BAB II PEMBAHASAN A.Q.S Al Mujadalah Ayat 11 ُ ش ُز ْوا فَا ْن ُ َّللاُ لَ ُك ْم َوإِذَا قِ ْي َل ا ْن ًّ ِش ُز ْوا يَ ْرفَع َّ ِسح َّللاُ الًّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا ِم ْن ُك ْم َ س ُح ْوا يَ ْف َ يَأَيُها َ الَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا !ِذَ قِ ْي َل لَ ُك ْم ت َ َف ًّس ُح ْوا في ِ ال َم َج ِل ِس فَا ْف ُ ْ ْ َّ ُ َّ ت َو َّ َِوالَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا يَ ْرفَع ٍ َّللاُ الَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا ِم ْن ُك ْم َوال ِذيْنَ أ ْوت ُ ْوا ال ِعل َم دَ َر َج )١١ َّللاُ ِبما َ ت َ ْع َمل ْونَ َخ ِبيْر (ال ُم َجادَلَة 1. Terjemahan ayat “Hai orang orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kamu;”Berlapang lapanglah dalam majlis majlis,” maka lapangkanlah niscaya Allah akan melapangkan buat kamu, dan apabila dikatakan:” Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antara kamu dan orang orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.1
2 . Asbabul Nuzul Ada dua riwayat yang dikedepankan menjadi Asbabul Nuzul ayat ini. Yang pertama adalah sebuah hadis yang dinisbahkan kepada Imam Ibnu Jarir. Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Qatadah. Qatadah telah menceritakan bahwa kaum Muslim apabila melihat seseorang datang kepada mereka dengan menghadapkan diri, mereka merapatkan tempat duduknya di hadapan Rasulullah saw, lalu turunlah ayat ini: “ Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:”Berlapang lapanglah dalam majlis,” maka lapangkanlah… Hadis kedua adalah hadis yang diterima dari Imam Ibnu Abi Hatim, ia telah mengetengahkan sebuah Hadis melalui Muqatil bahwa ayat ini diturunkan pada hari jum’at. Pada hari itu datanglah segolongan orang orang yang pernah ikut berperang dalam perang Badar, tetapi tempat duduk yang ada sangat terbatas dan sempit, serta mereka yang hadir tidak melapangkan tempat duduknya buat orang orang yang baru datang itu. Akhirnya orang orang yang baru datang itu berdiri. Lalu, Rasulullah saw menyuruh berdiri kepada beberapa orang yang jumlahnya sama dengan mereka, lalu beliau mempersilahkan Ahlul Badar yang baru datang itu menmpati tempat duduk mereka yang disuru berdiri. Maka,orang orang uang disuruh itu merasa tidak senang akan hal tersebu, lalu turunlah ayait in :” Hai orang orang yang beriman dikatakan kepadamu: “Berlapang lapanglah dalam majelis,” maka lapangkanlah2… Dalam kondisi seperti itu memang diperlukan kelapangan hati. Tempat boleh sempit, tetapi hati harus lapang. Dengan hati yang lapanglah seseorang mampu memberikan tempat duduk kepada orang lain. Oleh sebab itu, penggalan ayat ini memberikan motivasi yang sangat kuat, “maka lapangkanlah, niscaya Allah akan membei kelapangan untukmu”. Bila seseorang memberi tempat yang lapang kepada yang terlambat, Allah akan memberi kelapangan pula kepadanya. Ada kalanya untuk member kelapangan itu, seseorang bukan hanya menggeser tempat duduknya, tetapi harus berdiri, untuk member kesempatan orang lain. Penggalan ayat ini mengatakan:” dan apabila dikatakan:’Berdirilah kamu’,maka brdirilah,”. Hal ini juga memotivasi untuk berlapang dada. Mungkin ada orang yanag harus diberi tempat duduk lebih depan karena kedudukannya yang istimewa. Ar Razi mengatakan dalam tafsirnya bahwa maksud dari kata kata ini adalah: 1. Jika di suruh kamu berdiri untuk memberikan tempat kepada yang lain yang lebih patut duduk di tempat yang kamu duduk itu, segeralah berdiri! 1
Al Qur’an & Terjemah: QS Al Mujadilah :213
2
M.Yunan Yusuf. Tafsir Al Qur’an juz XXVIII Juz Qad Sami’ Allah. Tangerang: Lentera Hati, 2014.
2. Yaitu jika disuruh berdiri karena kamu telah lama duduk, supaya orang lain yang belum member kesempatan di beri peluang juga, maka segeralah kamu berdiri! Sebagaimana sabda Rasulullah saw : ) ع ْو ِن أَخِ ي ِه (رواه مسلم وأبو داود واترمزى َو ه َ فى َ فى ِ ُام العَ ْبد ِ َُّللا َ َع ْو ِن العَ ْب ِد ما َ د “Senantiasalah Allah akan menolong hambanya, selama hamba itu pun masih bersedia menolong sesamanya Muslim” ( Hadist Riwayat Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi: susunan kata dari riwayatnya)3
3 . Syarhul Mufradat ُ {ا ُ ْنterambil dari Kata }س ُحوا َّ َ {تَفdan }س ُح ْوا َ {اِ ْفterambil dari kata }س َح َ َ{فyakni lapang. Sedang kata }ش ُز ْوا ْ ش ُ ُ {نyakni tempat yang tinggi. Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ke tempat yang kata }وز tinggi. Yang dimaksud disini pindah ketempat yang lain untuk member kesempatan kepada yang lebi wajar duduk atau berada di tempat yang wajar pindah atau bangkit malakukan aktifitas positif. Ada juga yang memahaminya berdirilah dari rumah Nabi, jangan berlama lama di sana, karena boleh jadi ada kepentingan Nabi saw yang lain dan yang perlu segera beliau hadapi. Kata }ِس ْ { َم َجالadalah bentuk jamak dari kata }ِس ْ { َمجْ لpada mulanya berarti tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi Muhammad saw, member tuntunan agama ketika itu. Tetapi yang dimaksud disini adalah tempat keberdaan secara mutlak, bak tempat duduk,, tempat berdiri atau bahkan tempat berbaring. Karena tujuan perintah atau tuntunan ayat ini adalah member tempat yang wajar serta mengalah kepada orang orang yang dihormati atau yang lemah. Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajar yakni lebih tinggi dari sekedar yang beriman. Tidak disebutkan kata meninggikan itu, sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari factor di luar ilmu itu. Kata } {ا َّل ِذيْنَ أ ُ ْوت ُ ْوا الع ِْل َمadalah yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal salh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan, atau tulisan maupun dengan keteladanan Ilmu yang dimaksud oleh ayat diatas bukn saja ilmu agama,tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam QS Fatir ayat 27-28 Allah menguraikan sekian banyak makhluk ilahi , dan fenomena alam, lalu ayat tersebut ditutup dengan menyatakan bahwa: Yang takut dan kagum kepada Allah dari hamba hambaNya hanyalah ulama. Ini menunjukkan bahwa ilmu dalam pandangan Al Qur’an bukan hanya ilmu agama.Disisi lain itu juga menunjukkan bahwa ilmu haruslah menghasilkan khassyah yakni rasa takut dan kagu kepada Allah, yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk . Rasulullah saw sering berdo’a: 3
Hamka. Tafsir Al Azhar. Jakarta: Pustaka Panji Mas. 1985
4 }عذُ ْوبِكَ مِ ْن ع ِْل ٍم الَ يَ ْنفَ ُع ُ َي ِ أ {الًّل ُه َّم !ِن هArtinya: “Aku berlindung kepada Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.”
4
M Quraish Shihab. Tafsir Al Misbah pesan kesan dan kesersian Al Qur’an vol 15: Jakarta. Lentera Hati. 2002