Manuskrip-indo.docx

  • Uploaded by: Angraini Asrum
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Manuskrip-indo.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,054
  • Pages: 11
Hubungan Kualitas Tidur dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris pada Siswa SMA Yos Sudarso Batam

Angraini Asrum Sari Sinaga1 , Deryne Anggia Paramita2 1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015 2

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Latar Belakang. Akne vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum di dunia. Akne vulgaris adalah penyakit peradangan kronis pada kelenjar pilosebasea, dengan gejala klinis berupa komedo, papul, pustul dan nodul. Akne vulgaris paling sering dijumpai pada usia remaja. Patogenesis akne adalah multifaktorial, yaitu produksi sebum, hiperproliferasi pilosebasea, kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes, dan proses inflamasi. Tidur merupakan proses biologis yang dibutuhkan oleh semua orang. Deprivasi tidur adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat memenuhi tidur yang cukup. Gangguan tidur membawa dampak buruk bagi kesehatan, selain itu dapat mempengaruhi imunitas tubuh, khususnya sitokin proinflamasi, yang juga berperan dalam pathogenesis akne. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara kualitas tidur dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada siswa SMA. Metode. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain studi cross-sectional. Kualitas tidur siswa dinilai dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Tingkat keparahan akne dinilai dengan Global Acne Grading System (GAGS). Penelitian ini dilaksanakan di Batam dengan menggunakan siswa SMA sebagai sampel penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan AgustusOktober 2018. Hasil. Dari 100 orang sampel, terdapat 46 orang siswa laki-laki dan 54 orang siswa perempuan. Responden sebagian besar berusia 16 tahun, dengan rentang usia dari 14 sampai 18 tahun. Akne derajat ringan ditemukan pada 58 orang siswa, akne derajat sedang pada 33 orang siswa, dan akne derajat berat pada 9 orang siswa. Derajat akne pada siswa lakilaki lebih berat dibandingkan siswa perempuan. Dari semua responden, 41 orang memiliki kualitas tidur baik, dan 59 orang memiliki kualitas tidur buruk. Kualitas tidur buruk lebih 1

banyak ditemukan pada siswa perempuan. Tidak ditemukan hasil yang signifikan antara kualitas tidur dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada uji analisis statistik Chi Square (p value = 0,546). Kesimpulan. Tidak ada hubungan antara kualitas tidur dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada siswa SMA Yos Sudarso Batam. Kata Kunci : akne vulgaris, tingkat keparahan, kualitas tidur, siswa SMA

ABSTRACT Background. Acne vulgaris is the most common skin disease in the world. Acne vulgaris is a chronic inflammation of the pilosebaceous unit, manifesting as comedones, papules, pustules, and nodules. Acne vulgaris is found mostly in adolescents. The pathogenesis of acne vulgaris is multifactorial, involving sebum production, hyper-proliferation of pilosebaceous units, colonization of Propionibacterium acnes, and inflammation. Sleep is a biological process needed by human regardless of age. Sleep deprivation is a condition when one fails to fulfill his adequate sleep. Sleep disturbance brings negative impact on health, which can also affects the immune system especially pro-inflammation cytokines, which takes role in the pathogenesis of acne. Objective. This study aims to determine the relation between sleep quality and the severity of acne in high school students. Methods. This is an analytical observational study with cross-sectional design. Students’ sleep quality was assessed using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire. Acne severity was graded using Global Acne Grading System (GAGS). This study took place in Yos Sudarso Senior High School in Batam, from August to October 2018. Results. Of 100 participants, 46 were male students and 54 were female. Most of the participants were 16 years old, with overall age ranging from 14 to 18 years. Mild acne was found in 58 students, moderate acne in 33 students, and severe acne in 9 students. Acne in male students were more severe compared to acne in females. Of all the respondents, 41 had good sleep quality and 59 had poor sleep quality. Poor sleep quality was more frequently found in female students. Chi-Square statistical analysis test showed no significant results on the relation between sleep quality and acne severity (p value =0,546 > α=0,05). Conclusion. There is no relation between sleep quality and acne severity in Yos Sudarso Senior High School students in Batam. Keywords: acne vulgaris, acne severity, sleep quality, high school students.

2

PENDAHULUAN Akne vulgaris adalah penyakit peradangan kronis folikel pilosebasea1. Akne vulgaris disebut kronis karena perjalanan klinisnya yang panjang, kecenderungannya untuk kambuh, dan manifestasi penyakitnya yang dapat terjadi secara lambat maupun akut2. Akne paling sering terjadi pada usia pubertas, namun juga dapat ditemukan pada usia dewasa. Patogenesis akne melibatkan hiperseborea, keratinisasi abnormal folikel, dan proliferasi Propionibacterium acnes pada unit pilosebasea, interaksi ketiga faktor ini menyebabkan perubahan pada lingkungan kutaneus dan akhirnya memicu respon inflamasi yang mendukung perkembangan akne3. Tidur merupakan biologis yang penting. Karena gaya hidup dan kesibukan sehari-hari, kebutuhan untuk tidur sering diabaikan. Dampak buruk kurang tidur bagi kesehatan telah banyak dibuktikan pada penelitian kesehatan, seperti diabetes mellitus tipe 2, dyslipidemia, penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dan stroke4, dan gangguan imunitas tubuh. Deprivasi tidur dapat meningkatkan kadar CD4+ 5, selain itu juga dapat meningkatkan kadar sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6, TNF-α, dan IL-176. Sitokin-sitokin tersebut berperan dalam proses inflamasi, yang juga berperan dalam proses patogenesis akne vulgaris. Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh tidur terhadap akne vulgaris masih menunjukkan hasil yang bertentangan. Studi cross-sectional pada siswa SMA di Yogyakarta menyatakan bahwa kualitas tidur tidak mempengaruhi tingkat keparahan akne vulgaris7. Hasil serupa dilaporkan oleh studi di Manado pada mahasiswa, bahwa tidak ada hubungan antara pola tidur dengan kejadian akne vulgaris8. Bertentangan dengan ini, penelitian di Surakarta melaporkan bahwa kualitas tidur yang buruk merupakan salah satu faktor risiko timbulnya akne vulgaris pada siswa SMA9. Penelitian di Padang pada mahasiswa juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian akne vulgaris10. Dampak kualitas tidur yang buruk terhadap kesehatan sudah banyak diteliti pada penelitian kesehatan, dan bisa juga berdampak pada keadaan akne vulgaris. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti hubungan kualitas tidur dengan tingkat keparahan akne vulgaris. METODE Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain studi crosssectional. Penelitian dilakukan di SMA Yos Sudarso Batam. Populasi penelitian adalah seluruh 3

siswa SMA Yos Sudarso Batam mulai dari kelas X sampai XII, dengan jumlah populasi total sebanyak 840 orang. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yakni hanya siswa SMA penderita akne yang diikutsertakan dalam penelitian ini untuk dinilai derajat keparahan akne dan kualitas tidurnya. Penilaian kualitas tidur Kualitas tidur dinilai dengan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini memiliki 18 butir pertanyaan yang membentuk tujuh komponen penilaian yang terdiri dari: kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan daytime dysfunction. Skor dari masing-masing ketujuh komponen kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor global PSQI. Skor global >5 mengindikasikan kualitas tidur buruk, sementara skor ≤5 mengindikasikan kualitas tidur baik. Penilaian derajat keparahan akne Derajat akne dinilai menggunakan Global Acne Grading System (GAGS). Sistem ini menilai akne pada enam daerah, yaitu dahi, kedua pipi, hidung, dagu, dada dan punggung. Setiap lesi akne diberi skor berdasarkan keparahannya, kemudian skor lesi dikalikan dengan skor faktor untuk mendapatkan skor untuk setiap lokasi, yang nantinya akan dijumlahkan untuk menentukan derajat keparahan akne. Analisis Data Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution, dengan uji analisis statistik Chi Square. HASIL Tabel 1. Distribusi karakteristik responden secara umum Karakteristik Kelas

Jenis Kelamin

Frekuensi

Persentase (%)

X

33

33

XI

42

42

XII

25

25

Laki-laki

46

46

Perempuan

54

54 4

14

11

11

15

29

29

16

45

45

17

14

14

18

1

1

Ringan

58

58

Sedang

33

33

Berat

9

9

Baik

41

41

Buruk

59

59

Umur

Derajat Akne

Kualitas Tidur

Tabel 2. Derajat akne dan kualitas tidur responden berdasarkan jenis kelamin Karakteristik

Jenis Kelamin Laki-laki

Derajat Akne

Kualitas Tidur

Perempuan

N

%

N

%

Ringan

20

20

38

38

Sedang

17

17

16

16

Berat

9

9

0

0

Baik

22

22

19

19

Buruk

24

24

35

35

Tabel 3. Derajat akne dan kualitas tidur responden berdasarkan umur Karakteristik

Umur 14

Derajat Akne

Kualitas Tidur

15

16

17

18

N

%

N

%

N

%

N

%

N

%

Ringan

5

5

15

15

26

25

11

11

1

1

Sedang

3

3

13

13

15

15

2

2

0

0

Berat

3

3

1

1

4

4

1

1

0

0

Baik

4

4

11

11

19

19

6

6

1

1

Buruk

7

7

18

18

26

26

8

8

0

0

5

Tabel 4. Hubungan kualitas tidur dan derajat akne pada responden Derajat Akne Kualitas

Total

Ringan

Sedang

N

%

n

%

n

%

N

%

Baik

22

22

16

16

3

3

41

41

Buruk

36

36

17

17

6

6

59

59

Total

58

58

33

33

9

9

100

100

Tidur

Berat

p value

0,546

PEMBAHASAN Tabel 1 menggambarkan karakteristik reponden secara umum. Dari 100 orang sampel, 46 orang adalah siswa laki-laki dan 54 orang siswa perempuan. Sampel merupakan siswa SMA kelas X sampai XII, dengan distribusi: 33 orang siswa kelas X, 42 orang kelas XI, dan 25 orang siswa kelas XII. Usia responden berkisar dari 14 sampai 18 tahun, dengan frekuensi tertinggi pada usia 16 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Cina bahwa prevalensi tertinggi akne terlihat pada kelompok usia 15-19 tahun11. Penelitian lain di Inggris juga menyatakan bahwa akne dalam derajat tertentu diderita hampir semua orang pada usia 15-17 tahun12. Kualitas tidur baik ditemukan pada 41 orang sampel, sementara kualitas tidur buruk ditemukan pada 59 orang sampel, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMA memiliki kualitas tidur buruk. Hasil ini sejalan dengan studi di New Zealand pada remaja usia 15-17 tahun yang menyatakan bahwa kualitas tidur yang buruk ditemukan pada 56% responden13. Tabel 2 mendeskripsikan derajat akne dan kualitas tidur responden berdasarkan jenis kelamin. Dari 46 orang siswa laki-laki, 20 orang diantaranya menderita akne dengan derajat ringan, 17 orang menderita akne dengan derajat sedang, dan 9 orang menderita akne dengan derajat berat. Sementara itu, dari 54 siswa perempuan, 38 orang diantaranya menderita akne dengan derajat ringan, 16 orang menderita akne dengan derajat sedang, dan 0 orang menderita akne dengan derajat berat. Perbedaan prevalensi akne vulgaris pada laki-laki dan perempuan sudah beberapa kali diperlihatkan pada penelitian tentang akne vulgaris. Penelitian di Korea menemukan bahwa pada kelompok usia 11-18 tahun, akne lebih banyak diderita oleh laki-

6

laki14. Selain itu, sebuah studi retrospektif menyimpulkan bahwa akne remaja (adolescent acne) lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan, dan biasanya lebih parah15. Kualitas tidur pada kedua jenis kelamin menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Dari 46 orang siswa laki-laki, 22 orang diantaranya memiliki kualitas tidur baik, dan 24 orang memiliki kualitas tidur buruk. Sementara itu, dari 54 orang siswa perempuan, 19 orang diantaranya memiliki kualitas tidur baik, sedangkan 35 orang memiliki kualitas tidur buruk. Jika dibuat persentase untuk masing-masing jenis kelamin, maka untuk siswa laki-laki, persentase kualitas tidur baik adalah sebesar 47,8% dan kualitas tidur buruk adalah sebesar 52,2%. Sedangkan untuk siswa perempuan, persentase kualitas tidur baik adalah sebesar 35,2% dan persentase kualitas tidur buruk adalah 64,8%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa kualitas tidur yang buruk lebih banyak ditemukan pada siswa perempuan dibandingkan lakilaki. Hasil ini sesuai dengan penelitian di New Zealand yang menemukan bahwa pada remaja usia 15-17 tahun, kualitas tidur yang buruk lebih tinggi prevalensinya pada perempuan (63,1%) dibandingkan laki-laki (44,5%) 13. Tabel 3 mendeskripsikan derajat akne dan kualitas tidur responden berdasarkan umur. Dari usia 14 sampai 18 tahun, derajat akne yang paling banyak ditemukan adalah akne derajat ringan, sedangkan akne dengan derajat berat paling sedikit ditemukan. Hasil ini sesuai dengan studi retrospektif di Italia yang menemukan bahwa akne derajat ringan adalah bentuk akne yang paling sering ditemukan pada pria dan wanita, baik pada akne remaja maupun akne dewasa15. Kualitas tidur dianalisis berdasarkan tahun usia responden. Jika dibuat persentase per usia responden, maka persentase siswa yang memiliki kualitas tidur baik adalah 36,4% pada usia 14 tahun; 37,9% pada usia 15 tahun; 42,2% pada usia 16 tahun; 42,9% pada usia 17 tahun; dan 100% pada usia 18 tahun. Sedangkan persentase siswa yang memiliki kualitas tidur buruk adalah 63,6% pada usia 14 tahun; 62,1% pada usia 15 tahun; 57,8% pada usia 16 tahun; 57,1 % pada usia 17 tahun; dan 0% pada usia 18 tahun. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa persentase kualitas tidur baik pada siswa meningkat seiring pertambahan usia, sedangkan persentase kualitas tidur buruk menurun seiring pertambahan usia. Hasil ini bertentangan dengan hasil studi di Iran pada responden yang berusia 12-18 tahun, bahwa persentase kualitas tidur baik menurun seiring peningkatan usia, sementara kualitas tidur buruk meningkat seiring peningkatan usia16.

7

Tabel 4 mendeskripsikan hubungan kualitas tidur dengan tingkat keparahan akne pada responden. Pada responden yang memiliki kualitas tidur baik, 22 orang (22%) menderita akne derajat ringan, 16 orang (16%) menderita akne derajat sedang, dan 3 orang (3%) menderita akne derajat berat. Pada responden yang memiliki kualitas tidur buruk, 36 orang (36%) menderita akne derajat ringan, 17 orang (17%) menderita akne derajat sedang, dan 6 orang (6%) menderita akne derajat berat. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan dengan Chi Square, tidak ditemukan hubungan antara kualitas tidur dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada siswa SMA Yos Sudarso Batam (p value = 0,546 > α = 0,05). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Yogyakarta pada siswa SMA7 yang menyatakan bahwa kualitas tidur tidak mempengaruhi tingkat keparahan akne vulgaris (p = 0,970 > 0,05). Bertentangan dengan ini, penelitian di Jawa Tengah pada siswa SMAN 2 Sukoharjo menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tingkat keparahan akne vulgaris17, namun penelitian ini menyebutkan bahwa kualitas tidur yang buruk pada siswa diikuti dengan timbulnya akne vulgaris ringan, yang juga diperlihatkan pada penelitian kali ini. Terdapat 36 siswa yang memiliki tidur buruk yang menderita akne derajat ringan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan siswa dengan kualitas tidur baik yang menderita akne derajat ringan, yaitu sebanyak 22 orang. Sebuah studi di Turki meneliti pengaruh kualitas tidur terhadap kadar sebum wajah pada wanita dengan akne vulgaris. Dari studi ini ditemukan bahwa kadar sebum wajah ratarata pada daerah T (dahi, hidung, dan dagu) secara signifikan lebih tinggi pada wanita dengan kualitas tidur baik dibandingkan wanita dengan kualitas tidur buruk. Tidak ditemukan perbedaan signifikan kadar sebum wajah antara kualitas tidur baik dan buruk di daerah U (daerah kedua pipi)

18

. Sekresi sebum wajah telah secara umum dianggap sebagai penyebab

berkembangnya akne. Penelitian di Korea menemukan bahwa peningkatan sekresi sebum dengan akne dapat mempengaruhi ukuran pori-pori wajah. Selain itu, inflamasi, komedo, dan penyumbatan folikel, yang umum dijumpai pada pasien akne, menyebabkan peningkatan jumlah dan ukuran pori-pori wajah, yang lebih dominan pada akne derajat berat. Namun, pada penelitian ini tidak ditemukan korelasi antara pori wajah dengan derajat akne19. Selain itu, ada banyak faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi perkembangan akne. Studi epidemiologi akne remaja di China menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi akne pada remaja adalah riwayat keluarga, stres mental, gangguan menstruasi, insomnia, diet tinggi lemak, jenis kelamin laki-laki, dismenorea, ansietas, depresi, makanan

8

yang digoreng, tekanan saat belajar, makanan pedas, kulit berminyak dan jenis kulit20. Merokok dan konsumsi alkohol juga disebutkan sebagai faktor risiko14. KESIMPULAN Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pada siswa SMA kelompok usia 14-18 tahun, derajat akne yang paling banyak ditemukan adalah akne derajat ringan. Akne derajat berat lebih banyak ditemukan pada siswa laki-laki dibandingkan siswa perempuan. Persentase kualitas tidur buruk lebih tinggi daripada kualitas tidur baik, dan kualitas tidur buruk lebih banyak ditemukan pada siswa perempuan dibandingkan siswa laki-laki. Pada siswa SMA, kualitas tidur baik meningkat seiring peningkatan usia responden, sementara kualitas tidur buruk menurun seiring pertambahan usia responden. Tidak terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada siswa SMA Yos Sudarso Batam. DAFTAR PUSTAKA 1. Sitohang, I.B.S. & Wasitaatmadja, S.M. 2017, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 288-292. 2. Moradi Tuchayi, S. et al. (2015) ‘Acne vulgaris’, Nature reviews. Disease primers. Macmillan Publishers Limited, 1, p. 15029. doi: 10.1038/nrdp.2015.29. 3. Drēno, B., 2017, What Is New in the Pathophysiology of Acne, An Overview, Nantes University, France. 4. Albuquerque, R. G. R. et al. (2014), Could adult female acne be associated with modern life?, Archives of Dermatological Research, 306(8), pp. 683–688. doi: 10.1007/s00403014-1482-6. 5. Ruiz, F. S. et al. (2010) Immune alterations after selective rapid eye movement or total sleep deprivation in healthy male volunteers. doi: 10.1177/1753425910385962. 6. Hurtado-alvarado, G. et al. (2013) Sleep Loss as a Factor to Induce Cellular and Molecular Inflammatory Variations, 2013. 7. Rizky, M., 2014, Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 8. Wulandari, A., Kepel, B.J., Rompas, S.S., 2015, Hubungan Pola Tidur Dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa Semester V (Lima) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, Manado.

9

9. Mayasari, D., 2016, Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kejadian Akne Vulgaris di SMAN 1 Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 10. Sri, R.P., 2017, Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2014, Universitas Andalas, Padang. 11. Shen, Y. et al., 2012, Prevalence of acne vulgaris in Chinese adolescents and adults: A community-based study of 17,345 subjects in six cities, Acta Dermato-Venereologica, 92(1), pp. 40–44. doi: 10.2340/00015555-1164. 12. Bhate, K. and Williams, H. C., 2013, Epidemiology of acne vulgaris, British Journal of Dermatology, 168(3), pp. 474–485. doi: 10.1111/bjd.12149. 13. Galland, B. C. et al., 2017, Gender differences in sleep hygiene practices and sleep quality in New Zealand adolescents aged 15 to 17 years, Sleep Health: Journal of the National

Sleep

Foundation.

National

Sleep

Foundation.,

pp.

8–14.

doi:

10.1016/j.sleh.2017.02.001. 14. Suh, D. H. et al., 2011, A multicenter epidemiological study of acne vulgaris in Kor ea, International Journal of Dermatology, 50(6), pp. 673–681. doi: 10.1111/j.13654632.2010.04726.x. 15. Skroza, N. et al., 2018, Adult Acne Versus Adolescent Acne: A Retrospective Study of 1.167 Patients, University of Rome, Polo Pontina. 16. Amra, B. et al., 2017, The association of sleep and late-night cell phone use among adolescents, Jornal de Pediatria. Sociedade Brasileira de Pediatria, (xx). doi: 10.1016/j.jped.2016.12.004. 17. Malahayati, 2017, Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris di SMAN 2 Sukoharjo, Sukoharjo. 18. O. Bilgic et al., 2016, Relationship Between Sleep Quality and Facial Sebum Levels in Women with Acne Vulgaris, Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2016 MayJun;82(3):313-4. Doi:10.4103/0378-6323.174408. 19. National, S., 2011, Sebum, acne, skin elasticity, and gender difference – which is the major influencing factor for facial pores?, pp. 1–9. doi: 10.1111/j.16000846.2011.00605.x. 20. Wei, B., Pang, Y., Zhu, H., et al., 2010, The Epidemiology of Adolescent Acne in North East China, China. doi: 10.1111/j.1468-3083.2010.03590.x

10

11

More Documents from "Angraini Asrum"

Manuskrip-indo.docx
June 2020 20
Terjemahan Psqi.docx
June 2020 7
Pembuatan Spo.docx
May 2020 14
Bank Sampah.docx
May 2020 17
Self Asessmen Ppi.docx
June 2020 12