Metode Atau Proses Desain.docx

  • Uploaded by: Dita w
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Metode Atau Proses Desain.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 767
  • Pages: 5
Ni made dita wiryani dewi 1705521002 1. Ecole The Beaux Art Awal adanya perkembangan design studio yang paling berpengaruh yaitu École des Beaux-Arts (School of Fine Arts) dan Bauhaus. Sistem studio bisa saja menerapkan sistem magang (apprenticeship) atau sistem kuliah (pupilage), dan pengajaran akan membentuk sebuah kelompok (Lueth, 2008). Perbedaannya, pengajaran pada Beaux-Arts yaitu menempatkan mahasiswa di dalam sebuah studio selama duabelas jam yang diisolir pada sebuah ruang bersekat untuk menyelesaikan tugasnya. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat meningkatkan konsentrasi, mengeluarkan semua ide untuk memecahkan masalah, dan mengeluarkannya dalam bentuk gambar-gambar. Setelah proses tersebut selesai, mahasiswa kembali ke studio bersama dan berdiskusi dengan kelompok yang dibimbing oleh great master baik secara teori atau secara lapangan (Chafee, 1977). Mahasiswa kembali lagi ke ruangannya untuk membuat jawaban dari hasil diskusi, terus berlanjut dan berulang-ulang sampai akhirnya akan ada penilaian dari super jury yang sudah ditunjuk oleh pembimbing, bagi mereka yang mendapatkan hasil terbaik dari juri maka akan mendapatakan prizes dan award. Hal ini menjadikan sistem Beaux-Arts sebagai “atelier‟ yang berbasis magang yang berarti mahasiswa akan tergambar langsung bagaimana situasi kerja yang akan dihadapi. Mahasiswa juga mendapatakan pembelajaran melalui master atau instrukturnya saja, sehingga ilmu yang dominan didapat berasal dari master tersebut (Lueth, 2008). Kecenderungan metode ini menjadikan mahasiswa hanya mengulang apa yang sudah diajarkan oleh masternya. Karakter yang diciptakan oleh Beaux-Arts yaitu orang-orang yang memiliki basis pengetahuan desain yang sudah pernah ada. Pada kurikulum BeauxArts, mahasiswa akan mempelajari bagaimana mengopi dari karya-karya yang sudah ada dan kemudian dianalisa dan diterapkan pada karyanya sendiri. Metode pembelajaran arsitektur di Beaux-Arts lebih cenderung mengedepankan tipikal bangunan yang sama dan tidak terlalu berubah dari arsitektur Romawi dan Yunani, masih berpengaruh sampai akhir abad 20. Misalnya pada rancangan sekolahnya dibanding dengan Parthenon, masih terlihat adanya rancangan bangunan dengan material dan struktur massif, kedua bangunan mempunya ciri seperti halnya yang sudah dipaparkan oleh Klein dan Fogle. studio (problem seeking)

analisa poin permasalahan

disccussion

studio

(problem solving)

Eksekusi / Finishing

Pemecahan masalah dengan meniru yang sudah ada

Pengulangan produk yang sudah pernah ada

2. Bauhauss Seiring perkembangan zaman seiring adanya revolusi industri di Inggris menjadikan kecenderungan pendidikan arsitektur mengarah ke suatu permasalahan yang peka terhadap lingkungannya. Metode pembelajaran Beaux-Arts dianggap hanya melihat sisi sejarah dan seni, namun tidak berprospek kedepan. “Arsitektur bukan sebagai The Art of Building saja, tapi fungsi bangunan sudah menjadi lebih kompleks. Sehingga diperlukan pengetahuan penunjang lain dalam perencanaan sebuah bangunan. Hal ini yang menjadikan seorang arsitek dengan gerakan barunya di zaman itu, Walter Gropius, mendirikan Bauhaus, di Weimar, Jerman, pada tahun 1919 .Bauhaus mempunyai tujuan untuk menciptakan desainer yang terampil dalam konstruksi dan sebagai seniman yaitu arsitek, pelukis, dan pemahat (Benovolo, 1982). Hal ini menjadikan Bauhaus memiliki sistem kuliah pengetahuan dasar yang diajarkan di tahun awal dan menggunakan sistem studio ketika sudah dianggap lulus dari kuliah dasar. Mahasiswa akan diberi teori-teori sebagai pendahuluan dan pengantar dalam perancangan selama 6 bulan, kemudian mahasiswa diharuskan masuk kedalam workshop, atau kerap diartikan bengkel, selama 3 tahun yang dibimbing dua orang sebagai master of craft dan master of design (Benovolo, 1982). Setelah proses-proses tersebut, mahasiswa melakukan penjurusan seperti memilih menjadi arsitek, produk desainer, pemahat, atau seniman lainnya. Metode workshop ini menuntut mahasiswa untuk mengembangkan kreatifitasnya dengan pengetahuan sifat dasar bahan bangunan yang diperlukan agar desain-desain yang dihasilkan memiliki bentuk dan karakter baru pula karena bahan material tersebut. Bauhaus menganggap bentuk-bentuk yang diterapkan pada arsitektur lama dapat menghambat kreatifitas mahasiswa, institusi ini menjadi sangat kontradiktif dengan Beaux-Arts yang rancangannya dianggap kuno, sehingga terciptalah pengaruh arsitektur modern yang mengabaikan pelajaran sejarah arsitektur. Sistem pendidikan arsitektur di Bauhaus digambarkan melalui tiga fakultas, yaitu arsitektur, lukis, dan pahat, yang dilambangkan melalui tiga bintang pada lambang Bauhaus. Sedangkan sistem pendidikan arsitektur di Bauhaus digambarkan menjadi bentuk lingkaran yang dibagi menjadi 3 tahap, dimana mahasiswa diajarkan terlebih dahulu dasar teori dan pengantar, kemudian mempelajari teknik konstruksi dan material, dan tahap akhir yaitu penjurusan yang dibagi menjadi dua: perancangan arsitektur atau perencanaan kota.

problem seeking

analisa

problem solving

eksekusi / finishing

design development

Produk baru

3. Proses Perancangan Menurut Organisasi Profesi Arsitek  Tahapan dalam proses perancangan menurut Ikatan Arsitek Indonesia pada buku “ Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dengan Pengguna Jasa” Pasal 36 (IAI, 2007, p.24) adalah :



Proses perancangan arsitektur dalam buku pedoman “ The Architect's Handbook of Professional Practice, 15th Edition.” (AIA, 2013, p.657) terdapat beberapa tahapan dalam proses perancangan antara lain:



Sekwens atau urut-urutan kejadian dalam suatu perancangan rekayasa telah dikodifikasi oleh Asimow (1962). Sekwens yang sangat mirip untuk perancangan arsitektural telah dipublikasikan oleh Royal Institute of British Architects (RIBA), Inggris, 1965, American Institute for Architects (AIA), Amerika, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Indonesia. STAGE (TAHAPAN) REKAYASA ARSITEKTUR

Related Documents


More Documents from "Kharisma Nabila"