Materi Bab Ii Pengauditan I.docx

  • Uploaded by: alexs dipa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Bab Ii Pengauditan I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,638
  • Pages: 12
AUDIT LAPORAN KEUANGAN HISTORIS DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Kelompok 2: Agustinus I Ketut Alexsdipa

(1707532126)

Gede Togar Pangestu

(1707532144)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER SORE FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2019

A. LATAR BELAKANG PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN Pada bagian berikut ini akan dibahas tentang (1) hubungan antara akuntansi dengan pengauditan, (2) asumsi yang mendasari pengauditan, (3) kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya kebutuhan akan pengauditan, dan (4) manfaat serta keterbatasan pengauditan. HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DAN PENGAUDITAN Banyak pemakai laporan keuangan dan masyarakat awam pada umumnya, rancu tentang hubungan antara auditing dengan akuntansi. Ada yang mengatakan bahwa auditing adalah cabang dari akuntansi, karena orang yang melakukan auditing pasti harus ahli di bidang akuntansi. Ada pula yang mengatakan bahwa pengauditan adalah pemeriksaan atas catatan akuntansi, sehingga pengauditan diartikan sebagai pemeriksaan akuntansi. Dari berbagai macam audit yang biasa dilakukan para auditor, tidak selalu terdapat hubungan antara pengauditan dengan akuntansi. Sebenarnya segala macam informasi yang bisa dikuantifikasi dan bisa diverifikasi akan bisa diaudit, sepanjang terdapat kesepakatan antara auditor dengan pihak yang diaudit mengenai kriteria yang akan digunakan sebagai dasar untuk menyatakan tingkat kepatuhan (kesesuaian). Sebagai contoh, auditor bisa diminta untuk mengaudit keefektifan sebuah perusahaan penerbangan. Kriteria yang biasanya disepakati untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan semacam itu bisa berupa kecepatan, akselerasi, kecepatan jelajah pada ketinggian tertentu, dan sebagainya. Kriteria-kriteria tersebut bukan merupakan data akuntansi. Kriteria yang ditetapkan untuk asersi akuntansi pada umumnya adalah kesesuaian dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Oleh karena itu seorang akuntan pada suatu perusahaan yang ahli di bidang akuntansi tidak harus mengerti tentang pengauditan, tetapi seorang auditor harus memahami akuntansi. Akuntansi menghasilkan laporan keuangan dan informasi penting lainnya, sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan meningkatkan nilai informasi yang dihasilkan proses akuntansi dengan cara melakukan penilaian secara kritis atas informasi tersebut dan selanjutnya mengomunikasikan hasil penilaian kritis tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan. ASUMSI YANG MENDASARI PENGAUDITAN: DATA LAPORAN KEUANGAN BISA DIVERIFIKASI Pengauditan didasarkan pada asumsi bahwa data Iaporan keuangan bisa diverifikasi. Data dikatakan bisa diverifikasi apabila dua orang atau lebih yang memiliki kualifikasi tertentu, masing-masing melakukan pemeriksaan secara independen atas data tertentu, dan dari hasil pemeriksaan tersebut diperoleh kesimpulan yang sama tentang data yang diperiksanya. Masalah bisa tidaknya data diverifikasi terutama berkaitan dengan ketersediaan bukti yang memiliki keabsahan sesuai dengan audit yang dilakukan. Dalam beberapa disiplin, data dikatakan bisa diperiksa apabila pemeriksa bisa membuktikan tanpa keraguan bahwa data benar atau salah. Hal seperti itu tidak berlaku dalam akuntansi dan pengauditan. Auditor hanya membutuhkan dasar yang memadai untuk menyatakan suatu pendapat tentang kewajaran Iaporan keuangan. Dalam melakukan pemeriksaan, auditor mengumpulkan bukti untuk menentukan validitas dan ketepatan perlakuan akuntansi atas transaksi-transaksi dan saldo-saldo. Dalam konteks ini, validitas berarti otentik, benar, baik, atau berdasar, dan ketepatan berarti sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan kebiasaan.

KONDlSl-KONDISI YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA KEBUTUHAN AKAN PENGAUDITAN Masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan pengguna Iaporan keuangan (pengambil keputusan ekonomi) dihadapkan pada informasi yang semakin tidak bisa dipercaya. Dalam konteks audit atas Iaporan keuangan, para pengambil keputusan (kreditur, investor, dan pengguna Iaporan keuangan lainnya) dihadapkan pada informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam bentuk Iaporan keuangan. Agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan yang berbeda (yang sebagian diantaranya merupakan pihak di luar manajemen), maka Iaporan keuangan harus disusun berdasarkan Kerangka Pelaporan Keuangan Yang Berlaku. Para pengguna Iaporan keuangan kadang-kadang meragukan kewajaran informasi yang tertuang dalam Iaporan keuangan yang disusun manajemen karena berbagai alasan antara Iain: (1) informasi dibuat oleh pihak Iain, (2) bias dan motivasi pembuat informasi, (3) volume data, dan (4) kerumitan transaksi. 1. Informasi Dibuait Oleh Pihak Lain Dalam dunia moderen, pengambil keputusan hampir tidak mungkin memperoleh pengetahuan tangan pertama tentang organisasi yang menjadi bisnis mereka. Oleh karena itu mereka “terpaksa” harus mengandalkan diri pada informasi yang dibuat oleh orang Iain. Apabila informasi berasal dari pihak lain, maka kemungkinan (disengaja atau tidak disengaja) adanya informasi yang tidak benar menjadi bertambah besar. 2. Bias dan Motivasi Pembuat Informasi. Apabila informasi disusun oleh pihak atau orang lain yang tujuannya tidak selaras dengan tujuan pengambil keputusan, maka informasi bisa menjadi bias demi keuntungan si pembuat informasi. 3. Volume Data Apabila organisasi menjadi semakin besar, maka data transaksi biasanya juga semakin bertambah banyak. Bertambahnya jumlah transaksi ini bisa menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pencatatan. 4. Kerumitan Transaksi Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini, transaksi pertukaran antar organisasi semakin bertambah kompleks dan akibatnya semakin sulit untuk mencatatnya secara tepat. Cara Mengurangi Risiko lnformasi Ada tiga pilihan yang mungkin dilakukan untuk mengurangi risiko informasi, yaitu: (1) pemakai laporan melakukan sendiri verifikasi atas informasi, (2) pemakai membebankan risiko informasi pada manajemen, dan (3) disediakan Iaporan keuangan yang telah diaudit.  Pemakai Laporan Melakukan Sendiri Verifikasi atas Informasi Pemakai Iaporan datang ke perusahaan untuk melakukan pemeriksaan atas catatan dan mencari informasi tentang keandalan Iaporan. Cara demikian biasanya tidak praktis untuk dikerjakan karena mahal biayanya. Selain itu ditinjau dari segi ekonomis tidaklah efisien apabila semua pemakai laporan keuangan melakukan verifikasi informasi secara sendiri-sendiri.

 Pemakai Membebankan Risiko Informasi pada Manajemen Pada hakekatnya manajemen harus bertanggungjawab untuk menyajikan informasi yang dapat dipercaya bagi para pemakai informasi tersebut. Apabila pemakai laporan mengandalkan keputusannya pada informasi dalam laporan dan sebagai akibat keputusan tersebut ia menderita kerugian, maka pemakai laporan keuangan dapat menuntut ganti rugi kepada manajemen.  Disediakan Laporan Keuangan Auditan Cara yang umum ditempuh untuk mendapatkan informasi yang dapat diandalkan adalah dengan mengharuskan dilakukan audit secara independen. Informasi yang telah diaudit kemudian digunakan dalam proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa informasi tersebut lengkap, akurat, dan tidak bias. Jika terdapat Iebih dari satu pengambil keputusan yang akan memakai informasi, biasanya akan Iebih murah apabila menugasi seseorang melakukan audit untuk kepentingan seluruh pemakai informasi, bukannya meminta tiap pemakai Iaporan untuk melakukan verifikasi secara sendiri-sendiri. Oleh karena Iaporan keuangan pada kebanyakan perusahaan mempunyai banyak pemakai, maka kebutuhan akan pengauditan Iaporan keuangan menjadi semakin besar. Biasanya manajemen akan minta agar auditor memberikan jaminan kepada para pemakai bahwa Iaporan keuangan bisa diandalkan. Apabila opini yang diberikan auditor atas Iaporan Keuangan di kemudian hari terbukti tidak benar, maka auditor akan dituntut di pengadilan oleh dua pihak yaitu pemakai dan manajemen. Pemakai akan menuntut dengan alasan bahwa auditor mempunyai tanggungjawab profesional untuk meyakinkan bahwa informasi keuangan bisa diandalkan. Manajemen menuntut auditor dengan alasan bahwa auditor sebagai pihak yang diminta bantuannya, bertanggungjawab kepada manajemen untuk meyakinkan bahwa informasi bisa dipercaya. MANFAAT EKONOMIS SUATU AUDIT Honorarium audit ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara auditor dengan kliennya. Besarnya honorarium sangat tergantung pada banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan auditor dan tanggungjawab yang harus dipikulnya. Untuk audit pada perusahaan kecil, auditor mungkin hanya mengenakan honorarium beberapa juta rupiah, tetapi dalam perusahaan menengah atau sedang bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah, Bahkan untuk audit atas perusahaan raksasa seperti General Electric atau IBM, honorarium auditnya bisa mendekati atau mungkin melebihi $10 juta. Karena audit membutuhkan biaya, maka manfaat audit sudah barang tentu harus sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Manfaat ekonomis suatu audit Iaporan keuangan antara Iain:  Akses ke Pasar Modal. Undang-undang Pasar Modal mewajibkan perusahaan publik untuk diaudit Iaporan keuangannya agar bisa didaftar dan bisa menjual sahamnya di pasar modal. Tanpa audit, perusahaan akan ditolak untuk melakukan akses ke pasar modal.  Biaya Modal Menjadi Lebih Rendah. Perusahaan-perusahaan kecil seringkali mengauditkan Iaporan keuangannya dalam rangka mendapatkan kredit dari bank atau dalam upaya mendapatkan persyaratan pinjaman yang lebih menguntungkan. Oleh karena Iaporan keuangan auditan dapat menurunkan risiko informasi, biasanya kreditor

bersedia untuk menetapkan bunga yang Iebih rendah, dan para investor mungkin akan bersedia untuk menerima rate of return yang Iebih rendah atas investasinya.  Pencegah Teriadinya Kekeliruan dan Kecurangan. Penelitian teIah membuktikan bahwa apabila para karyawan mengetahui akan dilakukannnya audit oleh auditor independen, mereka cenderung untuk Iebih berhati-hati agar dapat memperkecil terjadinya kekeliruan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi dan memperkecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan asset perusahaan. Dengan demikian, data dalam catatan perusahaan akan Iebih bisa dipercaya dan kerugian karena penggelapan dan sebagainya bisa dikurangi. Selain itu, karena asersi-asersi mereka dalam Iaporan keuangan akan diverifikasi, hal itu bisa mengurangi kemungkinan manajemen melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan.  Perbaikan dalam Pengendalian dan Operasional. Berdasarkan observasi yang dilakukan selama auditor melaksanakan audit, auditor independen seringkali dapat memberi berbagai saran untuk memperbaiki pengendalian dan mencapai efisiensi operasi yang Iebih besar dalam organisasi klien. Manfaat ekonomis biasanya Iebih dirasakan oleh perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. KETERBATASAN AUDIT Auditor tidak bisa memberi jaminan penuh bahwa Iaporan keuangan yang teIah diauditnya bebas dari kesalahan penyajian material yang timbul akibat kesalahan ataupun kecurangan. Laporan keuangan yang telah diaudit tidak dapat benar-benar akurat. Hal ini disebabkan oleh proses akuntansi yang melahirkan Iaporan keuangan, maupun oleh proses pengauditan itu sendiri. Keterbatasan audit yang timbul karena proses audit itu sendiri, bisa terjadi karena berbagai hal. ldealnya auditor harus bisa memperoleh bukti tangan pertama untuk mendukung setiap asersi yang melekat dalam laporan keuangan, tetapi hal Seperti itu kadang-kadang tidak praktis atau tidak mungkin. Bahkan apabila tujuan itu bisa dicapai, biaya untuk memperolehnya mungkin bisa mahal sekali sehingga memberatkan penyusun maupun pengguna laporan keuangan. Selain itu, idealnya pula, agar diperoleh hasil yang lebih akurat, auditor mengaudit seluruh transaksi dan saldo-saldo yang membentuk laporan keuangan. Namun, sekali lagi, hal itu tidak dilakukan auditor karena tidak mungkin atau tidak praktis. Biaya untuk mengaudit seluruh transaksi yang terjadi dalam entitas (misalnya perusahaan), Iebih-lebih entitas besar, bisa menjadi sangat mahal sehingga klien tidak bersedia untuk membayarnya karena tidak ekonomis. Dari segi waktu pelaksanaan audit, tidaklah praktis untuk melakukan audit terhadap seluruh transaksi dan saldo karena waktu yang dibutuhkan pasti akan cukup lama sehingga akan mengurangi manfaat audit itu sendiri, lebih-lebih jika hal itu dilakukan pada sebuah perusahaan publik yang publikasi laporan keuangannya diatur ketat oleh Bapepam. B. PIHAK-PIHAK YANG BERINTERAKSI DENGAN AUDITOR Dalam suatu audit atas Iaporan keuangan, auditor menjalin hubungan profesional dengan berbagai pihak, yaitu: (1) manajemen, (2) pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, (3) auditor internal, dan (4) pemegang saham. MANAJEMEN

Manajemen adalah individu atau kelompok individu dengan tanggungjawab eksekutif untuk melaksanakan operasi entitas. Untuk beberapa entitas di beberapa yurisdiksi, manajemen mencakup beberapa atau semua individu yang bertanggungjawab atas tatakelola, sebagai contoh, anggota eksekutif dewan tata kelola atau seorang manajer pemilik. Dalam konteks audit, manajemen meliputi pejabat pimpinan, kontroler, dan personil-personil kunci dalam perusahaan. Selama audit berlangsung, auditor sangat sering berhubungan atau berinteraksi dengan manajemen. Untuk mendapatkan bukti yang diperlukan dalam suatu audit, auditor seringkali meminta data perusahaan yang bersifat rahasia. Oleh karena itu sangatlah penting bagi auditor untuk menjalin hubungan baik dengan manajemen atas dasar saling percaya dan saling menghormati. PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS TATA KELOLA Standar audit (SA 260) mewajibkan auditor untuk berkomunikasi dengan pihak yang bertangungjawab atas tata kelola dalam audit atas Iaporan keuangan. Komunikasi yang dimaksud oleh SA ini adalah komunikasi dua arah yang efektif, yakni komunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dalam rangka mendapatkan informasi sebagai bukti audlt dan kewajiban auditor untuk memberi informasi kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola untuk berbagai keperluan. AUDITOR INTERNAL Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu entitas (perusahaan) dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada entitas tersebut. Tugas audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen entitas tempat dimana ia bekerja. PEMEGANG SAHAM Para pemegang saham mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit untuk mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik. Oleh karena itu auditor memiliki tanggungjawab yang penting terhadap para pemegang saham sebagai pemakai utama laporan auditor. Selama perikatan audit berlangsung, auditor biasanya tidak berhubungan langsung dengan para pemegang saham karena mereka bukanlah pejabat atau pegawai perusahaan.

C. STANDAR AUDIT Standar audit adalah pedoman umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi tanggungjawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Standar tersebut mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan kompetensi dan independensi, pelaporan, dan bukti.

D. LAPORAN AUDITOR Laporan auditor adalah tahapan terakhir dari keseluruhan proses audit. Alasan mengapa kita perlu mempelajarinya pada bab ini sekarang adalah agar kita memahami berbagai laporan audit yang berbeda ketika kita mempelajarin pengumpulan bukti audit. Konsep bukti ini akan lebih bermanfaat setelah anda memahami bentuk dan isi produk akhir dari suatu audit.

BAGIAN BAGIAN DALAM LAPORAN AUDITOR Suatu laporan auditor wajar tanpa pengecualian berisi sambilan bagian sebagai berikut : 1. Judul laporan. Standar audit mewajibkan bahwa laporan auditor harus memiliki sebuah judul yang mengindikasikan secara jelas bahwa laporan tersebut adalah sebuah laporan seorang auditor independen. 2. Pihak yang dituju. Laporan auditor harus ditujukan kepada pihak sebagaimana yang diharuskan menurut ketentuan perikatan. Peraturan perundang undangan seringkali menentukan kepada siapa laporan auditor di tujukan dalam yurisdiksi tersebut. 3. Paragraf pendahuluan. 4. Tanggung jawab manajemen dan laporan keuangan. Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul “tanggung jawab manajemen yang atas laporan keuangan. Bagian dari laporan auditor ini menjelaskan tanggung jawab pihak pihak dalam organisasi yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan, laporan auditor tidak perlu merujuk secara khusus pada “manajemen”, tetapi harus menggunakan istilah yang tepat pada konteks kerangka hukum dalam yuridiksi tertentu, dalam beberapa yurisdiksi, pengacuan yang tepat dapat menggunakan “pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola”. 5. Tanggungjawab Auditor. Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul ”Tanggungjawab Auditor”. Laporan auditor menyatakan bahwa tanggungjawab auditor adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan audit untuk mengontraskannya dengan tanggungjawab manajemen atas penyusunan laporan keuangan. 6. Opini auditor. Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul “opini”. Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar, laporan auditor harus, kecuali jika diharuskan lain oleh peraturan perundang undangan 7. Tanggungjawab pelaporan lainnya. Jika auditor menyatakan tanggungjawab lainnya dalam laporan auditor atas laporan keuangan yang merupakan tambahan terhadap tanggungjawab auditor berdasarka SA untuk melaporkan laporan keuangan, maka tanggung jawab pelaporan lain tersebut harus dinyatakan dalam suatu bagian terpisah dalam laporan auditor yang diberi judul “Laporan lain atas ketentuan hukum dan regulasi”, atau judul lain yang dianggap tepat menurut isi bagian ini. 8. Tanda Tangan Auditor. Laporan auditor harus ditandatangani. Tanda tangan auditor dilakukan dalam nama kantor akuntan publik ( KAP ) dan nama rekan. Selain itu, laporan auditor harus mencantumkan nomor izin KAP dan nomor izin rekan yang menandatangani laporan auditor. 9. Tanggal laporan audit. Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal dari tanggal ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini auditor atas laporan keungan.

KONDISI KONDISI PENGECUALIAN

UNTUK

PERUMUSAN

OPINI

WAJAR

TANPA

Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku. Untuk merumuskan opini

tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah memperoleh keyakin memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.

MODIFIKASI TERHADAP OPINI AUDITOR Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika: (a) Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material; atau (b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material. Ketepatan Kebijakan Akuntansi yang Dipilih Dalam hubungannya dengan ketepatan kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajemen, kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan dapat timbul ketika: (a) Kebijakan akuntansi yang dipilih tidak konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; atau (b) Laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, tidak mencerminkan transaksi dan peristiwa dalam suatu cara untuk mencapai penyajian wajar. Penerapan Kebijakan Akuntansi yang Dipilih Dalam hubungannya dengan penerapan kebijakan akuntansi yang dipilih, kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan dapat timbul: (a) Ketika manajemen tidak menerapkan kebijakan akuntansi yang dipilih secara konsisten sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan, termasuk ketika manajemen tidak menerapkan kebijakan akuntansi yang dipilih secara konsisten antar periods atau terhadap transaksi dan peristiwa serupa (konsistensi dalam penerapan); atau (b) Karena metoda penerapan kebijakan akuntansi yang dipilih (seperti suatu kesalahan dalam penerapan yang tidak disengaja). Ketepatan Kecukupan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Dalam kaitannya dengan ketepatan atau kecukupan pengungkapan dalam |aporan keuangan; kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan dapattimbul ketika: (a) Laporan keuangan tidak mencantumkan seluruh pengungkapan yang diharuskan oleh kerangka pelaporan keuangan yang bedaku; (b) Pengungkapan dalam laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; atau (c) Laporan keuangan tidak menyajikan pengungkapan yang diperlukan untuk mencapai penyajian wajar.

Sifat Ketidakmampuan untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat Ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat (disebut juga sebagai pembatasan ruang lingkup audit) dapat timbul dari: (a) Kondisi di luar pengendalian entitas; (b) Kondisi yang berkaitan dengan sifat atau waktu dari pekerjaan auditor; atau (c) Pembatasan yang dilakukan oleh manajemen.

PENENTUAN TIPE MODIFIKASI TERHADAP OPINI AUDITOR Modifikasi yang harus dilakukan terhadap opini auditor, tergantung pada materialitas dan seberapa pervasif dampak dari faktor penyebab modifikasi tersebut terhadap kewajaran laporan keuangan sebagai keseluruhan. Pengertian “pervasif” dalam konteks kesalahan penyajian, untuk menggambarkan pengaruh kesalahan penyajian terhadap laporan keuangan atau pengaruh kesalahan penyajian yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, yang tidak dapat terdeteksi karena ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Tipe modifikasi terhadap opini auditor terdiri dari: (1 ) Opini wajar dengan pengecualian (2) Opini tidak wajar (3) Opini tidak menyatakan pendapat

Konsekuensi dari Ketidakmampuan untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat yang Disebabkan oleh Pembatasan yang Dilakukan oleh Manaiemen setelah Auditor Menerima Perikatan 



 

Jika, setelah menerima perikatan, auditor menyadari bahwa manajemen telah melakukan pembatasan terhadap ruang lingkup audit yang menurut auditor kemungkinan akan menyebabkan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat atas Iaporan keuangan, maka auditor harus meminta manajemen untuk mencabut pembatasan tersebut. Jika manajemen menolak untuk mencabut pembatasan tersebut. maka auditor harus mengomunikasikan hal tersebut kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, kecuali jiika pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan entitas. dan menentukan apakah terdapat kemungkinan untuk melakukan prosedur alternatif untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, maka auditor harus menentukan implikasinya sebagai berikut: Jika auditor menarik diri seperti dijelaskan di atas, sebelum menarik diri, auditor harus mengomunikasikan kesalahan penyajian yang teridentifikasi selama audit yang dapat menyebabkan modifikasi terhadap opini dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola.

Pertimbangan Lain yang Berkaitan dengan Opini Tidak Wajar atau Opini Tidak Menyatakan Pendapat Ketika menurut auditor suatu opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat perlu dinyatakan atas Iaporan keuangan secara keseluruhan, Iaporan auditor juga tidak diperkenankan untuk mencantumkan opini tanpa modifikasian, berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang sama, atas suatu Iaporan keuangan tunggal atau satu atau lebih unsur, akun, atau pos tertentu Iaporan keuangan. Pencantuman opini tanpa modifikasian tersebut dalam Iaporan yang sama dalam kondisi tersebut akan bertentangan dengan opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan Pendapat atas Iaporan keuangan secara keseluruhan.

BENTUK DAN ISI LAPORAN AUDITOR KETIKA OPINI DIMODIFIKASI Basis untuk Paragraf Modifikasi 





 

Ketika auditor memodifikasi opini atas Iaporan keuangan, auditor harus, sebagai tambahan terhadap unsur tertentu yang diharuskan SA 700, mencantumkan suatu paragraf dalam Iaporan auditor yang menyediakan suatu penjelasan tentang hal-hal yang menyebabkan modifikasi tersebut. Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam Iaporan keuangan yang berkaitan dengan jumlah tertentu dalam laporan keuangan (termasuk pengungkapan kuantitatif), maka auditor harus mencantumkan suatu penjelasan dan kuantifikasi tentang dampak keuangan yang diakibatkan oleh kesalahan penyajian tersebut dalam paragraf basis untuk modifikasi, kecuali jika tidak praktis. Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang berkaitan dengan pengungkapan kualitatif (naratif), maka auditor harus mencantumkan suatu penjelasan tentang bagaimana terjadi kesalahan penyajian dalam pengungkapan tersebut dalam paragraf basis untuk modifikasi. Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material, dalam laporan keuangan yang berkaitan dengan tidak diungkapkannya informasi yang seharusnya diungkapkan Jika modifikasi dihasilkan dari ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, maka auditor harus mencantumkan alasan ketidakmampuan tersebut dalam paragraf basis untuk modifikasi.

Paragraf Opini 





Ketika auditor memodifikasi opini audit, auditor harus menggunakan judul “Opini Wajar dengan Pengecualian”, “Opini Tidak Wajar", atau “Opini Tidak Menyatakan Pendapat”, sesuai dengan kondisinya, untuk paragraf opini. Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian karena terdapat kesalahan penyajian material dalam Iaporan keuangan, auditor harus menyatakan dalam paragraf opini Ketika audtitor menyatakan suatu opini tidak wajar, auditor harus menyatakan dalam paragraf opini



Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidak mampuannya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus menyatakan dalam paragraf opini

Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor Menyatakan suatu Opini Wajar dengan Pengecualian atau Opini Tidak Wajar 

Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak waiar, auditor harus mengubah penjelasan tentang tanggungjawab auditor untuk menyatakan bahwa auditor yakin bahwa bukti audit yang diperoleh oleh auditor adalah cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini modifikasian.

Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor tiduk Menyatakan Pendapat Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus mengubah paragraf pendahuluan dalam Iaporan auditor untuk menyatakan bahwa auditor ditugasi untuk mengaudit Iaporan keuangan. Auditor juga harus mengubah penjelasan tentang tanggungjawab auditor dan ruang lingkup. KOMUNIKASI DENGAN PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS TATA KELOLA Ketika auditor berharap untuk memodifikasi opininya dalam Iaporan auditor, auditor harus berkomunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang kondisi yang menuntun pada modifikasi yang diharapkan tersebut dan usulan susunan kata-kata atas modifikasi tersebut. PARAGRAF PENEKANAN SUATU HAL DAN PARAGRAF HAL LAIN DALAM LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Paragraf Penekanan Suatu Hal dalam Laporan Auditor Jika menurut auditor perlu untuk menarik perhatian pengguna Iaporan keuangan atas suatu hal yang disajikan atau diungkapkan dalam Iaporan keuangan yang, menurut pertimbangan auditor, sedemikian penting yang bersifat fundamental bagi pemahaman pengguna Iaporan keuangan atas Iaporan keuangan, maka auditor harus mencantumkan suatu Paragraf Penekanan Suatu Hal dalam Iaporan auditor selama auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat bahwa tidak terdapat kesalahan penyajian material atas hal tersebut dalam Iaporan keuangan. Paragraf Hal Lain dalam Laporan Auditor. Jika menurut auditor perlu untuk mengomunikasikan suatu hal lain selain yang telah disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang, menurut pertimbangan auditor, relevan dengan pemahaman penguna laporan keuangan Atas audit, tanggungjawab auditor, atau laporan auditor, dan hal tersebut tidak dilarang oleh peraturan perundangundangan, maka auditor harus mencantumkan suatu paragraf dalam laporan auditor dengan judul "Hal Lain" atau judul Iain yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA JUSUP, Al HARYONO. 2014. Auditing. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Related Documents

Pengauditan Ii Cover.docx
November 2019 14
Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47

More Documents from ""