Mengapa Banyak Orang Tua Yang Menyuruh Anaknya Kuliah Tinggi.docx

  • Uploaded by: Winandhi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mengapa Banyak Orang Tua Yang Menyuruh Anaknya Kuliah Tinggi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 513
  • Pages: 1
Mengapa banyak orang tua yang menyuruh anaknya kuliah tinggi-tinggi tapi pada akhirnya disuruh berdagang/buka toko, padahal buka toko tidak perlu menjadi sarjana? Tanpa sarjana juga bisa buka toko! Saya akan jawab Anda Benar. Orang tua saya sendiri buka toko. Awal mula bisnis di mulai ibu saya yang hanya lulusan SMA. Ayah saya lulusan S1 tapi lebih hebat ibu saya dalam mengelola uang (sorry dad!) Pendapatan nya tentu jauh di atas saya. Ratusan juta per bulan hanya dari toko. Belum termasuk pendapatan dari investasi properti karena di masa muda orang tua saya banyak berinvestasi di properti. Padahal ibu saya hanya lulusan SMA. Hebat ya! (FYI, mereka berdua terlahir miskin di pedalaman Kalimantan. Kakek saya mencari makan dengan berburu dan bercocok tanam. Mama saya bekerja menjadi tukang jahit dan pembantu di rumah saudara tanpa di gaji. Hanya di tukar makan dan sekolah. Ayah saya satu satunya anak kakek yang S1 karena nekat kuliah sambil bekerja) Tapi kenapa saya di kuliahkan hanya untuk buka toko, padahal harusnya Ibu saya kan berpikir lulusan SMA seperti beliau saja sudah bisa berdagang. 1. Ban Serep. Jika saya gagal berbisnis, paling tidak dengan ijazah S1 saya bisa bekerja dengan posisi yang baik. Minimal di ruangan AC. Mama saya dulu tidak punya pilihan. Sekarang dia menyekolahkan anaknya tinggi agar anaknya bisa punya pilihan. 2. Ada ilmu yang lebih mudah di dapat di universitas. Mama saya kaya akan pengalaman tetapi ada beberapa ilmu yang menurut beliau akan lebih mudah di pahami seandainya beliau sekolah lebih tinggi. Misalnya mengurus pajak, tax amnesty, membuat surat perjanjian, menelaah surat jual beli sampai yang simple seperti berbicara bahasa inggris. Beliau kurang paham dan takut di tipu karena pendidikan yang terbatas. Makannya beliau menikahi ayah saya yang sarjana dan mau anak anaknya sarjana. 3. Pengembangan pola pikir. Jika lulus SMA saya langsung membuka usaha, saya masih di usia labil dan belum dewasa. Ada kemungkinan besar saya gagal karena kurang pengalaman dan di kasih tahu pasti masih ngeyel. Di universitas, saya bertemu banyak orang dari bermacam suku, ras, agama. Saya belajar mencari koneksi, bersosialisasi, belajar cara menghadapi orang, bertanggung jawab dan mendewasakan diri saya. 4. Ibu dan ayah saya memiliki pengalaman. Saya memiliki ilmu. Kalau saya hanya meiliki ilmu tanpa mentor usaha, saya hanya akan berakhir di cubicle kantor karena tidak tahu mau mulai dari mana. Kalau saya hanya punya pengalaman dan kurang ilmu, saya hanya jadi pedagang yang bingung kalau di hadapkan dengan hal - hal yang menyangkut pendidikan, dimana akhirnya saya jadi harus mencari bantuan orang. Contoh: Kerabat saya yang lulusan SD mampu membeli apartemen seharga milyaran di Australia. Beliau pandai berdagang tetapi menelpon ayah saya yang sarjana mengenai pajak karena beliau takut di tipu orang pajak yang suka datang menanyakan pembayaran pajak usahanya. Seandainya beliau dulu sarjana, beliau tidak perlu takut karena beliau paham hukum dan mengerti sistem perpajakan. 5. Yang paling seru dari usaha adalah kami mudah berkembang. Bisa cepat dapat uang berinvestasi karena pendapatan tidak selalu sama. Kami bisa melesat cepat ke atas, sialnya bisa juga melesat jatuh sampai 0 jika sial di tipu, gegabah berinvestasi dan bodoh. Itulah fungsi kami harus berilmu.

Related Documents


More Documents from ""