Meutia - Eclampsia-pengaruh Suplementasi Albumin Ikan Gabus.docx

  • Uploaded by: Nurhumairah Yusuf
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Meutia - Eclampsia-pengaruh Suplementasi Albumin Ikan Gabus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,208
  • Pages: 7
PENGARUH SUPLEMENTASI ALBUMIN IKAN GABUS (OPHIOCEPHALUS STRIATUS) TERHADAP KADAR ALBUMIN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSIA.

Meutia, Mardiah Tahir, Edy Tiro Bagian Obstetric Ginecology FakultasKedokteran Universitas Hasanuddin

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri. Angka kejadian komplikasi hipertensi pada kehamilan berkisar antara 12-22% dengan akibat yang bervariasi, dari ringan sampai berat. Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas neonatal serta bertanggung jawab terhadap 17,6% kematian maternal, bahkan menjadi penyebab ketiga kematian ibu setelah tromboembolisme dan hemoragik. (Emery PS, 2005) Natural Center for Health Statistics pada tahun 1998 dan 2001 menyatakan bahwa hipertensi dalam kehamilan masih merupakan komplikasi kehamilan yang utama. Di AS pada tahun 1991-1997, sebanyak 16% dari 3.201 kematian ibu berasal dari komplikasi hipertensi dalam kehamilan. (Cunningham

FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LS, Wenstrom KD, 2005; Hallak M, 2001; Creasy RK, Resnik R, 2004; Reynolds C, Mabie WC, Sibai BM, 2003) Preeklamsia sebagai komplikasi medis pada kehamilan berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun anak. Data kematian pada kasus preeklamsia dan eklamsia sangat tinggi, meningkat sesuai dengan derajat beratnya penyakit dan komplikasi yang ditimbulkannya. (Cheng CI, Agoestina T, Harbin J. 1981) Di negara maju, walaupun morbiditas dan mortalitas maternal dapat ditekan, namun kondisi ini masih merupakan ancaman bagi kesejahteraan janin akibat terjadinya pertumbuhan janin yang terhambat, persalinan prematur dan kematian perinatal. (Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom KD, 2001; Hallak M, 2001) Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 di Indonesia menyatakan bahwa preeklamsia merupakan salah satu penyumbang kematian maternal yang utama. Angka kejadian preeklamsia di Indonesia sekitar 3,4-8,5% dari seluruh kehamilan, dan angka kematian maternal yang berhubungan dengan preeklamsia atau eklamsia sebesar 9,8-25%. Di BLU RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar menurut Riady dan Riu DS pada tahun 2005-2007 ditemukan kejadian preeklamsia berat 4,5% dan eklamsia 3,5% dari 308 ibu hamil yang mengalami preeklamsia eklamsia. (Riady, Riu DS, 2007) Angka kejadian preeklamsia masih tinggi dan tidak menunjukkan perubahan yang cukup besar selama beberapa puluh tahun terakhir ini, sehingga

pengelolaan yang baik dengan melakukan pemantauan yang ketat terhadap kondisi ibu dan janin sangat penting. Dengan demikian, penyakit tidak berkembang menjadi lebih berat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi yang dikandungnya. Sebagian besar ibu hamil dengan komplikasi hipertensi datang ke rumah sakit dalam derajat yang sudah lanjut sebagai preeklamsia berat atau bahkan eklamsia sehingga penanggulangannya masih belum memuaskan. Penatalaksanaan penyakit ini akan memberikan hasil yang lebih baik apabila dapat ditangani lebih dini. Upaya pencegahan penyakit ini merupakan cara yang paling baik, tetapi hal ini tidak selalu dapat diterapkan. Hal ini erat kaitannya dengan etiologi dan patogenesis yang belum diketahui secara pasti. Peran pemeriksaan kehamilan dalam upaya prediksi preeklamsia yaitu dengan melakukan skrining kelompok risiko preeklamsia. Decker dan Sibai membagi upaya deteksi dini preeklamsia menjadi lima golongan besar, yaitu pemeriksaan baku pada perawatan antenatal, pemeriksaan hematologi, pemeriksaan sistem vaskular, pemeriksaan biokimia, dan ultrasonografi. (Decker GA, Sibai BM, 1991) Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari penyebab terjadinya preeklamsia. Akhir-akhir ini mulai disepakati bahwa awal dari penyakit ini adalah akibat adanya jejas atau kerusakan pada sel endotel pembuluh darah. Kerusakan endotel akan mulai merangsang aktivitas trombosit untuk melakukan adhesi, agregasi, dan reaksi pelepasan. Kedua peristiwa ini akan berakhir dengan menurunnya kadar zat-zat vasodilator (seperti prostasiklin dan nitrit oksida / endothelium-derived relaxing factor) dan meningkatnya zat-zat

vasokonstriktor (seperti tromboksan dan endotelin). Vasokonstriksi yang terjadi kemudian akan merangsang pengeluaran renin dan angiotensin. Pengeluaran ini akan menambah berat vasokontriksi sehingga terjadinya peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik dan meningkatnya permeabilitas kapiler serta retensi cairan yang berakibat terjadinya edema dan proteinuria. (De Groot CJM, 1995; Mose JC, 1999; Dekker GA, Sibai BM, 1997; Lubbe WF, 1990; Lyall F, Greer A, 1996) Selama kehamilan, aliran darah ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus meningkat bila dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Dalam keadaan tidak hamil protein dengan berat molekul besar tidak dapat melewati filtrasi glomerulus meskipun beberapa protein dengan berat molekul kecil yang biasanya lolos dari filtrasi akan direabsorbsi kembali, sehingga ini tidak ditemukan dalam urine. Setelah kehamilan berusia > 20 minggu terdapat peningkatan ekskresi protein dan albumin, namun masih di bawah ambang batas proteinuria (< 260 mg/24 jam) dan albuminuria (< 30 mg/24 jam), pada kehamilan juga terjadi penurunan kadar albumin. (Hygby dkk, 1994; Letta Sari Lintang, 2003) Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total plasma protein, dengan nilai normal 3,5-5,5 g/dl atau 0,54-0,84 mmol/L. Disamping berperan dalam tekanan osmotik koloid, albumin juga bekerja sebagai molekul pengangkut untuk bilirubin, asam lemak dan banyak obatobatan.

Pengaruh

utama

dari

kadar

albumin

serum

yang

rendah

(hipoalbuminemia) akan mengakibatkan cairan pembuluh vaskuler keluar ke jaringan-jaringan menyebabkan edema. (Joyce Lefever Kee, 1997). Selain

menyebabkan edema (pembengkakan pada kulit, jelas sekali pada pergelangan kaki ataupun lengan dan wajah), tekanan darah meninggi dan pada urine ditemukan albumin merupakan tanda preeklamsia pada suatu kehamilan. (Robert E Hall, 2000) The Food and Nutrition Board menganjurkan kebutuhan protein pada wanita tidak hamil sekitar 0,9 g/kg berat badan perhari, dan pada kehamilan dianjurkan penambahan asupan 30 gram protein perhari. Pada kehamilan terdapat penurunan kadar albumin. Proses ini diduga disebabkan oleh peningkatan kebutuhan protein dan penggunaannya oleh janin. (Lintang Letta Sari, 2003) Sampai dengan tahun 1930-an, dilakukan diet protein yang ketat pada pasien preeklamsia dengan alasan untuk menghindari metabolik toksin. Setelah tahun 1930-an, muncul hipotesis baru dimana kurangnya diet protein bertanggung jawab dalam menyebabkan kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan. Konsep ini tampaknya muncul dari observasi hipoproteinemia pada wanita preeklamsia. Walaupun demikian, beberapa survei menemukan tidak ada hubungan antara intake protein sehari-hari dan insiden kelainan hipertensi yang diinduksi

kehamilan

menemukan

(ditunjukkan

keuntungan

yang

oleh pasti

Green). dari

Studi

terkontrol

suplementasi

belum

protein

dalam

pencegahan kelainan hipertensi yang diinduksi kehamilan. (Green J, 1989) Preeklamsia dengan segala akibatnya harus mendapatkan perhatian agar efek

yang

ditimbulkan

oleh

penyakit

ini

dapat

diminimalisasi

dengan

pertimbangan bahwa albumin yang merupakan salah satu sumber asam amino dalam tubuh apabila kadarnya cukup, kemungkinan akan banyak manfaatnya

karena berarti status gizi ibu baik, sehingga proses penyembuhan suatu penyakit diharapkan lebih baik lagi. (Taslim NA, 2009, Depkes RI 2005) Dengan mempertimbangkan fungsi albumin dalam tubuh, perlu dilakukan penelitian apakah pemberian suplementasi albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus) pada penderita preeklamsia akan memperbaiki kadar albumin, sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang lebih berat lagi terhadap ibu penderita preeklamsia. Di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan, belum ada penelitian tentang pengaruh suplementasi albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus) terhadap kadar albumin pada penderita preeklamsia, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hal tersebut.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : apakah ada pengaruh pemberian suplementasi albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus) terhadap kadar albumin pada ibu hamil dengan preeklamsia?

C.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum : Mengetahui pengaruh suplementasi albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus) terhadap kadar albumin pada ibu hamil dengan preeklamsia. 2. Tujuan Khusus : a. Mengukur kadar albumin serum pada ibu hamil dengan preeklamsia sebelum dan setelah pemberian suplementasi albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus) dan plasebo b. Membandingkan besarnya perubahan kadar albumin serum pada ibu hamil dengan preeklamsia sebelum dan setelah pemberian suplementasi albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus) dengan plasebo

D.

Manfaat Penelitian

Sebagai informasi ilmiah mengenai pengaruh suplementasi albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus) terhadap kadar albumin pada ibu hamil dengan preeklamsia sehingga diharapkan dapat meningkatkan kadar albumin ibu hamil dengan preeklamsia.

Related Documents


More Documents from "Indah Safitri"