Pkm Gabung.docx

  • Uploaded by: Dita w
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pkm Gabung.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,519
  • Pages: 13
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM : UPAYA MENINGKATKAN TARAF KESEHATAN MASYARAKAT DI DESA KERTA, PAYANGAN MELALUI PENERAPAN KONSEP RUMAH SEHAT

BIDANG KEGIATAN : PKM – GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh : Dewa Agung Dwirama Divo Priambada

1705522038

I Komang Ristawan

1705522007

I Kadek Krisna Diputra

1705522028

I Gst. Ag. Bgs. Surya Sedayatana K.

1705522032

Ni Made Dita Wiryani Dewi

1705521002

Ni Made Eny Wulandari

1705521006

Putu Billy Desyanta Manika

1705521048

Bagus Surya Ananta

1705521070

Fanti -

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2018

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

i

HALAMAN PENGESAHAN

ii

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR GAMBAR

iv

BAB 1. PENDAHULUAN

1

1.1 Latar belakang …………………………………………………

1

1.2 Tujuan …………………………………………………………

2

1.3 Manfaat ……………………………………………………….

2

BAB 2. GAGASAN

3

2.1 Kondisi terkini …………………………………………………

3

2.2 Penilaian rumah sehat ………………………………………….

5

2.3 Rumah sehat ……………………………………………………

6

2.3.1

Penghawaan melalui cross ventilation …………………

6

2.3.2

Pencahayaan yang cukup ………………………………

7

2.3.3

Cukup ruang dan kebersihan ruang ………………….…

7

2.3.4

Perletakan kandang hewan ……………………………..

7

2.3.5

Sanitasi yang jelas ………………………………………

7

2.3.6

Material yang aman …………………………………….

8

2.3.7

Pemanfaatan Non build up area ………………………..

8

2.4 Pihak yang dapat mewujudkan …………………………………

8

2.4.1

Pemerintah setempat ……………………………………

8

2.4.2

Masyarakat desa ………………………………………...

9

2.5 Langkah – langkah strategis …………………………………….

9

BAB 3. KESIMPULAN

10

DAFTAR PUSTAKA

11

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan masyarakat di sekitar wilayah usaha wisata Sekar Bumi, Desa Kerta, Payangan terlihat cukup damai karena lingkungan tersebut cukup sepi dan jauh dari jalan raya utama. Pola permukiman yang menyebar dengan jarak yang cukup berjauhan memberi gambaran minimnya interaksi antar warga setiap waktu. Wilayah ini didominasi oleh kebun heliconia, kebun jeruk, dan beberapa petak sawah yang mengisyaratkan bahwa sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani. Permukiman atau rumah – rumah yang ada kebanyakan menggunakan system rumah tradisional khas bali yaitu adanya penerapan Asta Kosala Kosali dalam perancangannya. Hal tersebut dapat dilihat dari tipologi bangunan dan juga pola masanya. Sebuah rumah atau hunian bagi manusia dimanapun lokasi pembangunannya dan tradisi apapun yang diterapkan sudah semestinya dapat memberi kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya. Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia. Pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan). Menurut hasil observasi di lingkungan Desa Kerta terlihat bahwa masyarakat setempat kurang memperhatikan hubungan timbal balik antara kegiatan manusia dengan alam di sekitarnya. Rata –rata perumahan tidak memiliki sanitasi yang ideal dan saluran yang jelas sehingga jika dibiarkan mungkin akan berbahaya bagi kesehatan masyarakat tempat itu sendiri. Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan

jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan

mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan disebabkan karena

pemukiman pada dasarnya

tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena

rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003). Bertitik tolak dari permasalahan tersebut maka penulis memberi gagasan agar menerapkan konsep “Rumah sehat” Pada masing – masing rumah sehingga taraf

kesehatan masyarakat setempat dapat lebih terjamin yang juga akan berpengaruh pada produktivitas masyarakat itu sendiri. 1.2 Tujuan Tujuan PKM ini adalah untuk memberi tanggapan serta gagasan yang dapat membantu dalam upaya menciptakan rumah sehat di lingkungan Banjar Buhu, Desa Kerta, Kecamatan Payangan sehingga dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat setempat melalui langkah- langkah strategis yang ditawarkan. 1.3 Manfaat Manfaat dari PKM ini adalah memberi pandangan baru pada pemerintah dan masyarakat agar lebih memperhatikan tingkat kesehatan dari lingkungan

tempat tinggalnya

sehingga memberi dampak positif bagi kesehatan penghuninya dan juga mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit maupun kecelakaan di lingkungan rumah.

2

BAB 2 GAGASAN 2.1 Kondisi terkini Desa Kerta dalam pembuatan rumah tinggal masih menggunakan konsep rumah tradisional Bali yang diantaranya terdiri dari beberapa bale seperti bale daja, bale dangin, bale delod. Dalam area rumah tadisional Bali ini juga terdapat sebuah paon ( dapur ), lumbung, dan sanggah/merajan. Area rumah tadisional ini juga bersebelahan dengan kebun dan kandang hewan ternak seperti babi dan sapi. Berdasarkan hasil observasi di permukiman sekitar agrowisata Sekar Bumi, Desa Kerta, terlihat bahwa kondisi suatu rumah sangat dipengaruhi oleh status ekonomi dan sosial pemiliknya. Rumah yang terlihat baik dari luar menggambarkan status ekonomi yang baik pula namun hal tersebut belum dapat menjamin bahwa rumah tersebut masuk dalam kategori rumah sehat. Mengingat bahwa masyarakat setempat masih menggunakan system tata letak bangunan tradisional Bali, maka tata letak masing – masing bangunan juga cukup berpengaruh dalam mewujudkan rumah sehat di lingkungan tersebut. Terdapat dua unit rumah yang dijadikan sampel. Kedua unit rumah tersebut memiliki tampilan yang bertolak belakang namun memiliki system tata letak yang hampir sama.

3

Pada rumah pertama, terdapat sekitar 8 orang anggota keluarga dan hanya terdapat 4 ruang tidur yang layak. Penempatan kandang ayam di sebelah area pintu masuk dan memanjang ke belakang sampai dapur cukup mengganggu dan terasa kurang ideal perletakkannya. Selain mengganggu kenyamanan penghuni/tamu yang datang, juga ketidak- nyamanan di area dapur sebagai tempat memasak dan menyantap makanan akibat dari kotoran ayam yang mungkin kurang ditangani dengan baik . Sanitasi terkait air kotor pun pembuangannya kurang jelas dan tidak terlihat adanya sumur resapan maupun septictank. Sedangkan air bersih didapat dengan pengairan melalui selang yang airnya diambil dari sumber air di tepi sawah.

Sedangkan rumah kedua memiliki tata letak yang sedikit lebih baik dan juga sirkulasi yang lebih lapang. Terdapat kandang babi yang terpisah dari bangunan rumah diletakkan di area belakang dan juga dikelilingi kebun jeruk pemilik rumah . Rumah tersebut dihuni oleh 6 orang anggota keluarga dengan ruang tidur yang cukup. Namun masih terdapat bangunan yang terbilang cukup tradisional yaitu bale daja yang terdapat 2 bale – bale untuk tempat tidur dan diarea tengahnya adalah tungku untuk memasak. Dengan kata lain, bangunan tersebut menggabungkan fungsi dapur dan ruang tidur dalam satu bangunan. Mungkin bangunan tersebut memang sesuai dengan system bangunan terdahulu, namun juga kurang baik bagi kesehatan karena asap hasil pembakaran tungku memenuhi ruangan yang dapat mengganggu pernapasan. Kondisi kamar mandi yang sudah berlumut rawan kecelakaan serta tidak adanya sumur resapan untuk limbah kamar mandi maupun dapur. Tangga di area pintu masuk juga rawan terjadi kecelakaan karena anak tangga yang cukup tinggi dengan pijakan sempit dan juga terlalu licin.

4

Kondisi yang sangat tidak menguntungkan seperti ini sebenarnya dapat diminimalkan jika saja setiap rumah yang dibangun mengacu kepada konsep rumah sehat. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung,

bernaung, dan

tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial (Sanropie dkk., 1991).Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007).

2.2 Penilaian Rumah Sehat Menurut Munif Arifin (2009), kriteria rumah sehat didasarkan pada pedoman teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan. Sedangkan pembobotan terhadap kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan terhadap Lingkungan (45%), Perilaku (35%), Pelayanan Kesehatan (15%), Keturunan (5%). Kelompok Komponen Rumah yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat menggunakan Indikator komponen sebagai berikut : 1. Langit-langit 2. Dinding 3. Lantai 4. Jendela kamar tidur 5. Jendela ruang keluarga 6. Ventilasi 7. Lubang asap dapur 8. Pencahayaan 9. Kandang 10. Pemanfaatan Pekarangan 11. Kepadatan penghuni. Indikator sarana sanitasi yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat menggunakan Indikator sarana sebagai berikut : 5

1. Sarana air bersih 2. Jamban 3. Sarana pembuangan air limbah 4. Sarana pembuangan sampah. Indikator penilaian perilaku penghuni rumah meliputi bebrapa parameter sebagai berikut : 1. kebiasaan mencuci tangan. 2. keberadaan tikus. 3. keberadaan jentik.

2.3 Rumah Sehat Sebuah rumah dapat dikategorikan sebagai rumah sehat apabila rumah tersebut dapat memenuhi kebutuhan dari pemilik rumah serta mampu mengakomodasi kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh pemilik rumah itu sendiri. Adapun kebutuhan tersebut, seperti kebutuhan psikologis dan kebutuhan fisiologis. Kebutuhan psikologis mencakup ruang privasi yang cukup dan kelancaran komunikasi antar anggota keluarga. Sedangkan kebutuhan fisiologis mencakup pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang cukup dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu. Untuk mewujudkan rumah dengan kategori sehat, kami menyarankan beberapa hal seperti :

2.3.1

Penghawaan Melalui Cross Ventilation Ventilasi merupakan bagian rumah yang berfungsi sebagai saluran udara baik untuk udara dari luar ke dalam atau dari dalam ke luar. Ventilasi baiknya dibuat dengan system cross ventilation atau ventilasi silang. Ventilasi silang dapat meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan serta mendukung gaya hidup produktif Ventilasi silang juga dapat mendorong zat-zat kimia yang menumpuk di dalam rumah dan mengurangi kelembaban yang dapat menyebabkan tumbuhnya jamur. ventilasi ini bekerja dengan memanfaatkan perbedaan zona bertekanan tinggi dan rendah yang tercipta oleh udara. Perbedaan tekanan pada kedua sisi bangunan akan menarik udara segar memasuki bangunan dari satu sisi dan mendorong udara pengap keluar ruangan dari sisi lain. Ventilasi yang cukup juga dapat berdampak pada kesehatan pemilik rumah, karena dengan ventilasi yang cukup udara yang masuk juga cukup dan dapat mengurangi potensi penyebaran penyakit lewat udara itu sendiri. 6

2.3.2

Pencahayaan yang Cukup Pencahayaan merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah rumah hunian, penggunaan jendela sebagai tempat masuknya cahaya kedalam ruangan dapat mempengaruhi kondisi rumah tersebut, apabila terdapat sedikit jendela maka kondisi ruangan didalam akan kekurangan cahaya sehingga dapat menyebabkan dinding ruangan tersebut menjadi dingin dan lembab rentan berjamur. Pencahayaan pada ruangan sebaiknya bersumber pada cahaya matahari— selain sehat juga hemat energi. Untuk itu, setiap ruangan sebaiknya memiliki jendela

kaca

yang

terhubung

dengan

bagian

luar

rumah.

Penentuan besar dan letak jendela, harus disesuaikan dengan arah matahari. Maka pencahayaan ini juga sangat dipengaruhi oleh arah perletakan bangunan.

2.3.4

Cukup Ruang dan Kebersihan Ruang Ruang yang cukup juga merupakan salah satu aspek yang termasuk dalam kategori rumah sehat. Dengan ruang yang cukup, civitas yang ada di rumah tersebut dapat beraktivitas dengan baik. Ruang yang cukup berfungsi untuk mengatur privasi pemilik rumah dan mengakomodasi kegiatan yang berlangsung di dalam area rumah tersebut.

2.3.5

Perletakan Kandang Hewan. Letak kandang hewan sebaiknya terpisah dari rumah tinggal pemilik rumah. Hal ini dilakukan agar pembuangan kotoran hewan dapat dipisahkan sehingga tidak mengganggu kenyamanan penghuni rumah maupun tetangga disekitarnya. Kebersihan kandang juga harus dijaga agar kesehatan hewan ternak terjamin dan dapat meminimalisir penyebaran penyakit. Jika lahan yang kurang memadai maka kandang dapat diletakkan di halaman belakang atau samping dengan tetap memelihara kebersihannya sehingga tetap nyaman bagi penghuni rumah.

2.3.6 Sanitasi yang Jelas Sanitasi merupakan perilaku pembudayaan hidup bersih dengan maksud agar tidak bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan air yang 7

berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Pembuatan septictank dan sumur resapan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan rumah sehat. Limbah cair dan padat yang langsung dibuang ke tanah kebun dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air yang cukup serius sehingga akan sangat berdampak bagi kesehatan.

2.3.7 Material bangunan yang aman Pemilihan bahan bangunan juga sangat penting karena harus dapat memilih jenis bahan yang aman bagi kesehatan terlebih lagi bahan tersebut akan digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Setidaknya pemilik rumah dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan maupun penyebab penyakit dan dengan biaya yang terjangkau.

2.3.8

Pemanfaatan Non Build Up Area Rata – rata permukiman di wilayah tersebut memiliki Non Build Up Area (NBUA) yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk penghijauan di halaman rumah sendiri. Banyak rumah yang halamannya tidak dimanfaatkan sebagai taman mungkin karena mereka merasa bahwa lingkungan sekitarnya sudah dikelilingi oleh kebun dan sawah sehingga bagi mereka udara sejuk cukup mereka dapatkan dari lingkungan sekitar. Dengan pemanfaatan NBUA tersebut sebagai taman sederhana maka kualitas udara di lingkungan rumah akan semakin baik. Hal tersebut akan jadi pilihan yang lebih baik dibandingkan hanya membiarkannya saja dan justru menghasilkan debu yang dapat menggangggu pernapasan penghuni rumah.

2.4 Pihak yang dapat mewujudkan 2.3.4

Pemerintah Setempat Pemerintah

atau sebagai pejabat daerah setempat yang berwenang

membuat kebijakan agar konsep Rumah Sehat dapat diterapkan di lingkungan tersebut sehingga taraf kesehatan masyarakat juga lebih terjamin karena mereka tinggal di lingkungan yang sehat meski hidup dengan sederhana. Anggaplah dengan begitu akan menjadi desa percontohan yang akan memotivasi desa - desa di sekitarnya untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal yang lebih sehat. 8

2.4.2

Masyarakat desa Selain pemerintah, masyarakat yang nantinya akan mewujudkan rumah sehat tersebut juga perlu diberikan penjelasan dan pemahaman bahwa rumah yang sehat sangat penting untuk kelangsungan hidup penghuninya sendiri. Memang kesehatan penghuni rumah tidak dapat dijamin 100 % hanya dengan tinggal di rumah yang sehat, factor pola hidup yang lainnya juga akan sangat berpengaruh pada kesehatan. Namun, setidaknya penghuni rumah tersebut telah melakukan usaha yang lebih untuk hidup sehat yang dimulai menjaga kesehatan tempat tinggalnya sendiri.

2.5 Langkah-Langkah Strategis 2.5.1 Dibuatnya dan ditetapkannya peraturan daerah untuk menerapkan konsep Rumah Sehat pada setiap rumah. Misalnya yang paling sederhana adalah membuat saluran pembuangan limbah yang lebih layak yaitu dengan pembuatan septictank dan sumur resapan di setiap rumah. 2.5.2 Sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya konsep “Rumah Sehat” 2.5.3 Realisasi “Rumah Sehat” melalui tahap evaluasi terhadap rumah yang ada lalu memperbaiki, mengurangi ataupun menambahkan hingga menjadi rumah yang layak dan sehat. 2.5.4 Perawatan dan riset lebih lanjut terhadap dampak yang terjadi setelah diterapkannya konsep “Rumah Sehat”.

9

BAB 3 KESIMPULAN Masyarakat Desa Kerta kurang memperhatikan hubungan timbal balik antara kegiatan manusia dengan alam di sekitarnya. Rata – rata rumah warga tidak memiliki saluran sanitasi yang jelas sehingga jika dibiarkan mungkin akan berbahaya bagi kesehatan masyarakat tempat itu sendiri. Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktivitas seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu

rumah tetapi pada kumpulan rumah

(lingkungan

pemukiman). Kondisi yang sangat tidak menguntungkan seperti ini sebenarnya dapat diminimalkan jika saja setiap rumah yang dibangun mengacu kepada konsep rumah sehat. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung,

bernaung, dan

tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial (Sanropie dkk., 1991). Dalam mewujudkan rumah yang sehat, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah penghawaan dengan sisten cross ventilation,

pencahayaan yang cukup dengan

perletakan jendela yang sesuai denga arah datangnya cahaya matahari, kapasitas ruang yang ideal dengan civitas yang ada di dalamnya, saluran sanitasi yang layak, material bangunan yang aman bagi kesehatan, serta pemanfaatan Non Build Up area dengan baik sehingga lahan yang ada lebih fungsional. Dalam mewujudkan rumah sehat ini, kerjasama dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. Peran pemerintah atau pejabat daerah dalam membuat kebijakan serta mengadakan sosialisasi untuk masyarakat akan pentingnya penerapan Rumah sehat akan lebih memudahkan proses pembangunan desa dengan konsep rumah sehat tersebut. Masyarakat sebagai pemilik dan penghuni rumah juga berperan sangat besar sebagai pelaku yang akan mewujudkan lingkungan sehat tersebut. Karena pada akhirnya dampak dari penerapan konsep tersebut akan sangan bermanfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri.

10

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maqassary Ardi, 2014, Pengertian Rumah Sehat, e-Journal, Diakses 5 Juli 2018, Ardhi

Khairil,

2011,

Makalah

Rumah

Sehat,

Diakses

5

Juli

2018,

Gus, 2016, TMMD Ke-96 Desa Kerta Tingkatan Perekonomian Masyarakat, Suara Dewata, Diakses

9

Juli

2018,



11

Related Documents

Pkm
November 2019 49
Pkm
August 2019 74
Pkm - Wszystko2
November 2019 9
Pkm Kewirausahaan.pdf
December 2019 6
Pkm Kereng.docx
May 2020 7
Pkm Gt.pdf
December 2019 16

More Documents from "Rianto Luckymanik"