Apa Dampak Negatif Mengonsumsi Daging Babi Jika Dilihat Dari Sudut Pandang Ilmiah.docx

  • Uploaded by: Winandhi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Apa Dampak Negatif Mengonsumsi Daging Babi Jika Dilihat Dari Sudut Pandang Ilmiah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,376
  • Pages: 8
Apa dampak negatif mengonsumsi daging babi jika dilihat dari sudut pandang ilmiah?

Oki Krisbianto, Belasan tahun berkecimpung dalam Teknologi Pangan Dijawab Senin

Terima kasih sudah diberi kepercayaan buat menjawab. Saya jawab secara general saja ya. Semua kebaikan daging babi juga dapat ditemukan pada daging-daging lainnya. Semua keburukan daging babi juga dapat ditemukan pada daging-daging lainnya. Itulah jawaban paling ilmiah. Tidak pakai alasan babi tidak punya leher, kandung kemihnya bocor, dan seterusnya. Daging merah. Ada penelitian bahwa daging merah (mengandung pigmen myoglobin dalam jumlah tinggi) meningkatkan resiko kanker konsumennya. Daging babi termasuk dalam daging merah, sebagaimana sapi, kambing, domba, kuda, kerbau, ((itik)), ((tuna merah)), ((salmon)). Namun, kadar warna merah daging babi ternyata tidak semerah sapi, kambing, dan kerbau.

Lemak babi. Babi dikenal dengan lemaknya yang berlapis-lapis (samcam). Namun, ternyata lemak babi tidak sejenuh lemak sapi, kambing, dan domba. Lemak babi lebih mudah leleh dan tidak menjendal, beda dari lemak sapi. Parasit. Babi dikenal sebagai inang cacing hati. Sebenarnya tiap hewan punya parasitnya sendiri-sendiri, yang sama ganasnya dengan parasit dengan babi jika kita tidak memprosesnya dengan benar. Misal, babi punya Taenia solium, sapi punya Taenia saginata. Kambing, domba, ayam, bebek, ikan, semua punya parasitnya sendiri-sendiri. Babi makan jorok. Itu tergantung peternakannya sih. Memang peternakan babi dulunya jorok-jorok. Mereka tidur di kotorannya sendiri, dan seterusnya. Jujur saja, saya jauh lebih jijik dengan lele, sehingga sampai

sekarang saya nggak mau nyentuh lele. Peternakan babi sekarang sih sudah bersih, lah diawasi kedokteran hewan, mana mungkin peternak babi sekarang berani kotor-kotor wkwk. Kalau lele mah tinggal tangkap lalu masak, gak melewati inspeksi dokter hewan. Jadi demikian penjelasan ilmiah saya. Jika merasa babi itu bahaya untuk dimakan (secara ilmiah), ya jangan makan daging lainnya. Sama saja. Beda lagi kalau memang ajaran agama anda melarang makan babi, ya turutilah tanpa perlu repot-repot mencari penjelasan ilmiah yang macam-macam. Menurut hemat saya, sebaiknya ajaran agama itu ditaati dengan bahagia dan rela hati, jangan dengan cara menakut-nakuti. Jika dianjurkan, ya turutilah. Jika dilarang, ya hindarilah. Itu saja. 4,1 ribu Tayangan · Lihat Pendukung Naik · Lihat Pembagi · Jawaban diminta oleh Zuhri Anda mendukung naik ini

Dukung Naik· 219220

Bagikan· 2

DirekomendasikanSemua

Komentar

Kalina Anara Selasa · 1 dukung naik Makanya di ajaran Yahudi ada larangan makan ikan lele Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Oki Krisbianto Selasa · 1 dukung naik Oh ya? Saya baru tau itu. Apakah lele tidak bersisik ya? Saya nggak pernah makan lele jadi tidak tau lele bersisik atau tidak. Balas

· Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Kalina Anara 8 jam lalu · 1 dukung naik dari Oki Krisbianto Iya, kulitnya licin tidak bersisik, apalagi hidupnya di air rawa dan suka mengambil makanan dari dasar (bottom feeders). Banyak orang Yahudi yang mengartikan tidak berisisik dengan kulit yang tidak bisa dikelupas (beda dengan gurameh, misalnya) Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Rufus Panjaitan 13 jam lalu · 1 dukung naik dari Kalina Anara Kesian mereka ga pernah menikmati pecel lele … Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Surya Wardhana Selasa ada fatwanya? maaf,saya katholik blm tau hal-hal seperti itu Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Richie Tamba 9 jam lalu · 2 dukung naik Imamat 11 11:1 TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun, 11:2"Katakan kepada umat Israel bahwa binatang-binatang yang boleh dimakan adalah segala binatang berkuku belah yang memamah biak. 11:3 (11-2) 11:4 Jadi, binatang-binatang berikut ini haram, tidak boleh dimakan: Unta, pelanduk, dan kelinci, karena walaupun memamah biak, tidak berkuku belah. Juga babi, karena walaupun berkuku belah, tidak memamah biak. 11:5 11:8 Kamu dilarang memakan dagingnya ataupun menyentuh bangkainya; karena binatang-binatang itu haram bagimu.11:9 "Kamu boleh makan segala macam ikan yang bersirip dan bersisik, yang hidup di sungai ataupun di laut. 11:10 Tetapi segala binatang lainnya yang hidup di air, yang tidak bersirip atau tidak bersisik, tidak boleh kamu makan. 11:11 Kamu dilarang makan dagingnya ataupun menyentuh bangkainya. 11:12 Sekali lagi Kukatakan: Segala binatang yang hidup di air, yang tidak bersirip atau tidak bersisik, adalah haram bagimu. 11:13 "Burung-burung yang dianggap haram dan karena itu jangan kamu makan, ialah: Burung rajawali, ering janggut, dan elang laut, Elang merah (segala jenis), alap-alap (segala jenis), Burung gagak

(segala jenis), burung unta, Burung hantu, camar, Elang sikap (segala jenis), burung pungguk, Burung belibis dan burung hantu besar, Burung hantu putih, burung undan, Burung ering, burung ranggung, Bangau (segala jenis), Meragai dan kelelawar. 11:14(11-13) 11:15 (11-13) 11:16 (11-13) 11:17 (11-13)11:18 (11-13) 11:19 (11-13) 11:20 "Segala macam binatang kecil berkaki empat yang merayap dan bersayap adalah haram, 11:21kecuali yang melompat, yaitu yang mempunyai paha di bagian atas kakinya. Ada binatang-binatang kecil yang boleh dimakan, yaitu segala jenis belalang. 11:22 (11-21) 11:23Tetapi jenis-jenis binatang kecil berkaki empat lainnya yang merayap dan bersayap adalah haram bagimu; jangan dimakan. 11:24 "Setiap orang yang secara tidak sengaja menyentuh bangkai binatang itu menjadi najis sampai matahari terbenam. 11:25 Ia harus segera membasuh pakaiannya dan harus diasingkan sampai matahari terbenam. 11:26 "Setiap orang yang menyentuh binatang yang berkuku belah tetapi sela kukunya tidak panjang, atau binatang itu tidak memamah biak, juga menjadi najis. 11:27 Binatang-binatang yang berjalan di atas telapak kakinya juga haram; jangan dimakan. Setiap orang yang menyentuh bangkai binatang macam itu akan menjadi najis sampai matahari terbenam. 11:28 Setiap orang yang mengangkat bangkai binatang itu harus membasuh pakaiannya dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam, karena binatang itu haram bagimu. 11:29 "Inilah binatang-binatang kecil yang haram, yang merayap atau yang berkeliaran di tanah: Tikus buta (tikus mondok), tikus, Katak (segala jenis), landak, Biawak, bengkarung, Siput, dan bunglon. 11:30 (11-29) 11:31Setiap orang yang terkena bangkainya akan menjadi najis sampai matahari terbenam. 11:32 Apa pun yang tertimpa bangkai itu menjadi najis. Semua benda dari kayu, kain, kulit, atau karung yang terkena bangkai itu harus direndam dalam air, dan menjadi najis sampai matahari terbenam. Setelah itu benda-benda itu dapat dipakai lagi.11:33 Bila bangkai itu jatuh ke dalam belanga tanah, maka segala sesuatu yang ada di dalam belanga itu menjadi najis, dan belanga itu harus dihancurkan. 11:34 Bila air yang dipakai untuk membasuh perkakas-perkakas yang najis itu terkena kepada makanan, maka makanan itu menjadi najis. Minuman yang ditaruh dalam belanga yang najis itu juga menjadi najis. 11:35 "Bila bangkai binatang itu terjatuh ke atas tempat pembakaran roti atau anglo tanah, maka benda itu menjadi najis dan harus dihancurkan. 11:36 Bila bangkai itu terjatuh ke dalam sumber air atau sumur, maka air itu sendiri tidak menjadi najis; tetapi siapa pun yang mengangkat bangkai itu dianggap najis. 11:37 Bila bangkai itu jatuh pada benih gandum yang akan ditaburkan di ladang, maka benih itu tidak menjadi najis;11:38 tetapi, bila benih itu basah dan bangkai itu jatuh ke atasnya, maka benih itu menjadi najis. 11:39 "Bila binatang yang boleh dimakan terserang penyakit dan mati, maka orang yang menyentuh bangkainya akan menjadi najis sampai matahari terbenam. 11:40 Juga setiap orang yang memakan dagingnya atau mengangkat bangkainya harus segera membasuh pakaiannya, dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. 11:41 Segala binatang yang merayap tidak boleh dimakan, demikian pula segala jenis binatang melata, yaitu yang merayap dengan perutnya ataupun yang berkaki. Juga semua binatang merayap yang mempunyai banyak kaki tidak boleh dimakan karena najis. 11:42 (11-41) 11:43Janganlah menajiskan dirimu dengan menyentuhnya. 11:44 "Akulah TUHAN, Allahmu. Jagalah dirimu supaya tetap kudus karena Aku kudus. Janganlah menajiskan dirimu dengan menyentuh binatang-binatang yang merayap di atas bumi. 1 11:45 Karena Akulah TUHAN, yang menuntun kamu keluar dari Negeri Mesir untuk menjadi Allahmu. Sebab itu, haruslah kamu kudus, karena Aku kudus." 11:46Demikianlah peraturan-peraturan mengenai segala binatang berkaki empat, burung, binatang yang hidup di dalam air, dan binatang yang merayap di atas bumi.11:47 Inilah perbedaan antara binatang yang tahir serta boleh dimakan, dan binatang yang najis serta tidak boleh untuk dimakan, di antara semua binatang yang ada di bumi. Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Hilmi Prabowo Selasa · 1 dukung naik Lho di Israel apa Ada lele? Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Kalina Anara 8 jam lalu Saya tahunya sih dari orang Yahudi Amerika, di sana banyak lele raksasa yang hidup di rawa Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Zuhri Senin · 3 dukung naik Terima kasih jawabannya Pak dosen Oki Krisbianto. Untuk statemen ini: Beda lagi kalau memang ajaran agama anda melarang makan babi, ya turutilah tanpa perlu repot-repot mencari penjelasan ilmiah yang macam-macam. Maaf, saya tidak sedang mencari “kerepotan”, saya hanya ingin menambah sudut pandang pengetahuan sesuai fungsi Quora. Jika kemudian saya bertanya apa manfaat Ganja? Bukan berarti saya mau mengonsumsi Ganja, pak. Sekali lagi terima kasih pak, jawabannya sangat informatif. Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Oki Krisbianto Selasa · 8 dukung naik Sama2. Tapi tolong title ((dosen))nya dibuang wkwk. Di Quora saya bukan dosen, saya cuma ngisi kredensial pekerjaan saja daripada kosong. Banyak yang lebih berpengetahuan daripada saya di sini. Fyi, sebenarnya maksud saya menggunakan kata “anda” di pernyataan di atas bukan saya spesifikkan kepada penanya, tetapi kepada semua pembaca yang agamanya melarang mengonsumsi babi. Sejauh yang saya tau, setidaknya ada 2 agama resmi dan beberapa agama tidak resmi di Indonesia yang terdapat larangan makan babi. Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Augustus Hanan Villarama Ramos Selasa Saya sering dengar rumor masyarakat kalau cacing hewan lain spt sapi, kalau kena obat, mati lalu larut sampe keluar

Kalau cacing babi melilit dinding usus, menancap disitu sehingga meski mati tetap nempel lebih lama, ganggu penyerapan Yg ini bagaimana kita menjelaskan ke mereka pak Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Oki Krisbianto Selasa · 9 dukung naik termasuk Augustus Hanan Villarama Ramos Saya akan coba menjawab apa yang ada di luar bidang ilmu saya. Jika ada kesalahan, mohon dikoreksi. Ilmu tentang parasitologi sebenarnya sudah masuk ke ranah kedokteran. Taenia solium yang menjadikan babi sebagai inang memang memiliki gigi pencengkeram sehingga bisa menempel lebih erat dalam usus (bukan melilit dalam usus). Jika kita minum obat dan cacing pitanya mati, kemungkinan T. solium ini untuk tetap menempel memang lebih tinggi daripada sepupunya si T. saginata, yang menurut anda dengar “lebih mudah luruh”. Nah, karena gigi pencengkeram ini pula, dinding usus penderita bisa luka dan bisa menyebabkan anemia juga. Perlu diketahui bahwa kita tidak aman begitu saja dari infeksi T. solium bila kita tidak makan babi. Kontek pembicaraan di sini sudah berada di luar daging babi ya. Telur-telur si solium mudah mencemari dan menginfeksi kita sekalipun kita tidak pernah bersentuhan dengan daging babi. Kebetulan saja, cacing pita ini menjadikan babi sebagai salah satu inangnya, tetapi infeksinya tidak hanya melalui babi maupun dagingnya. Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Augustus Hanan Villarama Ramos Selasa Hmm betul cacing yg bikin masalah. Berarti selama sama sama matang aman semua, kalau sama sama meragukan /kotor Babi lebih kurang aman? Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Oki Krisbianto Selasa · 3 dukung naik termasuk Augustus Hanan Villarama Ramos Saya sebenarnya agak ragu menjawab begini, karena saya tidak punya referensi yang dijadikan pegangan (malas mencari lebih tepatnya). Kalau menurut pendapat saya dari data-data yang saya terima saat ini, jika dalam kondisi bersih, babi lebih baik buat kesehatan. Namun, jika dalam kondisi kotor, babi bisa lebih berbahaya karena si cacing. Tapi mau dibilang lebih bahaya, saya kok sebenarnya juga ragu, karena Taenia solium ini pencemarannya bukan hanya dari babi, tapi terutama dari feses penderita yang terbawa air, angin, pencemaran septic tank ke sumur, dll.

Perlu ada Quorawan yang ahli di bidang parasitologi untuk menjawabnya. Kalau dari Teknologi Pangan, justru saya lebih khawatir infeksi cacing dari kambing dan sapi dibandingkan dari babi. Karena daging babi biasanya dimasak hingga benar-benar matang, termasuk saat disate. Sementara sate kambing, ayam, dan sapi biasanya dari mentahnya lalu dipanggang. Takutnya panasnya bakaran sate belum cukup untuk membunuh telur si cacing (jika memang dagingnya terinfeksi). Kita sebenarnya tidak perlu terlalu khawatir lagi di masa sekarang, karena hewan2 yang disembelih sudah melalui inspeksi kedokteran hewan. Beda dari dulu. Jadi saya pikir jauh lebih aman daripada dulu. Saya malah tidak pernah mendengar kasus infeksi cacing beberapa tahun belakangan ini. Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Augustus Hanan Villarama Ramos Selasa Wah terima kasih banyak gan menambah pengetahuan saya Soal nilai kesehatan yg lebih itu spt apa? Apa karena lemak nya saja? Kalau dimasak apa tidak ikut jenuh juga? Sate babi sama ayam kambing bukannya sama sama dibakar gan? Balas · Dukung Naik · Dukung Turun · Laporkan

Oki Krisbianto Selasa · 2 dukung naik termasuk Augustus Hanan Villarama Ramos Karena pertanyaannya mendalam, saya jawabnya juga berdasarkan etika ilmu saja ya mas. Bukan jawaban awam semata. Semua jawaban saya di atas itu adalah berdasarkan teori. Memang sudah bisa menjawab, tetapi tidak punya bukti klinis, yaitu bukti bahwa daging babi memang lebih baik dikonsumsi bila dibandingkan daging hewan berkaki empat jenis lain. Memang dari teori saja kita sudah bisa mereka-reka, dam itu sudah cukup untuk ranah Teknologi Pangan. Namun, untuk ranah kedokteran, uji klinis itu sangat penting. Tanpa uji klinis (pada manusia), suatu pendapat hanyalah dipandang pendapat tanpa bukti klinis. Yang saya maksud dengan nilai kesehatan di atas, bukan kandungan gizinya. Kandungan gizi daging babi dan yang lain seingat saya kurang lebih sama saja. Yang jadi konsen saya adalah kadar myoglobin daging babi yang lebih rendah dibandingkan sapi dan kambing serta domba. Ada artikel WHO yang cukup bagus perihal daging merah terhadap kanker kolon Q&A on the carcinogenicity of the consumption of red meat and processed meat. Sekalipun tergolong dalam daging merah, daging babi seringkali kuga disebut sebagai “daging putih”. Kedua adalah tingkat kejenuhan lemak. Daging babi mengandung lemak tinggi, tetapi jenis lemaknya lebih tidak jenuh. Suatu lemak menjadi jenuh atau tidak itu bukan karena proses pemasakannya mas, tapi dari sononya. Sekarang ke sate, itu adalah dari pengalaman saya selama ini. Meskipun tidak pernah makan sate babi dan sate kambing, tapi saya lihat sate babi selalu cenderung lebih well done jika dibanding sate-sate yang lain. Saya tidak tau apakah dari teknik memasaknya atau dari kebiasaan makan. Sate ayam masih kering menurut saya, tapi saya mengamati orang-orang lebih suka sate kambing yang juicy. Itu sebabnya saya khawatir dengan kebiasaan tersebut, takutnya jika masih ada telur parasit, telurnya belum mati. Itu sebabnya saya selalu menekankan, mau cacing yang manapun ya sama bahayanya. Jika dari awal sudah dibilang si A lebih bahaya daripada si B, orang-orang cenderung mengabaikan bahayanya si B. Kebiasaan masyarakat kita ya seperti itu.

Related Documents


More Documents from "yanti"