Mengapa Tiongkok Tidak Pernah Menciptakan Alfabet Untuk Menggantikan Sistem Penulisannya.docx

  • Uploaded by: Winandhi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mengapa Tiongkok Tidak Pernah Menciptakan Alfabet Untuk Menggantikan Sistem Penulisannya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 636
  • Pages: 2
Akhirnya rasa penasaran saya bisa terpenuhi...

Mengapa Tiongkok tidak pernah menciptakan alfabet untuk menggantikan sistem penulisannya?

Rusli Gunawan, Belajar Bahasa Mandarin secara otodidak Dijawab Jumat

Mengapa Tiongkok tidak pernah menciptakan alfabet untuk menggantikan sistem penulisannya? Jawabnya karena Hanzi tidak akan pernah tergantikan dengan sistem alfabet fonetis apapun. Hanzi tidak hanya punya kaitan sejarah yang sangat erat dengan lahirnya peradaban Tiongkok sampai era modern namun juga sudah menjadi generik dari budayanya yang unik. Menggantikan Hanzi dengan sistem alfabet fonetis sama dengan mencerabut akar yang sudah tertanam ribuan tahun lamanya. Apabila akarnya keropos maka tinggal menunggu tumbangnya pohon bernama Tiongkok tersebut. Dari segi bahasa sendiri juga tidak terbayangkan kesulitan yang akan ditimbulkan bila Hanzi diganti, entah dalam kehidupan sehari-hari, dunia pendidikan dan semuanya. Selain itu Hanzi adalah karakter pemersatu Tiongkok sejak dulu. Jangan dibanyangkan negara ini homogen seperti halnya Jepang, namun mempunyai banyak suku dan etnis. Yang disebut bangsa Han yang merupakan grup etnis terbesar juga tidak homegen. Mereka mempunyai bahasa daerah masing-masing yang tidak dipahami oleh orang daerah lainnya. Dengan Hanzi kesulitan komunikasu ini terpecahkan karena mereka masing-masing masih mengerti apabila maksud mereka ditulisakan dengan Hanzi. Misalnya karakter di atas dibaca wo dalam bahasa Mandarin, ngo dalam bahasa Kanton, ngai dalam bahasa Hakka, gua dalam bahasa Hokkian dsb. Meskipun dibaca berbeda-beda namun mempunyai arti yang sama yakni saya. Jadi mereka tetap bisa berkomunikasi secara tertulis. Inilah keunikannya yang tidak dijumpai dalam sistem penulisan di manapun juga. Bahasa Mandarin dan bahasa daerah lainnya di Tiongkok umumnya masuk dalam rumpun Sino-Tibetan yang dicirikan dengan intonasi dan bunyi homofon yang banyak sekali. Apabila Hanzi misalnya diganti menjadi huruf Latin misalnya maka akan timbul kebingungan yang luar biasa dalam memahami bahasa tulis. Belum lagi untuk nama-nama kota maupun geografis juga membingungkan. Sebagai contoh ada dua nama provinsi di Tiongkok yang kebetulan pengejaannya sama persis yakni 山西 dan 陕西. Bagaimana caranya supaya pembaca tahu yang dimaksud adalah provinsi yang disebut duluan kalau ditulis dengan huruf Latin? Untuk menjembatani kesalahpahaman maka 山西 tetap ditulis Shanxi (masing-masing dibaca dengan nada ke 1), sedangkan 陕西 ditulis Shaanxi (nada ke 3 dan ke 1) meskipun penulisan Shaan ini menyalahi ketentuan dalam Pinyin. Ini baru masalah nama geografis sudah bikin pusing apalagi menyangkut nama orang dan puisi akan lebih memusingkan tingkat dewa. Misalnya waktu orang memperkenalkan diri dia akan menyebut marganya terlebih dahulu lalu baru namanya. Karena nama marga juga banyak yang homofon maka yang bersangkutan akan merujuk ke penggunaan kata yang paling sering dikatikan dengan marga itu, Misalnya saya bermarga Li 李, kalau saya hanya omong itu di depan tamu dia tidak akan jelas marga saya Li yang mana. Untuk memperjelas maka saya akan menambahkan keterangan sebagai 木子李(dibaca mu zi li) maka dia akan tahu bahwa marga saya adalah Li yang ini 李, bukan Li yang lainnya. Pusing bukan?

Lukisan bergaya tradisionil Tiongkok dibubuhi dengan syair di sebelah kiri atas. Bayangkan kalau diganti dengan huruf Latin atau abjad fonetis lainnya akan sangat merusak nilai estetika karena membutuhkan ruang yang lebih banyak. Satu kata Hanzi saja harus dijabarkan dengan beberapa kata dalam bahasa lainnya. Oh ya Korea dan Vietnam dulunya juga memakai Hanzi (disebut Hanja dalam bahasa Korea) namun kemudian diganti dengan Hangul dan abjad Latin di Vietnam. Mengapa di kedua negara ini bisa terjadi? Pada dasarnya tata bahasa Korea berbeda sekali dengan bahasa Mandarin, jadi mereka mencari sistem fonetis baru untuk memecahkan masalah ini. Sedangkan di Vietnam, Hanzi diganti dengan abjad Latin oleh pemerintah kolonial Perancis. Kerumitan di Vietnam tidak sebesar di Tiongkok seperti yang saya uraiakan di atas. Namun di kedua negara ini bila mereka ingin tahu makna asli dari nama pribadi mereka mau tak mau harus memakai Hanzi untuk menjelaskannya. Mudah-mudahan jawaban dari saya ini tidak menambah pusing tapi setidaknya memberi gambaran yang cukup jelas, Terima kasih. Referensi Aksara Han - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Korean name - Wikipedia Vietnamese name - Wikipedia

Related Documents


More Documents from ""