Manuskrip Meliza Rizky.pdf

  • Uploaded by: Citasari Muhusini
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Manuskrip Meliza Rizky.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,425
  • Pages: 9
GAMBARAN PERILAKU REMAJA PUTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA DALAM MENCEGAH KEPUTIHAN Meliza Rizky Amelia1 Yulia Irvani Dewi2 Darwin Karim3 [email protected] Hp. 081268702080 Abstract Keeping the reproduction organ health of women start from their feminity organ. The bad habit in keeping hygiene of genitalia organ spark the infection that may cause fluor albus. During teenager, the fast changes of physical, psychology and also puberty pointed reproduction can be happen that cause reproduction problem. The purpose of this research is to know the female adolescent habit in keeping their genital organ to prevent fluor albus at YLPI senior high school Pekanbaru. This research is descriptive that used to identificate or describe a phenomenon. The sample taken from total sampling with 188 respondents. The measure equipment that used in this research is the validity and realibility questionnaire. The analyze that used is univariate analyze. The result of this research showed, 69,7% respondents have high knowledge, 53,2% in negative attitude and 62,2% in bad act. This result is recommended for health service to inform or give knowledge in keeping genital organs hygiene of teenager from fluor albus and to demonstrate the good habit in preventing genitalia organ. Key words: habit, female adolescent, genital organs, fluor albus References: 48 (2000-2012) PENDAHULUAN Remaja adalah periode perkembangan dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat, baik secara fisik, maupun psikologis individu dan ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi dapat terjadi (Potter & Perry, 2005). Kesehatan reproduksi remaja yang mempunyai makna suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual (BKKBN, 2012). Masalah reproduksi pada remaja perlu mendapat penanganan serius, karena masalah tersebut paling banyak muncul pada negara berkembang seperti Indonesia, dimana kurang tersedianya akses untuk mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi. Buktinya banyak penelitian yang menyatakan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai

kebersihan organ genitalia para remaja putri (Hurlock, 2000). Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genitalia yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan (Manuaba, 2005). Keputihan fisiologis dapat terjadi pada masa pertengahan siklus menstruasi yaitu sekitar dua minggu setelah haid dan bertepatan dengan waktu ovulasi. Cairan keputihan juga dapat muncul pada wanita yang mendapatkan rangsangan, atau kadang pada saat selesai berhubungan seks. Wanita hamil, juga bisa mengalami keputihan, yang merupakan pengaruh hormonal (Zubier, 2002). Keputihan patologis dapat disebabkan oleh bakteri seperti gonococcus, chlamydia, trichomatis, gardenela, treponema pallidium, adanya infeksi jamur seperti candida dan adanya infeksi parasit seperti trichomonas vaginalis, serta adanya infeksi virus seperti candiloma dan herpes atau kanker pada leher

rahim. Penyebab lain dapat berupa tumor uterus, trauma benda asing seperti tampon yang tertinggal, pencucian vagina terlalu berlebihan dan menggunakan obat yang iritan serta atrofi vulvovagina (Benson & Pernoll, 2008). Keputihan patologis bila tidak diobati dengan tuntas akan berakibat buruk pada kesehatan. Infeksi tersebut dapat merambat ke rongga rahim, kemudian naik ke saluran telur, dan akhirnya bisa sampai ke dalam rongga panggul. Perempuan yang mengalami keputihan akibat infeksi berulang atau menahun, yang tidak diobat tuntas bisa mengalami kemandulan akibat gangguan pada organ reproduksi. Keputihan juga bisa jadi merupakan tanda adanya penyakit lain yang lebih parah seperti tumor pada organ reproduksi (Zubier, 2002). Salah satu penyebab keputihan patologis adalah gaya hidup yang tidak sehat dan cenderung meremehkan kebersihan, baik lingkungan tempat tinggal, rumah, maupun badan secara khusus (Shanti, 2012). Menjaga kesehatan organ reproduksi pada perempuan diawali dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan. Membersihkan vagina dengan cara membasuh secara teratur bagian vulva secara hati-hati menggunakan air bersih, yang harus diperhatikan lagi adalah membersihkan bekas keringat yang ada disekitar bibir vagina (Manuaba, 2002). Perilaku buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan tersebut. Pengetahuan dan perilaku dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan faktor penting dalam pencegahan keputihan (Ratna, 2010). Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku remaja putri menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi gambaran pengetahuan responden tentang kebersihan organ genitalia

dalam mencegah keputihan. Mengidentifikasi gambaran sikap responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan. Mengidentifikasi gambaran tindakan dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan. METODE Jenis penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah 188 remaja putri yang memenuhi kritria inklusi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dengan subjek penelitian seluruh siswi SMA YLPI Pekanbaru. HASIL Berdasarkan penelitian hasil sebagai berikut:

didapatkan

1. Karakteristik responden Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, suku dan agama No

Karakteristik Responden

1.

2.

3.

Jumlah

Persentase

Umur 10-14 15-16 17-21

1  89  98 

0,5%  47,3%  52,1%

Agama Islam

188

100%

Suku Minang Melayu Jawa Batak

68  55  38  26 

36,2% 29,3% 20,2%  14,4%

Total

188

100%

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 17-21 tahun yaitu sebanyak 98 orang (52,1%), semua responden beragama Islam yaitu 188 orang (100%), dengan mayoritas suku responden yaitu Minang sebanyak 68 orang (36,2%).

4. Tindakan responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan

2. Pengetahuan responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan

No

Karakteristik Responden

Jumlah

Persentase

Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan

1. 2.

Baik Buruk

71 117

37,8% 62,2%

Total

188

100%

No

1. 2.

Karakteristik Responden

Jumlah

Persentase

Tinggi Rendah

131 57

69,7% 30,3%

Total

188

100%

Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan tinggi dalam menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah keputihan yaitu sebanyak 131 orang (69,7%). 3. Sikap responden kebersihan organ mencegah keputihan

dalam menjaga genitalia dalam

Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap No

Karakteristik Responden

Jumlah

Persentase

1. 2.

Positif Negatif

88 100

46,8% 53,2%

Total

188

100%

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap negatif sebanyak 100 orang (53,2%) dalam menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah keputihan.

Tabel 4 di atas menunjukkan hasil bahwa dari 188 responden yang diteliti terdapat 117 orang (62,2%) memiliki tindakan buruk dalam menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah keputihan. PEMBAHASAN 1. Karakteristik remaja putri a. Umur remaja putri Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden berumur 1721 tahun yaitu 98 orang (52,1%) dan sebagian kecil responden berumur 1014 tahun yaitu 1 orang (5%). Berdasarkan Bobak, Lowdermilk & Jensen (2005) tahap perkembangan remaja dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu remaja tahap awal (10-14 tahun), remaja tahap menengah (15-16 tahun), dan remaja tahap akhir (17-21 tahun). Semakin dewasa umur seseorang, tingkat pengetahuan seseorang akan lebih matang atau lebih baik dalam berpikir dan bertindak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Afriani (2005) tentang hubungan beberapa faktor remaja putri terhadap kejadian keputihan di SMAN 1 Salatiga, berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan alpa 5% diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna umur dengan kejadian keputihan (p value = 0,0001).

Perubahan fisiologis pada remaja putri menurut Potter & Perry (2005) adalah menarche, ovulasi dan lengkapnya perkembangan payudara, munculnya rambut aksila serta perubahan hormonal. Fase remaja merupakan fase yang sangat penting, karena pada fase ini ditandai dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu menjalankan tugas reproduksi (Yusuf, 2007). Banyaknya perubahan yang terjadi pada masa remaja termasuk proses pematangan organ-organ reproduksi sehingga siap berfungsi sebagai orang dewasa. Tetapi banyak sekali permasalahan yang timbul pada proses pematangan organ reproduksi, salah satunya adalah munculnya keputihan pada remaja putri. Menurut Meliono (2007), umur mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Umur yang semakin bertambah maka pengalaman yang dimiliki juga akan semakin banyak dan beragam. Semakin muda umur seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan cara menjaga kebersihan organ genitalia terutama daerah genitalia (Soekidjo, 2003). Ini erat hubungannya dengan umur responden yang mayoritas adalah 1721 tahun yaitu 98 orang (52,1%) yang merupakan remaja tahap akhir. Remaja pada usia akhir telah melewati tahap perkembangan ditahap sebelumnya. Tugas perkembangan berbeda disetiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan remaja diusia akhir yaitu mencapai kemandirian seperti yang dicapai pada usia remaja pertengahan, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai (Riasyahirin, 2010). Masa remaja adalah masa yang rentan dengan terpaparnya mode atau trend, hal ini sangat mempengaruhi

remaja putri dalam berperilaku terutama masalah kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan. Banyak media yang menyediakan iklan tentang pembersihan organ genitalia akan memicu remaja putri untuk mencoba tanpa memikirkan dampaknya pada organ genitalia, ini disebabkan karena remaja putri kurang mengetahui tentang masalah organ genitalia dan akibat perilaku yang buruk terhadap kesehatan organ genitalia. Menurut Green (2001), umur merupakan faktor penentu dalam tingkat pengetahuan, pengalaman, keyakinan dan motivasi, sehingga umur mempengaruhi perilaku seseorang terhadap objek tertentu. b. Agama Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden beragama Islam yaitu 188 orang (100%). Dalam khazanah Islam juga dibahas masalah kebersihan diri karena kesehatan dalam ajaran Islam juga merupakan hal yang sangat penting yang tentunya dapat diperoleh dengan memperhatikan kebersihan diri. Kebersihan merupakan sebagian dari iman, sebagaimana kebersihan dalam ajaran Islam merupakan suatu hal untuk memperoleh tubuh yang sehat sehingga dapat melaksanakan berbagai aktivitas. Berdasarkan hal ini, remaja putri diharapkan untuk melihat pentingnya kesehatan dari segi agama (Thalib, 2003). c. Suku Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden berasal dari suku Minang yaitu 68 orang (36,2%). Menurut Soekidjo (2003), sosial budaya setempat dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Kebiasaan masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatannya tergantung budaya yang dianutnya, seperti budaya menjaga lingkungan, air dan termasuk dalam perilaku menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan.

2. Pengetahuan responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan Pada penelitian ini diperoleh pengetahuan responden tinggi adalah sebanyak 131 orang (69,7%). Pengalaman dapat dijadikan cara untuk menambah pengetahuan seseorang tentang suatu hal. Selain itu umur juga mempengaruhi daya tangkap dan pola fikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola fikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murni (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap dan tindakan remaja putri dalam mencegah keputihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden adalah tinggi yaitu 42 orang (56,0%). Hasil penelitian tersebut di atas berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2011) tentang gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMP Al-Ikhlas Surabaya didapatkan hasil bahwa 68% mempunyai tingkat pengetahuan kurang dan 21,7%, tingkat pengetahuan cukup, sedangkan 10,3% mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang keputihan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda karena pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor internal yaitu pendidikan, motivasi dan persepsi serta faktor eksternal yaitu informasi, sosial, budaya dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang tinggi juga didukung dengan lokasi sekolah responden disekitarnya banyak terdapat warung internet sehingga responden dengan mudah untuk mengakses informasi tentang menjaga kebersihan organ genitalia

dalam mencegah keputihan. Menurut Sukarni (2000), semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah untuk menerima informasi, sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki untuk meningkatkan kesehatan. 3. Sikap responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan Sikap responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan sebagian besar adalah negatif yaitu 100 orang (53,2%) sedangkan positif sebanyak 88 orang (46,8%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cinthia (2011) tentang gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri dalam mencegah keputihan di SMA Negeri 1 Benai, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden dalam mencegah keputihan adalah negatif yaitu 119 orang (65,7%). Hasil penelitian di atas berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marista (2012) tentang sikap remaja terhadap personal hygiene organ reproduksi di SMK Labor Pekanbaru didapatkan hasil mayoritas responden bersikap positif terhadap personal hygiene yaitu 53,1%. Sikap responden yang negatif dipengaruhi oleh kurangnya motivasi dalam diri responden menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan, karena remaja putri tidak pernah diberikan penyuluhan tentang menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan dan juga menganggap bahwa keputihan merupakan hal yang wajar terjadi pada perempuan. Sikap negatif ini dapat menimbulkan efek yang lebih serius yaitu terjadinya kanker serviks. Menurut Soekidjo (2003), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap yang dilakukan remaja dalam penelitian ini bukanlah sesuatu yang sudah dilakukan, tetapi merupakan gambaran atau refleksi yang akan dilakukan remaja tersebut. Sikap sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah orang lain di sekitar ikut mempengaruhi sikap seseorang (Ali, 2008), dalam hal ini remaja lebih dekat dengan teman sebayanya. Sikap teman dalam menghadapi sesuatu yang terjadi dapat pula mempengaruhi sikap apa yang akan remaja tersebut lakukan. Mudahnya informasi yang didapatkan baik dari media cetak ataupun elektronik saat ini sangat mendukung. Media mempunyai peranan penting dalam penyampaian informasi, adanya informasi baru mengenai suatu hal yang memberikan landassan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut (Saifuddin, 2008). Banyaknya informasi-informasi dari media televisi, majalah dan internet mempengaruhi sikap remaja. Adanya iklan pembersih untuk alat genital, membuat remaja ingin tahu dan mencoba. Remaja tidak mempertimbangkan baik buruknya, mereka hanya melihat sisi baik seperti yang diiklankan. Banyaknya majalah atau tabloid wanita sekarang ini mempermudah remaja mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan wanita, termasuk tentang reproduksi. Seharusnya ini mempermudah remaja untuk mengubah sikapnya. 4. Tindakan responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan Hasil penelitian tentang tindakan sebagian besar adalah buruk yaitu 117 orang (62,2%) sedangkan responden yang memiliki tindakan baik adalah 71

orang (37,8%). Hasil penelitian tindakan di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murni (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap dan tindakan remaja putri dalam mencegah keputihan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan responden dalam mencegah keputihan adalah buruk yaitu 44 orang (58,7%). Penelitian yang dilakukan oleh Qiptiyah (2010) tentang gambaran faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian keputihan di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban juga memiliki hasil yang sesuai dengan penelitian di atas yaitu didapatkan hasil bahwa sebagian besar remaja putri tidak melakukan personal hygiene dengan benar yaitu 59 orang (57,28%). Tindakan responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan yang buruk dipengaruhi oleh sikap responden dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan yang negatif. Hal ini didukung oleh kebiasaan yang dianggap wajar padahal beresiko untuk terjadinya keputihan seperti kebiasaan membersihkan organ genitalia dari arah belakang ke depan, memakai celana berbahan nilon dan memakai antiseptik tanpa ada anjuran dari dokter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap tentang menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan berperan penting dalam membentuk tindakan remaja putri menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prasetyowati, dkk (2009) tentang hubungan personal hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi SMU Muhammadiyah I Metro. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi remaja putri yang mengalami keputihan adalah 75%, proporsi personal hygiene daerah kewanitaaan sebagian besar tidak baik

(62,5%), dalam menjaga kebersihan saat menstruasi sebagian besar tidak baik (77,5%). Hal ini sesuai dengan teori Lawrence Green dalam Soekidjo (2003), kesehatan seseorang dipengaruhi oleh perilaku (non behaviour causes) yang ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor pengaruh (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai), faktor pendukung (lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya sarana-sarana kesehatan), dan faktor penguat (sikap dan perilaku petugas kesehatan). Menurut Kartono (1994, dalam Istiarti 2000), praktik individu terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi individu tentang kegawatan objek, kerentanan, faktor sosiopsikologi, faktor sosiodemografi, pengaruh media massa, anjuran orang lain serta perhitungan untung ruginya dari praktek tersebut. Menurut teori Lewin dalam Notoatmodjo (2007), seseorang bertindak untuk mengobati dan mencegah penyakit, ia harus merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut (susceptible) yang berarti bahwa suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang merasa rentan terhadap penyakit tersebut. Bentuk tindakan yang akan dilakukan dapat menguntungkan atau bahkan merugikan diri sendiri. Dari penelitian ini dapat disimpulkan perilaku remaja putri menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan mayoritas buruk, karena responden berada pada masa remaja yang rentan terpaparnya mode atau trend yang mempengaruhi remaja putri dalam berperilaku terutama masalah kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan. Sikap remaja putri menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan mayoritas negatif juga berperan penting dalam membentuk tindakan remaja putri menjaga

kebersihan organ genitalia mencegah keputihan.

dalam

KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian tentang gambaran perilaku remaja putri menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan di SMA YLPI Pekanbaru, dapat disimpulkan bahwa kelompok umur terbanyak adalah 17-21 tahun (52,1%), agama responden terbanyak adalah Islam (100%) dan suku responden terbanyak adalah suku Minang (36,2%). Hasil penelitian pengetahuan remaja putri tentang menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan adalah tinggi 69,7% dan sikap negatif 53,2% serta tindakan dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan adalah buruk 62,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap tentang menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan berperan penting dalam membentuk tindakan remaja putri menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan. SARAN Bagi tenaga kesehatan untuk menggalakkan program penyuluhan dan demonstrasi kepada remaja putri tentang perilaku menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan, kerja sama dengan dinas pendidikan untuk menyediakan buku atau bacaan yang berhubungan dengan masalah kesehatan organ reproduksi sehingga remaja putri tidak tabu lagi dengan kesehatan reproduksi, menyebarkan brosur, leaflet yang berhubungan dengan masalah organ reproduksi. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai data untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengambil sampel yang lebih besar dan mewakili populasi yang ada dengan menggunakan pendekatan kualitatif agar dapat lebih mendalam mengetahui perilaku remaja putri tentang menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan.

UCAPAN TERIMAKASIH Bapak Erwin, S.Kp., M.Kep selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UR. Ibu Yulia Irvani Dewi, M.Kep, Sp. Mat selaku pembimbing I yang telah bersedia memberikan masukan, bimbingan serta dukungan bagi peneliti. Bapak Ns. Darwin Karim, S.Kep, M. Biomed selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan dan saran. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Program Studi Ilmu Keperawatan UR yang telah banyak memberikan bimbingan, bekal ilmu pengetahuan dan bantuan kepada peneliti dalam penyusunan laporan penelitian ini. Teristimewa kepada Ayahanda Khaidir dan Ibunda Irma beserta adik-adik Debby, Ilham dan Rafli yang telah memberikan semangat, perhatian, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materil serta do’a yang tulus kepada peneliti sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Kepala sekolah SMA YLPI Pekanbaru dan staf yang telah memberikan kesempatan dan kerjasama yang baik sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan dengan lancar. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Ilmu Keperawatan UR khususnya angkatan B 2011 yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan laporan penelitian ini. 1

Mahasiswa PSIK UR Dosen Keperawatan Maternitas dan Anak Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau 3 Dosen Keperawatan Medika Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau 2

DAFTAR PUSTAKA Benson, R.C., & Pernoll, M. L. (2008). Buku saku obstetric & ginekologi. Jakarta: EGC BKKBN. (2012). Kesehatan reproduksi kunci remaja meraih bahagia. Diperoleh tanggal 30 Juli 2012 dari http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.as px?ArtikelID=38 

Istiarti, T. (2000). Menanti buah hati kaitan antara kemiskinan dan kesehatan. Yogyakarta: Media pressindo Manuaba, IBG. (2002). Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: EGC Manuaba, IBG. (2005). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC Ratna. (2010). Pentingnya menjaga organ kewanitaan. Jakarta: Indeks Thalib, Muhammad. (2003). Dibawah asuhan nabi SAW. Jogjakarta: Hidayah Ilahi Zubier, Farida. (2002). Keputihan kapan perlu dicemaskan?. Diperoleh tanggal 30 Juli 2012 dari http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/referensi /media/detail/312  Afriani, Farida. (2005). Hubungan beberapa faktor remaja putri terhadap kejadian keputihan di SMA Salatiga Mei 2005. Diperoleh tanggal 16 Juni 2012 dari http://www.google.co.id/url?sa=t&rct =j&q=www.infokespro.com  Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC Cinthia, Sischa. (2011). Gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri dalam mencegah keputihan di SMA Negeri 1 Benai. Tidak dipublikasikan Green. (2001). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Marista, Enda. (2012). Sikap remaja terhadap personal hygiene organ reproduksi. Tidak dipublikasikan. Murni, Eka Delita. (2010). Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap dan tindakan remaja putri dalam mencegah keputihan. Tidak dipublikasikan Pitri, Nurrika. (2011). Hubungan personal hygiene (genitalia) remaja putri

dengan kejadian keputihan. Tidak dipublikasikan Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC Prasetyowati, dkk. (2009). Hubungan personal hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi SMU Muhammadiyah I Metro. Diperoleh tanggal 6 Juni 2012 dari http://digilib.unimus.ac.id/download.p hp?id=7485 Qiptiyah, Mariyatul. (2012). Gambaran faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian keputihan di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban. Diperoleh tanggal 21 Januari 2013 dari http:// Qiptiyah%20_%20Journal%20DOSE N.htm Ratna. (2010). Pentingnya menjaga organ kewanitaan. Jakarta: Indeks Thalib, Muhammad. (2003). Dibawah asuhan nabi SAW. Jogjakarta: Hidayah Ilahi Widyastuti, Y. (2009). Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya Wiknjosastro, H. (2007). Anatomi panggul dan isinya. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo Yusuf. (2007). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya Zubier, Farida. (2002). Keputihan kapan perlu dicemaskan?. Diperoleh tanggal 30 Juli 2012 dari http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/referensi /media/detail/312     

Related Documents

Manuskrip Meliza Rizky.pdf
November 2019 24
Meliza
October 2019 11
Manuskrip-indo.docx
June 2020 20
Manuskrip 1.docx
November 2019 21

More Documents from "aspa"

Manuskrip Meliza Rizky.pdf
November 2019 24
Oleh:: Citasari
November 2019 24
Liska P,.w Ii.pptx
November 2019 23
Surat Lamaran Buteng.docx
November 2019 20