Makalah Tafsir Tematik Dakwah.docx

  • Uploaded by: Sasa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Tafsir Tematik Dakwah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,584
  • Pages: 13
MAKALAH TAFSIR TEMATIK DAKWAH BAHASA DAKWAH DALAM AL-QURAN

Di susun oleh : Firabillah Arrasyid Siregar

0101162028

Nur Sa’adah

0101161002

Sabilla Hidayani Br. Tarigan

0101161014

JURUSAN KOMUNIKASI PENIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA T.A 2017/2018

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i DAFTAR ISI...............................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.........................................................................1 B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................1 C. TUJUAN...........................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D.

Pengertian Bahasa...............................................................................2 Pengertian Dakwah.............................................................................2 Bahasa Dakwah..................................................................................2 Bahasa Dakwah dalam Al-Quran..........................................................3 1. Qaulan Baligha...............................................................................4 2. Qaulan Sadida................................................................................5 3. Qaulan Layyina..............................................................................5 4. Qaulan Maisura..............................................................................6 5. Qaulan Ma’rufa..............................................................................6 6. Qaulan Karima...............................................................................7 7. Qaulan Tsaqila...............................................................................8

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “BAHASA DAKWAH DALAM AL-QURAN”. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah kami ini, dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 09 Desember 2017

Kelompok V

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bertutur kata, apapun yang dilakukan manusia, baik sewaktu berkumpul dengan teman bermain, bertengkar, bercumbu rayu atau gali kuburan mereka pasti bertutur kata. Kemampuan bertutur kata atau berbahasa inilah yang menjadi anugerah sekaligus pembeda manusia dengan makhluk lain dari ciptaan Allah, bahkan seringkali kita dengar istilah bahwa manusia adalah speaking animal. Kita tidak bisa menafikkan peran ilmuan barat untuk memahami al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam. Pendekatan dan temuan mereka tidak jarang mecengangkan orang-orang yang hidup dalam tradisi yang dilahirkan atau dipengaruhi oleh al-Qur’an. Suka tidak suka harus diakui fenomena kemandulan ajaran agama dalam menghadapi masalah-masalah kontemporer.. Karena adanya kewajiban berda’wah kepada setiap orang-orang yang beriman sehingga nilai-nilai Al-Qur’an dan haditsnya harus selalu dikomunikasikan kepada orang lain, khususnya keluarga guna menghindari siksaan api neraka, jadi kita harus mengetahui perkataan yang terdapat di dalam Al-Quran .

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pengertian bahasa? 2. Apakah pengertian dakwah? 3. Apa saja bahasa yang terdapat dalam Al-Quran?

C. Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk bisa di jadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut, dan memberi pemahaman kepada pembaca tentang bahsa dakwah dalam Al-Quran.

1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa dinyatakan sebagai sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Fungsi bahasa itu sendiri adalah : 1. Untuk tujan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. 2. Untuk tujan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia. 3. Sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain di luar pengetahuan kebahasaan. 4. Untuk mempelajari naskah-nakah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia selama kebudayaan dan adat istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri. 5. Sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, karena tanpa adanya bahasa, maka pengembangan IPTEK pun tidak akan tumbuh dan berkembang.1

B. Pengertian Dakwah Dakwah berasal dari kata (‫دعوة‬-‫ )دعا– يدعوا‬yang berarti ajakan, panggilan, dan seruan. Menurut istilah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, memanggil, dan mengajak orang untuk berbuat kebaikan melarang berbuat keburukan, agar mereka bahagia dunia dan akhirat.

C. Bahasa dalam Dakwah Berdakwah dituntut untuk menggunakan bahasa yang dimengerti oleh orang yang mendengarkan (mad’u), sehingga pesan yang akan disampaikan akan dapat dimengerti si mad’unya, dan miss komunikasi pun akan terhindari.2

1

2

Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, h.15 Djamaludi Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, Gema Insani Press, Jakarta, 1996, h. 16

2

Pada dasarnya disaat kita ingin menyampaikan atau menyerukan dakwah kepada orang lain, yang diutamakan ialah dimana pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh mad’u tersebut, sehingga tujuan dakwah yang sesungguhnya ialah membuat orang dapat berubah yang dulunya kurang baik menjadi lebih baik lagi, dan yang semulannya tidak taat kepada Allah menjadi lebih taat kepada Allah. Bahasa dakwah ialah bahasa tutur atau bahasa percakapan ketika seseorang da’i menyusun dakwahnya secara tertulis, maka dia harus berasumsi bahwa hasil tulisannya itu adalah untuk didengar, bukan untuk dibaca.Terkadang banyak para da’i kita kurang memahami perbedaan prinsip antara bahasa tutur dan bahasa tulisan, sehingga ketika dia menyusun karangan pidato dakwahnya menjadi tidak menarik, terkesan kaku, dan janggal. Kalimatnya panjang-panjang sehingga pendengar akan merasa sulit untuk menangkap dan memahaminya. D. Bahasa Dakwah dalam Al-Quran Mungkin perlu kita ketahui, bahwa bahasa sangat penting dalam menjadikan kita diterima oleh masyarakat. Dalam Q.S Al-Kahfi ayat 93 :

ً‫ّل يَ َكادُونًَ يَ ْفقَ ُهونًَ قَ ْول‬ ً َ ‫ْن َو َج ًدَ ِمن دُونِ ِه َما قَ ْوما‬ ًِ ‫سدَي‬ ًَ ‫َحتَىً إِذَا بَلَ ًَغ بَيْنًَ ٱل‬ Artinya : “Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan”. Dengan Al Quran Allah menyuruh kita untuk agar memahami bahasa dari setiap kaum yang akan kita dakwahi. Jangan sampai kita mendakwahi seseorang, tetapi seseorang itu tidak paham dengan apa yang kita ucapkan. Entah karena orang yang kita dakwah adalah orang bodoh, atau kita sendiri yang paling bodoh karena tidak dapat menempatkan bahasa dalam dakwah. Karena sungguh Allah menurunkan setiap Rasulnya dengan bahasa kaumnya, agar setiap kaum yang didakwahi Rasulullah mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan dan mereka kerjakan. Jadi bahasa sangat penting dalam dakwah yang kita lakukan. Jangan sampai kita berdakwah dengan serampangan dan membabi buta memakai kata-kata kasar yang bermakna menghina dengan alasan dakwah. Karena itu sama saja menghina dakwah Islam sendiri.3

3

Ibid, h. 16-20

3

Di dalam Al-Quran bahasa dalam dakwah dapat ditemukan beberapa jenis gaya bicara atau pembicaraan atau perkataan (qaulan) yaitu : 1. Qaulan Baligha Adalah Perkataan Yang Membekas Pada Jiwa, ungkapan qaulan baligha terdapat pada Q.S An-Nisa ayat 63:

ْ ‫ع ْن ُه ًْم َو ِع‬ ً‫ظ ُه ًْم َوقُل أَنفُ ِس ِه ْم ِفىً بَ ِليغا قَ ْو ّۢل‬ ًْ ‫ٱّللُ لَ ُه ًْم َما فِى قُلًُو ِب ِه ًْم فَأَع ِْر‬ ًَ ‫ك ًٱلَذِينًَ يَ ْعلَ ًُم‬ ًَ ِ‫أ ُ ۟ولَئ‬ َ ‫ض‬ Artinya : “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63). Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar dakwah tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas Mad’u dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka. 4 Sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus melihat stuasi dan kondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat. Bila bicara dengan anakanak kita harus berkata sesuai dengan pikiran mereka, bila dengan remaja kita harus mengerti dunia mereka. Jangan sampai kita berdakwah tentang teknologi nuklir dihadapan jamaah yang berusia lanjut yang tentu sangat tidak tepat sasaran, malah membuat mereka semakin bingung. Gaya bicara dan pilihan kata saat dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa. “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim).

4

Dr Zainal Arifin Zakaria, Tafsir Inspirasi, Duta Azhar, Medan, 2012, h. 115

4

2. Qaulan Sadida Adalah perkataan yang tegas dan benar, seperti yang dijelaskan dalam Q.S AlAhzaab ayat 70 :

۟ ُ‫واٱلَذِينًَ َوقُول‬ ۟ ُ‫وا َءا َمن‬ ۟ ُ‫َيًأَيُّ َها ٱتَق‬ ‫سدِيدا‬ ًَ ‫وا‬ َ ً‫ٱّللَ قَ ْوّل‬ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”. kata yang benar keluar dari hati yang suci bersih, dan diucapkan dengan cara demikian rupa, sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju yakni sehingga panggilan dapat sampai mengetuk pintu akal dan hati mereka yang di hadapi. Seorang muslim kita harus berkata benar, jujur tidak berdusta. Karena sekali kita berkata dusta, selanjutnya kita akan berdusta untuk menutupi dusta kita yang pertama, begitu seterusnya, sehingga bibir kita pun selalu berbohong tanpa merasa berdosa. Begitu juga sebagai pendakwah kita harus berkata benar dan tegas dalam menyampaikan pesan dakwah kita. 3. Qaulan Layyina Adalah perkataan yang lembut, kata qaulan layyina di sebutkan dalam Q.S Thaaha ayat 44 :

ً‫وّل لَ ۥهُ قَ ْوّلً لَ ِينا لَ َعلَ ۥهُ َيتَذَ َك ًُر أ َ ًْو َي ْخشَى‬ ً َ ُ‫فَق‬ Artinya : “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layyina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertuturkata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Dengan demikian, dalam berdakwah, semaksimal mungkin hindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Allah melarang bersikap keras dan kasar dalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil malah ummat akan menjauh. Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar kita memohon dengan lemah lembut.5

5

Ibid, h.659, 460

5

4. Qaulan Maisura Adalah perkataan yang ringan. Kata qaulan maisura disebutkan dalam Q.S AlIsra ayat 28 :

‫سورا‬ ِ ‫ًرحْ َمة‬ ُ ‫ًر ُجوهَاًفَقُلًلَ ُه ْمًقَ ْوّلً َم ْي‬ ْ َ ‫نًر ِب َكًت‬ َ ‫ًٍم‬ َ ً‫ض َن‬ َ ‫َو ِإ َماًت ُ ْع ِر‬ َ ‫ع ْن ُه ُمًٱ ْب ِتغَا َء‬ Artinya : ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”. Kalimat maisura berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Qaulan maisura adalah lawan dari kata ma’sura, perkataan yang sulit. Sebagai bahasa berdakwah, qaulan maisura artinya perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang pantas, yang tidak berliku-liku. Dakwah dengan qaulan maisura yang artinya pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dapat dipahami secara spontan tanpa harus berpikir dua kali. Pesan dakwah model ini tidak memerlukan dalil naqli maupun argument-argumen logika. 5. Qaulan Ma’rufa Adalah perkataan yang baik. Kata qaulan ma’rufa terdapat dalam Q.S AlBaqarah ayat 235, dan pada Q.S An-Nisa ayat 5 :

ْ ‫علَ ْي ُك ْم فِي َما ع ََّر‬ ‫ٱّللُ أَنَّ ُك ْم‬ َ ۚ ‫س ُك ْم‬ َ ‫َو ََل ُجنَا َح‬ ِ ُ‫سا ِٓء أ َ ْو أ َ ْكنَنت ُ ْم فِ ٓى أَنف‬ َ ِ‫ضتُم ِب ِۦه ِم ْن ِخ ْطبَ ِة ٱلن‬ َّ ‫ع ِل َم‬ ۟ ‫وا َق ْو اَل َّم ْع ُروفاا ۚ َو ََل ت َ ْع ِز ُم‬ ۟ ُ‫س ًّرا ِإ َّ َٓل أَن تَقُول‬ ‫ع ْق َدةَ ٱلنِكَاحِ َحت َّ ٰى‬ ُ ‫وا‬ ِ َّ‫ست َ ْذك ُُرو َن ُهنَّ َو ٰ َل ِكن ََّل ت ُ َوا ِعدُوهُن‬ َ َ َ‫ٱّلل‬ ‫ور َح ِلي ٌم‬ ِ ُ‫ٱّللَ يَ ْعلَ ُم َما فِ ٓى أَنف‬ َّ َّ‫س ُك ْم فَٱحْ ذَ ُرو ُه ۚ َوٱ ْعلَ ُم ٓو ۟ا أَن‬ َّ َّ‫ب أ َ َجلَ ۥهُ ۚ َوٱ ْعلَ ُم ٓو ۟ا أَن‬ ُ َ ‫يَ ْبلُ َغ ٱ ْل ِك ٰت‬ ٌ ُ ‫غف‬ Artinya : “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah kamu berazam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepadaNya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”.(AlBaqarah : 235).6

6

Al-Quran, 17:28, 2:235

6

۟ ُ‫ًوقُول‬ ۟ ُ ‫َو َّلًتُؤْ ت‬ َ ‫سفَ َها َءًأ َ ْم َولَ ُك ُمًٱلَتِىً َجعَ َل‬ ً‫ًوا‬ ُّ ‫واًٱل‬ ُ ‫اًوٱ ْك‬ ْ ‫اًو‬ َ ‫سو ُه ْم‬ َ ‫ٱر ُزقُو ُه ْمًفِي َه‬ َ ‫ًٱّللًُلَ ُك ْمًقِيَم‬ ‫لَ ُه ْمًقَ ْوّلً َم ْع ُروفا‬ Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”.(An-Nisa’ : 5). Qaulan ma’rufan juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat). Sebagai seorang Da’i, perkataan harus terjaga dari perkataan yang sia-sia, apapun yang di ucapkan harus selalu mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya. Jangan sampai hanya mencari-cari kejelekan orang lain, yang hanya bisa mengkritik atau mencari kesalahan orang lain, memfitnah dan menghasut.

6. Qaulan Karima Adalah perkataan yang mulia. Yang terdapat dalam Q.S Al-Isra ayat 23 :

ْ ‫سناًًۚ ِإ َماً َي ْبلُغ ََنً ِعندَ َك‬ ً‫ًٱل ِك َب َر ًًأ َ َحدُ ُه َماًأ َ ْو‬ َ َ‫َوق‬ َ ْ‫ًو ِب ْٱل َو ِلدَي ِْنً ِإح‬ َ ‫ضى‬ َ ُ‫ًرب َُّكًأ َ َّلًت َ ْعبُدُو ۟اً ِإ َّلً ِإيَاه‬ ‫اًوقُلًلَ ُه َماًقَ ْوّلً َك ِريما‬ ٍ ُ ‫ِك ََل ُه َماًفَ ََلًتَقُلًلَ ُه َماًأ‬ َ ‫ًو َّلًًت َ ْن َه ْر ُه َم‬ َ ‫ف‬ Artinya : ”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. 7

Dakwah dengan qaulan karima menggunakan perkataan yang mulia, santun penuh penghormatan dan penghargaan tidak menggurui tidak perlu retorika yang meledak-ledak.

7

Ibid, 4:5, 17:23

7

7. Qaulan Tsaqila Adalah perkataan yang berbobot atau berkualitas. Yang terdapat dalam Q.S Al-Muzammil ayat 5 :

ً‫علَي َْكًقَ ْوّلًث َ ِقيَل‬ َ ً‫سنُ ْل ِقى‬ َ ً‫ِإنَا‬ Artinya : “Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat”.8 Ketika seorang Da’i itu matang secara spiritual maka yang keluar dari lisannya adalah perkataan-perkataan yang berkualitas yang tidak melanggar Al- Quran dan Hadist. Perkataan yang berkualitas atau berbobot juga mengandung pengertian perkataan yang sulit di bantah kebenarannya, dengan demikian seorang Da’i harus menyampaikan pesan dakwah dengan perkataan yang berkualitas.

8

Al-Quran, 73:5

8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Salah satu komitmen seorang muslim terhadap kerislamannya adalah menyerukan, menyebarkan, dan menyampaikan Islam kepada yang lain. Al-Qur’an sebagai rujukan dakwah mempunyai watak atau karakteristik yang khas. Kekhasannya dapat dilihat dari beberapa isyarat pernyataan-pernyataan yang di ekspresikan AlQur’an. Dari berbagai ekspresi Al-Qur’an tersebut, diturunkan beberapa pesan moral Al-Qur’an tentang penyampaian dakwah, antara lain bahwa dalam upaya penyebaran agama Islam perlu disampaikan dengan cara yang baik, cara yang penuh kasih sayang, dan Al-Qur’an sering kali menyampaikan ungkapannya dengan ilustrasi pernyataanpernyataan yang baik, sopan, santun, lemah lembut, berbobot dan sebagainya sehingga dialog yang dibangunnya sangat kondusif bagi penyejukan jiwa dan pencerahan nurani tidak muncul dari rasa kebencian. Jadi, inti sasaran utamanya adalah kesadaran pribadi. Untuk itu pendekatan dan watak (karakteristik) dari kegiatan dakwah adalah melalui cara pencerahan pikiran,

penyejukan

jiwa

tanpa

harus

menggunakan

cara

kekerasan

dan

kekuatan. Bahkan apabila meperhatikan isyarat ayat-ayat yang secara khusus berkaitan dengan cara berbicara. Di dalam Al-Quran pun sudah di jelaskan cara berbicara, yakni ada 7 cara yaitu : Qaulan baligha, qaulan sadida, qaulan layyina, qaulan maisura, qaulan ma’rufa, qaulan karima, dan qaulan tsaqila.

9

DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Oemar. 1966. Al-Quran dan Tafsirnya. Bandung : PT Angkasa. Ali, Lukman. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka. Ass, Djamaludi Abidin. 1996. Komunikasi dan Bahasa Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press. Zakaria, Zainal Arifin. 2012. Tafsir Inspirasi. Medan : Duta Azhar.

Related Documents


More Documents from ""