BAB I KONSEP DASAR
A. Defenisi Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin) dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan. Sukarni, Icesmi, Sudarti.2014 Patologi kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus Resiko Tinggi (Yogyakarta : Nuha Medika), hlm.77 Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di korpus uteri yang terjadi setelah kehamilan dua puluh minggu dan sebelum janin dilahirkan. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus / korpus uteri sebelum janin lahir. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya. Norma N , Dwi M. Asuhan kebidanan : Patologi teori dan tinjauan kasus (Yogyakarta : Nuha Medika), hlm.213 B. Etiologi Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi . 1. Faktor kardio – reno – vaskuler Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial , sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. 2. Faktor trauma - Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli - Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak / bebas , versi luar atau tindakan pertolongan persalinan - Trauma langsung , seperti jatuh , kena tendang , dll
3. Faktor paritas ibu Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian menerangkan bahwa semakin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium. 4. Faktor usia ibu Makin tua umur ibu , makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. 5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) Yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplasantasi diatas bagian yang mengandung leiomioma. 6. Faktor penggunaan kokain Penggunaan
kokain
mengakibatkan
peninggian
tekanan
darah
dan
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara defenitif. 7. Faktor kebiasaan merokok Ibu yang merokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25 % pada ibu yang merokok kurang dari satu bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. 8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta. 9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defesiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus dan adanya kehamilan, dan lain lain. Sukarni, Icesmi, Sudarti.2014 Patologi kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus Resiko Tinggi (Yogyakarta : Nuha Medika), hlm.78
C. Patofisiologi Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma di desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Perdarahan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan tidak mampu lebih berkontraksi untuk menghentikan perdarahan. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina, atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Norma N , Dwi M. Asuhan kebidanan : Patologi teori dan tinjauan kasus (Yogyakarta : Nuha Medika), hlm.215 Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu dan terasa sangat tegang serta nyeri. Hal ini disebut uterus couelaire . Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabla sebagian besar atau seluruhnya terlepas , anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin. Waktu, sangat menentukan beratnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama selang waktu solosio plasenta sampai persalinan selesai, umumnya makin hebat komplikasinya. Norma N , Dwi M. Asuhan kebidanan : Patologi teori dan tinjauan kasus (Yogyakarta : Nuha Medika), hlm.216 D. Pemeriksaan Diagnostik 1. Anamnesis -
Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
-
Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwana kehitaman
-
Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
-
Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang –kunang
-
Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain
2. Inspeksi
-
Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan
-
Pucat, sianosis dan berketingat dingin
-
Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu)
3. Palpasi -
Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tujuan kehamilan
-
Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his
-
Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas
-
Bagian bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang
4. Auskultasi Sulit dilakukan karena uterus tegang. Bila DJJ terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian. 5. Pemeriksaan dalam -
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup
-
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
-
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta
6. Pemeriksaan umum Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jauh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil. 7. Pemeriksaan laboratorium -
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit
-
Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia
8. Pemeriksaan plasenta
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter. 9. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) 10. Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain terlihat daerah terlepasnya plasenta, janin dan kandung kemih ibu, darah, tepian plasenta Sukarni, Icesmi, Sudarti.2014 Patologi kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus Resiko Tinggi (Yogyakarta : Nuha Medika), hlm.81-82 E. Penatalaksanaan Penatalaksanaan bervariasi tergantung kondisi/stasus ibu dan janin. Pendarahan anteparfum yang sedikit, dengan uterus yang tidak tegang, pertama kali harus ditangani sebgai kasus plasenta previa. Apabila kemudian ternyata kemungkinan plasenta previa dapat disingkirkan, barulah ditangani sebagai solusio plasenta. Penggunaan tokotilik pada penatalaksanaan solusio plasenta masih kontroversial , dan dipertimbangkan hanya pada pasien yang hemodinamik stabil, tidak terdapat gawat janin, dan pada janin prematur di mana penggunaan kortikosteroid masih bermanfaat, serta untuk memperlambat kelahiran. Norma N , Dwi M. Asuhan kebidanan : Patologi teori dan tinjauan kasus (Yogyakarta : Nuha Medika), hlm.218 Penggunaan tokolitik harus di bawah pengawasan karena gawat janin ataupun ibu dapat berkembang cepat. Secara umum, magnesium sulfat digunakan sebagai tokolitik (drug of choice) karena agen beta simpatomimetik mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap jantung pasien. Tokolisis diberikan untuk mengefektifkan terapi glukokortikoid pada janin prematur, untuk mempercepat kematangan paru janin. Dodis magnesium sulfat : 4-6 g. Intravena bolus selama 20 menit, kemudian dilanjutkan dosis pemeliharaan 2 -4 g/jam. Dititrasi bila perlu, untuk menekan kontraksi. Kontradiksi : riwayat hipersensitifitas terhadap agen ini, hipokalsemi, miastenia gravis, dan gagal ginjal.
Penggunaan
tokolitik
pada
penatalaksanaan
solusio
plasenta
masih
kontroversial. Penggunaan tokolitik pada penatalaksanaan solusio plasenta masih kontroversial. Norma N , Dwi M. Asuhan kebidanan : Patologi teori dan tinjauan kasus (Yogyakarta : Nuha Medika), hlm.218
F. Pathway Faktor Resiko
Pendarahan pada pembuluh darah plasenta Hematoma Di Desidua Plasenta terdesak Sebagian/ seluruh plasenta lepas
Kematian
Dari dinding uterus Abruptio / sulisio Plasenta
Darah akan menyelundup dibawah selaput darah Darah keluar dari vagina/ pendarahan pervaginam
Ansietas
Darah mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot uteruss
Seluruh permukaan uterus akan berbercak ungu/biru (uterus Couvelaire )
Penanganan Lama
Darah menembus selaput ketuban Darah masuk ke kantung ketuban Uterus couvelaire
Resiko Infeksi Uterus tegang
Nyeri Akut Kerusakan jantung miometrium dan pembekuan retroplasenta Tromboplasntin masuk kedalam peredaran darah ibu Ketidakefektifan perfusi jaringan
Pembekuan intravaskuler Persedian fibrinogen akan habis
Syok Hipovolemik
hipofibrinogenemia Gangguan pembekuan darah Volume darah menurun Pendarahan meningkat
Kekurangan volume cairan
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN Contoh Kasus : Ny. S umur 35 tahun dengan status obstetri GIII PII A0, hamil 37 minggu datang kerumah sakit dengan keluhan pendarahan pervaginam merah kehitaman, mengatakan nyeri pada perut saat ditekan, nyeri serasa tertusuk-tusuk mengatakan skalanya 6, merasakan mual dan muntah, DJJ melemah palpasi janin sulit, serta gerakan janin melemah. Klien terlihat pucat, tampak kesakitan, kulit teraba dingin, konjungtiva anemis, uterus teraba tegang dan kaku. Dengan TTV sebagai berikut TD=80/60 mmHg, N=85x/menit, P=28x/menit, S=30℃.
A. Analisa Data Symtom DS : -
Pendarahan pervaginam merah kehitaman DJJ melemah palpasi janin sulit gerakan janin melemah
DO : -Klien terlihat pucat -Tampak kesakitan -Kulit terasa dingin -Konjuktiva anemis -TTV sebagai berikut: TD=80/60 mmHg N=85x/menit, P=28x/menit S=36℃.
Etiologi Faktor resiko Pendarahan pada pembuluh darah plasenta Hematoma di desidua Sebagian/seluruh plasenta lepas dari dinding uterus Abruptio/ suliso plasenta Darah menyelundup dibawah selaput ketuban Pendarahan pervaginam Kekurangan O2 pada janin
Problem Resiko gangguan hubungan ibuJanin
DS : Pengkajian nyeri - P : Perdarahan - Q : Terasa seperti tertusuk-tusuk - R : Perut dan Uterus - S : Mengatakan sklanya 6 - T : Saat ditekan
Pendarahan pada pembuluh darah plasenta
Nyeri akut
Hematoma di desidua Sebagian/seluruh plasenta lepas dari dinding uterus Abruptio/ suliso plasenta
DO : -
Klien terlihat pucat, Tampak kesakitan, Uterus teraba tegang dan kaku
Darah menembus selaput ketuban Darah masuk kekantung ketuban Uterus Couvelaire Uterus tegang Nyeri Akut
B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan Komplikasi kehamilan ditandai dengan : DS : Pendarahan pervaginam merah kehitaman DJJ melemah, palpasi janin sulit, gerakan janin melemah DO : Klien terlihat pucat, Tampak kesakitan, Kulit terasa dingin, Konjuktiva anemis, TTV sebagai berikut: TD=80/60 mmHg, N=85x/menit, P=28x/menit, S=36℃. 2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan: DS : Pengkajian nyeri -
P : Perdarahan Q : Terasa seperti tertusuk-tusuk R : Perut dan Uterus S : Mengatakan sklanya 6 T : Saat ditekan
DO : Klien terlihat pucat, tampak kesakitan, Uterus teraba tegang dan kaku.
C. Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSA 1. Resiko gangguan hubungan ibujanin berhubungan dengan Komplikasi kehamilan
NOC Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 X 24 Jam diharapkan resiko gangguan hubungan ibu dan janin dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Perdarahan Vagina indikator awal target Melaporkan 2 3 berkurangnya perdarahan vagina
2. Denyut jantung janin. Indikator awal akhir Melaporkan 1 3 denyut jantung janin yang terkontrol
NIC Pengurangan perdarahan : Uterus Antepertum. 1. Tinjau faktor resiko yang berhubungan dengan perdarahan pada kehamilan ( Misalnya abrupsio plasenta, merokok, plasenta previa,dll) 2. Periksa perineum untuk mengetahui jumlah dan karakteristik perdarahan 3. lakukan USG untuk mengetahui plasenta 4. Observasi janin dari catatan elektronik untuk mendapatkan bukti insufisiensi uteroplasentae ( misalnya deselerasi lambat, penurunan variabilitas jangka panjang, dll) 5. Mulai prosedur-prosedur darurat untuk perdarahan antepartum, dengan cara yang tepat (Misalnya terapi oksigen, terapi IV, dan jenis dan lintas/cross) Resusitasi : Janin 1. Monitor tanda-tanda vital janin dengan melakukan auskultasi dan palpasi atau monitor janin elektronik yang tepat 2. Mulai pemasangan infus dengan tepat 3. Berikan oksigen 6-8 liter jika posisi tidakefektif dalam memperbaiki tanda-tanda abnormal atau distress janin terhadap denyut jantung janin. 4. Berikan bolus cairan IV sesuai instruksi dokter atau sesuai protokol. 5. libatkan ibu dan orang yang mendukung terkait dengan
2.
penjelaan mengenai langkahlangkah yang diperlukan untuk meningkatkan oksigenasi janin. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri berhubungan keperawatan 3 X 24 Jam 1. Lakukan pengkajian nyeri dengan agen diharapkan nyeri akut teratasi komprehensif yang meliputi cidera biologis dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, onset/ 1. Kontrol Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri indikator awal Target dan faktor pencetus. Melaporkan 1 3 2. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri yang nyeri ketike memlih strategi terkontrol penurunan nyeri. 3. Berikan individu penurun nyeri 2. Tingkat Nyeri yang optimal dengan indikator awal Target peresepan analgesik. Melaporkan 1 3 keparahaan Pemberian Analgesik Nyeri yang 1. Kaji lokasi, karakteristik, berkurang kualitas dan beratnya nyeri atau sebelum memberikan terkontrol. pengobatan. 2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan 3. Kolaborsi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian,atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgesik. 4. Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya efek samping
BAB III ANALISIS JURNAL A. PICO P : pregnant women I : Bleeding disorder C :O : Abruptio Placentae B. Pertanyan Klinis Berdasarkan PICO yang dibuat, maka disusun pertanyaan : “Apakah faktor risiko bagi Ibu hamil yang mengalami gangguan pendarahan sulosia plasenta atau abruptio placentae ? C. Pencarian Literatur Proses Pencarian literatur melalui google scholar dengan menggunakan kata kunci pregnant women AND bleeding disorder AND Abruptio Placentae. Selanjutnya dipilih jurnal yang mampu menjawab pertanyaan klinis yang telah ditegakkan. Jurnal tersebut dipilih dengan pertimbangan yaitu tahun terbitan kurang dari 5 tahun, abstrak dan full paper tersedia. Jurnal yang dipilih yaitu : Abruptio Placenta : A retrospective analysis in a tertiary hospital, sagamu, Nigeria.
D. Kritisi Jurnal Ringkasan Artikel Penelitian dilakukan oleh Adebayo A Akadri, Kehinde M Ogunsowo, Olusevi I Odelola (2018) dengan judul Abruptio Placenta : A retrospective analysis in a tertiary hospital, sagamu, Nigeria. Ini bertujan untuk menentukan prevalensi, karakteristik sosiodemografi, faktor risiko, dan hasil akhir maternal dari abruptio plasenta di Olabisi Rumah Sakit Pendidikan Universitas Onabanjo Sagamu. Partisipasi dalam peneletian ini melibatkan semua wanita hamil yang mengalami sulosio plasenta sejak 1 Januari 2012 hingga 31 Desember 2016 pada Rumah Sakit Pendidikan Universitas Olabisi Onabankjo dengan 49 kasus abruptio plasenta yang dapat dianalisis. Manajemen abruptio plasenta memerlukan penilaian status klinis pasien, jumlah kehilangan darah, kematangan janin, apakah pasien dalam proses persalinan atau tidak, adanya komplikasi, dan tingkat solusio plasenta. Persalinan segera dilakukan baik melalui vagina atau dengan operasi caesar adalah bagian opsi manajemen yang biasa dilakukan dalam kebanyakan kasus solusio plasenta. Proses kelahiran ditentukan oleh tingkat keparahan abruptio plasenta, kondisi janin, keadaan serviks, dan keparahan pendarahan. Beberapa komplikasi utama ibu yang berhubungan dengan abruptio plasenta termasuk perdarahan, syok, dapat berlanjut pada koagulopati intravaskular, cedera ginjal akut, dan perdarahan postpartum. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa faktor risiko yang terkait dengan abruptio plasenta yaitu gangguan hipertensi pada kehamilan, anak kembar, dan merokok pada ibu hamil. Selain itu, status sosial ekonomi yang rendah, rendahnya pendidikan, kurangnya perawatan antenatal dan usia ibu hamil dapat mempengaruhi adanya sulosia plasenta. Dengan keluhan utama perdarahan vagina dan sakit perut hampir di semua pasien, ada pula yang mengalami syok hemoragik, beberapa subjek melahirkan dengan operasi caesar darurat dengan janin hidup yang mengalami abruptio plasenta, maupun melahirkan dengan pervaginam. Dengan presentasi kelahiran bayi
yang hidup sebanyak 26 bayi, namun 6 dari kelahiran yang hidup menderita kematian neonatus dini serta asfiksia lahir dan kelahiran bayi yang mati sebanyak 23 bayi. Komplikasi maternal menunjukan 40 subjek mengalami pendarahan yang cukup parah sehingga harus transfusi darah, 20 subjek mengalami pospartum anemia, 17 subjek mengalami perdarahan pospartum, 2 subjek memliki kelainan kougulasi, dan 4 subjek menjalani histerektomi caesar. Dengan 2 kasus kematian ibu yang disebabkan karena anemia parah dan syok yang ireversibel. Tindakan yang bermanfaat dalam menangani komplikasi ini adalah transfusi dengan darah segar, plasma beku segar, dan cryoprecipitate. Bisa jadi histerektomi darurat diindikasikan pada perdarahan pascapartum yang sulit diobati. Layanan perawatan antenatal yang baik akan memungkinkan diidentifikasi wanita dengan faktor risiko ini penting untuk menargetkan pengelolaan. Lebih penting lagi, rujukan awal diidentifikasi kasus ke institusi yang dilengkapi dengan personel yang berkualitas, sistem perbankan darah yang efisien, dan layanan neonatal yang baik sangat berharga dalam mengurangi dampak buruk dari abruptio plasenta.
DAFTAR PUSTAKA Akadri Adebayo A, Ogunsowo Kehinde M, Odelola Olusevi I.2018 ” Abruptio Placenta : A retrospective analysis in a tertiary hospital, sagamu, Nigeria” https://www.ajol.info/index.php/tjog/article/view/178400 di unduh pada Sabtu, 9 Maret 2019 Herdman, T.Heather. 2018 NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Ed.11 Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta. Indonesia Dokumen.2015 ‘Woc solusio plasenta’ https://www.google.com/amp/s/dokumen.tips/amp/documents/woc-sulosioplasenta.html Diakses pada Minggu, 10 Maret 2019 Nurjanah Intansari, Tumanggor Roxsana Devi 2013 Nursing Interventions Classification (NIC) Mocomedia : Indonesia Nurjanah Intansari, Tumanggor Roxsana Devi 2013 Pengukuran Outcomes Kesehatan (NOC) Mocomedia : Indonesia Norma N , Dwi M.2013 Asuhan kebidanan : Patologi teori dan tinjauan kasus Yogyakarta : Nuha Medika. Sukarni, Icesmi, Sudarti.2014 Patologi kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus Resiko Tinggi Yogyakarta : Nuha Medika