BOLEHKAH MENDIRIKAN YAYASAN DA’ DA’WAH? WAH? (TANGGAPAN
ATAS FATWA SYAIKH YAHYA ALAL-HAJURI)
Ditulis Oleh :
dr. M Faiq Sulaifi *) Gratis – Untuk kalangan Salafiyyin sendiri 1
PENDAHULUAN Ketika saya membaca sebuah situs yang beralamat: http://jumiyyah.wordpress.com/hukummendirikan-yayasan-dan-organisasi-untuk- dakwah/, saya terperanjat dan kaget dengan sebuah tulisan tentang fatwa Syaikh Yahya Al-Hajuri tentang: Hukum mendirikan yayasan dan organisasi untuk dakwah Syaikhuna Yahya bin Ali Al Hajuri ditanya … Soal : Apa hukum mendirikan yayasan atau organisasi untuk menyebarkan da`wah salafiyyah? karena di negeri kami kalau yayasan atau organisasi ini tidak berdiri maka kebanyakan orang tidak tertarik kepadanya bahkan mereka menuduhnya sebagai da`wah yang sesat. Maka sebagian da`i mendirikannya untuk kesinambungan da`wah ini. Jazakumullahu Khairan. Jawab : Saya katakan kepadamu wahai saudaraku ajarkanlah pelajaran di masjid dan tetaplah di dalamnya walaupun sendiri. Barangsiapa yang datang kepadamu di atas kebaikan dan sunnah dan walaupun hanya sepuluh orang bersamamu dan kamu ajari mereka kitab dan sunnah maka engkau dianggap sebagai da`i yang beruntung dan berhasil. Demi Allah sepuluh orang yang datang kepadamu dan kamu mengajari kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu `alaihi wa aalihi wa sallam kepada mereka dan mereka keluar sebagai ulama dan da`i maka sesungguhnya engkau beruntung. Tinggalkanlah keinginan mencari pengikut yang banyak dan mengumpulkan pengikut dari sana dan sini dengan alasan orang awwam berkata demikian mereka menginginkan demikian dan mereka menyukai demikian. Wahai saudaraku, orang-orang awwam sangat butuh pengarahan untuk diri mereka sendiri bukanlah mereka yang mengarahkanmu dan menguasaimu, sebaliknya kamulah yang harus menjelaskan kepada mereka bahwa belajar agama di masjid adalah lebih utama. Dan bahwasanya kita salafiyyun tidak butuh terhadap organisasi, karena organisasi ini tidaklah mendatangkan sesuatu bagi manusia kecuali percekcokan, penyakit, perpecahan dan perselisihan serta menyempitkan dada. Rasulullah Shallalahu `alaihi wa aalihi wa sallam bersabda:
«» أث أ ها رد “Barangsiapa yang mengada-ada dalam perkara agama kami ini maka yang ia bukan bagian darinya maka ia tertolak” (Hadist Aisyah Radiyallahu `anha Riwayat Al-Bukahri (2697) dan Muslim (1718)) Demi Allah ketetapan dan kondisi perkara ini di zaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa aalihi wa sallam sudah ada. Ustman bin Affan radhiyallahu `anhu dia adalah golongan hartawan, Abdurrahman bin `Auf radhiyallahu `anhu ia adalah golongan hartawan dan Abu Thalhah setelah itu menjadi golongan hartawan juga dan sejumlah hartawan dari shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di sisi mereka ada Ashaabus Suffah. Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi shodaqoh maka beliau mengirimkan shodaqoh itu kepada mereka sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah (diriwatkan Al-Bukhari 6452) dan jika beliau diberi hadiah maka beliau mengambil sebagiannya kemudian beliau memberikan kepada mereka dan beliau tidak berkata “Berkumpullah kalian dan buatlah kotak infaq atau organisasi untuk Ashabus Suffah dan yang semisal dengan Ashabus Suffah“. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika didatangi tamu maka beliau mengirim tamu itu kepada keluarga-keluarga beliau, maka beliau tidak mendapatkan sesuatu kecuali air. Setiap istri beliau berkata, “Demi Allah kami tidak memiliki sesuatu keculai air,” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapa yang hendak menjamu tamu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” maka dibawalah dia oleh salah seorang shahabat beliau dan ia diberi makan makanan anak kecil. (Hadist tersebut di dalam AsShahihain dari hadist Abu Hurairah, Al-Bukhari 4889 dan Muslim 2094) Janganlah salah satu diantara kalian merasa gentar dan takut untuk mengatakan kebenaran. Demi Allah organisasi-organisasi ini tidaklah datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya katakan ini dengan terus terang!! Ia tidaklah datang kecuali dari orang-orang yang menganggap baik dalam agama mereka. Mereka tidak memiliki syara’ yang benar yang mereka jalani di dalam agama mereka. Karena itu mereka mendatangkan sesuatu dari mereka sendiri untuk mereka jalani seperti Jam’iyyah Yunus, organisasi ini, organisasi itu. Adapun kita, maka agama kita adalah agama rahmah dan agama kita adalah agama yang benar, memberi hak pada setiap yang berhak mendapatkannya.
2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« ! ! "$ ُ% ن & ْ* ) َْ آ &
ِ. / )0 ْ ِ ُ
ِ. / ) ْ» ا “Seorang mukmin dan mukmin yang lain ibarat bangunan. Yang mana sebagiannya mengokohkan sebagian yang lain.” (Hadits Abu Musa Al Asy’ari, Bukhari 481 dan Muslim 2585)
« ِ1 3 2 ْ ا4 &5 َ/ آ َ 7 6 &8 ِ9 ُ2 : َو 7 6ه ِد <ا : َو 7 6 &/ ِ !ا2 : َ =ِ > َ ِ
ِ. / ) ْ ا45 » “Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam menyayangi dan mencintai sesama mereka seperti satu jasad.” (Muttafaqun ‘alaihi dari hadits Nu’man bin Basyir) Sedangkan agama kita adalah agama yang mensyariatkan zakat, sedekah, dan berbuat baik kepada orang tua dan memberi hak tetangga, hak persaudaraan dan memuliakan tamu, maka kita tidak butuh terhadap organisasi semacam ini. Kita berjalan di atas jalan salaf kita –rahimahumullah-. (Al As’ilah Al Indonisiah, 25 Jumadi Tsaniyah 1424 H)
Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya -selaku anak- kepada Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuri selaku orang tua, saya katakan: Fatwa tersebut di atas (bahwa mendirikan yayasan da’wah adalah bid’ah) adalah syaadz (ganjil) karena bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah serta keterangan salafus shalih. Silakan simak baris-baris tulisan saya berikut ini.
3
BAB I. PENGERTIAN ORGANISASI DAN RAGAMNYA Para pembaca yang budiman, kiranya saya perlu menerangkan tentang pengertian dari organisasi. Di dalam buku “DASAR-DASAR ADMINISTRASI KESEHATAN MASYARAKAT” pengertian organisasi2 yaitu:
1
dijelaskan tentang unsur
• Organisasi merupakan wadah sekelompok orang • Dalam wadah tersebut terdapat proses kerjasama • Dalam wadah tersebut terdapat kedudukan dan tugas yang jelas dari para anggotanya • Wadah tersebut dibentuk dengan suatu tujuan yang jelas dan • Bersifat legal aspect, atau ikatan hukum/formal Dalam perkembangannya organisasi akan mengalami berbagai macam nama seperti yayasan, majelis, klub, perserikatan, dewan, komite, panitia, lajnah, forum dan sebagainya. Organisasi sendiri termasuk bagian dari administrasi. Administrasi memiliki 2 unsur: 1. Unsur statis yang berupa organisasi 2.Unsur dinamis yang berupa manajemen.3
I.1. Hubungan Antara Organisasi dengan Al-Islam Allah Azza wajalla menjelaskan tentang tujuan-tujuan yang diperbolehkan dalam mendirikan perkumpulan atau organisasi :
ﻪ ﺓ ﺍﻟﻠﱠ ﺎﺮﺿ ﻣ ﺎ َﺀﺘﻐﺑﻚ ﺍ ﻟﻌ ﹾﻞ ﹶﺫ ﻳ ﹾﻔ ﻦ ﻣ ﻭ ﺱ ﺎ ﹺﻦ ﺍﻟﻨ ﻴ ﺑ ﺡ ﺻﻠﹶﺎ ﹴ ﻭ ﹺﺇ ﻑ ﹶﺃ ﻭﻌﺮ ﻣ ﻭ ﺔ ﹶﺃ ﺪ ﹶﻗ ﺼ ﺮ ﹺﺑ ﻣ ﻦ ﹶﺃ ﻣ ﻢ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﻫ ﺍﺠﻮ ﻧ ﻦ ﻣ ﲑ ﺜ ﹴﻲ ﹶﻛﺮ ﻓ ﻴ ﺧ ﻟﹶﺎ ﺎﻴﻤﻋﻈ ﺍﺟﺮ ﻪ ﹶﺃ ﻴﺆﺗ ﻧ ﻑ ﻮ ﺴ ﹶﻓ “Tiada kebaikan dari najwa mereka kecuali dari orang yang memerintahkan shadaqah atau perkara kebaikan atau memperbaiki diantara manusia. Barangsiapa yang berbuat demikian dalam rangka mencari ridla Allah maka Kami akan memberinya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa’: 114). Makna “An-Najwa” menurut kesimpulan Al-Imam Ibnu Jarir adalah “Al-Mutanaajuun” (kumpulan orang yang berbisik-bisik, pen). (Tafsir Ath-Thabari: 9/204). Al-Imam Asy-Syaukani berkata: “An-Najwa adalah rahasia antara 2 orang atau jamaah (kumpulan orang, pen).” (Fathul Qadir: 2/214).4
1
Tulisan dosen saya dr. Subur Prayitno, MS terbitan Airlangga University Press, tahun 1997 halaman 10
2
Merujuk kepada ahli dunia di dalam pembahasan masalah duniawi adalah sesuatu yang mubah. Untuk mengerti definisi organisasi kita perlu merujuk kepada pakar manajemen dan administrasi. Untuk mengerti hakekat internet dan computer kita bisa merujuk pakar informatika, untuk mengerti masakan bisa merujuk pakar kuliner. Begitu pula Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika membahas perkawinan bunga kurma merujuk kepada para petani dengan menyatakan:
ْ َ ُ َِ ْ ِ ُد َْ ُآ ْ َأ ْ ُْ َأ “Kalian lebih mengerti urusan dunia kalian.” (HR. Muslim: 4358).
3
Ibid, hal 2
4
Pada asalnya ‘najwa’ merupakan perkumpulan rahasia yang diadakan oleh orang-orang kafir untuk membikin makar terhadap dakwah para nabi alaihimusssalam. Di antaranya adalah Darun-Nadwah yang dibentuk oleh dedengkot kafir Makkah untuk membendung dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di Makkah. Allah berfirman:
ﻭ ﹶﻥﺼﺮ ﺒ ﺗ ﻢ ﺘﻧﻭﹶﺃ ﺮ ﺤ ﻮ ﹶﻥ ﺍﻟﺴﺘ ﹾﺄﺗﻢ ﹶﺃ ﹶﻓ ﻣ ﹾﺜ ﹸﻠ ﹸﻜ ﺮ ﺸ ﺑ ﻫﺬﹶﺍ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﻫ ﹾﻞ ﻮﺍﻦ ﹶﻇ ﹶﻠﻤ ﻳﻯ ﺍﻟﱠﺬﺠﻮ ﻭﺍ ﺍﻟﻨﺳﺮ ﻭﹶﺃ ﻢ ﻬ ﺑﻴ ﹰﺔ ﹸﻗﻠﹸﻮﻫ ﻟﹶﺎ 4
Bahkan menurut sebagian mufassirin seperti Imam Az-Zujaj bahwa An-Najwa adalah pembicaraan jamaah (sekelompok orang) yang bersendirian atau 2 orang baik secara rahasia atau terang-terangan. (Fathul Qadir: 2/214).5 Maka dari ayat di atas dapat diambil faedah bahwa mendirikan perkumpulan itu diperbolehkan jika bertujuan untuk memerintahkan sadaqah, atau amar ma’ruf dan nahi munkar atau memperbaiki antara manusia.6
I.2 Organisasi di kalangan Umat Nabi Luth ‘alaihis salam Kaum Luth dulu juga memiliki perkumpulan atau semacam klub. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ﻪ ﹺﺇ ﹾﻥ ﺏ ﺍﻟﻠﱠ ﻌﺬﹶﺍ ﹺ ﺎ ﹺﺑﺘﻨﻪ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺍﹾﺋ ﻣ ﻮ ﺏ ﹶﻗ ﺍﺟﻮ ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥﺮ ﹶﻓﻤ ﻨ ﹶﻜ ﻤ ﻢ ﺍﹾﻟ ﻳ ﹸﻜﺎﺩﻲ ﻧﻮ ﹶﻥ ﻓﺗ ﹾﺄﺗﻭ ﺒﹺﻴ ﹶﻞﻮ ﹶﻥ ﺍﻟﺴﺗ ﹾﻘ ﹶﻄﻌﻭ ﺎ ﹶﻝﺟﻮ ﹶﻥ ﺍﻟﺮﺘ ﹾﺄﺗﻢ ﹶﻟ ﹸﻜﺋﻨﹶﺃ ﲔ ﻗ ﺩ ﺎﻦ ﺍﻟﺼ ﻣ ﺖ ﻨ ﹸﻛ “(Nabi Luth alaihis salam berkata:) “Adakah kalian mendatangi laki-laki (sodomi, pen), membegal dan mendatangi kemungkaran di dalam Naadii (perkumpulan, pen) kalian? Maka tiada jawaban kaumnya
“Hati mereka dalam keadaan lalai, orang-orang zalim merahasiakan perkumpulan (seraya berkata): “Bukankah ia (Muhammad) kecuali manusia seperti kalian? Apakah kalian mendatangi sihir dalam keadaan kalian bisa melihat.” (QS. AlAnbiya’: 3). Begitu pula sebelum Firaun dan tukang sihirnya bertanding dengan Nabi Musa alaihissalam, ia membentuk semacam panitia untuk membahas perkara tersebut. Allah berfirman:
ﻤ ﹾﺜﻠﹶﻰ ﻢ ﺍﹾﻟ ﺘ ﹸﻜﺎ ﹺﺑ ﹶﻄﺮﹺﻳ ﹶﻘﻫﺒ ﻳ ﹾﺬﻭ ﺎﻫﻤ ﺤ ﹺﺮ ﺴ ِ ﻢ ﹺﺑ ﺿ ﹸﻜ ﺭ ﻦ ﹶﺃ ﻣ ﻢ ﺎ ﹸﻛﺨ ﹺﺮﺟ ﻳ ﻥ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺍﻳﺮﹺﻳﺪ ﻥ ﺍﺣﺮ ﺎﻥ ﹶﻟﺴ ﻫﺬﹶﺍ ﻯ )( ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﹺﺇ ﹾﻥﺠﻮ ﻭﺍ ﺍﻟﻨﺳﺮ ﻭﹶﺃ ﻢ ﻬ ﻨﻴ ﺑ ﻢ ﻫ ﺮ ﻣ ﻮﺍ ﹶﺃﺯﻋ ﺎﺘﻨﹶﻓ “Maka mereka memusyawarahkan urusan mereka di antara mereka dan membentuk pertemuan rahasia. Mereka berkata: “Sesungguhnya 2 orang ini (Musa dan Harun alaihimassalam) adalah 2 tukang sihir yang ingin mengusir kalian dari negeri kalian dengan sihir dan melenyapkan agama kalian yang utama.” (QS. Thaha: 62-63). Kemudian Allah subhanahu wata'ala membolehkan kaum mukminin untuk mendirikan perkumpulan rahasia dengan asas ketaqwaan dan kebaikan. Allah berfirman:
ﻭ ﹶﻥﺸﺮ ﺤ ﺗ ﻪ ﻴ ﻱ ﹺﺇﹶﻟﻪ ﺍﻟﱠﺬ ﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻠﱠﺍﺗﻯ ﻭ ﹾﻘﻮﺍﻟﺘ ﻭﺍ ﺑﹺﺎﹾﻟﹺﺒﺮﺟﻮ ﺎﺗﻨﻭ ﻮ ﹺﻝﺳﺔ ﺍﻟﺮ ﻴﺼ ﻌ ﻣ ﻭ ﻥ ﺍﺪﻭ ﻌ ﺍﹾﻟﺍ ﺑﹺﺎﹾﻟﹺﺈﹾﺛ ﹺﻢ ﻭﺟﻮ ﺎﺘﻨﺗ ﻢ ﹶﻓﻠﹶﺎ ﺘﻴ ﺟ ﺎﺗﻨ ﻮﺍ ﹺﺇﺫﹶﺍﻣﻨ ﻦ َﺁ ﻳﺎ ﺍﻟﱠﺬﻬﺎ ﹶﺃﻳﻳ “Wahai orang-orang yang beriman jika kalian ingin membuat pertemuan rahasia janganlah membuat pertemuan rahasia atas dasar dosa, permusuhan dan maksiat kepada Ar-rasul akan tetapi buatlah pertemuan rahasia dengan asas kebaikan dan taqwa dan bertaqwalah kepada Allah yang mana kalian akan dipertemukan kepada-Nya.” (QS. Al-Mujadilah: 9). 5
Pendapat ini (yaitu makna ‘Najwa’ yang meliputi organisasi rahasia dan organisasi terang-terangan) lebih pantas untuk dipilih. Pertama, dikarenakan ikhtilaf salaf dalam tafsir Al-Quran termasuk ikhtilaf tanawwu’. Kedua, Allah telah menjelaskan panjang lebar tentang ‘najwa’ dalam surat Al-Mujadilah dari ayat 7 sampai ayat 13. Allah membuat contoh najwa yang berarti organisasi terang-terangan dengan majelis ta’lim. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
ﻢ ﻨ ﹸﻜ ﻣ ﻮﺍﻣﻨ ﻦ َﺁ ﻳﻪ ﺍﻟﱠﺬ ﺮ ﹶﻓ ﹺﻊ ﺍﻟﻠﱠ ﻳ ﻭﺍﺸﺰ ﻧﻭﺍ ﻓﹶﺎﺸﺰ ﻧﻴ ﹶﻞ ﺍﻭﹺﺇﺫﹶﺍ ﻗ ﻢ ﻪ ﹶﻟ ﹸﻜ ﺢ ﺍﻟﻠﱠ ﺴﹺ ﻳ ﹾﻔ ﻮﺍﺴﺤ ﺲ ﻓﹶﺎ ﹾﻓ ﻟ ﹺﺎﻤﺠ ﻲ ﺍﹾﻟﻮﺍ ﻓﺤﺗ ﹶﻔﺴ ﻢ ﻴ ﹶﻞ ﹶﻟ ﹸﻜﻮﺍ ﹺﺇﺫﹶﺍ ﻗﻣﻨ ﻦ َﺁ ﻳﺎ ﺍﻟﱠﺬﻬﺎ ﹶﺃﻳﻳ ﲑ ﺧﹺﺒ ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻌ ﺗ ﺎﻪ ﹺﺑﻤ ﺍﻟﻠﱠﺕ ﻭ ﺎﺭﺟ ﺩ ﻢ ﻌ ﹾﻠ ﻮﺍ ﺍﹾﻟﻦ ﺃﹸﻭﺗ ﻳﺍﻟﱠﺬﻭ “Wahai orang-orang yang beriman jika dikatakan kepada kalian: “Buatlah kelonggaran dalam majelis-majelis!” maka buatlah kelonggaran niscaya Allah akan membuat kelonggaran untuk kalian. Dan jika dikatakan: “Silakan bangkit (dari tempat duduk untuk memberi tempat kepada saudara kalian)!” maka bangkitlah kalian niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Allah Maha Waspada terhadap perbuatan kalian.” (QS. Al-Mujadilah: 11). 6
Termasuk dalam bab ini adalah pertemuan atau lajnah yang diadakan para Masyayikh Yaman di Ma’bar dan Hudaidah dalam rangka meng-ishlah dan menyelesaikan konflik yang kemudian dikomentari –dengan tanpa ilmu- oleh Syaikh Yahya dengan bid’ah atau muhdats. (Kemana Kalian akan Pergi dengan Fitnah ini: 20-21).
5
kecuali mereka berkata: “Silahkan kamu datangkan siksa Allah kalau kamu termasuk orang yang jujur.” (QS. Al-Ankabuut: 29). Dalam ayat di atas terdapat lafadz ‘naadii’ yang memiliki shighat lain yaitu ‘nadwah’ yang berarti perkumpulan atau klub. Klub mereka adalah termasuk organisasi terlarang karena didalamnya dilaksanakan kemungkaran. Klub tersebut juga bertentangan dengan isi surat An-Nisa ayat 114 di atas. Para mufassirin memiliki bermacam-macam pendapat tentang kemungkaran yang dilakukan dalam perkumpulan mereka. Menurut A’isyah radliayallahu anha, kemungkaran mereka adalah saling kentut dan saling menertawakan. Sedangkan menurut Mujahid adalah bersiul-siul, bermain merpati, dan sebagainya. Ada yang menyatakan adu ayam. (Silahkan lihat selengkapnya pada Tafsir Ibnu Katsir: 6/276). Ini termasuk ikhtilaf tanawwu’, sehingga mungkin saja segala jenis kemungkaran dilakukan di tempat itu.
I.3. Organisasi Ta’mir Masjid Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga membentuk organisasi ta’mir masjid. Ada yang ditunjuk menjadi imam rawatib, imam badal, mu’adzdzin bahkan petugas kebersihan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻪ ﺪ ﺍﻟﻠﱠ ﻨ ﻋ ﻭ ﹶﻥﺘﻮﺴ ﻳ ﻪ ﻟﹶﺎ ﺳﺒﹺﻴ ﹺﻞ ﺍﻟﻠﱠ ﻲ ﻓﻫﺪ ﺎﻭﺟ ﺧ ﹺﺮ ﻮ ﹺﻡ ﺍﹾﻟ َﺂ ﻴﺍﹾﻟﻪ ﻭ ﻦ ﺑﹺﺎﻟﻠﱠ ﻣ ﻦ َﺁ ﻤ ﺍ ﹺﻡ ﹶﻛﺤﺮ ﺪ ﺍﹾﻟ ﺠ ﺴﹺ ﻤ ﺭ ﹶﺓ ﺍﹾﻟ ﺎﻋﻤ ﻭ ﺎﺝﻳ ﹶﺔ ﺍﹾﻟﺤﺳﻘﹶﺎ ﻢ ﺘﻌ ﹾﻠ ﺟ ﹶﺃ ﲔ ﻤ ﻟﻡ ﺍﻟﻈﱠﺎ ﻮ ﻱ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻬﺪ ﻳ ﻪ ﻟﹶﺎ ﺍﻟﻠﱠﻭ “Adakah kalian jadikan memberi minum jamaah haji dan keta’miran masjidil haram setara dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berjihad di jalan Allah? Tidak sama di sisi Allah. Allah tidak menujuki orang-orang zhalim.” (QS. At-Taubah: 19). Dari ayat di atas menunjukkan bahwa kegiatan memakmurkan masjid itu adalah suatu kebaikan meskipun tidak dapat dibandingkan dengan berjihad di jalan Allah. Suatu ketika Utsman bin Abil Ash radliyallahu anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
) أذا+ ,- . ً ذ0 ,12 وا،45&6 7" وا،4 إ8 أ: ل،!" ! إم%&') رل ا! ا آ9:) ا99; و، ي,:) ا%=> و،?=@1:') ا-أ'ًا ( أ “Wahai Rasulullah! Jadikan saya imam dari kaum saya!” Beliau berkata: “Kamu imam mereka, ikutilah orang yang paling lemah diantara mereka dan angkatlah seorang mu’adzin yang tidak meminta upah atas adzannya.” (HR. Imam Lima, dihasankan oleh At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Hakim. Lihat Bulughul Maram hadits: 211). Organisasi ta’mir ini memiliki legal aspect karena disetujui dan ditunjuk oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai pemerintah.
I.4. Organisasi Dagang Ini disebut juga kongsi atau syirkah. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
ﻚ ﺘ ﹾﻠﻚ ﹶﻓ ﻟﻊ ﹶﺫ ﻣ ﻟﻪﺢ ﹶﺃﻭ ﺘﻳ ﹾﻔ ﺪ ﻭ ﹶﻗ ، ﺎ ُﺀﻑ ﺍﹾﻟﻬ ﺤ ﹶﺬ ﺗ ﺪ ﻭ ﹶﻗ ، ﺍ ِﺀﺳﻜﹸﻮﻥ ﺍﻟﺮ ﻭ ﻟﻪﺮ ﹶﺃﻭﻭﹺﺑﻜﹶﺴ ، ﺍ ِﺀﺴ ﹺﺮ ﺍﻟﺮ ﻭ ﹶﻛ ﺔﺠﻤ ﻌ ﻤ ﺢ ﺍﹾﻟ ﺘ ﹺ ﹺﺮ ﹶﻛ ﹸﺔ ﹺﺑ ﹶﻔﺍﻟﺸﻭ ﺪ ﺼ ﻴ ﹺﺮ ﹶﻗ ﻐ ﺼ ﹸﻞ ﹺﺑ ﺤ ﺗ ﺪ ﻭ ﹶﻗ ، ﺢ ﺑ ﹺﻴ ﹺﻞ ﺍﻟﺮﺤﺼ ﺘﻟ ﻁ ﺘﻠﹶﺎﺧ ﺎﻦ ﺍﻟ ﻣ ﺪﺍ ﻋ ﺎﻴ ﹺﻦ ﹶﻓﺼ ﻨﺍﹾﺛ ﻦ ﻴ ﺑ ﺎ ﹺﺭﺘﻴﺧ ﺎﺙ ﺑﹺﺎﻟ ﺪ ﹸ ﺤ ﺎ ﻳ ﻣ: ﺎﺮﻋ ﺷ ﻲ ﻫ ﻭ . ﺎﺕﻊ ﹸﻟﻐﺭﺑ ﹶﺃ (420 ﺝ< ﺹ:)ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ. ﺙ ﺭ ﻛﹶﺎﹾﻟﹺﺈ 6
“Asy-Syirkah dengan fathah syien dan kasrah ra’ atau kasrah syien dan sukun ra’. Kadang-kadang huruf haa’ dibuang atau fathah syien dan membuang haa’. Ada 4 logat. Pengertiannya secara syar’I adalah sesuatu yang terjadi dalam keadaan bebas (tidak terpaksa) antara 2 orang atau lebih yang berbentuk percampuran untuk menghasilkan keuntungan (laba). Dan kadang-kadang tidak sengaja seperti harta waris.” (Fathul Bari: 420).
ﺔ ﻨﻳﻤﺪ ﻢ ﺑﹺﺎﹾﻟ ﻟ ﹺﻬﺎﻋﻴ ﻡ ﺎﻭ ﹶﻗﻞﱠ ﹶﻃﻌ ﺰ ﹺﻭ ﹶﺃ ﻲ ﺍﹾﻟﻐﻣﻠﹸﻮﺍ ﻓ ﺭ ﲔ ﹺﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃ ﻌ ﹺﺮﻳ ﺷ ﻢ ﹺﺇﻥﱠ ﺍﹾﻟﹶﺄ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻪ ﻴ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﹺﺒﻲﻰ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﻨﻮﺳﻦ ﹶﺃﺑﹺﻲ ﻣ ﻋ ﻢ )ﺭﻭﺍﻩ ﻬ ﻨ ﻣ ﺎﻭﹶﺃﻧ ﻲﻣﻨ ﻢ ﻬ ﺔ ﹶﻓ ﹺﻮﻳﺪ ﺑﹺﺎﻟﺴ ﺣ ﺍﺎ ٍﺀ ﻭﻓﻲ ﹺﺇﻧ ﻢ ﻬ ﻨﻴ ﺑ ﻩ ﻮﺴﻤ ﺘ ﺍ ﹾﻗﺪ ﹸﺛﻢ ﺣ ﺍﺏ ﻭ ﻮ ﹴ ﻲ ﹶﺛﻢ ﻓ ﻫ ﺪ ﻨ ﻋ ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥﻮﺍ ﻣﻤﻌ ﺟ (2306:ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ Dari Abi Musa radiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Bersabda Nabi shallallahu alaihi wasallam: “Sesungguhnya orang-orang dari Kabilah Asy’ariyyin jika kehabisan bekal dalam peperangan atau stok makanan keluarga mereka telah menipis di Madinah maka mereka mengumpulkan sisa makanan yang ada pada mereka dalam satu baju kemudian mereka membagikannya diantara mereka dalam satu wadah dengan sama. Mereka adalah bagian dariku dan aku bagian dari mereka.” (HR. Bukhari: 2306, Muslim: 4556, Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra: 10/132, An-Nasa’I dalam As-Sunanul Kubra: 5/24<). Selain syirkah kita juga mengenal organisasi dagang yang disebut muzara’ah dalam pertanian.
ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻨ ﻋ ﻪ ﻲ ﺍﻟﻠﱠ ﺿ ﺭ ﻪ ﺪ ﺍﻟﻠﱠ ﺒ ﻋ ﻦ ﻋ :ﺎ)ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﻨﻬ ﻣ ﺝ ﺮ ﺨ ﻳ ﺎﺮ ﻣ ﺷ ﹾﻄ ﻢ ﻬ ﻭﹶﻟ ﺎﻮﻫﺭﻋ ﺰ ﻳﻭ ﺎﻤﻠﹸﻮﻫ ﻌ ﻳ ﺩ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻮﻴﻬﺮ ﺍﹾﻟ ﺒﻴ ﺧ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻪ ﻋ ﹶﻠﻴ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﻪ ﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﻠﱠﺭﺳ ﻋﻄﹶﻰ ﹶﺃ (231@ Dari Abdullah RA, ia berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyerahkan tanah Khaibar agar digarap oleh orang-orang Yahudi dan mereka mendapat separuh dari hasil panennya.” (HR. Bukhari: 231@, Muslim: 2@9@, Abu Dawud: 2960, An-Nasa’i: 3@6@).
I.5. Organisasi Dakwah Ketika memasuki tahun kelima dari masa kenabian, cobaan dan himpitan dari kaum musyrikin Quraisy semakin hebat. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengambil langkah strategis. Al-Allamah Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfuri menyatakan:
: ﻭﳘﺎ،ﺍﲣﺬ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺧﻄﻮﺗﲔ ﺣﻜﻴﻤﺘﲔ ﻛﺎﻥ ﳍﻤﺎ ﺃﺛﺮﳘﺎ ﰲ ﺗﺴﻴﲑ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﻭﲢﻘﻴﻖ ﺍﳍﺪﻑ . ﺍ ﻟﻠﺘﺮﺑﻴﺔ ـ ﺍﺧﺘﻴﺎﺭ ﺩﺍﺭ ﺍﻷﺭﻗﻢ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺍﻷﺭﻗﻢ ﺍﳌﺨﺰﻭﻣﻰ ﻣﺮﻛﺰﺍ ﻟﻠﺪﻋﻮﺓ ﻭﻣﻘﺮ1 (110 ﺹ1ﺝ:)ﺍﻟﺮﺣﻴﻖ ﺍﳌﺨﺘﻮﻡ. ـ ﺃﻣﺮ ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ ﺑﺎﳍﺠﺮﺓ ﺇﱃ ﺍﳊﺒﺸﺔ2 “Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengambil 2 langkah yang bijaksana yang memiliki pengaruh dalam kelancaran da’wah dan pencapaian tujuan, yaitu: 1. Memilih rumah Al-Arqam bin Abil Arqam Al-Makhzumi RA sebagai markas da’wah dan tempat pendidikan. 2. Memerintahkan kaum muslimin untuk berhijrah ke negeri Habasyah. (Ar-Rahiqul Makhtum: 1/110). Rumah tersebut terletak pada dasar bukit Shafa yang jauh dari pengamatan para thaghut kafir Quraisy. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memilihnya untuk mengumpulkan kaum muslimin secara rahasia7dan membacakan kepada mereka Al-Quran dan As-Sunnah. (Ar-Rahiqul Makhtum: 1/110). Setelah memasuki periode madinah kaum muslimin sudah dapat melaksanakan agama mereka dengan kuat tanpa gangguan maka organisasi rahasia seperti Darul Arqam sudah tidak diperlukan lagi. Maka dibentuklah organisasi yang berupa majelis ta’lim di masjid-masjid dengan bentuk organisasi jahriyah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
7
Tahap ini sudah memasuki tahap da’wah jahriyyah. Maksudnya Rasulullah SAW menjahrkan da’wahnya sedangkan para sahabat tetap menyebarkan islam kepada keluarga mereka secara sembunyi-sembunyi.
7
ﻢ ﻬ ﺘ ﻴﺸ ﻭ ﹶﻏ ﻨ ﹸﺔﻴﻜﻢ ﺍﻟﺴ ﻴ ﹺﻬ ﻋ ﹶﻠ ﺖ ﺰﹶﻟ ﻧ ﻢ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﻬ ﻨﻴ ﺑ ﻪ ﻧﻮﺭﺳ ﺍﺘﺪﻳﻭ ﻪ ﺏ ﺍﻟﻠﱠ ﺎﻛﺘ ﺘﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻳ ﺎﻟﹶﻰﺗﻌ ﻪ ﺕ ﺍﻟﻠﱠ ﻮﺑﻴ ﻦ ﻣ ﺖ ﻴ ﺑ ﻲﻡ ﻓ ﻮ ﻊ ﹶﻗ ﻤ ﺘﺟ ﺎ ﺍﻣ (1243: ﻭﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ4@6< :ﻩ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﺪ ﻨ ﻋ ﻦ ﻤ ﻴﻪ ﻓ ﻢ ﺍﻟﻠﱠ ﻫ ﺮ ﻭ ﹶﺫ ﹶﻛ ﺋ ﹶﻜ ﹸﺔﻤﻠﹶﺎ ﻢ ﺍ ﹾﻟ ﻬ ﺘ ﺣﻔﱠ ﻭ ﻤ ﹸﺔ ﺣ ﺍﻟﺮ “Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah dari rumah-rumah Allah ta’ala, membaca kitabullah dan saling mempelajarinya diantara mereka kecuali turunlah ketenangan kepada mereka, rahmat melingkupi mereka, malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut mereka termasuk orang-orang yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim: 4@6< dan Abu Dawud: 1243). Asy-Syaikh Al-Faqih Ibnu Utsaimin memberi contoh hadits di atas dengan Halaqah Tahfidzil Quran. (lihat Syarh Riyadlus Shalihin hadits 1023). Bahkan tidak hanya tahfidzil Quran saja tetapi meliputi kajian tafsir, hadits, fiqih dan sebagainya. Dari Anas bin Malik radliyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ﻖ ﺍﻟﺬﱢ ﹾﻛ ﹺﺮ ﺣ ﹶﻠ ﺔ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺠﻨ ﺽ ﺍﹾﻟ ﺎﺎ ﹺﺭﻳﻭﻣ ﻮﺍ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍﺗﻌﺭ ﺔ ﻓﹶﺎ ﺠﻨ ﺽ ﺍﹾﻟ ﺎ ﹺﻢ ﹺﺑ ﹺﺮﻳ ﺗﺭ ﺮ ﻣ ﹺﺇﺫﹶﺍ “Kalau kalian berjalan bertemu dengan taman-taman surga maka silahkan menggembalakan!” Mereka bertanya: “Apakah taman-taman surga?” Beliau menjawab: “Halaqah Dzikir.” (HR. Ahmad: 12065, AtTirmidzi: 3432, ia nyatakan hadits hasan gharib, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir: 9/305, dan dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah:2562). Imam Atha’ berkata: “Adz-Dikr adalah majelis halal dan haram, bagaimana kamu jual beli, kamu shalat, puasa, haji dan menikah.” (Kifayatul Akhyar: 1/@). Lafadz ‘kaum’ pada hadits di atas adalah menunjukkan umum karena ia isim nakirah yang jatuh setelah nafi. Sehingga meliputi perorangan atau kumpulan baik secara spontan maupun secara terorganisir. Demikianlah bentuk organisasi da’wah di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat radliyallahu anhum setelah hijrah ke Madinah yang berupa majelis ta’lim. Organisasi tersebut bersifat jahriyah (terang-terangan), menda’wahkan Al-Quran dan As-Sunnah. Setelah jaman para sahabat radliyallahu anhum, organisasi ini semakin kompleks karena peserta majelis ta’lim semakin membludak. Maka selain sudah ada syaikh yang menyampaikan hadits, juga dibutuhkan al-mumli yaitu juru dikte untuk meneruskan suara Syaikh yang tidak dapat didengar oleh peserta yang jaraknya jauh.
، ﻗﺎﻝ ﺃﲰﻌﻬﻢ ﺃﻧﺖ، ﺇﻥ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻛﺜﲑ ﻻ ﻳﺴﻤﻌﻮﻥ: ﻓﻌﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻟﻪ ﺃﺑﻮ ﻣﺴﻠﻢ ﺍﳌﺴﺘﻤﻠﻲ Dari Ibnu Uyainah bahwa Abu Muslim al-Mustamli berkata kepadanya: “Sesungguhnya manusia (peserta majelis ta’lim) bertambah banyak sehingga tidak bisa mendengar.” Maka beliau berkata: “Kalau begitu kamu yang memperdengarkan (suara saya) kepada mereka.” (Tadribur Rawi: 1/304). Ini mirip dengan yang terjadi di jaman kita. Ada panitia daurah bertugas menyiapkan sound system, makalah, tasjilat dan perijinan. Kemudian muncullah organisasi-organisasi rahasia yang diikuti oleh orang-orang yang memiliki pemikiran khawarij untuk merongrong pemerintah yang sah. Amirul Mukminin Umar bin Abdil Aziz RA berkata:
(313:)ﺳﻨﻦ ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ.ﺔ ﻼﹶﻟ ﹶﺲ ﺍﻟﻀ ﻴ ﹺﺗ ﹾﺄﺳ ﻋﻠﹶﻰ ﻢ ﻬ ﻢ ﹶﻓ ﺘ ﹺﻬﺎﻣﻭ ﹶﻥ ﻋﻣ ﹴﺮ ﺩ ﻮ ﹶﻥ ﹺﺑﹶﺄ ﺘﺠﻳﻨ ﻣﹰﺎﺖ ﹶﻗﻮ ﻳﺭﹶﺃ ﹺﺇﺫﹶﺍ “Kalau kalian melihat kaum yang merahasiakan suatu urusan tanpa diketahui orang umum maka mereka adalah mendirikan sebuah kesesatan.” (Sunan Ad-Darimi: 313). Sehingga sudah menjadi ciri khas organisasi dari firqah sesat seperti khawarij yang bersifat tersembunyi atau gerakan bawah tanah.
I.6. Organisasi Jihad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga mengorganisasi jihad di jalan Allah. Kita kenal ghozwah dan sariyyah. Ghozwah dipimpin langsung oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sedangkan pimpinan sariyyah bukanlah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam secara langsung tetapi seseorang yang diangkat oleh beliau.
8
Sebagai contoh, pada perang badar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memimpin langsung jihad. Zubair bin Al-Awwam radliyallahu anhu dan Miqdad bin Al-Aswad Al-Kindi radliyallahu anhu ditunjuk sebagai pasukan berkuda (kavaleri). Beliau menyerahkan bendera (al-liwa’) kepada Mush’ab bin Umair radliyallahu anhu, menyerahkan panji (ar-rayah) yang satu kepada Ali bin Abi Thalib radliyallahu anhu dan yang lainnya (milik Anshar) kepada Sa’d bin Mu’adz radliyallahu anhu. Beliau juga menunjuk Basbas bin Amr Al-Juhani radliyallahu anhu dan Adi bin Abir Raghba’ radliyallahu anhu menjadi mata-mata untuk mengintai musuh. Urusan imam shalat di Madinah diserahkan kepada Abdullah bin Ummi Maktum radliyallahu anhu sedangkan amil Madinah diserahkan kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir radliyallahu anhum. (Lihat secara lengkap kisahnya dalam Zaadul Ma’aad: 3/153). Dan ciri khas dari suatu organisasi (terutama dalam masalah jihad) adalah adanya musyawarah, rapat koordinasi atau briefing. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﲔ ﻠ ﻮﻛﱢ ﺘﻤ ﺍﹾﻟﺤﺐ ﻳ ﻪ ﻪ ﹺﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﻮﻛﱠ ﹾﻞ ﺘﺖ ﹶﻓ ﻣ ﺰ ﻋ ﻣ ﹺﺮ ﹶﻓﹺﺈﺫﹶﺍ ﻲ ﺍﹾﻟﹶﺄﻢ ﻓ ﻫ ﺭ ﺎ ﹺﻭﺷﻭ “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu sudah bulatkan tekat maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.” (QS. Ali Imran: 159). Dan pada ghozwah-ghozwah berikutnya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyempurnakan organisasi ini berdasar kebutuhan. Diantaranya adalah ditambahkannya tim kesehatan. Tersebutlah seorang perawat pertama dalam Islam yang bernama Rufaidah Al-Aslamiyah Al-Anshariyah.
ﺣﻮﻟﻮﻩ ﻋﻨﺪ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻳﻘﺎﻝ ﳍﺎ ﺭﻓﻴﺪﺓ ﻭﻛﺎﻧﺖ ﺗﺪﺍﻭﻱ: ﻭﳌﺎ ﺃﺻﻴﺐ ﺃﻛﺤﻞ ﺳﻌﺪ ﻳﻮﻡ ﺍﳋﻨﺪﻕ ﻓﻘﻴﻞ:ﻋﻦ ﳏﻤﻮﺩ ﺑﻦ ﻟﺒﻴﺪ ﻗﺎﻝ ﺍﳉﺮﺣﻰ “Ketika kelopak mata Sa’d bin Mu’adz radliyallahu anhu terkena panah pada perang khandaq, orangorang berkata: “Pindahkan ia ke kemah seorang wanita yang bernama Rufaidah radliayallahu anha. Dan adalah ia pandai merawat orang-orang yang terluka.” (Al-Ishabah fii Tamyiizis Shahabah: 3/4@< dan Al-Hafizh menshahihkan sanadnya). Organisasi jihad berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan semakin memadainya system pencatatan. Pada masa setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yaitu masa kekhalifahan, pasukan-pasukan yang ikut berjihad dihimpun dalam suatu organisasi yang disebut dengan Diwanul Jundi (Dinas Ketentaraan). Ibnul Manzhur dalam Mukhtashar Tarikh Damsyiq menyatakan:
ﻭﻫﺬﺍ ﺑﻌﺪ ﺻﺮﻑ ﻣﺎ ﻻ ﺑﺪ ﻣﻦ ﺻﺮﻓﻪ ﰲ ﺩﻳﻮﺍﻥ،ﻭﺫﻛﺮ ﺍﳌﺪﺍﺋﲏ ﺃﻥ ﻭﻇﻴﻔﺔ ﺩﻣﺸﻖ ﺍﻟﱵ ﻭﻇﻔﻬﺎ ﻣﻌﺎﻭﻳﺔ ﺃﺭﺑﻊ ﻣﺌﺔ ﺃﻟﻒ ﺩﻳﻨﺎﺭ ﻭﺍﷲ. ﻭﻫﺬﺍ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻛﺜﺮﺓ ﺩﺧﻠﻬﺎ ﻭﻋﻈﻢ ﺍﻟﱪﻛﺔ ﰲ ﻣﺴﺘﻐﻠﻬﺎ. ﻭﺃﺭﺯﺍﻕ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﻭﺍﳌﺆﺫﻧﲔ ﻭﺍﻟﻘﻀﺎﺓ،ﺍﳉﻨﺪ ﻭﺍﻟﻮﻻﺓ (24 ﺹ1 ﺝ:)ﳐﺘﺼﺮ ﺗﺎﺭﻳﺦ ﺩﻣﺸﻖ.ﺃﻋﻠﻢ “Al-Mada’ini menuturkan bahwa gaji kota Damaskus yang diterima oleh Mu’awiyah radliyallahu anhu adalah 400 ribu dinar. Ini setelah dibagikan kepada bagian yang berhak dalam dinas ketentaraan, para wali (kota), gaji fuqaha, para mu’adzin dan para qadli. Ini menunjukkan banyaknya pemasukan kota Damaskus dan besarnya barakah dalam hasil buminya.” (Mukhtashar Tarikh Damsyiq: 1/24). Sebenarnya khalifah yang pertama kali mengorganisasi Ad-Diwan adalah Umar bin Al-Khaththab radliyallahu anhu.8 Semua penduduk dicatat berdasarkan alamat rumahnya. Pencatatan dimulai pada 8
Sebenarnya yang mengusulkan pembentukan Ad-Diwan adalah Khalid bin Al-Walid radliyallahu anhu. Ia telah melihat rajaraja kafir di Syam mengembangkan system Ad-Diwan ini dan mengklasifikasi tentara mereka. Ini tidak menunjukkan bahwa Umar radliyallahu anhu bertasyabbuh dengan orang-orang kafir akan tetapi masalah ini termasuk maslahat mursalah.
9
Bani Hasyim kemudian Abu Bakar radliyallahu anhu dan kaumnya kemudian Umar radliyallahu anhu dan kaumnya dan seterusnya. Setiap orang dari muhajirin yang ikut perang Badar mendapat uang kesejahteraan sebesar 5 ribu dirham per tahun. Sedangkan masing-masing anshor yang ikut perang Badar mendapat jatah 4 ribu dirham tiap tahun. (Lihat secara lengkap Al-Ahkamus Sulthaniyah karya Abu Ya’la Al-Hanbali: 265-266).
10
BAB II. PRAKTEK SALAFUS SHALIH & TANGGAPAN 2.1 Panitia-Panitia di Era Khulafa’ur Rasyidin Diantaranya adalah panitia syura yang dibentuk oleh Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radliyallahu anhu menjelang ajalnya untuk membahas pemimpin pengganti beliau. Berkata Imam Adz-Dzahabi:
.ﻭﳌﺎ ﻃﻌﻦ ﻋﻤﺮ ﺍﺳﺘﻨﺎﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﺎﳌﺴﻠﻤﲔ ﺇﱃ ﺃﻥ ﻳﺘﻔﻖ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺸﻮﺭﻯ ﻋﻠﻰ ﺇﻣﺎﻡ “Ketika Umar ditusuk (oleh seorang majusi yang bernama Abu Lu’lu’ah), beliau menyuruhnya (Shuhaib bin Sinan Ar-Ruumi) untuk menggantikannya mengimami shalat kaum muslimin sampai panitia syura berhasil mengangkat seorang pemimpin.” (Siyar A’lamin Nubala’: 2/18 tentang sirah Shuhaib bin Sinan Ar-Ruumi radliyallahu anhu). Mereka beranggotakan 6 orang yaitu Ali bin Abi Thalib radliyallahu anhu, Utsman bin Affan radliyallahu anhu, Sa’d bin Abi Waqqash radliyallahu anhu, Abdurrahman bin Auf radliyallahu anhu, Zubair bin Awwam radliyallahu anhu, dan Thalhah bin Ubaidillah radliyallahu anhu. (Al-Kamil fit Tarikh: 1/4<5). Termasuk dalam bab ini adalah panitia penyeragaman mushaf Al-Quran yang dibentuk oleh Amirul Mukminin Utsman bin Affan radliyallahu anhu yang terdiri atas beberapa orang hafizh. Dari Anas bin Malik radliyallahu anhu:
ﻳ ﹶﻔ ﹶﺔﺣ ﹶﺬ ﻉ ﺰ ﻕ ﹶﻓﹶﺄ ﹾﻓ ﺍ ﹺﻌﺮ ﻫ ﹺﻞ ﺍﹾﻟ ﻊ ﹶﺃ ﻣ ﺎ ﹶﻥﺭﺑﹺﻴﺠ ﻭﹶﺃ ﹾﺫ ﻴ ﹶﺔﻴﹺﻨﺭﻣ ﺢ ﹺﺇ ﺘ ﹺ ﻲ ﹶﻓ ﹾﺄ ﹺﻡ ﻓﻫ ﹶﻞ ﺍﻟﺸ ﺎﺯﹺﻱ ﹶﺃﻳﻐ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺎ ﹶﻥﻋ ﹾﺜﻤ ﻋﻠﹶﻰ ﻡ ﺪ ﻥ ﹶﻗ ﺎﻴﻤﻦ ﺍﹾﻟ ﺑ ﻳ ﹶﻔ ﹶﺔﺣ ﹶﺬ ﹶﺃﻥﱠ ﺩ ﻮﻴﻬﻑ ﺍﹾﻟ ﺘ ﹶﻠﺎﺧ ﺏ ﺍ ﺎ ﹺﻜﺘ ﻲ ﺍﹾﻟﻠﻔﹸﻮﺍ ﻓ ﺘﺨ ﻳ ﺒ ﹶﻞ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺔ ﹶﻗﻩ ﺍﹾﻟﹸﺄﻣ ﺬ ﻫ ﻙ ﺩ ﹺﺭ ﲔ ﹶﺃ ﻣﹺﻨ ﺆ ﻤ ﲑ ﺍﹾﻟ ﻣ ﺎ ﹶﺃﺎ ﹶﻥ ﻳﻌ ﹾﺜﻤ ﻟ ﻳ ﹶﻔ ﹸﺔﺣ ﹶﺬ ﺓ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ َﺀﻘﺮ ﻲ ﺍﹾﻟﻢ ﻓ ﻬ ﺘﻠﹶﺎ ﹸﻓﺧ ﺍ ﺎﺖ ﹺﺑﻬ ﺳ ﹶﻠ ﺭ ﻚ ﹶﻓﹶﺄ ﻴ ﺎ ﹺﺇﹶﻟﻫﺮﺩ ﻧ ﻒ ﹸﺛﻢ ﺣ ﺎﻤﺼ ﻲ ﺍﹾﻟﺎ ﻓﺨﻬ ﺴ ﻨ ﻧ ﻒ ﺤ ﺎ ﺑﹺﺎﻟﺼﻴﻨ ﻲ ﹺﺇﹶﻟﺳﻠ ﺭ ﺼ ﹶﺔ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺃﹶ ﺣ ﹾﻔ ﺎ ﹸﻥ ﹺﺇﻟﹶﻰﻋ ﹾﺜﻤ ﺳ ﹶﻞ ﺭ ﻯ ﹶﻓﹶﺄﺎﺭﺼﺍﻟﻨﻭ ﺎ ﹴﻡﻫﺸ ﺑ ﹺﻦ ﺙ ﺎ ﹺﺭﻦ ﺍﹾﻟﺤ ﺑ ﻤ ﹺﻦ ﺣ ﺪ ﺍﻟﺮ ﺒ ﻋ ﻭ ﺎﺹﹺﻦ ﺍﹾﻟﻌ ﺑ ﺪ ﻴﺳﻌ ﻭ ﻴ ﹺﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺰ ﺑ ﻪ ﺪ ﺍﻟﻠﱠ ﺒ ﻋ ﻭ ﺖ ﻦ ﺛﹶﺎﹺﺑ ﺑ ﺪ ﻳﺯ ﺮ ﻣ ﺎ ﹶﻥ ﹶﻓﺄﹶﻋ ﹾﺜﻤ ﺼ ﹸﺔ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺣ ﹾﻔ ﻥ ﺁﻦ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ ﻣ ﻲ ٍﺀ ﺷ ﻲﺖ ﻓ ﻦ ﺛﹶﺎﹺﺑ ﺑ ﺪ ﻳﺯ ﻭ ﺘﻢﻧﻢ ﹶﺃ ﺘﺘ ﹶﻠ ﹾﻔﺧ ﺔ ﹺﺇﺫﹶﺍ ﺍ ﲔ ﺍﻟﺜﱠﻠﹶﺎﹶﺛ ﺷﻴ ﺮ ﻂ ﺍﻟﹾ ﹸﻘ ﻫ ﻠﺮﺎ ﹸﻥ ﻟﻋ ﹾﺜﻤ ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻒ ﺣ ﺎﻤﺼ ﻲ ﺍﹾﻟﺎ ﻓﻮﻫﺴﺨ ﻨﹶﻓ ﻒ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺤ ﺎ ﹸﻥ ﺍﻟﺼﻋ ﹾﺜﻤ ﺭﺩ ﻒ ﺣ ﺎﻤﺼ ﻲ ﺍﹾﻟﻒ ﻓ ﺤﻮﺍ ﺍﻟﺼﺴﺨ ﻧ ﻰ ﹺﺇﺫﹶﺍﺣﺘ ﻌﻠﹸﻮﺍ ﻢ ﹶﻓ ﹶﻔ ﺎﹺﻧ ﹺﻬﻠﺴ ﺰ ﹶﻝ ﹺﺑ ﻧ ﺎﻤﺶ ﹶﻓﹺﺈﻧ ﻳ ﹴﺮ ﻥ ﹸﻗ ﺎﻠﺴ ﻩ ﹺﺑ ﺒﻮﺘﻓﹶﺎ ﹾﻛ ﻕ ﺮ ﺤ ﻳ ﻒ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺤ ﺼ ﻣ ﻭ ﺔ ﹶﺃ ﻴ ﹶﻔﺻﺤ ﻲ ﹸﻛﻞﱢﻥ ﻓ ﺁﻦ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ ﻣ ﻩ ﺍﺳﻮ ﺎﺮ ﹺﺑﻤ ﻣ ﻭﹶﺃ ﻮﺍﺴﺨ ﻧ ﺎﻣﻤ ﻒ ﺤ ﺼ ﻤ ﺳ ﹶﻞ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﹸﻛﻞﱢ ﹸﺃ ﹸﻓ ﹴﻖ ﹺﺑ ﺭ ﻭﹶﺃ ﺼ ﹶﺔ ﺣ ﹾﻔ (4604 :)ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ “Bahwa Hudzaifah bin Al-Yaman radliyallahu anhu mendatangi Utsman radliyallahu anhu sehabis berperang bersama penduduk Syam pada penaklukan Armenia dan Azerbaijan bersama penduduk Iraq. Perselisihan mereka dalam qiraat sangat mengkhawatirkan Hudzaifah. Kemudian Hudzaifah berkata kepada Utsman: “Wahai Amirul Mukminin bertindaklah untuk umat ini sebelum mereka berselisih di dalam Al-Kitab seperti perselisihan Yahudi dan Nashara!” Kemudian Utsman mengirim utusan kepada Hafshah radliayallahu anha: “Mohon dikirim kepada kami lembaran-lembaran Al-Quran karena kami akan menyalinnya ke dalam mushaf-mushaf kemudian lembaran tersebut akan kami kembalikan lagi kepadamu!” kemudian Hafshah mengirimkan lembaran-lembaran tersebut kepada Utsman. Maka Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit radliyallahu anhu, Abdullah bin Zubair radliyallahu anhu, Sa’id bin Al-Ash radliyallahu anhu dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam radliyallahu anhu untuk menyalin mushaf. Utsman berpesan kepada 3 orang Quraisy tersebut: “Kalau kalian berselisih dengan Zaid bin Tsabit tentang Al-Quran maka tulislah dengan lisan Quraisy karena Al-Quran diturunkan dengan lesan mereka!” Kemudian mereka mengerjakannya sampai ketika telah disalin menjadi beberapa mushaf, Utsman mengembalikan lembaran tersebut kepada Hafshah dan mengirim mushaf-mushaf tersebut ke penjuru wilayah islam. Beliau juga memerintahkan untuk membakar mushaf-mushaf yang lainnya (selain yang disusun oleh panitia Utsman, pen).” (HR. Bukhari: 4604).9
9
Bandingkan usaha mulia khulafa’ur rasyidin radliyallahu anhum untuk menjaga persatuan kaum muslimin dengan menunjuk panitia syura dan panitia penyeragaman Al-Quran dengan ucapan Syaikh Yahya –yang jauh dari ilmu- yaitu: .” Dan bahwasanya kita salafiyyun tidak butuh terhadap organisasi, karena organisasi ini
11
2.2. Sistim Administrasi di Awal Islam Kita tidak bisa membandingkan organisasi yang ada pada masa kini dengan organisasi pada tempo awal islam dulu. Pada jaman ini telah dikenal tulis-menulis, stempel, kop surat, kuitansi yang menjadi alat-alat administrasi sehingga organisasi pada jaman sekarang sudah memiliki sistem manajemen yang rapi. Pada jaman itu sedikit sekali kaum muslimin yang mengenal tulis-menulis. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ﲔ ﺛ ﹰﺓ ﹶﺛﻠﹶﺎﻣﺮ ﻭ ﻦ ﺸﺮﹺﻳ ﻋ ﻭ ﻌ ﹰﺔ ﺴ ﺗ ﹰﺓﻣﺮ ﻨﹺﻲﻳﻌ ﻫ ﹶﻜﺬﹶﺍ ﻭ ﻫ ﹶﻜﺬﹶﺍ ﺮ ﻬ ﺐ ﺍﻟﺸ ﺴ ﺤ ﻧ ﻭﻟﹶﺎ ﺐ ﺘﻧﻜﹾ ﹲﺔ ﹶﻟﺎﻴ ﹲﺔ ﹸﺃﻣﺎ ﹸﺃﻣﹺﺇﻧ “Sesungguhnya kita ini adalah umat yang ummi (buta huruf, pen) tidak bisa menulis dan tidak bisa menghitung. Sebulan itu demikian dan demikian yakni kadang-kadang 29 hari dan kadang-kadang 30 hari.” (HR. Bukhari: 1<@0, Muslim: 1@06, Abu Dawud: 19<5, An-Nasa’i: 2111, Ahmad: 4<<5). Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan: “Ini tidak menolak kenyataan bahwa diantara mereka ada yang bisa menulis dan menghitung karena memang jumlah mereka itu sedikit dan jarang.” (Fathul Bari: 6/156). Tetapi mereka tidak berpangku tangan dengan keadaan mereka yang seperti itu. Allah mendorong mereka untuk meningkatkan system administrasi melalui kemampuan baca tulis. Allah ta’ala berfirman:
ﻩ ﻮﺘﺒﻰ ﻓﹶﺎ ﹾﻛﺴﻤ ﻣ ﺟ ﹴﻞ ﻳ ﹴﻦ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃﺪ ﻢ ﹺﺑ ﺘﻨ ﻳﺍﺗﺪ ﻮﺍ ﹺﺇﺫﹶﺍﻣﻨ ﻦ َﺁ ﻳﺎ ﺍﻟﱠﺬﻬﺎ ﹶﺃﻳﻳ “Wahai orang-orang yang beriman jika kalian mengadakan utang-piutang sampai tempo tertentu maka tulislah utang-piutang tersebut.” (QS. Al-Baqarah: 2@2). Al-Imam As-Sa’di berkata: “Faedah ke-25 dari ayat ini adalah bahwa mempelajari baca tulis adalah masyru’ bahkan fardlu kifayah karena Allah menyuruh kita menulis utang piutang dan sebagainya.” (Taisir Karimir Rahman: 11@). Sa’ad bin Abi Waqqash radliyallahu anhu berkata:
ﻦ ﻣ ﻚ ﻮ ﹸﺫ ﹺﺑﻭﹶﺃﻋ ﺨ ﹺﻞ ﺒﻦ ﺍﹾﻟ ﻣ ﻚ ﻮ ﹸﺫ ﹺﺑﻲ ﹶﺃﻋ ﹺﺇﻧﻬﻢ ﺑ ﹸﺔ ﺍﻟﻠﱠﺎﻜﺘ ﻢ ﺍﹾﻟ ﻌﻠﱠ ﺗ ﺎﺕ ﹶﻛﻤ ﺎﻠﻤ ﺆﻟﹶﺎ ِﺀ ﺍﻟﹾ ﹶﻜ ﻫ ﺎﻤﻨ ﻌﻠﱢ ﻳ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻪ ﻴ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﹺﺒﻲﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﻟﻨ ﺒ ﹺﺮ ﺏ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﻋﺬﹶﺍ ﹺ ﻭ ﺎﻧﻴﺔ ﺍﻟﺪ ﻨﺘ ﻓ ﻦ ﻣ ﻚ ﻋﻮ ﹸﺫ ﹺﺑ ﻭﹶﺃ ﻤ ﹺﺮ ﻌ ﺭ ﹶﺫ ﹺﻝ ﺍﹾﻟ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃﺮﺩ ﻧ ﻦ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻣ ﻚ ﻮ ﹸﺫ ﹺﺑﻭﹶﺃﻋ ﺒ ﹺﻦ ﺠ ﺍﹾﻟ “Adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam mengajari kita kalimat ini -sebagaimana pelajaran baca tulisyaitu “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kikir, aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut, aku berlindung kepada-Mu dari kehinaan umur, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan adzab kubur.” (HR. Bukhari: 5911). Adapun pemakaian stempel maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menggunakannya ketika berkirim surat kepada raja seperti Heraklius, Kisra dan Makaukis. Anas bin Malik radliyallahu anhu berkata:
ﺎﺗﻤﺎﺨ ﹶﺬ ﺧ ﺎ ﻓﹶﺎﺗﻮﻣﺨﺘ ﻣ ﻳﻜﹸﻮ ﹶﻥ ﺎ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﹶﺃ ﹾﻥﺎﺑﻛﺘ ﺮﺀُﻭ ﹶﻥ ﻳ ﹾﻘ ﻢ ﻟﹶﺎ ﻬ ﻪ ﹺﺇﻧ ﻴ ﹶﻞ ﹶﻟﻭ ﹺﻡ ﻗﺐ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﺮ ﺘﻳ ﹾﻜ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻪ ﻴ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﹺﺒﻲﺩ ﺍﻟﻨ ﺍﺎ ﹶﺃﺭﹶﻟﻤ : ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ3902 :ﻭﻣﺴﻠﻢ2<21:ﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﻠﱠﺭﺳ ﺪ ﺤﻤ ﻣ ﻪ ﻓﻴ ﺶ ﻧ ﹶﻘﻭ ﻩ ﺪ ﻳ ﻲﻪ ﻓ ﺿ ﺎﺑﻴ ﺮ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﻧ ﹸﻈﻲ ﹶﺃﺔ ﹶﻓ ﹶﻜﹶﺄﻧ ﻓﻀ ﻦ ﻣ (12259: ﻭﺃﲪﺪ5106 “Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam akan berkirim surat kepada raja Romawi dikatakan bahwa mereka (orang-orang Romawi) tidak mau membaca surat kecuali yang diberi stempel. Maka Rasulullah
tidaklah mendatangkan sesuatu bagi manusia kecuali percekcokan, penyakit, perpecahan dan perselisihan serta menyempitkan dada.”
12
shallallahu alaihi wasallam menjadikan cincin stempel dari perak.10 Seolah-olah saya melihat pada putihnya pada tangannya dan dipahat padanya tulisan ‘Muhammad Rasul Allah’.” (HR. Bukhari: 2<2<, Muslim: 3902, An-Nasa’i: 5106 dan Ahmad: 12259). Dan Abu Bakar radliyallahu anhu memakai cincin stempel tersebut setelah Nabi shallallahu alaihi wasallam wafat, kemudian dipakai oleh Umar radliyallahu anhu, kemudian oleh Utsman radliyallahu anhu kemudian stempel tersebut jatuh ke dalam sumur Aris. (HR. Abu Dawud: 421@ dan dishahihkan oleh Al-Imam Al-Albani).
2.3. Kaidah fiqih untuk organisasi Ucapan Syaikh Yahya bahwa organisasi da’wah itu bid’ah adalah perlu ditinjau ulang. Organisasi da’wah –dari segi kaidah fiqih- dimasukkan ke dalam al-mashalih al-mursalah11 atau dimasukkan ke dalam wasa’il.12 Tentang mashlahat mursalah Al-Imam As-Sa’di –dalam syairnya- berkata:
ﻭﻫﻲ ﺍﻟﱵ ﻗﺪ ﺃﻭﺟﺒﺖ ﻟﺸﺮﻋﻴﺘﻪ# ﻭﻛﻞ ﺣﻜﻢ ﺩﺍﺋﺮ ﻣﻊ ﻋﻠﺘﻪ 10
Ini tidak menunjukkan beliau bertasyabbuh dengan orang kafir tetapi beliau memperhatikan maslahat mursalah dan
wasilah dalam berda’wah. 11
Berkata Ustadz Zakariya bin Ghulam Qadir Al-Bakistani: “Maslahat mursalah tidak dapat dianggap sebagai bid’ah. Oleh karena dalil-dalil syar’I telah menunjukkan keabsahannya berbeda dengan bid’ah. Syari’ah datang untuk memperkuat maslahat dan menghilangkan madlarat. Dan atas demikianlah berjalan perbuatan para sahabat RA.” (kemudian beliau menyitir ucapan Al-Allamah Asy-Syinqithi). (Min Ushulil Fiqhi ala Manhaji Ahlil Hadits: 213). Batasan maslahat mursalah telah diperinci oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Iqtidla’ Shirathil Mustaqim dengan menimbang adakah motivasi dari perbuatan tersebut di jaman Nabi shallallahu alaihi wasallam kemudian adakah penghalang untuk melaksanakannya di jaman Nabi shallallahu alaihi wasallam. 12
Telah terjadi perbedaan pendapat antara ulama’ jaman ini tentang wasilah dakwah. Apakah ia harus tauqifiyyah (sesuai nash Al-Quran dan Al-Hadits) atau tidak harus tauqifiyyah? Di antara ulama yang menyatakan bahwa wasilah dakwah bukan tauqifiyah adalah Al-Allamah Ibnu Utsaimin. Beliau mencontohkannya dengan pengeras suara dan kacamata. (Lihat selengkapnya kitab Liqa’ Al-Babil Maftuh: 2/135). Sedangkan yang mengharuskan tauqifiyahnya wasilah dakwah di antaranya adalah Syaikh Abdus Salam bin Barjis Abdul Karim –sebagaimana dalam kitab beliau Al-Hujajul Qawiyyah- dan Syaikh Shalih Fauzan sebagaimana yang dinukil dalam kitab Usus Manhajis Salaf fid- Dakwati ilallah hal: 130-131). Pendapat yang rajih adalah bahwa wasilah dakwah haruslah tauqifiyyah. Di antara dalilnya adalah firman Allah:
" " " "
" ! ! ! !
! ! ! ! ! ! " ! ! ! “Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku rela al-islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Ma’idah: 3). Al-Imam As-Sa’di berkata:
. ﰲ ﺃﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺃﺻﻮﻟﻪ ﻭﻓﺮﻭﻋﻪ،ﻭﳍﺬﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻛﺎﻓﻴﲔ ﻛﻞ ﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔ “Dan oleh karena itu Al-Kitab dan As-Sunnah keduanya telah mencukupi dengan secukup-cukupnya dalam hukum-hukum addien dan cabang-cabangnya.” (Tafsir As-Sa’di: 1/219). Termasuk dalam hal ini (hukum-hukum ad-dien dan cabang-cabangnya) adalah cara berdakwah dan wasilah-wasilahnya, kita tidak membutuhkan kepada selain keduanya. Hanya saja –masih menurut Penulis- wasilah dakwah itu dibagi menjadi 2: • Al-Wasilah Al-Adiyah yaitu wasilah kebiasaan manusia yang bersifat duniawi seperti media cetak atau elektronik, sound system, sistim administrasi baik berupa manajemen atau pun organisasi. Maka hukum asalnya adalah mubah sampai ada dalil yang mengharamkannya. • Al-Wasilah At-Ta’abbudiyah seperti ikhlas, uswah hasanah, berdo’a, mau’izhah. Maka hukum asalnya adalah haram sampai ada dalil yang menyatakan masyru’nya. Termasuk wasilah yang terlarang adalah nada dan dakwah, sinetron, demokratisme dan sebagainya. Untuk mengerti secara detil wasilah dakwah silakan merujuk kitab ‘Usus Manhajis Salaf fid Dakwah ilallah’.
13
“Setiap hukum itu berkisar bersama illat (penyebabnya). Dan itulah yang menyebabkan disyari’atkannya.” Tidak dibentuknya yayasan untuk ahlus shuffah –sebagaimana penjelasan Syaikh Yahya- adalah karena illat (alasannya) tidak ditemukan. Rumah zakat13 ketika itu berfungsi dengan optimal. Al-Mustahiqq sudah mendapatkan haknya. Dan Ahlush shuffah berangsur-angsur hilang karena banyaknya ghanimah dari perang. (lihat secara lengkap Al-I’tisham lisy Syathibi: 1/182). Adapun pada masa sekarang ini meskipun Pemerintah Republik Indonesia sudah memiliki badan-badan yang menyalurkan zakat, akan tetapi banyak para mustahiqq yang belum tersentuh terutama daerah yang rawan kristenisasi. Maka munculnya yayasan penyalur zakat dan shadaqah adalah diperbolehkan dalam rangka melaksanakan ayat:
ﻥ ﺍﺪﻭ ﻌ ﺍﹾﻟﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟﹺﺈﹾﺛ ﹺﻢ ﻭ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌ ﻭﻟﹶﺎ ﻯ ﹾﻘﻮﺍﻟﺘ ﻭﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟﹺﺒﺮ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌﻭ “Dan tolong-menolonglah kalian di atas kebaikan dan takwa dan janganlah tolong-menolong di atas dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Ma’idah: 2). Ketika Lajnah Da’imah Saudi Arabiyah ditanya tentang menyerahkan zakat kepada Jum’iyyatul Birr, mereka menjawab:
ﺎ ﳑﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﺑﻴﺎﻧﻪ ﻓﻬﻮ ﻣﻨﺸﺄ ﻓﻬﻢ ﺍﻟﻌﻤﻮﻡ ﰲ )ﳚﻮﺯ ﺩﻓﻊ ﺯﻛﺎﺓ ﺍﳌﺎﻝ ﺇﱃ ﲨﻌﻴﺔ ﺍﻟﱪ( ﳎﺮﺩﺓ ﻋﻤﺎ ﳛﻮﻁ:ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﺇﱃ ﻛﻠﻤﺔ ﻓﺈﻧﻪ ﳚﺐ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﺇﱃ ﺍﳉﻮﺍﺏ ﻣﻊ. ﻭﺍﻟﺘﻮﺳﻊ ﰲ ﺍﻟﺪﻋﺎﻳﺔ ﻭﺍﻟﺘﻄﺒﻴﻖ ﻓﺬﻟﻚ ﳑﺎ ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ،ﺟﻮﺍﺯ ﺩﻓﻊ ﺯﻛﺎﺓ ﺍﻷﻣﻮﺍﻝ ﳉﻤﻌﻴﺔ ﺍﻟﱪ : ﻭﺍﳋﻼﺻﺔ ﺃﻥ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﲜﻮﺍﺯ ﺩﻓﻊ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺇﱃ ﻫﺬﻩ ﺍﳉﻤﻌﻴﺔ ﻣﻠﺤﻮﻅ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﺎ ﻳﺄﰐ.ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ﻭﺇﱃ ﻇﺮﻭﻑ ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ . ﺃﻥ ﻻ ﺗﻜﻮﻥ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻣﻦ ﺍﻷﻣﻮﺍﻝ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮﺓ- 1 ﺑﻞ ﳑﻦ ﺧﻠﻰ ﻭﱄ ﺍﻷﻣﺮ ﺑﲔ ﺻﺎﺣﺒﻬﺎ ﻭﺑﻴﻨﻬﺎ ﻟﻴﺘﻮﱃ ﺩﻓﻌﻬﺎ ﺇﱃ ﻣﺴﺘﺤﻘﻴﻬﺎ، ﺃﻥ ﻻ ﺗﻜﻮﻥ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﳑﺎ ﻃﻠﺒﻪ ﻭﱄ ﺍﻷﻣﺮ- 2 .ﺑﻨﻔﺴﻪ ﺃﻭ ﲟﻦ ﻳﻨﻴﺒﻪ . ﺃﻥ ﻳﺼﺮﻓﻬﺎ ﺍﳌﺴﺌﻮﻟﻮﻥ ﻋﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﳉﻤﻌﻴﺔ ﰲ ﻣﺼﺎﺭﻓﻬﺎ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﰲ ﺃﻗﺮﺏ ﻭﻗﺖ ﳑﻜﻦ- 3 .ﻭﺑﺎﷲ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﻭﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ // ﻧﺎﺋﺐ ﺭﺋﻴﺲ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ// ﻋﻀﻮ// ﻋﻀﻮ (265 )ﺭﻗﻢ// ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﺑﺎﺯ// ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﻏﺪﻳﺎﻥ// ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﻣﻨﻴﻊ “Adapun mengkaji kalimat (diperbolehkan menyerahkan zakat harta benda kepada Jum’iyatul Birr (Yayasan Kebajikan) dengan murni tanpa memandang perkara yang melingkupinya dari yang telah terdahulu keterangannya, maka ini muncul dari pemahaman umum tentang bolehnya menyerahkan zakat harta kepada Yayasan Kebajikan. Maka tidak seyogyanya untuk memperluas sengketa dan penerapan. Karena wajib melihat pada pertanyaan dan keadaan penanya. Ringkasnya fatwa tentang bolehnya menyerahkan zakat kepada organisasi ini harus diperhatikan 3 perkara berikut: 1.
Zakat bukan dari harta dhahir (yang tampak).14
2. Zakat tersebut bukan yang dituntut untuk diserahkan kepada pemerintah.15 Tetapi harta yang dibebaskan oleh pemerintah antara si pemilik dan hartanya untuk diserahkan kepada mustahiqqnya dengan dirinya sendiri ataupun melalui orang yang menggantikannya.16 13
Rumah ini berfungsi sebagai gudang untuk menyimpan hasil pungutan zakat. Abu Hurairah radliyallahu anhu pernah dipercaya menjadi penjaganya. (HR. Bukhari: 4624, di dalamnya ada kisah syetan yang mengajarkan ayat kursi).
14
Harta zhahir seperti pertanian dan peternakan sedangkan harta batin seperti emas, perak, uang yang disimpan. (Lihat AlAhkamus Sulthaniyah lil Qadli Abi Ya’la Al-Hanbali: 129)
14
3. Penanggung jawab yayasan tersebut menyerahkan zakat sesuai aturan syar’I dalam waktu sesegera mungkin. Wabillahittaufiq wa shallallahu ala nabiyinaa Muhammad wa alihi wa shahbihi wasallam. Abdullah bin Mani’ (anggota), Abdullah bin Ghudayyan (anggota), Abdul Aziz bin Baz (wakil ketua). (Fatwa Lajnah Da’imah nomor: 265. Jilid: 11 hal: 4@6-<). Dan kedudukan yayasan ini adalah sebagai mustakhlaf (orang yang diamanati zakat) antara mustahiqq dan muzakki (si pemilik harta). Al- Allamah Ibnu Utsaimin berkata:
ﻭﻫﻞ ﺍﻷﻓﻀﻞ ﻟﻺﻧﺴﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﺪﻓﻊ ﺯﻛﺎﺗﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﺃﻭ ﻳﻌﻄﻴﻬﺎ ﻟﻮﻛﻴ ﹴﻞ ﻳﺪﻓﻌﻬﺎ ﻋﻨﻪ؟ ﻭﺍﳉﻮﺍﺏ ﺃﻥ ﺍﻷﻓﻀﻞ ﺃﻥ ﻳﺪﻓﻌﻬﺎ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻷﻧﻪ ﺑﺬﻟﻚ ﻳﺒﺎﺷﺮ ﻋﺒﺎﺩ ﹰﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﻭﻷﻧﻪ ﺃﻃﻤﻦ ﻟﻘﻠﺒﻪ ﻭﺃﻭﺛﻖ ﰲ ﺩﻓﻊ ﺯﻛﺎﺗﻪ ﻟﻜﻦ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﺍﳌﺴﺘﺤﻘﲔ ﺃﻭ ﻛﺎﻥ ﻳﺮﻯ )ﻓﺘﺎﻭﻯ ﻧﻮﺭ ﻋﻠﻰ.ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻮﻛﻴﻞ ﺃﻋﺮﻑ ﻣﻨﻪ ﻭﺃﻓﻘﻪ ﰲ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻓﺈﻧﻪ ﰲ ﻫﺬﻩ ﺍﳊﺎﻝ ﻳﻮﻛﻠﻪ ﻷﻥ ﻫﺬﺍ ﺃﻗﻮﻡ ﳌﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ (204 ﺹ9 ﺝ:ﺍﻟﺪﺭﺏ “Apakah yang lebih utama atas seseorang itu menyerahkan zakat (kepada mustahiqq) ia sendiri ataukah bisa diserahkan kepada seorang wakil untuk menyerahkannya (kepada mustahiqq)? Dan jawabannya adalah yang lebih utama adalah menyerahkannya sendiri karena demikian ia melakukan sebuah ibadah dari beberapa perkara ibadah dan juga lebih menentramkan hati, lebih mantap dalam
15
Kalau dituntut pemerintah maka kita harus serahkan zakat tersebut sebagaimana hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam:
ﺎﺣﻘﱠﻨ ﺎﻮﻧﻨﻌﻤ ﻳﻭ ﻢ ﻬ ﺣﻘﱠ ﺎﺴﹶﺄﻟﹸﻮﻧ ﻳ ﺍ ُﺀﻣﺮ ﺎ ﹸﺃﻴﻨ ﻋ ﹶﻠ ﺖ ﻣ ﺖ ﹺﺇ ﹾﻥ ﻗﹶﺎ ﻳﺭﹶﺃ ﻪ ﹶﺃ ﺍﻟﻠﱠﻧﹺﺒﻲ ﺎﻢ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻳ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻪ ﻴ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﻪ ﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠﺭﺳ ﻔﻲ ﻌ ﺠ ﺪ ﺍﹾﻟ ﻳﺰﹺﻳ ﻦ ﺑ ﻤ ﹸﺔ ﺳ ﹶﻠ ﺳﹶﺄ ﹶﻝ ﻢ ﻴ ﹺﻬ ﻋ ﹶﻠ ﺎﻤﻮﺍ ﹶﻓﹺﺈﻧﻴﻌﻭﹶﺃﻃ ﻮﺍﻤﻌ ﺳ ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ ﺲ ﻴ ﹴ ﻦ ﹶﻗ ﺑ ﺚ ﻌ ﹸ ﺷ ﻪ ﺍﹾﻟﹶﺄ ﺑﺠ ﹶﺬ ﺔ ﹶﻓ ﻟﹶﺜﻲ ﺍﻟﺜﱠﺎﻭ ﻓ ﺔ ﹶﺃ ﻴﻲ ﺍﻟﺜﱠﺎﹺﻧﻪ ﻓ ﺳﹶﺄﹶﻟ ﻪ ﹸﺛﻢ ﻨ ﻋ ﺽ ﺮ ﻋ ﻪ ﹶﻓﹶﺄ ﺳﹶﺄﹶﻟ ﻪ ﹸﺛﻢ ﻨ ﻋ ﺽ ﺮ ﻋ ﺎ ﹶﻓﹶﺄﺮﻧ ﻣ ﺗ ﹾﺄ ﺎﹶﻓﻤ ﻢ ﺘ ﹾﻠﺣﻤ ﺎﻢ ﻣ ﻴ ﹸﻜ ﻋ ﹶﻠ ﻭ ﻠﹸﻮﺍﺣﻤ ﺎﻣ “Salamah bin Yazid Al-Ju’fi bertanya kepada rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Wahai Nabi Allah! Bagaimana menurutmu jika kita dipimpin oleh pemerintah yang selalu meminta kepada kami hak mereka dan menghalangi kami dari hak kami. Apa yang engkau perintahkan?” Maka beliau berpaling kemudian ditanya lagi dan berpaling lagi (sampai 3 kali) maka beliau ditarik oleh Asy’ats bin Qais dan beliau berkata: “Dengarkan dan ta’atilah mereka karena bagi mereka dosa mereka dan bagi kalian dosa kalian.” (HR. Muslim: 3433, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf: 8/615). 16
Untuk harta yang dibebaskan ini si pemilik harta mendapat pilihan sesuai hadits:
ﻪ ﻨ ﻋ ﻪ ﻲ ﺍﻟﻠﱠ ﺿ ﺭ ﺪ ﻳﺰﹺﻳ ﻦ ﺑ ﻦ ﻌ ﻣ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺎﻕ ﹺﺑﻬ ﺼﺪ ﺘﻳ ﲑ ﺎﹺﻧﺩﻧ ﺝ ﺮ ﺧ ﺪ ﹶﺃ ﻳﺰﹺﻳ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃﺑﹺﻲ ﻪ ﻴ ﺖ ﹺﺇﹶﻟ ﻤ ﺻ ﺎﻭﺧ ﺤﻨﹺﻲ ﻧ ﹶﻜ ﹶﻓﹶﺄﻋ ﹶﻠﻲ ﺐ ﺧ ﹶﻄ ﻭ ﻱﺟﺪ ﻭ ﻭﹶﺃﺑﹺﻲ ﺎﻢ ﹶﺃﻧ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻪ ﻴ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﻪ ﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠﺭﺳ ﺖ ﻌ ﻳﺎﺑ ﻢ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻪ ﻴ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﻪ ﻮ ﹺﻝ ﺍﻟﻠﱠﺭﺳ ﻪ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺘﻤ ﺻ ﺎﺕ ﹶﻓﺨ ﺩ ﺭ ﻙ ﹶﺃ ﺎﺎ ﹺﺇﻳﻪ ﻣ ﺍﻟﻠﱠﺎ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻭﻪ ﹺﺑﻬ ﺘﻴ ﺗﺎ ﹶﻓﹶﺄﺗﻬﺧ ﹾﺬ ﺖ ﹶﻓﹶﺄ ﺠ ﹾﺌ ﺪ ﹶﻓ ﹺ ﺠ ﺴﹺ ﻤ ﻲ ﺍﹾﻟﺟ ﹴﻞ ﻓ ﺭ ﺪ ﻨ ﻋ ﺎﻌﻬ ﺿ ﻮ ﹶﻓ (1691 : ﻭﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ15299 : ﻭﺃﲪﺪ1333 :ﻦ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻌ ﻣ ﺎﺕ ﻳ ﺧ ﹾﺬ ﺎ ﹶﺃﻚ ﻣ ﻭﹶﻟ ﺪ ﻳﺰﹺﻳ ﺎﺖ ﻳ ﻳﻮ ﻧ ﺎﻚ ﻣ ﹶﻟ “Berkata Ma’n bin Yazid RA: “Aku berbai’at kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, saya, bapak dan kakek saya. Rasulullah melamarkan untukku kemudian menikahkanku dan saya pernah mengadukan perselisihan kepada beliau. Adalah bapak saya (Yazid) mengeluarkan beberapa dinar untuk dishadaqahkan kemudian diletakkan (dititipkan) pada seseorang di masjid. Kemudian saya datang dan mengambilnya. Kemudian saya mendatangi bapak saya dengan uang tersebut. Bapak berkata: “Demi Allah! bukan kamu yang saya maksudkan (untuk menerimanya). Maka saya adukan perkara ini kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka beliau menjawab: “Kamu mendapatkan apa yang kamu niatkan, wahai Yazid! Dan kamu mendapatkan apa yang kamu ambil, wahai Ma’an!” (HR. Bukhari: 1333, Ahmad: 15299, Ad-Darimi: 1691). Al-Hafizh berkata: “ Pada kata ‘diletakkan pada seseorang’ terdapat sesuatu yang dibuang. Taqdirnya adalah ‘ia memberikan ijin kepadanya untuk menyerahkan shadaqah tersebut kepada orang yang membutuhkan dengan ijin secara mutlak’.” (Fathul Bari: 5/20). Al-Hafizh juga berkata: “(Di dalamnya terdapat pelajaran) bolehnya istikhlaf (mempercayakan kepada seseorang) dalam sadaqah apalagi sadaqah sunnah karena di dalamnya ada nilai sirriyah (kerahasiaan).” (Fathul Bari: 5/20).
15
menyerahkan zakat. Akan tetapi jika ia tidak mengetahui para mustahiqq atau menurutnya si wakil ini lebih tahu dan lebih faqih darinya dalam urusan zakat maka dalam keadaan ini boleh ia percayakan kepada wakil karena ia akan lebih membawa maslahat.” (Fatawa Nur Alad Darb: 9/204). Sampai saat ini BAZIS merupakan lembaga resmi amil zakat pemerintah. Tetapi BAZIS masih belum memiliki kekuatan memaksa kepada kaum muslimin karena masih belum memiliki jubah atau su’ah (petugas pemungut zakat). Sehingga BAZIS masih belum bisa disamakan dengan Walayatus Shadaqaat ketika masa kekhalifahan. Kecuali kalau pemerintah sudah menunjuk SATPOL PP mendampingi BAZIS dalam memungut zakat maka tidak boleh lagi mendirikan yayasan penyalur zakat sebagaimana fatwa Lajnah Da’imah di atas. Tentang wasa’il (wasilah /cara) Al-Imam As-Sa’di –dalam syairnya- menyatakan:
ﺬﺍ ﺍﳊﻜﻢ ﰱ ﺍﻟﺰﻭﺍﺋﺪ ﻓﺎﺣﻜﻢ# ﻭﺳﺎﺋﻞ ﺍﻻﻣﻮﺭ ﻛﺎﳌﻘﺎﺻﺪ “Wasilah dari perkara adalah seperti tujuannya. Maka hukumilah dengan ini pada perkara yang lain.” Maka ucapan Syaikh Yahya bahwa salafiyyun tidak butuh pada organisasi da’wah adalah tidak dapat diterima. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam saja ketika masih di Makkah mendirikan organisasi Darul Arqam. Maka jika ditemukan illat-illat keadaan seperti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di Makkah maka boleh didirikan organisasi seperti Darul Arqam. Bayangkan untuk meminjam sebuah masjid untuk kajian salafiyyin melalui perorangan akan ditolak oleh ta’mir masjid tersebut. Dan pemerintah Indonesia pada waktu sekarang ini –dalam isu-isu sensitive seperti terorisme- memerintahkan kita agar kajian salafiyin ini terdaftar pada catatan mereka sehingga dapat dibedakan dengan gerakan Usamah bin Laden, Jama’ah Islamiyah dan NII yang ilegal. Sehingga munculnya yayasan da’wah adalah diperlukan sebagai wasilah untuk mengadakan kajian tersebut. Yang penting dari keterangan di atas bahwa yayasan da’wah yang akan dibentuk haruslah memenuhi syarat berikut: 1.
Menda’wahkan Al-Quran dan As-sunnah dengan pemahaman salaf
2.
Tidak sembunyi-sembunyi tetapi terbuka
3.
Memiliki legal aspek atau ikatan hukum dalam arti disetujui oleh pemerintah17
4.
Tidak membawa semangat hizbiyah, ta’ashub dan perpecahan.
Dan atas demikian keluarnya fatwa Lajnah Da’imah Saudi Arabiyah di bawah ini :
:(16<4) ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ﺍﻷﻭﻝ ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﻭﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﺭﻗﻢ ﻭﻫﻞ ﲡﻮﺯ ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ ﺑﺎﻹﺳﻼﻡ ﻣﺜﻞ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﺮ ﻭﺣﺰﺏ ﺍﻹﺧﻮﺍﻥ ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ؟، ﻣﺎ ﺣﻜﻢ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﰲ ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ:1ﺱ ﻓﺈﻥ ﻫﺬﺍ،ﺎ ﻭﻳﻀﺮﺏ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺭﻗﺎﺏ ﺑﻌﺾﺎ ﻳﻠﻌﻦ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﻌﻀﺎ ﻭﺃﺣﺰﺍﺑ ﻻ ﳚﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﺘﻔﺮﻕ ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ ﰲ ﺩﻳﻨﻬﻢ ﺷﻴﻌ:1ﺝ ﻭﻗﺪ ﺗﱪﺃ ﺍﷲ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ،ﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻭﺫﻡ ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺛﻪ ﺃﻭ ﺗﺎﺑﻊ ﺃﻫﻠﻪ ﻭﺗﻮﻋﺪ ﻓﺎﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﻌﺬﺍﺏ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﺘﻔﺮﻕ ﳑﺎ ﻗﹸﻮﺍﺗ ﹶﻔﺮ ﻦ ﻳﻮﺍ ﻛﹶﺎﻟﱠﺬﺗﻜﹸﻮﻧ ﻭﻟﹶﺎ } :ﻗﹸﻮﺍ { ﺇﱃ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﱃﺗ ﹶﻔﺮ ﻭﻟﹶﺎ ﺎﻴﻌﺟﻤ ﻪ ﺒ ﹺﻞ ﺍﻟﻠﱠ ﺤ ﻮﺍ ﹺﺑﺼﻤ ﺘﻋ ﺍ } ﻭ: ﻗﺎﻝ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ،ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻨﻪ ﻮﺍﻭﻛﹶﺎﻧ ﻢ ﻬ ﻨﻳﻗﹸﻮﺍ ﺩﻦ ﹶﻓﺮ ﻳ } ﹺﺇﻥﱠ ﺍﻟﱠﺬ: ﻭﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﱃ،ﻢ { ﺍﻵﻳﺎﺕ ﻴﻋﻈ ﺏ ﻋﺬﹶﺍ ﻢ ﻬ ﻚ ﹶﻟ ﺌﻭﺃﹸﻭﹶﻟ ﺕ ﺎﻨﺒﻴﻢ ﺍﹾﻟ ﻫ ﺎ َﺀﺎ ﺟﺪ ﻣ ﻌ ﺑ ﻦ ﻣ ﺘ ﹶﻠﻔﹸﻮﺍﺧ ﺍﻭ 17
Masing-masing Negara memiliki pemerintah yang saling berbeda, termasuk birokrasi perijinan yayasan, jum’iyyah dan sebagainya. Jadi sangat tidak tepat jika mengikuti birokrasi pemerintah -sebagaimana anggapan Syaikh Yahya- dianggap sebagai ‘sikap tunduk terhadap hawa nafsu orang awam’. Ini seperti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang membubuhi stempel pada surat-surat beliau sesuai birokrasi pemerintah Romawi tidak dapat dan tidak boleh disimpulkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tunduk kepada hawa nafsu pemerintah Romawi!!!
16
ﻦ ﻣ ﻭ ﺎﻟﻬﻣﺜﹶﺎ ﺮ ﹶﺃ ﺸ ﻋ ﻪ ﺔ ﹶﻓ ﹶﻠ ﻨﺴ ﺤ ﺎ َﺀ ﺑﹺﺎﹾﻟﻦ ﺟ ﻣ }{ ﻌﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻳ ﹾﻔ ﻮﺍﺎ ﻛﹶﺎﻧﻢ ﹺﺑﻤ ﻬ ﹸﺌﻨﺒﻳ ﻪ ﹸﺛﻢ ﻢ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﻫ ﺮ ﻣ ﺎ ﹶﺃﻤﻲ ٍﺀ ﹺﺇﻧ ﺷ ﻲﻢ ﻓ ﻬ ﻨ ﻣ ﺖ ﺴ ﺎ ﻟﹶﻴﻌﺷ ﻮ ﹶﻥ { ﻭﺛﺒﺖ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ » ﻻ ﺗﺮﺟﻌﻮﺍ ﺑﻌﺪﻱﻳ ﹾﻈ ﹶﻠﻤ ﻢ ﻟﹶﺎ ﻫ ﻭ ﺎﻣ ﹾﺜ ﹶﻠﻬ ﻯ ﹺﺇﻟﱠﺎﺠﺰ ﻳ ﺔ ﹶﻓﻠﹶﺎ ﹶﺌﻴﺎ َﺀ ﺑﹺﺎﻟﺴﺟ . ﻭﺍﻵﻳﺎﺕ ﻭﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﰲ ﺫﻡ ﺍﻟﺘﻔﺮﻕ ﰲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻛﺜﲑﺓ. « ﺍ ﻳﻀﺮﺏ ﺑﻌﻀﻜﻢ ﺭﻗﺎﺏ ﺑﻌﺾﻛﻔﺎﺭ ﺃﻣﺎ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻭﱄ ﺃﻣﺮ ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ ﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻧﻈﻤﻬﻢ ﻭﻭﺯﻉ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﺃﻋﻤﺎﻝ ﺍﳊﻴﺎﺓ ﻭﻣﺮﺍﻓﻘﻬﺎ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﻭﺍﻟﺪﻧﻴﻮﻳﺔ ﻟﻴﻘﻮﻡ ﻛﻞ ﺑﻮﺍﺟﺒﻪ ﰲ ﺑﻞ ﻭﺍﺟﺐ ﻋﻠﻰ ﻭﱄ ﺃﻣﺮ ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ ﺃﻥ ﻳﻮﺯﻉ ﺭﻋﻴﺘﻪ ﻋﻠﻰ ﻭﺍﺟﺒﺎﺕ ﺍﻟﺪﻳﻦ،ﺟﺎﻧﺐ ﻣﻦ ﺟﻮﺍﻧﺐ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻬﺬﺍ ﻣﺸﺮﻭﻉ ... ﻓﻴﺠﻌﻞ ﲨﺎﻋﺔ ﳋﺪﻣﺔ ﻋﻠﻢ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﻧﻘﻠﻪ ﻭﺗﺪﻭﻳﻨﻪ ﻭﲤﻴﻴﺰ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﻣﻦ ﺳﻘﻴﻤﻪ،ﻭﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﺧﺘﻼﻑ ﺃﻧﻮﺍﻋﻬﺎ ﺎ ﻭﺑﻴﺎﻥ ﺃﺳﺎﻟﻴﺒﻬﺎ ﻭﺛﺎﻟﺜﺔ ﳋﺪﻣﺔ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻗﻮﺍﻋﺪﻫﺎ ﻭﻣﻔﺮﺩﺍ،ﺎﺎ ﻭﺗﻌﻠﻴﻤ ﻭﲨﺎﻋﺔ ﺃﺧﺮﻯ ﳋﺪﻣﺔ ﻓﻘﻪ ﻣﺘﻮﻧﻪ ﺗﺪﻭﻳﻨ،ﺇﱁ ﻭﺇﻋﺪﺍﺩ ﲨﺎﻋﺔ ﺭﺍﺑﻌﺔ ﻟﻠﺠﻬﺎﺩ ﻭﻟﻠﺪﻓﺎﻉ ﻋﻦ ﺑﻼﺩ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﻓﺘﺢ ﺍﻟﻔﺘﻮﺡ ﻭﺗﺬﻟﻴﻞ ﺍﻟﻌﻘﺒﺎﺕ ﻟﻨﺸﺮ،ﻭﺍﻟﻜﺸﻒ ﻋﻦ ﺃﺳﺮﺍﺭﻫﺎ ﺎ ﻭﻻ ﻓﻬﺬﺍ ﻣﻦ ﺿﺮﻭﺭﺍﺕ ﺍﳊﻴﺎﺓ ﺍﻟﱵ ﻻ ﺗﻘﻮﻡ ﻟﻸﻣﺔ ﻗﺎﺋﻤﺔ ﺇﻻ. ﺇﱁ.. ﻭﺃﺧﺮﻯ ﻟﻺﻧﺘﺎﺝ ﺻﻨﺎﻋﺔ ﻭﺯﺭﺍﻋﺔ ﻭﲡﺎﺭﺓ،ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻫﺬﺍ ﻣﻊ ﺍﻋﺘﺼﺎﻡ ﺍﳉﻤﻴﻊ ﺑﻜﺘﺎﺏ ﺍﷲ ﻭﻫﺪﻱ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ،ﳛﻔﻆ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﻻ ﻳﻨﺘﺸﺮ ﺇﻻ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻘﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﳋﻠﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻭﻥ ﻭﺳﻠﻒ ﺍﻷﻣﺔ ﻭﻭﺣﺪﺓ ﺍﳍﺪﻑ ﻭﺗﻌﺎﻭﻥ ﲨﻴﻊ ﺍﻟﻄﻮﺍﺋﻒ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﻧﺼﺮﺓ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﺍﻟﺬﻭﺩ ﻋﻦ ﻭﲡﻨﺒﻬﻢ، ﻭﺳﲑ ﺍﳉﻤﻴﻊ ﰲ ﻇﻞ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﲢﺖ ﻟﻮﺍﺋﻪ ﻋﻠﻰ ﺻﺮﺍﻁ ﺍﷲ ﺍﳌﺴﺘﻘﻴﻢ، ﻭﲢﻘﻴﻖ ﻭﺳﺎﺋﻞ ﺍﳊﻴﺎﺓ ﺍﻟﺴﻌﻴﺪﺓ،ﺣﻴﺎﺿﻪ ﻦ ﻋ ﻢ ﻕ ﹺﺑ ﹸﻜ ﺘ ﹶﻔﺮﺒ ﹶﻞ ﹶﻓﻮﺍ ﺍﻟﺴﹺﺒﻌﺗﺘ ﻭﻟﹶﺎ ﻩ ﻮﹺﺒﻌﺎ ﻓﹶﺎﺗﻴﻤﺘﻘﺴ ﻣ ﻲﺍﻃﺻﺮ ﻫﺬﹶﺍ ﻭﹶﺃﻥﱠ } : ﻗﺎﻝ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ،ﺍﻟﺴﺒﻞ ﺍﳌﻀﻠﺔ ﻭﺍﻟﻔﺮﻕ ﺍﳍﺎﻟﻜﺔ . { ﻘﹸﻮ ﹶﻥﺗﺘ ﻢ ﻌﻠﱠ ﹸﻜ ﻪ ﹶﻟ ﻢ ﹺﺑ ﺎ ﹸﻛﻭﺻ ﻢ ﻟ ﹸﻜﻪ ﹶﺫ ﻠ ﺳﺒﹺﻴ
ﺍﻟﺮﺋﻴﺲ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ// ﻧﺎﺋﺐ ﺭﺋﻴﺲ// ﻋﻀﻮ//ﻋﻀﻮ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﺑﺎﺯ// ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ ﻋﻔﻴﻔﻲ// ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﻏﺪﻳﺎﻥ//ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﻗﻌﻮﺩ (5-302 ﺹ3 ﺝ:)ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ Pertanyaan 1, 3 dan 4 dari fatwa nomer: 1674 Tanya: Apa hukum hizib-hizib di dalam islam? Bolehkah munculnya hizib-hizib seperti Hizib Tahrir dan Hizib Ikhwanul Muslimin? Jawab: Tidak boleh kaum muslimin berpecah belah dalam agama mereka menjadi bergolong-golong dan berhizib-hizib. Masing-masing saling melaknat dan saling memerangi. Perpecahan ini termasuk yang dilarang oleh Allah. Allah mencela pendirinya, pengikutnya dan mengancam pelakunya dengan siksa yang besar. Allah dan rasul-Nya berlepas diri dari ini. Allah berfirman: “Dan pegangilah tali Allah semuanya dan janganlah kalian berpecah belah……sampai….Dan janganlah kalian seperti orang yang berpecah belah dan berselisih setelah datangnya kebenaran.” (QS. Ali Imran: 103-5). Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka menjadi bergolong-golong dan engkau sama sekali tidak termasuk mereka….dst.” (QS. Al-An’am: 159,160). Dan telah shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku, masingmasing kalian memerangi yang lainnya.” Dan ayat dan hadits yang mencela pertikaian dalam ad-dien sangat banyak. Adapun jika pemerintah kaum muslimin yang mengatur mereka dan membagi mereka di dalam tugastugas duniawi dan ukhrawi agar masing-masing menegakkan tugasnya di berbagai bidang agama dan dunia maka ini hukumnya boleh. Bahkan merupakan kewajiban pemerintah untuk membagi rakyatnya dalam berbagai kewajiban agama dan dunia. Maka pemerintah mendirikan organisasi untuk melayani ilmu hadits secara riwayat dengan membedakan shahih dan dlaifnya, organisasi untuk fiqhul hadits atau secara dirayah baik secara kelembagaan atau pendidikan, organisasi ketiga untuk mengurusi seluk beluk bahasa arab…., organisasi keempat untuk jihad dan pembelaan negeri kaum muslimin……, yang lain untuk mengurusi industry, teknologi, pertanian, perdagangan,.. dst. Ini termasuk kemestian kehidupan yang mana umat tidak akan tegak kecuali dengannya, dan Islam tidak akan terjaga dan tersebar kecuali melalui cara ini. Ini ditempuh dengan tetap berpegangan dengan kitabullah, petunjuk rasul-Nya dan apa yang dijalankan oleh khulafa’ur rasyidin setelahnya, para salafus shalih, penyatuan tujuan, tolong-menolong dari segala kelompok islam untuk membela islam dan menjaganya, merealisasikan kehidupan yang berbahagia, dan berjalannya semua di bawah naungan islam dan benderanya di atas jalan yang lurus sambil tetap menjauhi jalan-jalan yang menyesatkan dan sektesekte yang membinasakan. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku dalam keadaan 17
yang lurus maka ikutilah ia dan jangan kalian ikuti jalan-jalan (selainnya) sehingga kalian akan tercerai berai dari jalan tersebut. Yang demikian Allah wasiatkan kepada kalian agar kalian bertaqwa.” (QS. AlAn’am: 153). Ketua Lajnah// wakil ketua//anggota//anggota Abdul Aziz bin Baz//Abdurrazaq Afifi//Abdullah bin Ghudayyan//Abdullah Qu’ud (Fatawa Lajnah Da’imah: 3/302-5).
2.4. Contoh Yang Lain dari Wasilah Dakwah Termasuk contoh wasilah dakwah –selain organisasi- adalah penggunaan ijazah dalam berdakwah. Ijazah memiliki padanan kata (sinonim) yang bermacam-macam seperti syahadah1@, sertifikat, lisensi dan sebagainya. Semuanya merupakan bentuk rekomendasi (tazkiyah) atas kemampuan dan keahlian seseorang. Rekomendasi dapat berupa rekomendasi secara lisan dan rekomendasi secara tertulis. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga pernah memberikan rekomendasi kepada beberapa sahabat beliau radliyallahu anhum. Beliau bersabda:
ﺃﺭﺣﻢ ﺃﻣﱵ ﺑﺄﻣﱵ ﺃﰉ ﺑﻜﺮ ﻭ ﺃﺷﺪﻫﻢ ﰲ ﺃﻣﺮ ﺍﷲ ﻋﻤﺮ ﻭ ﺃﺻﺪﻗﻬﻢ ﺣﻴﺎﺀ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﻭ ﺃﻗﺮﺅﻫﻢ ﻟﻜﺘﺎﺏ ﺍﷲ ﺃﰊ ﺑﻦ ﻛﻌﺐ ﻭ ﺃﻓﺮﺿﻬﻢ ﺯﻳﺪ ﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﻭ ﺃﻋﻠﻤﻬﻢ ﺑﺎﳊﻼﻝ ﻭ ﺍﳊﺮﺍﻡ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ﺃﻻ ﻭ ﺇﻥ ﻟﻜﻞ ﺃﻣﺔ ﺃﻣﻴﻨﺎ ﻭ ﺇﻥ ﺃﻣﲔ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ ﺃﺑﻮ ﻋﺒﻴﺪﺓ " ﺑﻦ ﺍﳉﺮﺍﺡ “Umatku yang paling penyayang terhadap umat adalah Abu Bakar radliyallahu anhu, yang paling tegas terhadap perintah Allah adalah Umar radliyallahu anhu, yang paling jujur sifat malunya adalah Utsman radliyallahu anhu, yang paling qari’ terhadap kitabullah adalah Ubay bin Ka’ab radliyallahu anhu, yang paling mengeri ilmu fara’idl adalah Zaid bin Tsabit radliyallahu anhu, yang paling mengerti halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal radliyallahu anhu. Ingatlah! Setiap umat memiliki kepercayaan dan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah radliyallahu anhu.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Al-Imam Al-Albani berkata; “Perawinya semuanya tsiqat, perawi Muslim kecuali Sufyan bin Waki’. Berkata Al-Hafizh: Ia shaduq.” Lihat Silsilah Ash-Shahihah hadits nomer: 1224). Ini menunjukkan bahwa mereka adalah lulusan terbaik madrasah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Yang didapati pada saat itu adalah rekomendasi secara lisan dan masih jarang ditemui rekomendasi secara tertulis karena kemampuan baca tulis masih sedikit dikuasai kaum muslimin ketika itu. Dan di dalam ilmu hadits juga dikenal tazkiyah terhadap perawi hadits agar haditsnya dapat diterima. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
ﺎ ﻭﻟﻮ ﻣﻦ ﻭﺍﺣﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺻﺢﺗﻘﺒﻞ ﺍﻟﺘﺰﻛﻴﺔ ﻣﻦ ﻋﺎﺭﻑ ﺑﺄﺳﺒﺎ “Diterima suatu tazkiyah (rekomendasi ta’dil terhadap perawi, pen) dari seorang mengerti sebabsebabnya meskipun hanya satu orang menurut pendapat yang paling benar.” (Nukhbatul Fikr: 6).
18
Ini saya bahas untuk menanggapi tulisan Al-Akh Abu Sulaim Sulaiman Al-Ambony (salah seorang santri Dammaj) yang berjudul ‘Ya Ustadz! Ad-Dienun Nashihah’. Di situ ia tidak menyetujui adanya syahadah doctoral, syahadah magister pada lulusan sekolah dengan alasan bahwa gelar tersebut tidak dipakai di jaman salafus shalih. Tidak ada gelar Doktor Abu Hurairah, Doktor Ahmad bin Hanbal, Doktor Abu Bakar, Doktor Ibnu Taimiyah. (Ad-Dienun Nashihah hal. 22). Maka saya katakan: “Kenapa Anda tidak sportif dengan menyebut Ustadz Fulan, Syaikh Fulan, Al-Allamah Fulan? Padahal kita tidak pernah mendengar pemakaian gelar tersebut pada jaman para sahabat radliyallahu anhum seperti Ustadz Umar bin Khaththab, Syaikh Abu Hurairah, Al-Allamah Utsman bin Affan?” Ini menunjukkan bahwa Al-Akh Abu Sulaim tidak memiliki timbangan dalam masalah ini.
18
Dan di dalam persaksian dalam persidangan juga dibutuhkan tazkiyah terhadap saksi. Al-Allamah Badruddin Az-Zarkasyi berkata:
ﺎﺿﺍﻟﺮﺔ ﻭ ﺍﹶﻟﻌﺪ ﻳ ﹺﻦ ﺑﹺﺎﹾﻟ ﺭ ﻮﺸﻬ ﻣ ﺎﻳﻜﹸﻮﻧ ﻢ ﻰ ﻟﹶﻣﺘ ﺔ ﻴﻛ ﺰ ﻥ ﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﺘ ﺎﺎﺟﺤﺘ ﻳ ﺮ ﺨﹺﺒ ﻤ ﺍﹾﻟﺪ ﻭ ﻫ ﺎ ﺍﻟﺸ: ﺑ ﹾﻜ ﹴﺮ ﻮﻲ ﹶﺃﺑﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟﻘﹶﺎﺿ “Berkata Qadli Abu Bakar: “Saksi dan orang membawa berita membutuhkan kepada tazkiyah ketika belum dikenal keadilan dan ridlanya.” (Al-Bahrul Muhith: 5/321). Begitu pula ketika kita berdakwah pada masyarakat yang belum mengenal kita dan mereka meminta kita rekomendasi ijazah (syahadah). Al-Imam Al-Walid Abdul Aziz bin Baz menyatakan:
(30 :ﺎ ﻋﻠﻰ ﺗﺒﻠﻴﻎ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺍﱃ ﺍﳋﲑ ﻓﻘﺪ ﺃﺣﺴﻦ ﰲ ﺫﻟﻚ )ﻣﺴﺌﻮﻟﻴﺔ ﻃﺎﻟﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﺭﺍﺩ ﺍﻟﺸﻬﺎﺩﺓ ﻟﻴﺘﻘﻮﻯ “Barangsiapa yang ingin mendapatkan syahadah (ijazah dalam belajar ad-dien, pen) untuk memperkuat dirinya dalam menyampaikan ilmu dan berdakwah kepada kebaikan maka dia telah berbuat baik dalam masalah ini.” (Mas’uliyatu Thalibil Ilmi: 30). Al-Allamah Al-Faqih Ibnu Utsaimin pernah ditanya:
ﺇﻥ ﺇﺧﻼﺹ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﰲ ﻋﺼﺮﻧﺎ ﺍﳊﺎﺿﺮ ﺻﻌﺐ ﺃﻭ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ: ﻳﻘﻮﻝ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺎﺱ: ﺳﺌﻞ ﻓﻀﻴﻠﺔ ﺍﻟﺸﻴﺦ ـ ﺭﻋﺎﻩ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ ـ ﻣﺴﺘﺤﻴﻼ؛ ﻷﻥ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻄﻠﺒﻮﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﺍﻟﻄﻠﺐ ﺍﻟﻨﻈﺎﻣﻲ ﻳﻄﻠﺒﻮﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻟﻨﻴﻞ ﺍﻟﺸﻬﺎﺩﺓ ﻓﺤﺴﺐ؟ ﻓﺈﻥ ﻛﻨﺖ ﺗﺮﻳﺪ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺸﻬﺎﺩﺓ ﺃﻥ ﺗﺮﺗﻘﻲ ﻣﺮﺗﻘﻰ، ﺇﺫﺍ ﻛﻨﺖ ﺗﻄﻠﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻟﻨﻴﻞ ﺍﻟﺸﻬﺎﺩﺓ: ﻧﻘﻮﻝ:ﻓﺄﺟﺎﺏ ﻓﻀﻴﻠﺘﻪ ﺑﻘﻮﻟﻪ ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﻨﺖ ﺗﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﺗﺮﺗﻘﻲ ﺇﱃ ﻣﺮﺗﻘﻰ ﺗﻨﻔﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﻪ ﻷﻧﻚ ﺗﻌﺮﻑ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﺃﻧﻪ ﻻ ﳝﻜﱠﻦ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻣﻦ،ﺎ ﻓﺎﻟﻨﻴﺔ ﻓﺎﺳﺪﺓﺩﻧﻴﻮﻳ ﺬﻩ ﺍﻟﺸﻬﺎﺩﺓ ﺃﻥ ﺗﻨﺎﻝ ﻣﺎ ﺗﻨﻔﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﻪ ﻓﻬﺬﻩ ﻓﺈﺫﺍ ﻗﺼﺪﺕ،ﺍﺭﺗﻘﺎﺀ ﺍﳌﻨﺎﺻﺐ ﺍﻟﻌﺎﻟﻴﺔ ﺍﻟﻨﺎﻓﻌﺔ ﻟﻸﻣﺔ ﺇﻻ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻪ ﺷﻬﺎﺩﺓ (4-223 :)ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻻﺑﻦ ﻋﺜﻴﻤﲔ.ﻧﻴﺔ ﻃﻴﺒﺔ ﻻ ﺗﻨﺎﰲ ﺍﻹﺧﻼﺹ Beliau ditanya: “Sesungguhnya mengikhlaskan niat di jaman sekarang ini sulit atau bahkan mustahil. Karena para penuntut ilmu terutama di tempat akademis, mereka mencari ilmu hanya agar mendapat syahadah (ijazah) saja?” Beliau menjawab: “Kami katakan: “Jika kamu mencari ilmu untuk mendapatkan ijazah, maka kalau ijazah yang kamu inginkan ini hanya agar kamu mendapatkan kenaikan status duniawi maka niatmu telah rusak. Adapun jika kamu ingin naik ke derajat orang yang bisa memberi manfaat kepada manusia dengan ijazah tersebut, karena kamu mengetahui pada saat ini tidak mungkin bagi seseorang untuk mendapat kedudukan yang memberikan manfaat kepada manusia kecuali dengan ijazah, maka kalau kamu memiliki tujuan dengan ijazah yang kamu miliki itu akan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia maka itu adalah niat yang bagus yang tidak menafikan ikhlas.” (Kitabul Ilmi: 223-224). Adapan ucapan Syaikh Al-Albani dan Syaikh Muqbil tentang para doktor ilmu hadits yang ilmu mereka amburadul dalam bidang hadits maka ini tidak menunjukkan bid’ahnya ijazah tetapi yang disalahkan adalah oknumnya dan pemberi tazkiyah. Ini juga seperti maraknya kasus jual beli ijazah di Indonesia.
2.5. Tuduhan Yang Salah Adapun tuduhan bahwa organisasi ini menyibukkan dari thalabul ilmi maka ini tidak sepenuhnya benar. Perkara ini dikembalikan kepada individu masing-masing. Banyak orang yang ilmunya lebih alim dan lebih mumpuni dari si penuduh yang mampu menggabungkan semuanya. Dan ini adalah keutamaan dari Allah.
19
Sebagai contoh adalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alus Syaikh.19 Beliau memiliki beberapa tugas diantaranya sebagai ketua ta’sisi Rabithah Al-Alam Al-Islami, Musyrif Aam Ri’asatul Banaat, ketua Ri’asatul Qadla’, mufti Ad-Diyar As-Su’udiyah, ketua Ri’asatul Ma’ahid wal Kulliyat dan terakhir sebagai Rektor Al-Jami’ah Al-Islamiyah. Meskipun demikian beliau tetap sibuk menyampaikan kajian halaqahhalaqah beliau. (Lihat secara lengkap Siratu Samahatisy Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alis Syaikh tulisan Syaikh Nashir bin Hamd Al-Fahd). Juga Syaikh Al-Walid Abdul Aziz bin Baz, selain ilmunya mumpuni beliau juga aktif di berbagai organisasi seperti gurunya (Syaikh Muhammad bin Ibrahim).
2.6. Memasang kotak amal di depan masjid Termasuk fatwa yang ganjil adalah melarang memasang kotak infaq di depan masjid. Memang ketika itu belum ada kegiatan menggalang dana dengan kotak infaq tetapi kegiatan yang sejenis20 sudah pernah dilaksanakan di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. 19
Bahkan pada diri beliau telah terkumpul 3 keutamaan: •
Termasuk Bani Tamim karena beliau adalah cicit Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi. Ada sebuah hadits:
ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻨ ﻋ ﻪ ﻲ ﺍﻟﻠﱠ ﺿ ﺭ ﺮ ﹶﺓ ﻳﺮ ﻫ ﻦ ﹶﺃﺑﹺﻲ ﻋ ﺖ ﻧﻭﻛﹶﺎ ﺎ ﹺﻝﺟﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﺪ ﻲﺘ ﹸﺃﻣﺷﺪ ﻢ ﹶﺃ ﻫ ﻢ ﻴ ﹺﻬﺎ ﻓﻳﻘﹸﻮﹸﻟﻬ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻪ ﻴ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﻪ ﻮ ﹺﻝ ﺍﻟﻠﱠﺭﺳ ﻦ ﻣ ﻪ ﺘﻌ ﻤ ﺳ ﺙ ﺪ ﹶﺛﻠﹶﺎ ﻌ ﺑ ﻴ ﹴﻢﺗﻤ ﺑﻨﹺﻲ ﺣﺐ ﺍ ﹸﻝ ﹸﺃﻟﹶﺎ ﹶﺃﺯ ﻲﻮﻣ ﻭ ﹶﻗ ﻮ ﹴﻡ ﹶﺃ ﺕ ﹶﻗ ﺪﻗﹶﺎ ﺻ ﻩ ﺬ ﻫ ﻢ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻬ ﺗﺪﻗﹶﺎ ﺻ ﺕ ﺎ َﺀﻭﺟ ﻴ ﹶﻞﺎﻋﺳﻤ ﺪ ﹺﺇ ﻭﹶﻟ ﻦ ﻣ ﺎﻬﺎ ﹶﻓﹺﺈﻧﻴﻬﺘﻘﻋ ﺸ ﹶﺔ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ ﺋﺎﺪ ﻋ ﻨ ﻋ ﹲﺔﺳﹺﺒﻴ ﻢ ﻴ ﹺﻬﻓ “Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu ia berkata: “Saya selalu mencintai Bani Tamim karena 3 hal yang saya dengar dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang bersabda tentang mereka: “Mereka adalah orang yang paling keras atas dajjal, ketika di sisi A’isyah radliayallahu anha ada wanita tawanan dari mereka maka beliau berkata: “Merdekakan ia karena ia termasuk anak Ismail alaihissalam dan (ketiga) jika datang sadaqah dari mereka beliau menyatakan bahwa itu adalah sadaqah dari kaum beliau.” (HR. Bukhari: 4018, Muslim: 4587, Ahmad: 8707). •
Jagoan dalam ilmu ad-dien. Hafalan beliau meliputi Al-Quran, dan meliputi matan-matan kitab hadits, fiqih dan nahwu-sharaf.
•
Jagoan dalam berorganisasi karena banyak jabatan yang beliau emban.
20
Kata ‘jenis kegiatan, jenis perbuatan, jenis ucapan dan jenis keyakinan’ adalah termasuk qiyas yang diperbolehkan oleh agama ini di dalam beristimbath. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga pernah menggunakan qiyas model ini. Beliau pernah menjelaskan tentang ucapan quburiyyin: “Aku berdo’a kepada Syaikh Abdul Qadir, Al-Badawi dsb agar mereka menjadi penolongku di sisi Allah”, beliau berkomentar:
.ن ِ َV ْهX :َ ِر وَاV> ْ َ:ْ َ@ْ َ َ وَا:ِ َرَىU%L : ُد َ ِء اR ِ %ْ ' ِ ْQِ َ 4ُ َ !ِ: ً&ِ5P َ ن َ ُOَ :ِ K َ ْ M L : َأَ َأدْ ُ ا: ٌIJِ َ" ذَا "َ َلGَِ “Maka jika seseorang berkata: “Aku berdo’a kepada Asy-Syaikh agar ia jadi penolongku di sisi Allah.” Maka ini adalah termasuk jenis do’anya orang Kristen kepada Maryam, para pendeta dan para rahib.” (Majmu’ Al-Fatawa: 6/211). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga pernah menggunakan qiyas model ini sebagaimana dalam hadits Abu Waqid AlLaitsi radliyallahu anhu tentang permintaan sebagian sahabat beliau agar dibuatkan pohon Dzatu Anwath (sebuah pohon yang dikeramatkan) sebagaimana orang-orang musyrik memiliki Dzatu Anwath. Beliau menyatakan:
Q L Vُ َْ َآ:َ ٌQ%َ = ُ :َ َ4L ن { ِإ َ ُ4َ ] ْ 2َ ٌْ َ"ْمOُ L ً? "َ َل ِإ4َ :ِ\ ْ4ُ :َ َ@ً َآ4:َ َ ِإ%:َ ْI&َ ' ْ } ا+َُ َآ@َ "َ َل َ"ْ ُمZِ 7ِ َ ِ !ِ=5ْ َ ِي,:Lُ" ْ ُْ وَا ?ً %L ُ ?ً %L ُ ْOُ َVْ "َ ن َ َْ آQَ Q َ %َ ُ “Kalian telah berkata -demi Allah- seperti perkataan Kaumnya Musa alaihis salam “Jadikan untuk kami sesembahan sebagimana mereka memiliki sesembahan.” Musa berkata: “ Sesungguhnya kalian adalah kaum yang bodoh.” Ini adalah sunnah-sunnah dan pasti kalian akan mengikuti sunnah-sunnah orang-orang sebelum kalian satu sunnah demi satu sunnah.” (HR. At-Tirmidzi: 2106 dan ia berkata hadits hasan shahih, Ahmad: 20@92, dishahihkan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Zhilalil Jannah hadits: <6 dan Tahqiq Misykatil Mashabih hadits: 540@). Al-Faqih Ibnu Utsaimin mengomentari hadits di atas:
:ا:" Q> +@: IJ اا% ):" + 4% ! ا6? ر9U:) ا:" ا ) و "س+; ل:ان ا (126ص1 ج:75@:ل ا: )اK:? ا4:\ 4: @ آ4: ا%: I&'ا 20
Al-Bara’ bin Azib radliyallahu anhu berkata:
{ ﻔﻘﹸﻮ ﹶﻥ ﻨ ﺗ ﻪ ﻨ ﻣ ﺚ ﺨﺒﹺﻴ ﹶ ﻮﺍ ﺍﹾﻟﻤﻴﻤﺗ ﻭﻟﹶﺎ } ﻲﻳ ﹾﺄﺗ ﺟ ﹸﻞ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﻟﺮ ﻪ ﺘﻗﻠﱠ ﻭ ﻪ ﺗﺮ ﹺﺭ ﹶﻛ ﹾﺜﻋﻠﹶﻰ ﹶﻗﺪ ﻪ ﻠ ﺨ ﻧ ﻦ ﻣ ﻲﻳ ﹾﺄﺗ ﺟ ﹸﻞ ﺨ ﹴﻞ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﻟﺮ ﻧ ﺏ ﺎﺻﺤ ﺎ ﹶﺃﺎ ﹺﺭ ﹸﻛﻨﻧﺼﺮ ﺍﹾﻟﹶﺄ ﺸ ﻌ ﻣ ﺎﻴﻨ ﻓﺰﹶﻟﺖ ﻧ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻩ ﺎﻌﺼ ﻪ ﹺﺑ ﺑﺮ ﻀ ﻮ ﹶﻓ ﻨ ﻘ ﻰ ﺍﹾﻟﻉ ﹶﺃﺗ ﺎ ﹺﺇﺫﹶﺍ ﺟﻫﻢ ﺪ ﺣ ﻡ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃ ﺎﻢ ﹶﻃﻌ ﻬ ﺲ ﹶﻟ ﻴ ﻔﱠﺔ ﹶﻟ ﹸﻞ ﺍﻟﺼﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃﻫ ﺪ ﺠ ﺴﹺ ﻤ ﻲ ﺍﹾﻟﻪ ﻓ ﻌﻠﱢ ﹸﻘ ﻴﻳ ﹺﻦ ﹶﻓ ﻮ ﻨ ﻘ ﺍﹾﻟﻨ ﹺﻮ ﻭ ﻘ ﺑﹺﺎﹾﻟ ﺪ ﻨ ﹺﻮ ﹶﻗ ﻘ ﻭﺑﹺﺎﹾﻟ ﻒ ﺸ ﺤ ﺍﹾﻟﺺ ﻭ ﻴﻪ ﺍﻟﺸ ﻴﻨ ﹺﻮ ﻓ ﺟ ﹸﻞ ﺑﹺﺎﹾﻟﻘ ﻲ ﺍﻟﺮﻳ ﹾﺄﺗ ﻴ ﹺﺮ ﺨ ﻲ ﺍﹾﻟﺐ ﻓ ﺮ ﹶﻏ ﻳ ﻦ ﻟﹶﺎ ﻣﻤ ﺱ ﺎﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻧ ﻴ ﹾﺄ ﹸﻛ ﹸﻞﻤ ﹺﺮ ﹶﻓ ﺍﻟﺘﺴ ﹺﺮ ﻭ ﺒ ﺍﹾﻟﻣﻦ ﻂ ﺴ ﹸﻘ ﹸ ﻴﹶﻓ ﺎﻟﹶﻰﺗﻌ ﻙ ﺭ ﺎﺗﺒ ﻪ ﺰ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠ ﻧﻪ ﹶﻓﹶﺄ ﻌﻠﱢ ﹸﻘ ﻴ ﹶﻓﺴﺮ ﻧ ﹶﻜﺍ ﻢ ﺘﺴ ﻭﹶﻟ ﻔﻘﹸﻮ ﹶﻥ ﻨ ﺗ ﻪ ﻨ ﻣ ﺚ ﺨﺒﹺﻴ ﹶ ﻮﺍ ﺍﹾﻟﻤﻴﻤﺗ ﻭﻟﹶﺎ ﺽ ﺭ ﹺ ﻦ ﺍﹾﻟﹶﺄ ﻣ ﻢ ﺎ ﹶﻟ ﹸﻜﺟﻨ ﺮ ﺎ ﹶﺃﺧﻣﻤ ﻭ ﻢ ﺘﺒ ﺴ ﺎ ﹶﻛﺕ ﻣ ﺎﺒﻦ ﹶﻃﻴ ﻣ ﻔﻘﹸﻮﺍ ﻧﻮﺍ ﺃﹶﻣﻨ ﻦ ﺁ ﻳﺎ ﺍﻟﱠﺬﻬﺎ ﹶﺃﻳ} ﻳ { ﻪ ﻴﻮﺍ ﻓﻤﻀ ﻐ ﺗ ﻪ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻳﺧﺬ ﺑﹺﺂ ﺎﺢ ﻣ ﻟ ﹺﺎﺎ ﹺﺑﺼﺪﻧ ﺣ ﻲ ﹶﺃﻳ ﹾﺄﺗ ﻚ ﻟﺪ ﹶﺫ ﻌ ﺑ ﺎﺎ ٍﺀ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓ ﹸﻜﻨﺣﻴ ﻭ ﺽ ﹶﺃ ﺎ ﹴﻋﻠﹶﻰ ﹺﺇ ﹾﻏﻤ ﻩ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﺧ ﹾﺬ ﻳ ﹾﺄ ﻢ ﻩ ﹶﻟ ﻋﻄﹶﺎ ﺎ ﹶﺃﻣ ﹾﺜ ﹸﻞ ﻣ ﻪ ﻴ ﻱ ﹺﺇﹶﻟ ﺪ ﻫ ﻢ ﹸﺃ ﺪ ﹸﻛ ﺣ ﻮ ﹶﺃﻥﱠ ﹶﺃ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟ ﻩ ﺪ ﻨ ﻋ “Ayat ini (QS. Al-Baqarah: 267) turun kepada kami kaum anshar. Kami adalah petani kurma. Dan seseorang dari kami membawa dari hasil panennya 1 dahan atau 2 dahan buah kurma tergantung dari hasil panennya. Kemudian digantung di masjid. Dan adalah ahlush shuffah itu tidak memiliki makanan dan jika salah seorang mereka merasa lapar maka ia memukul gantungan kurma tersebut dengan tongkatnya. Sehingga jatuhlah buah kurma itu dan ia memakannya. Orang-orang yang tidak suka kebaikan membawa dahan-dahan yang berisi kurma dari hasil panennya dengan kualitas kurma yang jelek. Maka Allah turunkan ayat: “Wahai orang-orang yang beriman infakkan dari yang baik dari “Sesungguhnya Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam mengqiyaskan ucapan para sahabat radliyallahu anhum dengan ucapan Bani Israil kepada Musa alaihis salam ketika mereka berkata: “jadikan sesembahan untuk kami sebagaimana mereka memiliki sesembahan.” Dst (Al-Qaulul Mufid: 1/126). Hadits di atas juga merupakan bantahan kepada Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah yang menolak qiyas dengan menyatakan:
ري ! آب1V: اZ "س آ@ ذآ. أي وI :>! و:ل ) اc% ) و آن:\ + ا ) و+; !V%:ا (556 ص:IJ=: )ا'? اK:ا..مU .ا “Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah turun kepadanya wahyu dan beliau tidak berkata dengan ra’yu dan juga qiyas sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Bukhari dalam Kitabul I’tisham..dst” (Ijabatus Sa’il: 556). Untuk perlu diketahui bahwa ahlus sunnah tidaklah menolak qiyas secara keseluruhan, akan tetapi mereka membedakan antara qiyas yang benar dan qiyas yang yang batil. Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:
. رق5: واf]: 44' و، e9U:س ا:ر اO وإ، 75:س ا: ل.7.ة( اM ?=1:)ا “Masalah Jahiliyah ke-15 yaitu (ahlul jahiliyah) berdalil dengan qiyas yang rusak dan mengingkari qiyas yang benar dan bodohnya mereka terhadap al-jami’ dan al-fariq.” (Masa’ilul Jahiliyah tahqiq Al-Alusi: 65). Sebenarnya Al-Imam Al-Bukhari tidaklah mencela qiyas secara keseluruhan –seperti penukilan Asy-Syaikh Muqbil- tetapi hanya mencela qiyas yang takalluf (memaksakan, pen). Beliau hanya berkata:
س ِ َِ :ْ اi ِ XOَ 2َ ي َو ِ ْأL :م اh ْ َذQِ ُ ْ َآ,ُ َ َب “Bab Dalil yang Disebutkan tentang Tercelanya Ra’yu dan Qiyas yang Takalluf (dipaksakan, pen).” (Shahih Bukhari: Kitabul I’tishom (22) hal: 278). Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan maksud Imam Al-Bukhari:
َ:َ ) َو6ْ َأو+َ َ )ُ ِ@&ْ َ = ْ َ ْIَ )ُ 5LOَ َ َ ََ َِس:ْ ا+َ:ج ِإ َ َ> ْ َ? وَاkَlL :ُُر ا:ْ ا7ِ]َ ْ:َ َِس " َأيْ ِإذَا:ْ اiXOَ 2َ ) " َو:ْ"َ َو َا َء ِةVَ :ْ ِ ْn= L @َ َ َ ْ َ ?َ96 ِ ]َ ِ&َ? وَا:ْ ? اL&ِ :ْ ْ اQOُ 2َ ْ:َ ْ ِإذَاIَ ، َِس:ْ ْ َأرْآَن اQِ ! َ ِ! ِه:L]َ ِ&َ? ا:ْ ? اL&ِ :ْ َت اVkْ ِ! ِإiL=&َ َ َ ?Lِ; ْ َ:ْ ا “Ucapan beliau “Qiyas yang Takalluf” maksudnya adalah jika ia tidak menemukan ketiga perkara (Al-Quran, As-Sunnah dan ijma’, pen) dan ia membutuhkan qiyas maka janganlah ia memaksa akan tetapi ia menggunakannya pada tempatnya dan tidak memaksa dalam menetapkan illat yang jami’ yang merupakan rukun qiyas. Akan tetapi jika illat jami’ tadi tidak jelas maka ia kembali pada hukum asal.” (Fathul Bari: 20/362). Bahkan Al-imam An-Nasa’I juga membuat bab tentang qiyas dalam Kitab Adabil Qadla’ dalam sunannya:
س ٍ LV َ Q ِ ْ اq ِ ِ7> َ !ِ ٍ ِ= ْ ُ Q ِ ْ 7ِ ِ:َ :ْ ا+َ َ ف ِ َِ ْ ِ: َو ِذ ْآ ُ اIِ ِl@ْ L :ِ ِ) وَاVM ْ L :ِ ُ Oْ 9 ُ :ْ ا “Bab Menghukumi dengan Analogi dan Permisalan …dst” (Sunan An-Nasa’I Al-Mujtaba: 16/225).
21
hasil usaha kalian dan dari apa yang Kami keluarkan untuk kalian dari hasil bumi. Dan janganlah kalian memilih yang jelek untuk kalian infakkan dalam keadaan kalian tidak mengambilnya kecuali dengan memicingkan mata kepadanya.” Dan seterusnya……..(HR. At-Tirmidzi: 2913, ia berkata hadits hasan gharib shahih, An-Nasa’i: 244<, dan dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih AtTarghib wat Tarhib hadits : @<9). Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata:
ﻨ ﹴﻮ ﻘ ﻂ ﹺﺑﺎﺋﻦ ﹸﻛﻞﹼ ﺣ ﻣ ﺮ ﻣ ﻢ ﹶﺃ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻪ ﻴ ﻋ ﹶﻠ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﹺﺒﻲﻆ " ﹶﺃﻥﱠ ﺍﻟﻨ ﻞ ﹺﺑ ﹶﻠ ﹾﻔﻟﹶﺎﺋﻲ ﺍﻟﺪﻪ ﺛﹶﺎﺑﹺﺖ ﻓ ﺟ ﺮ ﺧ ﺮ ﹶﺃﻳﺚ ﺁﺧﺣﺪ ﺎﻳﻀ ﺎﺏ ﹶﺃﻲ ﺍﹾﻟﺒﻭﻓ ﺎﺘﻬﺴﻤ ﻗ ﻋﻠﹶﻰ ﻭ ﺎ ﹶﺃﺣﻔﹾﻈﻬ ﻋﻠﹶﻰ ﻱ ﻞ " ﹶﺃﺟﺒ ﻦﻌﺎﺫ ﺑ ﻣ ﺎﻴﻬ ﻋ ﹶﻠ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ " ﻪ ﺔ ﹶﻟ ﻳﺍﻲ ﹺﺭﻭﻭﻓ ، ﲔ ﻛ ﹺ ﺎﻤﺴ ﻟ ﹾﻠ ﻌﻨﹺﻲ ﻳ " ﺴﺠﹺﺪ ﻤ ﻲ ﺍﹾﻟﻌﻠﱠﻖ ﻓ ﻳ (13@ ﺹ2 ﺝ:)ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ. “Termasuk dalam bab ini juga adalah hadits lain yang dikeluarkan oleh Tsabit dalam Ad-Dala’il dengan lafazh: “Bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam memerintahkan dari tiap kebun diserahkan satu dahan kurma untuk digantung di masjid” yakni untuk orang-orang miskin. Dan dalam riwayat miliknya “dan Mu’adz bin Jabal radliyallahu anhu ditugasi atasnya” maksudnya adalah “untuk menjaganya” atau “membagikannya”.” (Fathul Bari: 2/13@). Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata:
ﺃﻥ ﺍﳌﺴﺠﺪ ﳚﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﻮﺿﻊ ﻓﻴﻪ ﺃﻣﻮﺍﻝ ﺍﻟﻔﻲﺀ ﻭﲬﺲ ﺍﻟﻐﻨﻴﻤﺔ ﻭﺃﻣﻮﺍﻝ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻭﳓﻮﻫﺎ ﻣﻦ ﺃﻣﻮﺍﻝ ﺍﷲ: ﺬﺍ ﺍﻟﺒﺎﺏ ﺍﳌﻘﺼﻮﺩ . ﺍﻟﱵ ﺗﻘﺴﻢ ﺑﲔ ﻣﺴﺘﺤﻘﻴﻬﺎ “Yang dimaksud dengan bab ini adalah bahwa masjid itu boleh digunakan untuk meletakkan harta fai’, khumus ghanimah, harta sadaqah dan lain sebagainya dari harta Allah yang akan dibagikan kepada mustahiqqnya.” (Fathul Bari libni Rajab: 3/1<6). Kemudian beliau (Ibnu Rajab) menyatakan:
ﻣﺎ ﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﰲ ))ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ(( ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻣﻌﻦ ﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﺍﻟﺴﻠﻤﻲ )ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ ﻻﺑﻦ: ﻭﻣﺎ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺇﺩﺧﺎﻟﻪ ﰲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺎﺏ (1<< ﺹ3 ﺝ:ﺭﺟﺐ “Dan yang seharusnya dimasukkan ke dalam bab ini (menggantung tandan kurma) adalah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam Az-Zakat dari riwayat Ma’an bin Yazid As-Sulami radliyallahu anhum (kemudian beliau membawakan hadits tersebut sebagaimana sudah saya sampaikan dalam catatan kaki tentang masalah zakat).” (Fathul Bari libni Rajab: 3/1<<). Kemudian beliau (Ibnu Rajab) membawakan juga hadits Imam Muslim:
، - ﺍﳊﺎﺟﺔ: ﺃﻱ- ﻓﻴﻬﻢ- ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﺃﻥ ﻗﻮﻣﺎ ﺟﺎﺀﻭﺍ ﺇﱃ ﺍﻟﻨﱯ، ﻭﰲ ))ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ(( ﻋﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﺍﻟﺒﺠﻠﻲ ﻓﺠﺎﺀ ﺭﺟﻞ ﺑﺼﺮﺓ ﻣﻦ ﻓﻀﺔ ﻛﺎﺩﺕ ﻛﻔﻪ، ﰒ ﺧﻄﺐ ﻓﺤﺚ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ، ﺍﻟﻈﻬﺮ- ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﻓﺼﻠﻰ ﺍﻟﻨﱯ (250< : ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ1691 : ﰒ ﺗﺘﺎﺑﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺣﱴ ﺭﺃﻳﺖ ﻛﻮﻣﲔ ﻣﻦ ﻃﻌﺎﻡ ﻭﺛﻴﺎﺏ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ، ﺗﻌﺠﺰ ﻋﻨﻬﺎ “Dan dalam Shahih Muslim dari Jarir Al-Bajali radliyallahu anhu bahwa suatu kaum mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam yang pada mereka ada kefakiran kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam sholat zhuhur kemudian berkhutbah dan menganjurkan untuk bershadaqah. Kemudian datanglah seseorang dengan membawa pundi-pundi dari perak yang mana tangannya hampir tidak mampu memegangnya (karena besarnya). Kemudian manusia berturut-turut (mengikuti dia dengan menyerahkan shadaqah) sampai aku melihat 2 gundukan makanan dan pakaian.” (HR. Muslim: 1691 dan An-Nasa’i: 250<). Kemudian beliau (Ibnu Rajab) menyatakan:
22
ﺻﻠﻰ ﺍﷲ- ﺃﻥ ﺭﺟﻼ ﺩﺧﻞ ﺍﳌﺴﺠﺪ ﰲ ﻫﻴﺌﺔ ﺭﺛﺔ ﻭﺍﻟﻨﱯ، ﻋﻦ ﺃﰊ ﺳﻌﻴﺪ، ﻭﰲ ))ﺍﳌﺴﻨﺪ(( ﻭ ))ﺳﻨﻦ(( ﺃﰊ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻭﺫﻛﺮ- ﻓﺄﻟﻘﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺛﻴﺎﺑﺎ، ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ- ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﻓﺤﺚ ﺍﻟﻨﱯ، ﳜﻄﺐ ﻳﻮﻡ ﺍﳉﻤﻌﺔ- ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ (1<< ﺹ3 ﺝ:)ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ ﻻﺑﻦ ﺭﺟﺐ. ﺍﳊﺪﻳﺚ “Dan dalam Musnad dan Sunan Abi Dawud dan An-Nasa’I dari Abu Sa’id bahwa seseorang masuk masjid dengan keadaan yang lusuh (karena miskin, pen). Sedangkan Nabi shallallahu alaihi wasallam masih sedang berkhutbah hari Jum’at. Maka Nabi menganjurkan shadaqah. Para manusia melemparkan baju-baju…..dan seterusnya.” (Fathul Bari libni Rajab: 3/1<<). Berkata Al-Allamah Waliyuddin At-Tibrizi:
(30@ ﺹ2 ﺝ: ﻭﻟﻌﻞ ﺍﻻﻗﺘﺼﺎﺭ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﻏﲑ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻨﻘﻮﺩ ﻟﻐﻠﺒﺘﻪ )ﻣﺮﻋﺎﺓ ﺍﳌﻔﺎﺗﻴﺢ،ﻗﻮﻟﻪ )ﻣﻦ ﻃﻌﺎﻡ( ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺃﻧﻪ ﻫﻨﺎ ﺣﺒﻮﺏ “Kata ‘dari makanan (dalam hadits di atas)’ zhahirnya di sini adalah biji-bijian. Mungkin hanya menyebut ini (biji-bijian) tanpa menyebutkan uang kontan karena keumumunannya (tersedia banyak makanan tapi jarang yang memiliki uang kontan, pen).” (Mir’atul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih: 2/30@). Apa kaitan hadits-hadits di atas dengan pembahasan kotak infaq? Dari keterangan di atas dapat ditarik pelajaran bahwa pada masjid Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika itu sudah dilaksanakan kegiatan penggalangan infaq dan sadaqah yang meliputi 2 hal: 1. Penggalangan dan pengumpulan harta sadaqah dan infaq. Hasilnya dapat dikumpulkan dengan cara ditumpuk, atau cara lainnya (seperti dimasukkan ke dalam keranjang, kotak atau karung infaq). 2. Pembagian dari harta tersebut dapat secara langsung atau melalui petugas atau panitia yang ditunjuk untuk membagikan.21 Bahkan Lajnah Da’imah dalam salah satu fatwanya –ketika ditanya tentang kotak amal yang dibuat oleh suatu keluarga besar- menyatakan:
ﻢ ﻭﺩﻓﻊ ﺇﻧﺸﺎﺀ ﺻﻨﺪﻭﻕ ﺧﲑﻱ ﻟﺼﺎﱀ ﺍﻟﻔﻘﺮﺍﺀ ﻳﻌﺘﱪ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺍﳌﻌﺮﻭﻑ ﻭﺍﻹﺣﺴﺎﻥ ﳌﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﱪ ﺑﺎﻟﻔﻘﺮﺍﺀ ﻭﻣﻮﺍﺳﺎ:ﺃﻭﻟﹰﺎ ﻯ { ﻭﰲ ﻋﻤﻮﻡ ﺳﺎﺋﺮ ﺍﻟﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﹾﻘﻮﺍﻟﺘ ﻭﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟﹺﺒﺮ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌﻭ } : ﻭﻫﻮ ﺩﺍﺧﻞ ﰲ ﻋﻤﻮﻡ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﱃ،ﺍﳊﺎﺟﺔ ﻋﻨﻬﻢ .ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﺍﻟﱵ ﺣﺜﺖ ﻋﻠﻰ ﺻﻠﺔ ﺍﻷﺭﺣﺎﻡ ﻭﻏﲑﻫﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﻘﺮﺍﺀ ﻭﺍﳌﺴﺎﻛﲔ “Yang pertama: Membuat kotak amal kebaikan untuk orang-orang fakir yang shalih termasuk amal ma’ruf dan ihsan karena didalamnya terdapat amal baik kepada orang fakir serta membantu dan memenuhi hajat mereka. Ini termasuk keumuman firman Allah: “Dan tolong-menolonglah kalian di atas kebaikan dan takwa.” Dan juga masuk dalam keumuman nash-nash dari Al-Kitab dan As-Sunnah yang mendorong silaturrahim dan lainnya dari fakir miskin. (Fatwa Lajnah Da’imah nomor: 4515 jilid 11 hal: 190-192. Ditandatangani oleh Syaikh Bin Baz (ketua), Syaikh Abdurrazaq Afifi (wakil ketua) dan Syaikh Abdullah Qu’ud (anggota)). Cuma yang masih menjadi permasalahan sekarang adalah mengedarkan kotak infaq ketika khutbah hari raya masih berlangsung. Ini yang menyelisihi petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Yang benar adalah setelah selesai khutbah hari raya. Jabir bin Abdillah radliyallahu anhu berkata:
ﻮﻛﱠﹸﺄ ﺘﻳ ﻮ ﻫ ﻭ ﻫﻦ ﺮ ﺎ َﺀ ﹶﻓ ﹶﺬﻛﱠﺴﻰ ﺍﻟﻨﺰﻝﹶ ﹶﻓﹶﺄﺗ ﻧ ﻍ ﺮ ﹶ ﺎ ﹶﻓﺐ ﹶﻓ ﹶﻠﻤ ﺧ ﹶﻄ ﺓ ﹸﺛﻢ ﻠﹶﺎﺪﹶﺃ ﺑﹺﺎﻟﺼ ﺒﺼﻠﱠﻰ ﹶﻓ ﻔ ﹾﻄ ﹺﺮ ﹶﻓ ﻡ ﺍﹾﻟ ﻮ ﻳ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴﻪ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﹺﺒﻲﻡ ﺍﻟﻨ ﻗﹶﺎ ﺪ ﹶﻗ ﹶﺔ ﺎ ُﺀ ﺍﻟﺼﺴﻪ ﺍﻟﻨ ﻴﻲ ﻓﻳ ﹾﻠﻘ ﻪ ﺑﻮ ﻂ ﹶﺛ ﺳ ﹲ ﺎﻭﹺﺑﻠﹶﺎ ﹲﻝ ﺑ ﺪ ﹺﺑﻠﹶﺎ ﹴﻝ ﻳ ﻋﻠﹶﻰ 21
Jika kegiatan menggalang dana infaq dan shadaqah dianggap sebagai tasawwul (mengemis) maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat radliyallahu anhum jatuh pada perbuatan tasawwul. Na’udzubillahi min ihaanati salafinaa.
23
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengadakan shalat hari raya, beliau memulai dengan shalat kemudian berkhutbah. Setelah selesai khutbah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam turun kemudian mendatangi para wanita sambil bersandar pada tangan Bilal radliyallahu anhu. Beliau memperingatkan mereka (agar bershadaqah). Bilal menengadahkan bajunya dan para wanita melempar shadaqah mereka ke baju Bilal.” (HR. Bukhari: 925). Alhamdulillah, sampai disini semoga para pembaca sekalian jelas tentang masalah Yayasan, Organisasi ini. Silakan simak bab III, kesimpulan.
24
BAB III. KESIMPULAN Pendirian organisasi dakwah, kotak infaq adalah termasuk masalah wasilah dan mashalih mursalah.22 Maka sangat tidak tepat fatwa yang membid’ahkan yayasan dakwah dan kotak infak apalagi menjatuhkan vonis hizbi kepada orang yang mendirikan yayasan dakwah.23 Berita tentang ‘najwa’ didapati dalam banyak ayat Al-Quran. Begitu pula berbagai macam organisasi24 – dengan segala bentuk kesederhanaannya- didapati pada masa salafush shalih dengan jalan penukilan yang melebihi mutawatir. Sehingga orang yang mengingkari berita ini terancam untuk tidak bisa diambil ilmunya.25 Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
ﻓﺎﳌﻌﺘﻤﺪ ﺃﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﺮﺩ ﺭﻭﺍﻳﺘﻪ ﻣﻦ ﺃﻧﻜﺮ ﺃﺛﺮﺍ ﻣﺘﻮﺍﺗﺮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻣﻌﻠﻮﻣﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺑﺎﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﻭﻛﺬﺍ ﻣﻦ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﻋﻜﺴﻪ “Pendapat yang dapat dijadikan sandaran adalah bahwa orang yang ditolak periwayatannya adalah orang yang mengingkari atsar yang mutawatir dari syari’at yang diketahui dari ad-dien ini secara pasti, begitu pula orang yang meyakini sebaliknya.” (Nukhbatul Fikr: 4). Kiranya jelas bagi para pembaca sekalian, semoga menjadikan pencerahan bagi kita semua. Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan bimbingan, hidayah, taufiq, pada kita sekalian, sehingga selalu menetapi kebenaran dan menjauhi kesesatan. Semoga Allah Ta’ala memberkahi kita semuanya. Wallahu a’lam bish shawab.
22
Pendapat ini –yaitu menjadikan organisasi sebagai wasilah dakwah- adalah pegangan ahlus sunnah wal jama’ah al-firqatun najiyah di dalam berdakwah kepada Allah. Perlu untuk diketahui bahwa sikap kaum muslimin terhadap organisasi dakwah terbagi menjadi 3, yaitu: •
Kelompok yang menjadikan organisasi dakwah sebagai hizib, mengajak manusia berloyal kepada organisasi tersebut dan memusuhi orang yang memusuhinya seperti Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dan sebagainya. Ini adalah keumuman firqah yang menyelisihi jalan yang lurus.
•
Kelompok yang menjadikan organisasi dakwah sebagai wasilah dakwah. Kalau diperlukan maka didirikan organisasi dakwah dan kalau tidak diperlukan maka dibubarkan. Ini adalah jalan pertengahan, jalan ahlus sunnah wal jama’ah.
•
Kelompok yang mengharamkan organisasi dakwah secara mutlak. Mereka memegang fatwa syaikh Yahya al Hajuri.
23
Termasuk hal ini adalah apa yang ditulis oleh Al-Akh Abu Sulaim Sulaiman Al-Amboni –yang jauh dari tahqiq ilmiah- dalam bukunya Ya Ustadz, Ad-Dienun Nashihah: 8-9. Ia menjelaskan bahwa yayasan dakwah itu bid’ah dengan alasan: menyelisihi dakwah para rasul, bukan jalan salaf, menimbulkan semacam syirik kecil karena bernaung dengan yayasan dakwah dan adanya tasawwul dan mengambil harta manusia. Untuk membantah tulisan yang tidak berbobot ini saya serahkan kepada pembaca yang budiman. 24
Meskipun lafazh ‘panitia, yayasan, jum’iyyah’ tidak didapati pada masa salafush shalih akan tetapi hakekat dan makna perkumpulan dan najwa di jaman itu sama dengan organisasi di jaman ini. Asy-Syaikh Al-Walid Shalih Fauzan berkata:
،ﻓﺎﳊﺎﺻﻞ؛ ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﻓﻴﻪ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﻌﱪﺓ ﰲ ﺍﳌﻌﺎﱐ ﻻ ﰲ ﺍﻷﻟﻔﺎﻅ “Maka wal hasil, sesungguhnya ini (hadits tentang Dzatu Anwath, pen) di dalamnya terdapat dalil atas kaidah: ‘Yang dianggap adalah makna (dari sesuatu yang dibicarakan, pen) bukan lafazhnya’.” (I’anatul Mustafid: 162). Jadi najwa di jaman Nabi shallallahu alaihi wasallam memiliki kesamaan makna dan hakekat dengan organisasi di jaman ini meskipun lafazhnya berbeda. 25
Selain madzhab ini jatuh pada penolakan terhadap atsar mutawatir, madzhab ini juga terjatuh pada tajhil wa tadlil assalafish shalih (menganggap salafus shalih itu bodoh dan sesat). Jika mereka mengatakan bahwa organisasi dakwah itu menyelisihi dakwah para rasul alaihimus salam maka organisasi darul arqam yang didirikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu juga menyelisihi dakwah para rasul, maha suci Allah dari ucapan mereka. Jika mereka mengatakan bahwa organisasi dakwah bukan jalan salaf maka Amirul Mukminin Utsman bin Affan radliyallahu anhu yang memilih panitia penyeragaman Al-Quran telah menyelisihi jalan salaf, maha suci Allah dari ucapan mereka. Akhirnya salafush shalih – menurut mereka- jatuh pada syirik kecil dan tasawwul (mengemis). Subhanallah.
25
*) Tentang penulis26 Penulis dilahirkan di Mojokerto, 19 Februari 1977 (29 Shafar 1397 H) sebagai anak ke-2 dari delapan bersaudara dari pasangan Fachrur Razi dan Dewi Masyithoh. Pendidikan Umum: 1. 2. 3. 4. 5.
SD Negeri Miji V Mojokerto 6 tahun SMPN 2 Mojokerto 3 tahun SMA Negeri Sooko 3 tahun Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga lulus tahun 2003. Juga beberapa kali mengikuti symposium, Continuing Education dan seminar ilmu kedokteran.
Pendidikan Agama: Ada 2 fase: 1. Masih menganut sufi • Sejak kecil mengaji Al-Quran di bawah bimbingan kakek yaitu Bapak Syamsu Madyan sampai khatam. • Kemudian ketika kelas 1 SMP membaca Al-Quran secara tartil riwayat Hafsh an Ashim kepada Bapak Ali Hafizh (ahli qiraat tujuh) selama 6 tahun sambil diselingi pelajaran tajwid kitab Hidayatush Shibyan, Tuhfatul Athfal, Nadzam Jazariyah. Ini dilakukan setiap ba’da Maghrib sampai Isya’. • Mengikuti Madrasah Diniyah Awwaliyah setiap selesai pulang sekolah selama 3 tahun. • Mengikuti Madrasah Diniyah Wustha setiap ba’da isya’ selama 2 tahun. • Mengikuti pengajian ba’da shubuh kitab Fathul Mu’in (fiqih syafi’iyah) kepada Bapak Abdul Muhaimin dan kitab Minhajul Abidin (tasawwuf) karya Al-Ghazali kepada Bapak Muthahharun Afif, Lc. (tetapi tidak sampai selesai) • Mengikuti kilatan (Pesantren Kilat) yang diadakan setiap bulan Ramadlan dan libur panjang sekolah dengan kitab Riyadlus Shalihin, Bulughul Maram, Mukhtarul Ahadits, Jawahirul Bukhari, Syarh Lubabul Hadits (karya As-Suyuthi), Kasyifatus Saja syarh Safinatin Naja (fiqih Syafi’iyah). Semuanya sampai selesai. • Belajar ilmu falak tentang arah kiblat dengan segitiga bola kepada Drs. Musta’in. 2. Sebagai salafi Penulis mengenal manhaj salaf ketika duduk di semester 3 FK Unair • Mengikuti daurah sehari Al-Irsyad sekitar tahun 1997 dengan kitab Ashlus Sunnah wa I’tiqadud Dien karya Al-Imam Ibnu Abi Hatim, disampaikan oleh Yazid Jawwas sampai selesai. (ini permulaan Penulis mengenal manhaj salaf). • Mengikuti kajian Tafsir Juz Amma (dari Tafsir Ibnu Katsir) kepada Ust. Hannan Bahannan di Mushalla FK UNAIR, tetapi tidak selesai. • Belajar aqidah dengan Qashidah Haa’iyah karya Ibnu Abi Dawud dan nazham Ibnu Taimiyah “Ya Saa’ilii an Madzhabii wa Aqidati” kepada Ust. Afifuddin ketika masih di Ambon. • Mengikuti Daurah Di ITS tentang “Pentingnya Ilmu” oleh Ust. Usamah Mahri, Lc. • Belajar kitab Masa’il Jahiliyah, Kitabut Tauhid, Al-Arba’in An-Nawawiyah dan Minhajul Firqatin Najiyah kepada Ust. Zainul Arifin, tetapi yang ke-3 terakhir tidak selesai.
26
Sebenarnya Penulis tidak ingin menyebutkan otobiografi ini. Akan tetapi karena sekarang ini banyak orang-orang yang melecehkan orang yang membawa hujah maka Penulis memberanikan diri untuk menulisnya juga karena ingin meniru para nabi seperti Nabi Isa alaihissalam. Beliau memaparkan otobiografi beliau untuk menghadapi pelecehan Bani Israil dalam QS Maryam: 30-33).
26
• Belajar kepada Ust. Agus Su’aidi di Mushalla FK UNAIR kitab Lum’atul I’tiqad karya Ibnu Qudamah sampai selesai dan Shahih Bukhari tapi hanya sempat sampai Kitabul Ilmi saja. Menikah dengan dr. Win Khozainul Muna ketika masih menjalani Dokter Muda 2. Sampai sekarang sudah dikaruniai 3 anak putri: Faqihah, Fauzanah dan Furoi’ah. Sekarang bekerja di sebuah sumah sakit swasta di Babat Lamongan. Al-hamdulillah sampai sekarang –di tengah kesibukan sebagai dokter- Penulis sudah hafal Al-Quran 30 juz (2 tahun lalu) dengan muraja’ah istri tercinta, Bulughul Maram 300 hadits, Alfiyah Ibnu Malik (nahwu-sharaf) 350 bait, hafal matan Ushulus Tsalatsah, Al-Arbain Nawawi, matan Nukhbatul Fikr (mushtalah hadits), dan matan nazham Qawaidul Fiqhiyyah karya al-Imam As-Sa’di. Semoga Allah menjaga ilmu Penulis dan menjadikannya istiqamah. Amien. Ditulis di Babat tanggal 19 Shafar 1430 bertepatan dengan 15 Februari 2009. Direvisi ulang tanggal 26 Shafar 1430 (21 Februari 2009). Direvisi kedua tanggal 23 Rabi’ul Awwal 1430 (20 Maret 2009). Direvisi ketiga tanggal 22 Rabi’uts Tsani 1430 (18 April 2009).
27