaban setuju paling dominan dengan angka presentase 74% dan 87%, artinya bahwa faktor pengetahuan sangat mempengaruhi persepsi pada pasien fraktur tentang pengobatan alternatif. Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Berdasarkan Faktor Budaya Faktor Budaya 1.

Pengobatan terdahulu yang sampai sekarang sangat

60

Frekuensi (N= 100)

baik Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

0 0 0 77 23

2. Percaya dengan diagnose yang dikatakan tabib Tidak Setuju Kurang setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

0 0 0 89 11

Berdasarkan tabel diatas pada pertanyaan faktor budaya menunjukan bahwa jawaban setuju paling dominan dengan angka presentase 77% dan 89%, artinya bahwa faktor budaya sangat mempengaruhi persepsi pada pasien fraktur tentang pengobatan alternatif.

61

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambaran Karakteristik Demografi Pasien Fraktur di Pengobatan Alternatif Budaya merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit dirubah. Budaya, norma dan adat istiadat dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam hubungan sosial. Kebudayaan terjadi turun-temurun akibat proses internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir, pola interaksi, dan perilaku manusia. Hubungan antara kebudayaan dengan pengetahuan sakit sangatlah erat sebagai kebiasaan dan keyakinan budaya yang dianut sebagai pengetahuan kesehatan (Ngadino, 2014).Pada penelitian ini didapatkan suku terbanyak adalah suku jawa (44%). Hasil demografi mengenai kepercayaan pasien terhadap pengobatan alternatif berdasarkan budaya yang ditemukan ialah 77 responden percaya pengobatan terdahulu yang sampai sekarang sangat baik, dan 89 responden percaya dengan diagnosa yang dikatakan dukun. Masyarakat Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat yang sangat kental.Adat istiadat suku Jawa masih sering digunakan dalam berbagai kegiatan kesehatan melalui pengobatan tradisional.Pada umumnya mereka hafal dalam ingatan dan dipraktekkan secara berulang-ulang setiap dibutuhkan

62

untuk mengobati penyakit. Ragam pengobatan tradisional Jawa seperti dukun, meracik dan meramu obat sendiri, mencari penyembuhan dengan doa, melalui primbon, dan ritual persembahan (Ngadino, 2014). Pengobatan tradisional dalam kebudayaan Jawa banyak sekali dipengaruhi kegiatan supranatural yang bersifat irasional.Berbagai ritual dan mantera-mantera yang dilakukan sering sekali dihubungkan dengan makhlukmakhluk gaib.Konsep sakit irasional berarti sesuatu yang mempengaruhi semua hal, yang melampaui kekuasaan manusia, dan yang berada di luar jalur yang normal dan wajar.Dalam budaya Jawa, terutama masyarakat yang masih menjalankan budaya tradisionalnya.Dukun dalam kasus ini sebagai penolong, penasehat, dan sebagai seorang yang dapat menyembuhkan sakit dan penyakit pada masyarakat yang berkaitan dengan pengalaman supranatural. Secara garis besar dalam kebudayaan Jawa dukun dapat dibagi atas (Ngadino, 2014): 1. Dukun pijat, yang bekerja menyembuhkan penyakit yang disebabkan karena kurang berfungsinya urat-urat dan aliran darah (salah urat), sehingga orang yang merasa kurang sehat atau sakitpun perlu diurut supaya sembuh. 2. Dukun sangkal putung atau patah tulang, misalnya akibat jatuh dari pohon, tergelincir atau kecelakaan. Pada hasil survei mengenai pendidikan terakhir pada pasien fraktur di pengobatan alternatif, angka yang cukup signifikan yaitu lulusan SMA (42%)

63

dan sarjana (31%), serta tidak ditemukan responden yang tidak lulus SD.Individu dengan latar belakang pendidikan lebih tinggi akan cenderung mengenal gejala sakit lebih dini daripada yang memiliki pendidikan yang rendah. Semakin tinggi pendidikan, masyarakat seharusnya lebih sadar akan kesehatannya, kapan mereka harus dapat berobat sendiri, mengenal tandatanda bahaya penyakit, serta memilih fasilitas kesehatan yang layak sesuai dengan perkembangan teknologi dan keilmuan. Walaupun tidak dapat dipungkiri juga banyak masyarakat berpendidikan tinggi pun masih cukup banyak yang berobat ke pengobatan alternatif. Hal ini dibuktikan oleh Cooper dkk (2012), bahwa prevalensi orang dewasa Australia yang memiliki pendidikan lebih tinggi (49% lulusan sarjana), memilih pengobatan alternatif sebanyak 44,1% dari 1067 orang dari pada datang ke dokter praktisioner. Hasil pendapatanresponden maupun keluarga tersebut yang memiliki pendapatan di atas UMR (Rp 2.700.000,00), yaitu sekitar 73%. Hasil penelitian Oktama (2011) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi ekonomi keluarga terhadap tingkat pendidikan sebesar 12,1%, artinya variasi kondisi ekonomi mampu menjelaskan variasi tingkat pendidikan sebesar 12,1. Menurut Agus Santoso (2016), pemilik terapi tusuk jari yang berpraktek di Jalan Malabar, Bandung, kebanyakan yang berobat adalah pasien yang datang karena alasan murahnya biaya pengobatan alternatif. Murahnya pengobatan ini lebih dikarenakan obat-obatan yang digunakan

64

berbahan baku tanaman obat atau herbal, serta mudah didapatkan di pasarpasar tradisional. Masyarakat Indonesia menekan biaya pengeluaran kesehatan yang didasari oleh kebutuhan lainnya. Hal yang disadari oleh mereka yaitu pengobatan medis yang mengeluarkan biaya besar untuk sekali kunjungan atau rawat inap, ditambah dengan jenis pemeriksaan yang dilakukan, serta alat-alat yang telah dipakai ketika melakukan tindakan medis. Namun, bila dibandingkan dengan pengobatan alternatif, biaya pengeluaran secara keseluruhan relatif lebih murah, sederhana, serta obat-obatan yang dapat di ramu sendiri dengan mencari obat herbal yang dapat ditemukan di pasar tradisional.

B. Gambaran Persepsi Pasien Fraktur terhadap Pengobatan Alternatif Secara umum, orang mempersepsikan stimulus yang memuaskan kebutuhan, emosi, sikap, atau konsep diri (self consept). Karena persepsi merujuk pada akuisisi pengetahuan tertentu mengenai stimulus pada suatu waktu tertentu, hal tersebut muncul kapanpun stimulus mengaktifkan indera. Persepsi simbol, dan orang yang didasarkan pada pengalaman kita. Dengan kata lain, persepsi menangkap stimulus, mengorganisasikan stimulus, dan menerjemahkan atau mengintepretasikan stimulus yang terorganisir untuk mempengarui perilaku dan membentuk sikap (Matteson, Konopaske, dan Ivancevich, 2005).

65

1. Persepsi Berdasarkan Definisi Pengobatan Alternatif dan Faktor Pengetahuan 56 Pasien fraktur dapat menjawab dengan tepat mengenai definisi pengobatan alternatif berdasarkan teori. Pernyataan yang terjawab tepat ini dapat didasari oleh faktor pengetahuan serta latar belakang pendidikan yang dimiliki (dimana tidak ditemukan satupun yang tidak tamat SD) atau informasi yang diperoleh. Pengetahuan yang ditemukan lainnya yaitu 74 responden mengetahui cara pengobatan patah tulang dengan cara digosokgosok dengan minyak urut serta 87 responden mengetahui cara pengobatan alternatif patah tulang yaitu dengan dipijat urut. Menurut Waidi (2006) setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan 2. Persepsi Berdasarkan Faktor Sosial 53 orang memilih pengobatan alternatif karena banyak masyarakat yang memilih cara pengobatan alternatif untuk proses penyembuhan penyakit dirinya. 76 orang memilih pengobatan alternatif karena orang lain mengatakan bahwa pengobatan alternatif lebih efektif. Hal ini disebabkan oleh situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus berbeda, maka akan dapat membawa perbedaan hasil persepsi. Seseorang apabila memiliki harapan dan penilaian yang baik terhadap situasi tertentu, maka akan muncul tindakan selaras dengan situasi yang terjadi, demikian sebaliknya (Tagiuri dan petrullo, 1958). 66

3. Persepsi Berdasarkan Faktor Ekonomi Tingkat pendapatan yang memadai akan memberikan kemungkinankemungkinan yang lebih besar untuk datang ke fasilitas kesehatan, memeriksakan diri, serta mengambil obat. Hal ini dapat dihubungkan dengan biaya transport yang dimiliki. Jadi dari tingkat pendapatan yang memadai dapat diharapkan penderita akan berobat secara teratur walaupun jarak ke tempat pelayanan kesehatan jauh (Syaer, 2010). Pada penelitian ini ditemukan 64 orang lebih memilih pengobatan alternatif karena lebih efisien waktu dan tenaga. 53 orang memilih pengobatan alternatif karena lebih terjangkau biayanya. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai pembiayaan pengobatan alternatif patah tulang, didapatkan yaitu pasien mengatakan pembiayaan pengobatan alternatif patah tulang lebih terjangkau sehingga pengeluaran lebih minimal dari pada berobat di rumah sakit. 4. Persepsi Berdasarkan Faktor Psikologi Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang dipunyai, budaya, sosial-ekonomi, ras, dan juga pengalaman yang mereka alami sebelumnya. Persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Artinya bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan diserap (Cooper dkk, 2013). Pada penelitian ini ditemukan 63 orang setuju bahwa pengobatan alternatif mampu menyembuhkan rasa 67

sakit yang dialami, serta 59 orang mengatakan bahwa proses pengobatan alternatif lebih cepat masa penyembuhannya. 5. Persepsi Berdasarkan Faktor Kejenuhan 64 orang kurang nyaman karena proses pendaftaran pengobatan yang terlalu sulit dan lama. 57 responden merasa jenuh dengan pengobatan medis yang proses penyembuhannya berangsur sangat lama. Hal ini yang menyebabkan masyarakat kurang berminat dengan pengobatan medis. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan faktor kejenuhan, 10 responden mengungkapkan bahwa kejenuhan yang terjadi juga disebabkan oleh mutu pelayanan medis yang kurang dipercayai oleh masyarakat. Mereka mengatakan bahwa dengan pengobatan alternatif membuat mereka lebih banyak memiliki harapan sembuh lebih cepat. Selain itu, keramahtamahan dalam pelayan ternyata menjadi pertimbangan mereka. 6. Persepsi Berdasarkan Faktor Manfaat dan Keberhasilan 76

responden

setuju

bahwa

pengobatan

alternatif

dapat

menyembuhkan secara total dan 77 responden tertarik memilih pengobatan alternatif patah tulang karena keampuhannya.Apabila individu merasa dirinya berada di tahap dimana ia merasakan keseriusan pada penyakitnya, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu, termasuk tindakan memilih tempat pengobatan alternatif untuk mengobati fraktur yang dialaminya. Tindakan ini tergantung pada manfaat yang dirasakan dan keberhasilan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya 68

manfaat dan keberhasilan lebih mempengaruhi dari tindakan-tindakan yang mungkin ditemukan. Jadi, semakin besar manfaat dan keberhasilan yang dirasakan seseorang terhadap suatu tindakan tertentu, maka ia akan memilih melakukan tindakan tersebut (Kurnia dkk, 2011).

69

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Gambaran karakteristik demografi pasien pengobatan alternatif

fraktur yaitu suku jawa lebih banyak pada pengobatan alternatif cimande (41,4%) dengan pendidikan terakhir terbanyak yaitu SMA (41,4%). Tidak di temukan responden yang tidak lulus atau tidak tamat SD. Berdasarkan data yang ditemukan, pendapatan pada pasien fraktur yaitu diatas UMR (72,4%). 2. Gambaran persepsi pasien fraktur terhadap pengobatan alternatif

yaitu 38 orang memiliki definisi yang baik mengenai pengertian dari pengobatan alternatif, hal ini didukung oleh faktor pengetahuan yang baik pula sebesar 51,7%. Faktor pengetahuan, sosial (53,4%), dan budaya (56,9%) merupakan faktor mendominasi pada masyarakat. Sedangkan faktor kejenuhan terhadap pengobatan medis (36,2%) serta faktor lainnya tidak mendominasi pada persepsi masyarakat.

70

B. Saran

1. Pelayanan Kesehatan Upaya promosi kesehatan pada pasien fraktur perlu disosialisikan agar pasien dapat mempersepsikan lebih baik mengenai pemilihan pengobatan alternatif dan medis berdasarkan faktor manfaat dan keberhasilannya. 2. Bagi Pendidikan Keperawatan Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam

keilmuan

keperawatan

mengenai

persepsi

pengobatan

komplementer pada pasien fraktur. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif mengenai persepsi pasien fraktur tetang pengobatan alternatif. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat membuat sebuah penelitian yang tidak hanya menggambarkan persepsi pasien terhadap pengobatan alternatif saja, tetapi juga dapat menggambarkan atau membandingkan persepsi pasien terhadap pengobatan medis.

71

DAFTAR PUSTAKA Amriel, Reza I. 2007.Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba. Jakarta:Salemba Anderson, Foster. (1986). Antropologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Armis. 2002. Principles of Fractures Care. Yogyakarta: MEDIKA Faculty of Medicine Gadjah MadaUniversity. Apruebo, R.A. (2005). Psychology. Manila: UST Publishing House Cooper dkk.(2013).Prevalence of visits to five types of complementary and altenative medicine

practitioners

by

the

general

population:

a

systematic

review.Journal of Elsevier: 19 (2013) 214-220 Davies, Kim. 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot. Jakarta: Esensi Fransisca B. Baticaca. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta. Salemba Medika Hidayat,A.A (2008). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data.Jakarta : Penerbit Salemba Medika Juliandi,

Azuar

dkk.(2014).Metodologi

Penelitian

Bisnis:

Konsep

dan

Aplikasi.Medan: Umsu Press Joewana, Satya, 2005. Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat. Psikoaktif, Penyalahgunaan Napza/Narkoba Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Lukman & Ningsih, Nurna (2009). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system Muskuloskeletal.Jakarta : Salemba Medika

72

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. P.T. Rineka Cipta,Jakarta Nursalam, (2008), Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan,ed2. Salemba Medika Patel, R. R. 2006. Lecture Notes Radiologi Ed II. Jakarta: Erlangga Medical Series Purwoko, S. (2006).Pertolongan Pertama dan RJP. Edisi IV. Jakarta: Arcan Ritonga&Nasution.(2014).Gambaran Karakteristik Keluarga Pasien Fraktur yang Memilih Pengobatan Tradisonal Patah Tulang.Jurnal USU: 2;1 Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi Buku 1, Edisi 12.Diterjemahkan oleh Diana Angelica. Jakarta: Salemba Empat. Sabiston., 1992. Buku Ajar Ilmu Bedah Bagian Pertama. Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta Sugiono, 2001 Metode Penelitian Kualitatif dan Rehabilitas. CV Alfabeta,Bandung Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Sunaryo.(2004).Psikologi untuk keperawatan.jakarta:egc Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan SistemGastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media. Susan Martin Tucker.(1999).Standar Perawatan Pasien; EGC; jakarta Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan. Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi Keenam. Jakarta: Elex MediaKomputindo

73

Toha,

Miftah.(2003).

perilaku

organisasi,

konsep

dasar

dan

aplikasinya.jakarta:rajawali press Ulung, Gagas.2010.pengobatan alternatif yang paling dicari sejabodetabek.jakarta: gramedia pustaka Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktek ilmu endodonsi. Alih bahasa:Narlan S, Winiati S, Bambang N. ed ke-3. Jakarta: EGC, 2008: 33, 331-2

74

LAMPIRAN

75

Lampiran 1 PERMOHONAN PARTISIPASI PENELITIAN

Assalamu’alaikum wr.wb Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama

: Miftahul Millah Wijaya

NIM

: 1111104000006

Jurusan

: Ilmu Keperawatan

Fakultas

: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Institusi

: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Akan melakukan penelitian dengan judul “PERSEPSI PASIEN FRAKTUR TENTANG

PENGOBATAN

ALTERNATIF

DI

CIMANDE

CIPUTAT

TANGERANG”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dari

seseorang tentang pengobatan alternatif. Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dibidang keperawatan komplementer khususnya pengobatan alternatif patah tulang ini. Lembar kuesioner serta data identitas dari responden akan dijaga kerahasiaannya dan tidak dipublikasikan. Partisipasi dalam penelitian ini tidak dalam paksaan dan bersifat sukarela. Demikian penjelasaan dari saya, Wasalamu’alaikum wr. wb Peneliti

Miftahul Millah Wijaya NIM. 1111104000006

76

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) SURAT PERSETUJUAN

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini; Inisial

:

Umur

:

Jenis Kelamin :

Setelah mendapatkan penjelasan dari penulis, Saya menyatakan (bersedia / tidak bersedia)*menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam penelitian yang berjudul: “PERSEPSI PASIEN FRAKTUR TENTANG PENGOBATAN ALTERNATIF DI CIMANDE CIPUTAT TANGERANG” Demikian surat persetujuan ini Saya buat dengan sejujur – jujurnya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Jakarta,

2015

Mengetahui, Peneliti

(

Responden

)

(

NB: *coret yang tidak perlu

77

)

Lampiran 3

KUESIONER DEMOGRAFI DAN RIWAYAT PENGOBATAN Petunjuk Pengisian 1. Bacalah setiap pertayaan di bawah ini dengan cermat 2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang menurut Bapak/Ibu sesuai dengan Bapak/Ibu 3. Tanyakanlah jika ada pertanyaan yang kurang dipahami Bapak/Ibu.

1. Agama

: () Islam

() Kristen

()Hindu

()Budha

( ) Lainnya, sebutkan ……….

2. Suku

: () Sunda

( ) Betawi

() Jawa

( ) Lainnya, sebutkan ……….

3. Pendidikan Terakhir:() Tidak tamat SD

() SMA

4. Pendapatan

()SD

( ) Sarjana

: ( ) Dibawah Rp 2,441.000-,

: ( ) Diatas Rp 2,441,000-,

78

()SMP

79

KUESIONER PERSEPSI PENGOBATAN ALTERNATIF Berilah tanda checklist ( √ ) pada pertanyaan yang tersedia di bawah ini yang mewakili Keterangan : SS

: Sangat Setuju

ATS

S : Setuju No Pertanyaan AS : Agak Setuju 1 pengobatan alternatif menggunakan alat yang tidak termasuk standar pengobatan kedokteran modern 2

pengobatan

alternatif

dilakukan

dengan tata cara di luar medis keadaan Bapak/Ibu 3 Salah satu

cara

alternatif yaitu obat-obatan

pengobatan

mengkonsumsi

alami

dan

jamu-

jamuan 4

pengobatan

alternatif

dilakukan

oleh seseorang dengan melakukan pengobatan

atau

tradisional

perawatan berdasarkan

keterampilan fisik

menggunakan

anggota gerak atau alat bantu 5

Saya memilih pengobatan alternatif karena banyak masyarakat yang memilih cara pengobatan alternatif untuk

proses

penyembuhan

penyakit dirinya 6

Saya memilih pengobatan alternatif karena

orang

lain

mengatakan

bahwa pengobatan alternatif lebih efektif 7

Saya lebih memilih pengobatan 80 alternatif

karena

waktu dan tenaga

lebih

efisien

SS

: Agak Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju S AS ATS TS STS STS : Sangat Tidak Setuju

8

Saya memilih pengobatan alternatif karena lebih terjangkau biayanya

9

Saya memilih pengobatan alternatif karena

saya

pengobatan

yakin

bahwa

alternatif

mampu

menyembuhkan rasa sakit yang saya alami 10

Saya yakin memilih pengobatan alternatif

karena

penyembuhannya

proses

yang

sangat

cepat 12

Ketika saya memilih pengobatan medis, saya kurang nyaman karena proses

pendaftaran

pengobatan

yang terlalu sulit dan lama 13

Ketika patah tulang saya merasa jenuh dengan pengobatan medis yang

proses

penyembuhannya

berangsur sangat lama 15

Saya tertarik memilih pengobatan alternatif

karena

dapat

menyembuhkan secara total 14

Saya tertarik memilih pengobatan alternatif

patah

tulng

karena

keampuhannya 15

Cara pengobatan alternatif patah tulang yaitu dengan cara digosokgosok dengan minyak urut

16

Cara pengobatan alternatif patah

81

tulang yaitu dengan dipijat urut 17

Saya yakin pengobatan alternatif adalah pengobatan terdahulu yang sampai sekarang sangat baik

18

Saya percaya perkataan tabib yang mengasusmsikan jenis patah tulang yang terjadi pada saya dengan cara pijat urut

82

Lampiran 4 Tests of Normality a

Kolmogorov-Smirnov Statistic

df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

p1

.236

100

.000

.812

100

.000

p2

.347

100

.000

.750

100

.000

p3

.384

100

.000

.688

100

.000

p4

.370

100

.000

.723

100

.000

a. Lilliefors Significance Correction

Statistics Skor Total N

Valid Missing

Median

100 0 15.00

kategori skor Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak tepat

44

44.0

44.0

44.0

tepat

56

56.0

56.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

Suku Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

sunda

30

30.0

30.0

30.0

Jawa

44

44.0

44.0

74.0

betawi

24

24.0

24.0

98.0

83

lainnya Total

2

2.0

2.0

100

100.0

100.0

100.0

Pendapatan Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

dibawah umr

27

27.0

27.0

27.0

diatasumr

73

73.0

73.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

Pendapatan terakhir Cumulative Frequency Valid

Sd

Percent

Valid Percent

Percent

8

8.0

8.0

8.0

Smp

19

19.0

19.0

27.0

Sma

42

42.0

42.0

69.0

sarjana

31

31.0

31.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p5 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak setuju

10

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

10

10.0

10.0

20.0

setuju

53

53.0

53.0

73.0

sangat setuju

27

27.0

27.0

100.0

84

p5 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak setuju

10

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

10

10.0

10.0

20.0

setuju

53

53.0

53.0

73.0

sangat setuju

27

27.0

27.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p6 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak setuju

1

1.0

1.0

1.0

kurang setuju

9

9.0

9.0

10.0

ragu-ragu

1

1.0

1.0

11.0

setuju

76

76.0

76.0

87.0

sangat setuju

13

13.0

13.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p7 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

setuju

64

64.0

64.0

64.0

sangat setuju

36

36.0

36.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p8

85

Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

ragu-ragu

11

11.0

11.0

11.0

setuju

53

53.0

53.0

64.0

sangat setuju

36

36.0

36.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p9 Cumulative Frequency Valid

kurang setuju

Percent

Valid Percent

Percent

1

1.0

1.0

1.0

setuju

63

63.0

63.0

64.0

sangat setuju

36

36.0

36.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p10 Cumulative Frequency Valid

ragu-ragu

Percent

Valid Percent

Percent

1

1.0

1.0

1.0

setuju

63

63.0

63.0

64.0

sangat setuju

36

36.0

36.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p11 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

setuju

64

64.0

64.0

64.0

sangat setuju

36

36.0

36.0

100.0

86

p11 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

setuju

64

64.0

64.0

64.0

sangat setuju

36

36.0

36.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p12 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak setuju

10

10.0

10.0

10.0

setuju

57

57.0

57.0

67.0

sangat setuju

33

33.0

33.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p13 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak setuju

10

10.0

10.0

10.0

setuju

76

76.0

76.0

86.0

sangat setuju

14

14.0

14.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p14 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

setuju

77

77.0

77.0

77.0

sangat setuju

23

23.0

23.0

100.0

87

p14 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

setuju

77

77.0

77.0

77.0

sangat setuju

23

23.0

23.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p15 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

setuju

74

74.0

74.0

74.0

sangat setuju

26

26.0

26.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p16 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

setuju

87

87.0

87.0

87.0

sangat setuju

13

13.0

13.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

p17 Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

setuju

77

77.0

77.0

77.0

sangat setuju

23

23.0

23.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

88

89

p18

Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

setuju

77

77.0

77.0

77.0

sangat setuju

23

23.0

23.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

Case Processing Summary N Cases

Valid a

Excluded Total

% 60

100.0

0

.0

60

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha

N of Items .736

19

Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted

Total Correlation

Alpha if Item Deleted

p1

142.70

214.010

.489

.713

p2

142.67

214.056

.516

.712

p3

142.03

231.219

.388

.729

p4

141.88

232.240

.417

.730

90

p5

142.17

217.497

.623

.712

p6

142.13

222.016

.710

.716

p7

141.67

232.090

.484

.730

p8

141.78

224.308

.753

.719

p9

141.70

232.044

.408

.730

p10

141.68

232.051

.457

.730

p11

141.67

231.006

.558

.728

p12

142.00

215.898

.679

.710

p13

142.20

217.688

.696

.712

p14

141.80

232.536

.521

.730

p15

141.77

232.114

.528

.729

p16

141.90

233.210

.589

.731

p17

141.80

232.536

.521

.730

p18

141.80

232.536

.521

.730

73.25

64.699

.917

.860

Skor Total

91

Related Documents


More Documents from "Ihsan Ozora"