Materi Tunjuk Ajar Melayu Dalam G12.docx

  • Uploaded by: Alfathunnisa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Tunjuk Ajar Melayu Dalam G12.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,510
  • Pages: 24
Peta Modul Ajar :

1.

2.

Standar Kompetensi: Memahami, mampu beradaptasi, dan mengamalkan tingkah laku dan berkarakter Gurindam 12 dalam kehidupan antar sesama mahasiswa, mahasiswa dan dosen, mahasiswa dan lingkungan sosial, serta lingkungan kerja. Berkarakter Gurindam Dua Belas

Kompetensi Dasar : Memahami, mampu beradaptasi, dan mengamalkan tingkah laku kehidupan antar sesama mahasiswa, mahasiswa dan dosen, mahasiswa dan lingkungan sosial, serta lingkungan kerja.

Materi : Tunjuk Ajar Melayu dalam Gurindam 12

Sub materi

Sub materi

1.Implementasi tunjuk ajar melayu yang ada dalam Gurindam 12

2.Menjelaskan dan mengamalkan tunjuk ajar melayu dalam gurindam 12 dalam tingkah laku kehidupan

Sistematika modul 1.sampul depan 2. prakata

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah membrikan berbagai nikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyesesaikan modul ini . Salawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapat kan syafaat beliau kelak di akhir masyar.

3.daftar isi 4.batang tubuh 5.penutup

6. daftar pustaka

Isi sebuah MODUL : Petunjuk belajar ( Petunjuk untuk siswa dan untuk guru )

Petunjuk bagi guru : 1. 2. 3. 4.

Petunjuk bagi siswa: 1. 2. 3. 4.

Kompetensi yang akan di capai Content atau isi materi Informasi pendukung Latihan-latihan Petunjuk kerja Evaluasi Balikan terhadap hasil evaluasi

TUNJUK AJAR MELAYU DALAM GURINDAM DUA BELAS Oleh TIM DOSEM MKUI TAMADUN DAN TUNJUK AJAR MELAYU UMRAH

A.Sejarah, Kedudukan dan Fungsi Gurindam Dua Belas Gurindam Dua Belas adalah sebuah karya sastra dalam bentuk puisi lama yang sarat dengan nilai-nilai kearifan local masyarakat pendukungnya. Sekilas tentang pencipta Gurindam Dua Belas adalah sebagai berikut : Gurindam Dua Belas adalah salah satu karya dari seorang tokoh ternama, pujangga sekaligus pahlawan nasional bangsa Indonesia yaitu Raja Ali Haji. Raja Ali Haji (1808-1872) adalah cendekiawan, sastrawan, budayawan abad ke -19 dari kerajaan Riau-Lingga. Ayahnya bernama Raja Ahmad bin Raja Haji dan ibunya bernama Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor. Ia adalah seorang berketuruanan bangsawan dan tinggal di lingkungan istana yang memperoleh pendidikan dari orang tuanya dan pada usia remajanya pernah belajar pengetahuan agama dari para ulama yang berdatanagn ke Pulau Penyengat pada masa itu. Beliau juga pernah ke Mekah dan sepulangnya dari Mekah beliau berguru dan belajar tentang tarekat naqsabandiyah dengan seorang ulama bernama Syekh Ismail yang dari tanah Jawa yang datang dari Mekah menuju Singapura selanjutnya ke Riau khususnya Pulau Penyengat, sejak mudanya Raja Ali Haji diikutsertakan Raja Ahmad dalam setiap ekspedisi urusan kerajaan berkaitan tugas-tugas pemerintahan dan administrasi pemerintahan yang menuntut tanggungjawab besar tentunya karena sang ayah Raja Ahmad adalah seorang pujangga, ulama, dan penasehat kerajaan sekaligus merangkap wakil resmi Yang di pertuan Muda Riau VI Raja Ja’far ( 1805-1831 ) yang juga saudara kandungnya sendiri.Raja Ahmad adalah tokoh yang giat dalam menuntut ilmu. Sementara itu kakek Raja Ali Haji yaitu Raja Haji adalh tokoh yang gigih dalam mempersatuan rakyat dan berjuang melawan penjajah, beliau syahid fi sabilillah dalam pelawanan dengan penjajah di teluk ketapang

pada tahun 1784 dan di kukuhkan sebagai

pahlawan nasional Republik Indonesia pada tanggal 10 November 1997. Raja Ali Haji aktif membina dan menghimpun guru-guru dari berbagai bidang ilmu, turut serta dalam mengajar ilmu agama seperti ilmu fiqih, kalam, tasawuf,nahwu-shorof bahasa arab dengan tujuan agar masyarakatnya memiliki pengetahuandan berwawasan luas dan tidak meninggalkan jadiri sebagai orang Melayu. Pemikiran-pemikiran bernas Raja Ali Haji ini dapat dilihat dalam hasil karya yang dihasilkannya. Sebagai sosok ulama, pujangga,

sejarawan dan budayawan, Raja Ali Haji telah banyak melahirkan karya berupa naskah dan cetakan dalam huruf Arab, antara lain: 1) Bustan al-Katibin Li al-Subyan al-Mutaallimin, Yayasan Kebudayaan Indera Sakti Pulau Penyengat, (tahun 1983) 2) Kitab Pengetahuan Bahasa, diterbitkan oleh Al-Mathba at Al-Ahmadiyah/AlAhmadiah Press, Singapura (tahun 1345 AH). 3) Syiar Hoekoem Nikah, Syair Siti Shianah Shahib al-Ulum wa al-Amanah, Yayasan Kebudayaan Indera Sakti Pulau Penyengat (tahun 1983). 4) Gurindam Dua Belas dan terjemahannya dalam bahasa Belanda oleh E. Netscher De Twaalf

Spreukgedichten,

diterbitkan

oleh Tijdschrift

van

het

Bataviaasch

Genootschap II, Batavia (tahun 1854). 5) Muqaddimah Fi Intizam al-Wazaif al-Mulk, diterbitkan oleh Pejabat Kerajaan Lingga (tahun 1304 AH). 6) Tsamarat al-Muhimmah, diterbitkan oleh Pejabat Kerajaan Lingga (tahun 1304 AH). 7) Sinar Gemala Mestika Alam, diterbitkan oleh Mathba at Al-Riauwiyah, Pulau Penyengat (tahun 1313 AH). 8) Silsilah Melayu dan Bugis, diterbitkan oleh Al-Imam, Singapura (tahun 1911). 9) Suluh Pegawai, diterbitkan oleh Mathba at Al-Ahmadiah, Singapura (tahun 1342 AH). 10) Siti Shianah, diterbitkan oleh Mahtha at Al-Ahmadiah/Al-Ahmadiah Press, Singapura (tahun 1923). 11) Tuhfat Al-Nafis, diterjemahkan oleh R.O Winstedt dan diterbitkan oleh The Malayan Branch of Royal Asiatic Society, Singapura (tahun 1932). 12) Syair Abdul Muluk, Singapura. Selain karya-karya tersebut di atas, Raja Ali Haji juga memiliki karya yang dicetak dalam huruf Latin, antara lain: 1) E. Netscher, De twaalf spreukgedichten; Een Maleisch gedicht door Radja Ali Hasji van Riouw, uitgegeven en van de vertaling en aanteekeningen voorzien, Tijdschbrift voor indische Taal-, Land-en Volkenkunde 2 : 11-32 (tahun 1854). 2) Bustanu al-Katibin, diterjemahkan oleh H. Von de Wall, Boekbeoordeling door H von de Wall: Kitab Perkeboenan bagi kanak-kanak jang hendak menoentoet berladjar akan dija, Tjidschrift voor Indische Taal-, Landen Volekenkunde (tahun 1870).

3) Tuhfat Al-Nafis, diterjemahkan oleh Encik Munir bin Ali, Malaysian Publication Ltd., Singapura (tahun 1965). 4) The Precious Gift (Tuhfat al-Nafis), diterjemahkan oleh Virginia Matheson & Barbara Watson Andaya, Oxford University Press, Kuala Lumpur (tahun 1982). 5) Tuhfat Al-Nafis: Raja Haji Ahmad dan Raja Ali Haji, diterjemahkan oleh Virginia Matheson, Fajar Bakti, Petaling Jaya (tahun 1982). 6) Gurindam Dua Belas, dalam Abdul Hadi W.M., Sastra Sufi; Sebuah Antologi, Pustaka Firdaus, Jakarta (tahun 1985). 7) Kitab Pengetahuan Bahasa, diterjemahkan oleh R. Hamzah Yunus, Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pekanbaru (tahun 198-1987). 8) Syair Abdul Muluk, Balai Poestaka, Batavia, (tanpa tahun). 9) Syair Abdul Muluk, diterjemahkan oleh Siti Syamsiar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pekanbaru (tahun 1988-1989). 10) Tuhfat al-Nafis, Virginia Matheson Hooker, Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur (tahun 1991). 11) Syair Suluh Pegawai, Al-Mathba ah al-Ahmadiyah/al-Ahmadiah Press, Singapura (17 Rabiul Awal 1342 AH/1923). 12) Penyair dan Tuan Puteri, dalam Berkala Sastra Menyimak, terbitan ketiga 28 April – 28 Juli, Pekanbaru (tahun 1993). Kehidupan Raja Ali Haji tersebut tidak terlepas dari kancah campur tangan bangsa asing yang masuk dan menyebar ke seluruh Nusantara pada abad ke 18 dan ke 19 serta berimbas pada semua aspek sosial kehidupan masyarakat Melayu Riau pada masa itu, dan beliau diperkirakan wafat tahun 1872, dimakamkan di Pulau Penyengat, tepatnya di komplek makam Engku Puteri atau Raja Hamidah berdampingan dengan makam ayahnya

Raja

Ahmad bin Raja Haji. Selain itu juga Raja Ali Haji dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional, atas karyanya Kitab Pedoman Bahasa yang ditetapkan sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia, dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono

pada

tanggal 10 November 2004. Secara historis Gurindam adalah produk karya sastra bagian dari tradisi lisan, dimana secara bentuknya sastra juga dibedakan ke dalam tiga bentuk, yakni drama, puisi dan prosa. Gurindam merupakan salah satu sastra yang berbentuk puisi. Mat Piah ( 1989, hlm. 316) mengatakan gurindam adalah suatu jenis syair melarat yang tiada tetap suku katanya atau rangkapnya; isinya mengandungi fikiran-fikiran yang bernas dengan bahasa yang riang dan

suka sebagai nyanyian. Sebaliknya menurut Alisjahbana mengemukakan bahwa gurindam ialah nasihat, pengajaran dan kebenaran. Kalau di tilik gurindam itu dekat benar dengan pepatah dan peribahasa (Mat Piah, 1989, hlm. 44-45) dengan ciri-ciri gurindam menurut Mat Piah adalah (1).bahasanya seperti bahasa bernyanyi atau sekurang-kurangnya membawa imbasimbas nyanyi, serta menunjukkan ada kesempatan boleh melangkah-langkahkan masa dan menyuka-menyukakan hati; (2) perkataannya banyak menggambarkan keindahan alam dan mengambil perbandingan daripada keindahan itu seolah-olah untuk melukiskan isinya dengan warna yang cantik; (3) perasaan di dalamnya kebanyakan perasaan suka dan terkadang perasaan bermain-main dan jenaka; (4) isi dan maksudnya terus menerus sahaja seperti syair, tidak ada apa-apa yang boleh dikatakan pembayang maksud; (5) gurindam tua-tua yang telah tetap tersusun semenjak beberapa lama telah jadi seolah-olah bidalan yaitu diketahui dan lancar dimulut orang ramai. (hlm.316) Namun beberapa pernyataan Mat Piah mengenai pengertian dan ciri-ciri gurindam dianggap tidak sesuai dengan definisi gurindam yang diberikan oleh Alisjahbana dan Raja Ali Haji. Definisi dan ciri-ciri yang diberikan oleh Mat Piah tidak mengkhususkan gurindam sebagai sastra yang memiliki unsur pengajaran dan nasihat serta kebenaran. Gurindam yang paling terkenal adalah Gurindam Dua Belas. Karya yang luar biasa ini dibuat oleh Raja Ali Haji. Gurindam Dua Belas selesai ditulis Raja Ali Haji pada 1846 ketika beliau berusia 38 tahun. Gurindam terdiri dari dua baris dalam satu bait. Baris pertama merupakan sebab dan baris kedua merupakan jawabannya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Hasan Yunus, Raja Ali Haji memberikan ta’rif (definisi) Gurindam Dua Belas sebagai berikut:“.....perkataan yang bersajak juga pada akhir pasangannya tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangan saja. Jadilah seperti sajak yang pertama itu syarth (isyarat), dan sajak yang kedua itu jadi seperti jawab.” Maksud dari pernyataan Raja Ali Haji tersebut adalah gurindam merupakan suatu bentuk puisi Melayu, terdiri dari dua baris yang berpasangan, bersajak atau berirama dan memberikan ide yang lengkap atau sempurna dalam pasangannya (Mat Piah, 1989, hlm.313). Gurindam Dua Belas sarat dengan pesan-pesan moral yang di sampaikan dengan bahasa yang kuat dan terpilih melalui karyanya Gurindam Dua Belas diterbitkan dalam Tijdschrift van Het Bataviaasch Genootschap nomor II tahun 1854 ini, Raja Ali Haji memperlihatkan kepiawaiannya di bidang puisi. Karya ini banyak mengandung pesan keimanan dan

ketaqwaan yang mendalam. Selain itu, juga sarat dengan pesan yang mengingatkan betapa pentingnya menjaga hubungan dengan sang khalik (haabblumminallah) dan selaras dengan hubungan dengan sesama manusia (habblumminannas). Gurindam Dua Belas juga menjelaskan konsep pemerintah dan kenegaraan yang selari dengan ajaran Islam. Apabila sudah melaksanakan apa yang terkandung dalam Gurindam Dua Belas, sekaligus telah mengamalkan besar ajaran Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW, dengan demikian, sangat layak bila Gurindam Dua Belas diposisikan sebagai salah satu karya agung sastra Melayu. Gurindam Dua Belas ini digolongkan Hasan Junus sebagai puisi didaktik (syair AlIrsyadi) karena berisikan nasihat dan petunjuk sesuai dengan kehidupan yang diridhai oleh Allah. Raja Ali Haji menyampaikan inti dari dari pesan Al-Quran dan hadits melalui cara seorang sufi yang sarat akan makna tersirat. Menurut Hasan Junus (2002, hlm. 171) bahwa “ Gurindam Dua Belas merupakan intisari dari dua karya Raja Ali Haji yang setelahnya, yaitu Muqaddima Fi Intizam dan Tsamarat Al-Muhimmah ”. Dalam kedua karya itu, Raja Ali Haji memaparkan gagasannya dalam Gurindam Dua Belas lebih luas dan rinci. Selain sebagai salah satu genre puisi, gurindam dalam kebudayaan Melayu juga untuk menyebut lagu ratap yang disampaikan kepada orang-orang yang akan berpisah atau yang ditujukan kepada orang yang meninggal dunia. Pada saat ini, di Kepulauan Riau umumnya dan di Pulau Penyengat khususnya, Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji selalu disampaikan dengan cara disenandung atau dilagukan melalui bermacam irama, seperti irama “selendang delima”, “syair kapal”, dan sebagainya (Dahlan, 2010, hlm.546-548). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Gurindam Dua Belas adalah sebuah karya sastra local masyarakat Kepulauan Riau, tiap baitnya terdiri dari dua baris. Isi dari gurindam biasanya berupa nasihat dan ajaran agama, teridiri dari 12 pasal, memiliki tema dan makna yang berbeda. Adapun tema-tema dan makna yang terdapat di dalamnya adalah sebagai berikut : 1. Pasal I dan II memberi nasihat tentang agama (religius). 2. Pasal III tentang budi pekerti, yaituagar manusia menahan kata-kata yang tidak perlu dan makan seperlunya. 3. Pasal IV tentang tabiat atau akhlak yang mulia, yang muncul dari hati (nurani) dan akal pikiran (budi). 4. Pasal V tentang pentingnya pendidikan dan memperluas pergaulan dengan kaum terpelajar.

5. Pasal VI tentang pergaulan, yang menyarankan untuk mencari sahabat yang baik, demikian pula guru sejati yang dapat mengajarkan mana yang baik dan buruk. 6. Pasal VII berisi nasihat agar orang tua membangun akhlak dan budi pekerti anakanaknya sejak kecil dengan sebaik mungkin. Jika tidak, kelak orang tua yang akan repot sendiri. 7. Pasal VIII berisi nasihat agar orang tidak percaya pada orang yang culas dan tidak berprasangka buruk terhadap seseorang. 8. Pasal IX berisi nasihat tentang moral pergaulan pria wanita dan tentang pendidikan. Juga di jelaskan tentang etika dalam pergaulan antara pria dan wanita harus ada pengendalian diri dan setiap orang selalu rajin beribadah agar kuat imannya. 9. Pasal X berisi nasihat keagamaan dan budi pekerti, yaitu kewajiban anak untuk menghormati orang tuanya. 10. Pasal XI berisi nasihat kepada para pemimpin agar menghindari tindakan yang tercela, berusaha melaksanakan amanat anak buah dalam tugasnya, serta tidak berkhianat. 11. Pasal XII (terakhir) berisi nasihat keagamaan, agar manusia selalu ingat hari kematian dan kehidupan di akhirat. Gurindam Dua Belas sebagai sastra didaktif religius atau Syi’ir Al Irsyad

isinya

sangat kental pengajaran ilmu tasawuf, seperti terkandung dalam salah satu baitnya man aarafa nafsah faqad arafa rabbah artinya‘ barang siapa mengenal dirinya maka mengenal akan Tuhannya’, ini merupakan pendidikan karakter seorang muslim dalam mengapai ridho ilahi. Sastra yang terkandung dalam Gurindam Dua Belas dapat dijadikan sebagai forum yang sengaja diciptakan pengarangnya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan batiniah dan sekaligus sebagai ajang atau media mengungkapkan cita, karsa, karya, memiliki nilai dan makna. Lebih lanjut Efendy ( 2006, hlm.32) menyatakan bahwa Gurindam Dua Belas adalah karya monumental dari tokoh masyarakat sekaligus pemuka agama dari kerajaan Melayu yang mempunyai paradigma

nilai-nilai pendidikan karakter yang aktual dan kontekstual

bagi masyarakat Melayu dan bangsa Indonesia. Raja Ali Haji dalam Bustan al-Katibin (2005,hlm.2) mengemukakan bahwa “gurindam adalah perkataan bersajak pada masingmasing pasangan, akan tetapi perkataannya baru lengkap jika diikuti oleh pasangannya , Baris pertama adalah syarat atau sampiran, baris kedua adalah jawab atau maksud”. Gurindam Dua Belas merupakan gubahan Raja Ali Haji ,dikatagorikan kedalam sastra puisi lama, memiliki 12 (dua belas ) pasal, 86 bait. A. Gurindam Dua Belas Dalam Tunjuk Ajar Melayu

Berikut akan di paparkan Gurindam Dua Belas dalam tunjuk ajar Melayu , antara lain : 1.Gurindam Pasal Kesatu Bait utuh dari Pasal Kesatu Gurindam Dua Belaas adalah sebagai berikut : Barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama. Barang siapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang ma'rifat Barang siapa mengenal Allah, suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari. Barang siapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terpedaya. Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudarat. Adapun makna, nasehat dan tunjuk ajar yang terkandung didalam bait-baait pasal Kesatu antara lain : Bait ke 1 dan 2 : Penjelasannya adalah : bahwa agama adalah pondasi yang penting bagi manusia. Agama adalah pedoman, arah, dasar pijakan, tuntunan utama bagi manusia dalam menjalankan segala aktivitas hidupnya. Agama membuat hidup manusia menjadi ter arah. Agama adalah pegangan hidup bagi manusia. Agama berisi nilai-nilai kebaikan yang membawa keselamatan bagi manusia dalam melakono kehidupannya di dunia ini. Penilain awal kita terhadap orang lain adalah dengan melihat agama yang di anut orang tersebut. Bait ke 2 dan 3 : Barang siapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang ma'rifat Penjelasannya adalah : Gurindam Dua Belas sarat dengan nilai-nilai tasauf.Ini dapat dilihat dalam bait ke 2 dan 3 yang mana 4 hal yang dimaksud adalah 4 permasalahan dalam kehidupan yaitu Allah, diri, dunia dan akhirat. Namun dapat juga bermakna syariat, hakikat, tarekatdan makrifat sesuai dengan kajian yang adaa dalam ilmu tasauf. Adapun ma’rifat bermakna mengetahui rahasia-rahasia Allah dan mengetahui tentang perauran-pertauran yang ada. Intinya adalah dalam kehidupan ini manusia wajib mengenal pencipta nya yaitu Allah, mengenal diri nya sendiri, mengenal dunia sebgai tempat tinggal manusia dan mengenal akhirat sebagai tempat kembalinya manusia.

Bait ke 5 dan 6 : Barang siapa mengenal Allah, suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Penjelasannya adalah : Dengan mengenal Allah SWT sebagai pencipta maka manusia akan melaksanakan semua yang diperintahkan olehNya dan meninggalkan semua larangan Nya. Awal Takwa adalah mengenal Allah, selanjutnya timbulkan rasa iman kepada Allah

SWT sehingga

apapun yang dilakukan di niatkan kepada Allah SWT semata. Bait ke 7 dan 8 : Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari. Penjelasannya: Pada bait ini mengajak manusia agar mengenal dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang memiliki unsure jasmani dan rohani. Manusia harus menggunakan kedua unsure tersebut untuk kebaikan dirinya dengan berlandaskan kepada perintah dan larangan sang penciptaNya yaitu Allah SWT. Keberadaan manusia di dunia ini sebagai khalifah. Harus tertanam keyakinan dalam diri manusia bahwa apa tujuan hidupnya yang sebenarnya. Bait 9 dan 10 : Barang siapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terpedaya. Penjelasannya : Pengajaran yang terdapat dalam bait –bait ini adalah bahwa dunia adalah temapt tinggal sementara bagi manusia untuk itu manusia jangan terlena dan larut dengan segala kesenangan yang ada di dunia karena ia nya tidak kekal. Kehidupan yang kekal adalah akhirat, maka persiapkan bekal terbaik selagi masih di beri umur di dunia ini. Bait 11 dan 12 : Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudarat. Penjelasannya: Akhirat adalah tujuan akhir dari kehidupan manusia dan dunia adalah tempat persinggahan, walaupun demikian manusia

harus berusaha untuk memenuhi segala

kebutuhan hidupnya di dunia ini, tetapi tidak larut dan tidak terpedaya dengan segala

kesenangan yang ada di dunia. Bait-bait ini mengajarkan agar manusia bekerja, ber amal dan beribadah dengan sebaiknya. Kehidupan di dunia menawarkan kesenangan yang penuh tipu daya dan keburukan-keburukan yang dapt menyesatkan manusia. 2.Gurindam Pasal Kedua Bait utuh dari Pasal Kedua Gurindam Dua Belaas adalah sebagai berikut : Barang siapa mengenal yang tersebut, tahulah ia makna takut. Barang siapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang. Barang siapa meninggalkan puasa, tidaklah mendapat dua temasya. Barang siapa meninggalkan zakat, tiadalah hartanya beroleh berkat. Barang siapa meninggalkan haji, tiadalah ia menyempurnakan janji. Penjelasan dari bait-bait dari pasal kedua adalah sebagai berikut : Pasal kedua ini secara umum menjelaskan tentang rukun Islam yang

menjadi

keyakinan umat Islam. Dimana Islam dibangun dalam lima pondasi dasar yaitu syahadat, sholat, puasa zakat dan haji. Syahadat merupakan ikrar atau janji akan eksistensi Allah SWT sebagai Rabb atau pencipta dan Nabi Muhammad

SAW sebagai manusia utusan Nya

kepadaa seluruh alam. Kedua keyakinan ini wajib tertanam dalam diri setiap Muslim. Adapun sholat adalah aktivitas yang berisi ibadah kepada Nya sebagai bukti tanda ketundukan. Sholat dalam pembagiannya adda sholat wajib dan ada sholat sunat. Sholat adalah gerakan badan dengan syarat, rukun tertentu dan memiliki banyak manfaat baik itu secara jasmani maupun secara rohani bagi manusia. Begitu juga dengan puasa, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa itu sendiri. Puasa juga terbagi menjadi dua yaitu puasa wajib dan puasa sunag. Dimana kedua puasa ini memiliki banyak manfat bagi manusia. Dalam hadist shohih di sebutkan bahwa ada dua kebahagian yang akan diterima oleh orang berpuasa yaitu kebahagian saat berbuka puasa dan kebahagiaan saat menghadap sang PenciptaNya. Rukun Islam berikutnya adalah zakat. Zakat bermakna mengeluarkan sebagaian harta ynag dimiliki untuk dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya

yaitu 8 asnab.

Tujuan dikeluarkannya zakat adalah untuk membersihkan gharta yang dimiliki dengan harapan menghapakan ridho Allah SWT semata. Harta yang di zakatkan tersebut juga memiliki aturan dan waktu tertentu, seperti zakat fitrah yang dikeluarkan pada bulan suci

Ramadhan dan zakat mall juga berkaitan harta yang dikeluarkan. Kedua zakat ini memiliki ketentuan dan syaratnya. Rukun Islam yang terakhir adalah haji. Haji adalah kegiatan berkunjung ke baitullah. Haji ini ditujukan kepada umat Islam yang mampu. Haji juga memiliki syarat dan ketentuan yang berlaku didalamnya. 3.Gurindam Pasal Ketiga Bait utuh dari Pasal Ketiga Gurindam Dua Belaas adalah sebagai berikut : Apabila terpelihara mata, sedikitlah cita-cita. Apabila terpelihara kuping, khabar yang jahat tiadalah damping. Apabila terpelihara lidah, nescaya dapat daripadanya faedah. Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan, daripada segala berat dan ringan. Apabila perut terlalu penuh, keluarlah fi'il yang tiada senonoh. Anggota tengah hendaklah ingat, di situlah banyak orang yang hilang semangat Hendaklah peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi. Penjelasan dari bait-bait Pasal Ketiga adalah sebagai berikut : Inti dari pasal Ketiga ini adalah nasehat bagi manusia dalam menggunakan dan memanfaakan anggota tubuh atau panca indra yang telah Allah SWT anugrahi pada manusia. Semua panca indra yang manusia miliki mempunyai tugas , fungsi dan manfaat bagi manusia, namun apabila tidak dimanfaatkan dengan sebaiknya maka akan mendatangkan penyakit bagi diri manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Pemanfaatan panca indra secara individu tentu sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Adapun pemanfaatan secara sosial adalah ketenangan dalam kehidupan sosial manusia. Untuk itu semua panca indra harus di manfaatkan sesuai fitrahnya. Panca indra mata yang ada pada manusia digunakan untuk melihat hal-hal yang baik dan positif. Adapun telingga adalah untuk mendengar maka gunakan sesuai fungsinya yang dapat membawa kebaikan juga. Mulut dan lidah digunakan untuk membicarakan hal-hal yang positif, selanjutnya tangan digunakan untuk memberi dan juga menerima dan untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain serta ingkungan sekitarnya. Panca indra perut dan kemaluan yang dimiliki sebaiknya digunakan untuk hal yang baik juga. Sebagai contoh makan sewaktu lapar dan berhenti makan sewaktu kenyang, serta menjaga

kemaluan dengan cara yang baik. Adapun panca indra kaki yang digunakan untuk berjalan maka alangkah baiknya langkah kaki yang dituju ke tempat-tempat yang membawa kebaikan. 4.Gurindam Pasal Ke empat Bait utuh Pasal Keempat Gurindam Dua Belas adalah sebagai berikut : Hati kerajaan di dalam tubuh, jikalau zalim segala anggota pun roboh. Apabila dengki sudah bertanah, datanglah daripadanya beberapa anak panah. Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang yang tergelincir. Pekerjaan marah jangan dibela, nanti hilang akal di kepala. Jika sedikitpun berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekong. Tanda orang yang amat celaka, aib dirinya tiada ia sangka. Bakhil jangan diberi singgah, itupun perampok yang amat gagah. Barang siapa yang sudah besar, janganlah kelakuannya membuat kasar. Barang siapa perkataan kotor, mulutnya itu umpama ketur. Di mana tahu salah diri, jika tidak orang lain yang berperi. Penjelasan dari pasal Keempat Guridnam Dua Belas diatas adalah sebagai berikut : Semua ucapan dan perbuatan yang di lakukan oleh manusia akan diminta petanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Allah SWT meng anugrahi penglihatan, pendengaran dan hati kepada manusia.Manusia wajib menjaga penglihatannya , ucapannya, pendengarannya, langkahnya, dirinya dan hatinya. Memang tidak di pungkiri bahwa segala perasaan , sikap yang di munculkan berasal dari hati. Hati yang bersih di tunjukkan dengan sifat-sifat mulia dan hati yang kotor selalu membawa manusia pada kefasikan. Untuk itu sangat penting untuk selalu ber prasangka baik. 5.Gurindam Pasal Kelima Berikut bait utuh Gurindam Dua Belas pasal Kelima yaitu : Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa,

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia. Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia. Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu. Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal. Jika hendak mengenal orang yang baik perangai, lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai. Penjelasan dari pasal Kelima adalah sebagai berikut : Ucapan dan perkataan yang baik menjadi identitas seseorang dalam ber interaksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu juga perbuatan yang baik akan mendatangkan ketenangan kepada lingkungan di sekitarnya. Manusia di bekali dengan akal yang pada hakikatnya akal tersebut di arahkan pada kebaikan. Untuk menajdi pribadi yang berkarakter mulia maka perlu ditanamkan nilai-nilai kebaikan di dalam diri manusia itu sendiri. Manusia adalah khalifah yang bertugas untuk memakmurkan bumi dan menjadi pribadi yang memberi mamfaat kepada seluruh isi alam. Gurindam Pasal VI Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat. Cahari olehmu akan guru, yang boleh tahukan tiap seteru. Cahari olehmu akan isteri, yang boleh menyerahkan diri. Cahari olehmu akan kawan, pilih segala orang yang setiawan. Cahari olehmu akan abdi, yang ada baik sedikit budi, Penjelasan dari Pasal Ke eanm Gurindam Dua Belas adalah sebgai berikut : Bait-bait dalam pasal ke 6 Gurindam Dua belas diataa adalah berisikan tuntunan bagi manusia dalaam kehidupannya, antara lain tuntunan dalam mencari isrtri, teman, sahabat, pendidik dan karyawan. Sebagai makhluk sosial sangat penting dalam menjaga silaturahmi. Gurindam pasal VII Apabila banyak berkata-kata, di situlah jalan masuk dusta. Apabila banyak berlebih-lebihan suka, itulah tanda hampir duka.

Apabila kita kurang siasat, itulah tanda pekerjaan hendak sesat. Apabila anak tidak dilatih, jika besar bapanya letih. Apabila banyak mencela orang, itulah tanda dirinya kurang. Apabila orang yang banyak tidur, sia-sia sahajalah umur. Apabila mendengar akan khabar, menerimanya itu hendaklah sabar. Apabila menengar akan aduan, membicarakannya itu hendaklah cemburuan. Apabila perkataan yang lemah-lembut, lekaslah segala orang mengikut. Apabila perkataan yang amat kasar, lekaslah orang sekalian gusar. Apabila pekerjaan yang amat benar, tidak boleh orang berbuat onar. Penjelasan dari Pasal Ketujuh Gurindam Dua Belas adalah sebagau berikut : Dalam kehidupan ini manusia tidak terlepas dengan hubungannya dengan masuia lainnya. Agar hubungan tersebut harmonis maka manuisa wajib menjaga lisannya. Lisan yang tidak terjaga akan merugikan mamusia. Ucapan yang tidak terkendali menjadikan manusia suka berdusta.Bait ini memberikan saran agar berhati-hati dengan ucapan sehingga manusia tidak terjerumus dalam kedustaan, sebagaimana disebutkan dalam bait : apabila banyak berkata kata di situ jalan masuknya dusta. Dalam kehidupannya rasa suka dan duka adalah hal yang wajar, namun manusia harus tetap berada dalam prasangka baik. Ketika berada dalam kebahagaiaan ( suka ) maka tingkah yang harus diperlihatkan adalah tidak berlebihan dan seadanya saja. Dan apabila mendapat cobaan maka kedepankan rasa kesabaran. Selain itu juga dalam mengabil keputusan manusia harus mencermati baik buruknya keputusan yang diambil tersebut karena berpengaruh untuk kehidupan manusia itu sendiri. Allah SWT telah meng anugrahkan fikiran kepada mansuia dan alangkah baiknya segala permasalahan dalam hidup ini di fikirkan dan di putuskan dengan kepala yang tenang. Adapun berkaitan dengan pola asuh anak, maka orang tua harus mendidik dan mengasuh anak-anaknya sesuai dengan tuntunan syariat Islam agar ketika anak bear nantinya akan memberikan manfaat kepada sesamanya dan menjadi kebanggaan oran tuanya. Manusia harus selalu memperbaiki akhlaknya seperti tidak mencela, mengurangi

waktu tidur, menjaga lisannya serta melakukan kegiatan yang memberikan manfaat kepada sesamanya.

Gurindam Pasal VIII Barang siapa khianat akan dirinya, apalagi kepada lainnya. Kepada dirinya ia aniaya, orang itu jangan engkau percaya. Lidah yang suka membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahannya. Daripada memuji diri hendaklah sabar, biar pada orang datangnya khabar. Orang yang suka menampakkan jasa, setengah daripada syirik mengaku kuasa. Kejahatan diri sembunyikan, kebaikan diri diamkan. Keaiban orang jangan dibuka, keaiban diri hendaklah sangka. Penjelasan dari pasal ke Delapan Gurindam Dua Belas adalah sebagai berikut : Pribadi yang ber akhlak mulia adalah pribadi yang selalu berusaha memperbaiki diri dan tidak menzalimi diri sendiri serta memenuhi apa saja yang menajdi hak dari jasmani dan rohani itu sendiri. Akhlak mulia sangat diperlukan dalam kehidupan sosial manusia dengan sesamanya, sifat-sifat tersebut antaranya adalah jujur, amanah, sabar, berbaik sangka. Gurindam Pasal IX Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan,bukannya manusia yaitulah syaitan. Kejahatan seorang perempuan tua, itulah iblis punya penggawa. Kepada segala hamba-hamba raja, di situlah syaitan tempatnya manja. Kebanyakan orang yang muda-muda, di situlah syaitan tempat berkuda. Perkumpulan laki-laki dengan perempuan, di situlah syaitan punya jamuan. Adapun orang tua yang hemat, syaitan tak suka membuat sahabat Jika orang muda kuat berguru, dengan syaitan jadi berseteru.

Penjelasan dari pasal ke Sembilan Gurinam Dua Belas adalah sebagai berikut : Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya. Untuk itu pelaksaanaan hak dan kewajiban harus di laksanakan sesuai porsinya. Dalam melaksanakan kegiatannya manusia hendaklah bersandar pada tuntunan yang telah digariskan agamanya agar tidak salah arah. 10. Gurindam Pasal Kesepuluh Bait utuh dari Pasal Kesepuluh Gurindam Duabelasini, adalah sebagai berikut: Dengan bapa jangan durhaka Supaya Allah tidak murka Denganibuhendaklahhormat Supaya badan dapat selamat Dengananakjanganlahlalai Supaya boleh naik ke tengah balai Dengan isteri dan gundik jangan lah alpa Supaya kemaluan jangan menerpa Dengan kawan hendak lah adil Supaya tangannya jadi kapil Adapun makna penafsiran dan penjelasan dari masing-masing bait yang terkandung di dalam gurindam pasal kesepuluh ini, dapat diuraikan sebagai berikut: Bait kesatu (1): Dengan bapa jangan durhaka Supaya Allah tidak murka Menandakan bahwa bait ini mengawali PasalKesepuluhGurindam Dua Belas yang memulai dengan nasehat kepada anak. Bahwa hendaknya seorang anak janganlah durhaka kepada Bapaknya atau orang tuanya. Sebagaimana yang diajarkan di dalam agama Islam bahwa jika anak durhaka kepada Bapak atau orang tuanya, maka Allah Subhanawata’alla akan memurkainya. Oleh karenanya seorang anak tidak dibenarkan untuk durhaka terhadap Bapak atau orang tuanya, agar Allah Subhanawata’alla tidak murka kepadanya. Bait Kedua (2): Denganibuhendaklahhormat Supayabadandapatselamat Mengandung penafsiran dan makna sebagaimana baik kesatu terhadap Bapak. Maka pada bait kedua Gurindam Pasal Kesepuluh ini juga memberikan petuah amanah dan nasehat kepada anak untuk senantiasa hormat kepada ibunya. Dipetuah amanahkan bahwa jika diri anak ingin selamat, maka hormatlah selalu terhadap ibu. Bagaimanapun latar belakang, sikap,

kondisi, keadaan dan kekurangan yang dimiliki oleh ibu kita. Maka hendaklah kita selalu hormat kepadanya. Karena dengan tindakan kita yang selalu menghormati ibu, maka Allah Subhanawata’ala akan memberikan rahmat dan berkahnya kepada kita. Sehingga kita akan diberikan keselamatan di dalam menjalani kehidupan. Memaknai bait kesatu dan kedua memberikan amanah kepada anak untuk senantiasa menghormati ayah dan ibu selaku orang tuanya, sebagai jalan anak memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat. Karena jika anaktidakhormatkepada orang tuanya, makaia akan tergolonganakdurhakayangdimurkai Allah Subhanawata’alla. Bait Ketiga (3): Dengananakjanganlalai Supayabolehnaikketengahbalai Jika dilihat baik kesatu dan kedua yang merupakan petuah amanah bagi anak. Maka baik ketiga ini merupakan petuah amanah kewajiban bagi bapak dan ibu selaku orang tua untuk mendidik anaknya agar menjadi orang yang berhasil meraih kedudukan tinggi di dalam kehidupannya. Untuk mencapai hal tersebut, maka diingatkan kepada orang tua janganlah lalai terhadap anaknya. Menjadi orang tua hendaklah selalu mendampingi, membimbingan, dan mengajari anak tentang hal-hal kebenaran dan kebaikan di dalam menjalani kehidupan. Serta selalu mengingatkan anak akan hal-hal yang salah dan keburukan yang harus dihindari atau tidak boleh dilakukannya di dalam perjalanan hidup si anak. Oleh karenanya pesan yang diberikan adalah agar bapak dan ibu berhasil membawa anaknya menjadi orang atau pemimpin yang sukses, baik dan berhasil. Maka tentunya hal tersebut dapat diraih oleh si anak apabila bapak dan ibunya tidak lalai di dalam memberikan pendidikan yang baik, teladan dan contoh perilaku yang baik.Serta juga menanamkan petuah amanah yang mendukung dan memotivasi anak untuk tumbuh berkembang menjadi sosok pribadi manusia yang baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Bait Keempat (4): Dengan istri dan gundik jangan lah alpa Supaya malu jangan menerpa Pada bait keempat ini diamanahkan kepada suami untuk tidak alpa atau mengabaikan dan melupakan keberadaan istrinya. Bahwa suami wajib memberikan nafkah lahir dan batin kepada istrinya, yaitu sebagai hak yang harus diterima oleh istri sebagaimana mestinya. Dikhawatirkan apabila hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh suaminya, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan istrinya dapat melakukan tindakan dan perbuatan yang dapat memalukan suaminya.

Bait Kelima (5): Dengan kawan hendak lah adil Supaya tangannya jadi kapil Makna tangannya jadi kapil di dalam bait kelima ini adalah memegang amanah. Sehingga yang dipetuah amanahkan di dalam bait kelima gurindam kedua belas ini adalah bahwa di dalam kita berkawan hendaklah kita memperlakukannya secara adil. Sehingga dengan keadilan yang kita ciptakan, maka kawan tersebut merasa kita sebagai orang yang adil dan bijaksana. Hal ini akan menjadikannya untuk menghormati dan menghargai kita. Pada akhirnya kawan tersebut akan senantiasa memegang amanah setiap kepercayaan yang kita berikan kepadanya. Maka kita akan mendapatkan orang kepercayaan yang dapat dijadikan kaki tangan atau wakil kita di dalam melakukanhal-haltertentu yang kitainginkan. 11.

Gurindam Pasal Kesebelas Adapun bait seutuhnya dari Pasal Kesebelas Gurindam Duabelasini,adalah sebagai

berikut: Hendaklah berjasa Kepada yang sebangsa Hendak jadi kepala Buang perangai yang tercela Hendaklah memegang amanat Buanglah khianat Hendaklah marah Dahulukan hujjah Hendak dimalui Jangan memalui Hendak ramai Murahkan perangai Makna penafsiran dan penjelasan dari masing-masing bait yang terkandung di dalam gurindam pasal kesebelas ini, dapat dikemukakan sebagai berikut: Bait Kesatu (1): Hendaklahberjasa Kepada yang sebangsa Bait ini memberikan petuah amanah kepada kita semua bahwa sebagai anak bangsa dan sebagai warga negara hendaknya kita selalu berbuat jasa kepada bangsa dan negara kita. Memberikan penanaman karakter kepada setiap warga negara untuk cinta akan bangsa dan tanah air kita sebagai satu persatuan dan kesatuan berbangsa. Maka kita semua wajib untuk

membela bangsa dan tanah airkita. Maknanya bahwa bagaimanapun kondisi dan kemampuan baik yang kita miliki, maka wajib untuk kita berikan dan persembahkan yang terbaik bagi bangsa dan negara kita. Dengan kita berjasa dan memberikan jasa kita kepada bangsa dan negara, maka kita merupakan anak bangsa yang tahu akan berterima kasih kepada ibu pertiwi serta nusa dan bangsa. Bait Kedua (2): Hendaklah jadi kepala Buanglah perangai yang cela Memberikan petuah dan amanah kepada kita semua bahwa apabila kita menjadi pemimpin apakah itu sebagai pemimpin formal maupun pemimpin nonformal. Maka hendaklah kita memiliki perilaku, tingkah laku, sikap dan tindak tanduk yang baik dan berbudi pekerti yang luhur, serta berperi kemanusiaan yang baik. Oleh karenanya seorang pemimpin hendaknya tidak memiliki atau terhindar dari perbuatan dan perilaku yang tercela atau

tidak

baik.

Mengandung

amanah

bahwa

setiap

orang

yang

akanmenjadipemimpinharusmenjadi contoh dan berperilaku yang dapatmenjadisuritauladan. Maka seorang pemimpintakboleh memiliki sifat, sikap, danperilakutercela yang bertentangan dengan norma-norma kesusilaan sebagaimana mestinya. Bait Ketiga (3): Hendaklah memegang amanat Buanglah khianat Memiliki makna bahwa setiap orang di dalam kehidupannya sehari-hari, hendaklah selalu memegang amanat yaitu menjaga setiap kepercayaan yang diberikan kepadanya. Oleh karenanya setiap orang yang memegang amanat, akan senantiasa menjaga segala kepercayaan yang diterimanya. Hal ini dapat terwujud apabila di dalam menjalankan amanat yang diberikan, seseorang tersebut tidak akan mengkhianati, tidak akan melanggar, dan tidak akan menyelewengkan segala kepercayaan yang diberikan kepadanya. Orang yang memegang amanat memiliki sifat dan perbuatan yang selalu menjaga segala kepercayaan yang diberikan kepadanya dan tidak akan menyalahgunakannya dengan alasan apapun. Memberikan penanaman karakter dan petuah bagi semua orang untuk senantiasa menjaga dan memelihara seluruh kepercayaan yang diberikan kepadanya. Serta tidak boleh memiliki dan selalu membuang jauh-jauh sifat khianat di dalam dirinya di dalam menjalankan segala amanat yang diterima. Bait Keempat (4): Hendak marah Dahulukan hujjah

Bait keempat ini mengandung pengajaran bahwa apabila seseorang ingin marahmarah. Hendaknya sebelum marah kemukakanlah terlebih dahulu hujjah yaitu alasan-alasan. Bahwa di dalam pemahaman ajaran Islam marah merupakan perbuatan setan. Sehingga apabila setiap orang yang melakukan marah tanpa diawali dengan alasan, maka dapat berakibat pada emosi yang tidak dapat terkawal olehnya.Dikarenakanmarahnya tersebut dapat kerasukan setan yang dapat berdampak kepada hal-hal yang tidak baik sebagaimana yang diharapkan. Jika kemarahan yang tidak didasari dengan alasan yang masuk akal, maka dapat menimbulkan suatu ketidakbaikan. Sementara jika diawali dengan alasan yang dapat diterima, maka kemarahan yang muncul tidak akan berapi-api melainkan dapat dikendalikan. Sehingga emosi dapat dikawal dan pihak yang dimarah atau ditegur dapat menerimanya dan terhindar munculnyapertentangan yang dapat mendatangkan ketidakbaikkan. Jadi petuah amanah bait keempat ini adalah bertujuan untuk mendatangkan kebaikan. Bait Kelima (5): Hendak dimalui Jangan memalui Bahwa ungkapan dimalui dalam bait ini dimaknai sebagai disegani, dihargai, danataudihormati. Sementara ungkapan jangan memalui adalah harus menghargai, harus menghormati, dan tidak membuat malu orang lain. Petuah amanah dari bait kelima ini mengandung makna bahwa apabila kita ingin disegani, dihargai dan dihormati orang lain. Maka kita harus menghargai, harus menghormati dan tidak boleh membuat malu orang lain. Oleh karenanya di dalam kita bertingkah laku sehari-hari, hendaknya selalu memeprhatikan untuk tidak berlebih-lebihandalamberkata-kata, bersikap, bertindak, dan bertingkah laku. Bait Keenam (6): Hendak ramai Murahkan perangai Adapun kata Ramai dalam bait keenam ini dimaknai dengan disenangi atau disukaiorang banyakSementara perangai dimaknai dengan tingkah laku. Oleh karenanya murah perangai dimaknai dengan bertingkah laku yang baik, ramah, bersahabat, dan sebagainya. Petuah amanah yang disampaikan adalah bahwa setiap orang apabila ingin disenangi atau disukai orang banyak. Hendaknya senantiasa menjaga sikap dan tingkah lakunya yang baik. Maknanya setiap orang harus memiliki sikap dan sifat ramah, bersahabat, mudah bergaul, empati, dan sebagainya sehingga semua orang akan senangterhadapdirikita. 12.

Gurindam Pasal Keduabelas

Bait selengkapnya dari pasal terakhir yaitu Pasal Keduabelas Gurindam Duabelasini, adalah sebagai berikut:

Raja mufakat dengan menteri Seperti kebun berpagarkan duri Betul hati kepada raja Tanda jadi sebarang kerja Hukum adil atas rakyat Tanda raja beroleh inayat Kasihkan orang yang berilmu Tanda rahmat atas dirimu Hormat orang yang pandai Tanda mengenal kasa dan cindai Ingatkan dirinya mati Itulah asal berbuat bakti Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta Penafsiran dan penjelasan dari masing-masing bait yang terkandung di dalam pasal terakhir gurindam ini yaitu pasal keduabelas, dapat dijelaskan sebagai berikut: Bait Kesatu (1): Raja mufakat dengan menteri Seperti kebun berpagarkan duri Raja mufakat dengan menteri mengandung makna raja atau kepala pemerintahan dan bawahannya selalu sepaham, sehaluan, sepakat dan atau seiya sekata. Kiasan kebun berpagar duri dimaknai sebagai suatu kesatuan yang kokoh terjamin dari pelbagai macam pihak luar. Mengandung tafsir bahwa seorang raja atau kepala pemerintahan hendaklah senantia sasearah, memiliki kesepahaman, memiliki satu bahsa, satu pemikiran dan pemahaman yang serasi dan selaras dengan bawahannya di dalam mengelola pemerintahan. Dengan demikian, maka pemerintahan akan menjadi kuat, kokoh, berwibawa, dan bermarwah di dalam melaksanakan roda pemerintahan demi mensejahterakan rakyat dan masyarakat. Sehingga pemerintahannya tidak mudah untuk digoyangkan atau dihancurkan oleh pihak lain yang ingin menghancurkannya. Bait Kedua (2): Betul hati kepada Raja

Tanda jadi sebarang kerja Makna ungkapan betulhati dalam bait kedua ini adalahberbaiksangka. Sedangkan ungkapan sebarangkerjadimaknai dengansemuapekerjaan yang dilaksanakan. Petuah amanah yang dapat ditafsirkan dalam bait ini adalah hendaknya seluruh rakyat atau seluruh masyarakat senantiasa berbaik sangka terhadap raja atau kepala pemerintahannya. Maknanya sebagai rakyat dan masyarakat hendaknya menghormati dan menghargai seluruh program kerja dan perencanaan yang telah dibuat dan disusun oleh raja dan kepala pemerintahan. Oleh karenanya sebagai rakyat dan masyarakat harus bersedia untuk mendukung dan berpartisipasi aktif melaksanakan seluruh program perencanaan yang telah disusun tersebut, demi kelancaran operasional pemerintahan dan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut dapat terwujud apabila rakayat dan masyarakat senantiasa berbaik sangka kepada raja dan kepala pemerintahannya. Karena dengan etiket baik tersebut , maka semuap rogram kegiatan pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakanakan dapat membuahkan hasil yang baik dan maksimal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Bait Ketiga (3): Hukum adil atas rakyat Tanda Raja beroleh inayat Ungkapan hokum adil atas rakyat diartikan sebagai raja atau kepala pemerintahan harus berlaku adil kepada rakyat atau masyarakat. Makna inayat diartikan sebagai pertolongan Allah Subhanawata’alla. Sehingga bait ketiga ini ditafsirkan bahwa raja atau kepala pemerintahan wajib berlaku adil kepada rakyat dan masyarakatnya. Apabila hal tersebut diterapkan oleh raja ataupun kepala pemerintahan di dalam menjalankan kepemimpinannya. Maka raja atau kepala pemerintahan akan senantiasa memperoleh pertolongan dari Allah Subhanawata’alla di dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan. Serta terhindar dari segala kesulitan dan persoaalan. Bait Keempat (4): Kasihkan orang berilmu Tanda rahmat atas dirimu Bait keempat ini memberikan petuah amanah kepada kita untuk senantiasa mengasihi, menyayangi, dan mencintai orang yang berilmu. Karena dengan ilmulah maka tamadun dan peradaban manusia dapat berkembang. Bahwa siapa pun yang mengasihi orang yang berilmu, maka dia akan senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah Subhanawata’alla.

Bait Kelima (5): Hormat kan orang yang pandai Tanda mengenal kasa dan cindai Secara harfiah, Makna kata kasa secara harfiah adalah kain yang kasar dan bermutu rendah.Sedangkan kata cindai adalah sutera yang halus, yang bermutu tinggi. Sehingga dalam konteks ini kasa mengacu kepada makna sesuatu yang tidak berharga,sedangkan cindai berkonotasi kepada sesuatu yang berharga dan bernilai.Pesan petuah amanah dalam bait kelima ini adalah bahwa kita semua harus menghormati orang yang pandai atau ahli di dalam bidangnya. Karena dari orang yang pandai atau ahli tersebutlah, maka kita dapat membedakan antara sesuatu yang tidak berharga atau benilai dengan sesuatu yang berharga dan bernilai. Bait Keenam(6): Ingat kan dirinya mati Itulah asal berbuat bakti Ingatkan dirinya mati ungkapan ini menyiratkan makna bahwa setiap manusia sudah tentu menyadari bahwa setiap yang bernyawa pasti mati.Ungkapan asal berbuat bakti menyiratkan makna untuk menghadapi mati itu, maka manusia harus berbuat kebajikan. Pesan yang disampaikan di dalam bait keenam ini adalah bahwa kita manusia pasti akan mati. Oleh karenanya, kita harus senantiasa berbuat kebajikan dan rajin beribadah.Sehingga senantiasa mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SalallahuAlaihiWassallam, dan ridha dari Allah SubhanaWata’alla kelak di akhirat Bait Ketujuh (7): Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta Ungkapan akhirat itu terlalu nyata dari bait ketujuh ini bermakna bahwa akhirat itu memang benar-benar ada. Selanjutnya kepada hati yang tidak buta bermakna kepada hati orang beriman yang menyakini hal-hal gaib.Memberi makna bahwa akhirat itu bukanlah hayalan, melainkan memang benar adanya.Bahwa hanya orang yang beriman dengan kukuhlah yang mampu menyakininya. Maka karena itu, di dunia ini kita harus senantiasa mempersiapkan bekal untuk dapat hidup bahagia di akhirat nantinya.

Related Documents


More Documents from ""