Mendirikan Masjid Atas Dasar Takwa

  • Uploaded by: zuhadisaarani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mendirikan Masjid Atas Dasar Takwa as PDF for free.

More details

  • Words: 979
  • Pages: 3
Mendirikan Masjid Atas Dasar Takwa Oleh ROESLI LAHANI YUNUS TAKWA artinya terpeliharanya sifat diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ini perlu kita renungkan dan dalami artinya. Kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya perlu suatu keinsafan. Keinsafan itu perlu diikuti dan ditaati. Ketaatan inilah yang menjadi ciri orang Islam. Sebenarnya orang Islam itu adalah orang yang taat dan patuh, tetapi entah mengapa belakangan ini banyak yang melanggar peraturan dan undang-undang, walaupun pengakuannya tetap orang Islam. Masalah ini suatu pertanda bahwa ketakwaan itu mulai hilang dan pudar. Kepudaran ini sudah tentu banyak penyebabnya. Ini perlu dicari dalam diri masing-masing. Banyak berdiri bangunan masjid di mana-mana, tetapi sepi pengunjung ini pun disebabkan tidak takwa. Ada yang ramai, yaitu bangunan toko dan bangunan pasar. Di hari Jumat, lebih ramai toko daripada masjid. "Maka, apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dia ke dalam neraka jahanam? Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim." "Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (Q.S. Attaubah:109-110). Pernah ada berita kebakaran, semua rumah banyak yang terbakar, tetapi masjid di sekeliling kebaran itu masih utuh. Kita tentu berprasangka baik bahwa pendirinya bertakwa kepada Allah. Berdasarkan ayat di atas, kita berpaling pada tragedi runtuhnya gedung/bangunan WTC di Kota New York, pada 11 September 2001, yang berada di jalan Jerf Har, distrik Manhatan USA. Kita pun tahu, Amerika dipimpin oleh orang-orang yang zalim. Kezaliman mereka itu telah dibalas oleh Allah dan pembalasan itu pun masih akan terlihat. Mereka itu terlalu bengis dan tidak menaruh belas kasihan. Juga tidak adil dan kejam. Sebenarnya Allah SWT., telah memperingatkan akan kejadian itu dalam Alquran Surat Attaubah di atas. Mari kita renungkan sejenak isi ayat tersebut. 1. Konon menurut orang yang pernah menghitung tingkat WTC, terdiri dari 109 tingkat. Ini sama dengan surat Attaubah 109 yang menafsirkan megenai bangunan dan kebetulan sama dengan WTC. 2. Masih pada ayat ke-109 surat Attaubah, tertulis jurufin harin. Sesuai dengan arti yang dikutibkan di atas, "jurang yang runtuh". Bangunan itu hancur luluh. Kemudian jurufin harin diubah menjadi nama jalan Jerf Har tempat gedung WTC berada. 3. Surat Attaubah 109 ada dalam juz ke-11. Sedangkan peristiwa itu pada tanggal 11. 4. Kita pun tahu bahwa Attaubah adalah surat yang ke-9, yaitu kejadiannya pada bulan ke-9. 5. Sedangkan kalimat dalam surat Attaubah sejak dari awal sampai akhir berjumlah 2.001 kalimat, yaitu menunjukkan tahun kejadian, yaitu tahun 2001.

Bila kita pikir dalam-dalam, kemudian kita renungkan sebaik-baiknya, Allah itu Mahabesar dan Bijaksana. Masihkah ada orang yang tidak takwa sesudah mengetahui Kekayaan Allah? ** SEBENARNYA semua kejadian di bumi ini sudah ada dalam Alquran. Hanya, tidak secara panjang lebar penguraiannya. Oleh karena itu, ada Nabi Muhammad, ada para sahabat, dan akhirnya ada para ustaz, kiai, serta mubalig untuk mencontohkan/menerangkan. Sekarang baru terasa betapa pentingnya ilmu. Ilmu pengetahuan itu ada dalam kitab dan hadis. Pandainya dan berilmunya seseorang sudah pasti karena dia rajin membaca, rajin ke masjid, dan rajin mendengakan ceramah. Dewasa ini banyak masjid, tempat ceramah, pengajian agama Islam seperti di televisi; tetapi banyak pula yang malas. Mereka malas pergi ke masjid dan mendengar ceramah; selain itu malas melihat dan mendengar televisi yang berisikan penerangan agama Islam. Mereka lebih senang mendengar dan melihat hiburan seperti bernyanyi dan berjoget. Padahal, Allah berfirman dalam Alquran, surat Alanfal 25, "Takutilah olehmu abaan (bencana) yang akan menimpa orang-orang yang aniaya saja di antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." Mereka yang menganiaya tertawa dan tersenyum, sedangkan yang teraniaya menangis dan sedih. Sedih disebabkan yang meninggal. Ada yang kematian ayah, suami, anak, istri, mertua, dan menantu. Di samping ada yang meninggal, harta pun habis terbakar dan dirampok. Nabi Muhammad SAW besabda, "Bila umatku telah melakukan 15 macam perkara, pasti bencana akan menimpa mereka." Sebagai umat Islam, tentu ingin dan mesti tahu, apa 15 macam perkara itu? 1. Jika kekuasaan jadi tempat menumpuk kekayaan. 2. Jika amanat jadi rebutan. 3. Jika zakat dianggap merugikan. 4. Jika laki-laki sudah tunduk pada wanita. 5. Jika anak memperamba/memperbudak ibunya. 6. Jka anak terlalu setia pada temannya. 7. Jika anak berani membenci ayahnya. 8. Jika manusia berani tarik suara/ribut di masjid. 9. Jika pemimpin masyarakat rendah akhlaknya. 10. Jika menghormati seseorang karena takut kejahatannya. 11. Jika meminum minuman keras sudah biasa. 12. Jika pakaian sutera sudah merata.

13. Jika telah umum penyanyi dan penari wanita. 14. Jika telah umum tetabuhan dan musik. 15. Jika umat yang akhir sudah berani mengutuk yang terdahulu. Oleh karena itu, tunggulah dan bersiap-siaplah akan datangnya angin merah, gempa bumi, longsor, dan bencana alam lainnya, kata Nabi Muhammad saw. Sebenarnya, apa yang pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad saw., ke-15 macam perkara itu sudah terjadi di tanah air tercinta ini. Segala bencana itu telah dialami kita semua. Hanya kesadaran kita, terutama mereka yang pernah mengalaminya, belum terlihat. Kekuasaan sudah digunakan untuk menumpuk harta dan kekayaan. Amanat pun sudah menjadi rebutan. Zakat sudah jarang karena ada yang menganggap merugikan. Lakilaki banyak yang tunduk pada wanita. Anak pun banyak yang memperbudak ibunya. Anak sudah terlalu setia pada temannya. Anak sudah berani melawan/benci pada ayahnya. Orang suka/sudah ribut di masjid. Akhlak pemimpin banyak yang merosot. Kini pun orang takut pada penjahat. Banyak yang meminum-minuman keras dan lain-lain masih dalam perkembangan. Kita sudah menyaksikan macam-macam percobaan dan musibah seperti kebakaran, banjir, longsor, kekurangan air untuk minum dan mandi, serta gempa bumi. Semuanya itu baru cobaan dan belum seberapa. Sekiranya umat masih belum sadar, tentu Allah akan menurunkan bencana yang lebih dahsyat. Ya Allah, jauhkanlah kami dari cobaan yang tidak tertahan oleh kami. Semoga mereka itu sadar akan segala perbuatan yang mereka lakukan. Jadikanlah mereka itu bertakwa kepada-Mu. Ramaikanlah masjid di mana-mana. Amin! *** Penulis (72), pendiri dan pembimbing Balai Pendidikan Jurnalistik Bandung.

Related Documents

Hotd Mendirikan Masjid
October 2019 13
Takwa
June 2020 9
Masjid
April 2020 39

More Documents from "abdul haq"

Hadiah Malam Jumaat
November 2019 37
Dalmation Dots
November 2019 41
Keistimewaan Wanita
November 2019 41
November 2019 31