Makalah Pemberian Obat Intravena Melalui Selang.docx

  • Uploaded by: Dia Attack Attack
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pemberian Obat Intravena Melalui Selang.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,579
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bidan mempunyai peranan yang semakin penting dalam tatalaksana obat selama persalinan dan periode postnatal. Tanggung jawab mereka meliputi : pemberian obat; pemantauan keadaan ibu, janin serta neonatus untuk mengemukakan tanda-tanda yang merugikan, dan preskripsi obat-obat tertentu dengan mengikuti protokol setempat yang sudah disepakati. Disamping itu, bidan merupakan sumber pertama penyuluhan pasien untukmenyampaikan informasi dan nasehat tentang pemakaian obat misalnya peredaan rasa nyeri dalam persalinan serta tatalaksana kala III persalinan. Dengan demikian bidan harus memahami kerja, efek samping, peringatan dan kontraindikasi untuk obat-obat yang digunakan pada kehamilan dankelahiran anak. Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengetahuan hayati (bioscience) yang relevan, dasar evidensi dan pertimbangan hukum. Jalur vena di pakai khususnya untuk tujuan agar obat yang diberikan dapat bereaksi dengan cepat misalnya pada situasi gawat darurat, obat dimasukkan ke vena sehinnga obat langsung masuk sistem sirkulasi menyebabkan obat dapat beraksi lebih cepat di banding dengan cara enternal atau parental yang lain yang memerlukan waktu absorbsi. Pemberian obat intervena dilakukan dengan berbagai cara. Pada pasien yang tidak dipasang infus, obat di injeksikan langsung pada vena. Biasanya di cari vena besar yaitu vena basilika atau vena sefalika pada lengan. Pada pasien yang di pasang infus, obat dapat di berikan melalui botol infus atau melalui karet pada selang infus yang dibuat untuk memasukkan obat. Untuk memasukkan obat melalui vena, perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan. Jangan lakukan penusukan sebelum yakin mendapatkan vena

1

yang mudah di tusuk. Pengulangan tusukan dapat menyebabkan rasa sakit pada pasien.

B. Rumusan Masalah Sesuai dengan judul yang akan dibahas, maka timbul permasalahan diantaranya: 1. Sebutkan obat-obatan yang digunakan dalam praktik kebidanan ? 2. Jelaskan tentang pengertian pemberian obat melalui intravena ? 3. Jabarkan pemberian obat lewat intra vena melalui selang (bolus) ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui obat-obatan yang digunakan dalam praktik kebidanan 2. Untuk mengetahui pengertian pemberian obat melalui intravena 3. Untuk mengetahui pemberian obat lewat intra vena melalui selang (bolus)

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Obat-Obatan Yang Diagnostik Dalam Praktik kebidanan 1. Uterus Tonika Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu upaya untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu. Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu: a. Riwayat persalinan yang kurang baik. b. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu. c. Grande multipara (lebih dari empat anak). d. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun). e. Bekas operasi Caesar. f. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya. Macam-macam obat uterus tonika : a. Oxitocin Oksitosin adalah golongan obat yang digunakan untuk meraangsang kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses persalinan, pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan persalinan. Bersama dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan :

3

1) Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos maupun lewat peningkatan produkdsi prostaglandin. 2) Konstriksi pembuluh darah umbilicus. 3) Kontraksi sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ) . Efek samping penggunaan oksitosin : 1) Efek samping maternal : a) Stimulasi uterus berlebihan b) Emboli cairan amnion c) Solusio plasenta d) Trauma e) Perdarahan postpartum f) Hematom pelvis g) Rupture uterus h) Hipotensi i) Stroke j) Mual muntah k) Retensi cairan l) Hipertensi 2) Efek samping ; fetal/neonatalisidosis, distrimia jantung, asfiksia, hipoksia, trauma lahir, ikterus neonatal. b. Misoprostol / Prostagladin 1) Induksi partus aterm 2) Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan 3) Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya 4) Induksi abortus terapeutik 5) Uji oksitosin 6) Menghilangkan pembengkakan mamae c. Methylergometrine Indikasi : Sebagai stimulan uterus pada : 1) Perdarahan pasca persalinan

4

2) Perdarahan pasca abortus 2. Obat-Obat Imunologi Dalam bidang imunologi, kuman dan racun kuman (toksi) disebut sebagai anti gen. Antigen merupakan bagian protein kuman atau protein racun. Bila antigen untuk masuk kedalam tubuh manusia, maka sebagai reaksi tubuh akan membentuk zat anti. Anti dalam tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut toksin. Pada umunya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat adalah jenis kuman ganas/virulen. Karena itu anak akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas. a. Vaksin Vaksin adalah bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan. Pemberian vaksin merangsang tubuh anak membuat antibodi. Adapun jenis penyakit yang pencegahannya dapat dilakukan dengan imunisasi : 1) TBC 2) Difteri 3) Tetanus 4) Polio 5) Campak 6) Hepatitis 3. Obat Analgetik Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Obat ini digunakan untuk membantu meredakan rasa sakit, sadar tidak sadar kita sering menggunakannya misalnya ketika sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgetik atau pereda nyeri. Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik mempunyai efek antipiretik. Macammacam obat analgetik :

5

a. Analgetik opioid atau analgetik narkotika Merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papever somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ viseral. Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat tetapi potensi, onzzet, dan efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif. Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotensi serta depresi pernapasan. Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia : 1) Morfin HCI 2) Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol) 3) Fentanil HCI 4) Petidin 5) Tramadol Mekanisme

kerja

utama

analgetik

opioid

ialah

dalam

menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya. b. Obat Analgetik non-narkotik Dalam ilmu farmakologi sering dikenal dengan istilah analgetik / analgetika / analgesik perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan obat ini gsusunan safar pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat analgetik non-narkotik/obat analgesik perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan obat analgetika jenis analgetik narkotik). Macam-macam obat analgesik non narkotik : 1) Ibupropen Merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan meminum obat ini.

6

2) Paracetamol/acetaminophen Merupakan devirat para amino fenol. Di indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbullkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih

besar

tidak

menolong.

Dalam

sediaannya

sering

dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya. 3) Asam mefenamat Digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap

saluran cerna

seringtimbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau ditempat cedera. Respon terhadap cedera umunya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. 4. Obat Anemia Obat yang diberikan berupa suplemen zat besi (Fe) untuk memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering diberikan untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah mencapai stadium akut dan parah adalah dengan transfusi darah. Seperti halnya penyakit lain, pengobatan anemia juga harus ditujukan pada penyebab terjadinya anemia. Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan pada usus maka perdarahan itu harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya anemia. Adapun beberapa obat anemia, diantaranya: a. Tablet besi (Fe) Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil

7

dengan kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia hipokronik mikrositik. Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi dalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, sintesis katekolamin, produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk produksi adenosine trifosfat yang terlibat dalam respirasi sel. Kekuranga zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-organ tubuh. Mengapa banyak ibu hamil kekurangan zat besi? Sebab, memasuki trimester kedua dan ketiga ibu mengalami “hemodilusi” (pengenceran). Memasuki trimester kedua, kebutuhan akan zat besi menjadi 35 mg per hari per berat badan, kemudian bertambah menjadi 39 mikrogram per hari per berat badan pada trimester ketiga. b. Vitamin B12 (sianokobalamin) Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan usus, defisiensi vitamin B12. Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar. c. Asam folat Termasuk kelompok vitamin B yang bermanfaat untuk mengurangi NTD (Neural Tuber Defects) atau kelainan susunan saraf pusat. d. Eritropoietin Suatu gliko protein dengan berat molekul 34-39 DA, merupakan faktor pertumbuhan hematopoietic yang pertama kali diisolasi. Eritropoietin merupakan faktor pertumbuhan sel darah merah yang diproduksi terutama oleh ginjal dalam sel peritubuler dan tubuli proksimalis. Bila terjadi anemia maka eritropoietin diproduksi lebih banyak oleh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah.

8

B. Pengertian Pemberian Obat Melalui Intravena Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung. ( Joyce, K & Everlyn, R.H. 1996 ). Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 ). Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya. ( Potter, Perry. 2006 ).

C. Pemberian Obat Lewat Intra Vena Bolus 1. Definisi Bolus Bolus adalah suatu tindakan memasukkan/menyuntikan obat-obatan melalui intravena (IV) lewat selang infus. 2. Tujuan Bolus Tujuan bolus adalah untuk memudahkan pemberian obat injeksi IV lewat selang infus tanpa harus menyuntikan jarum lagi ke tubuh pasien, agar pasien tidak merasa sakit karna suntikan langsung ke kulit. 3. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penyuntikan bolus a. benar pasien b. benar Obat

9

c. benar Diagnosa d. dosis e. benar waktu pemberian obat 4. Contoh obat a. Ranitidin : Mengurangi keasaman lambung pada persalinan beresiko tinggi. b. Petidin Hidroklorida : Untuk nyeri sedang sampai berat, analgesia obstetri. c. Eritromisin : Digunakan pada klien yang sensitif terhadap penisilin, organismeyang resistan terhadap penisilin, sifilis, klamidia, gonorea, infeksi pernapasan, pengobatan infeksi yang

sensitif terhadap

eritromisin, profilaksis dalam penatalaksanaan pecah ketuban saat kurang bulan. Juga untuk pasien yang sensitif terhadap penisilin yang membutuhkan antibiotik guna mengobati penyakit jantung dan katup jantung. d.

ProtaminSulfat : Untukmelawankerja heparin.

e. Fitomenadion (Vitamin K ) : Mencegahdanmengobatihemoragi. 5. Alat-alat bolus a. Obat dalam bentuk vial/ampul sudah di dalam spuit sesuai dengan dosis yang di resepkan b. Kapas alcohol c. Bengkok d. Tempat obat e. Klem 6. Prosedur Penyuntikan Bolus a. Komunikasi b. Persiapan alat c. Cuci tangan, pakai sarung tangan d. Off-kan tetesan cairan infus e. Klem selang infus

10

f. Pada karet yang ada di selang infus terdapat tanda seperti bulatan yaitu untuk titik penyuntikan atau ada juga terdapat lubang buka tutup khusus untuk membolus g. Jika menggunakan lubang buka tutup khusus langsung memisahkan spuit dengan jarum/nedelnya kemudiah spuit di masukan dan di putar sampai pas jaka sudah dorong spuit secara perlahan dan sealu kominikasi dengan pasien agar pasien rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena pasien agar obat masuk dengan lancar. Dorong hingga habis h. Jika menggunakan karet yang ada di selang infus maka harus menencari titik penyuntikan yang sudah di beri tanda dengan lingkaran, jika sudah ketemu tusukan perlahan jarum dan spuit di karet lalu dorong spuit secara perlahan dan sealu kominikasi dengan pasien agar pasien rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena pasien agar obat masuk dengan lancar. Dorong hingga habis i. Cabut spuit/jarum bersihkan kembali dengan alcohol j. Merapihkan alat. 7. Hal Yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian Obat a. Obat-obat suntikan yang diberikan harus sesuai dengan program pengobatan. b. Sebelum menyiapkan obat suntikan bacalah dengan teliti petunjuk pengobatan yang ada dalam catatan medik atau status pasien, yaitu nama obat, dosis, waktu dan cara pemberiannya. c. Pada waktu menyiapkan obat, bacalah dengan teliti label dari tiap-tiap obat. d. Perhatikan teknik septic dan antiseptiknya. e. Spuit dan jarum suntik tidak boleh digunakan untuk menyuntik pasien yang lain sebelum disterilkan. f. Spuit yang retak atau bocor dan jarum suntik yang sudah tumpul, berkarat, atau ujungnya bengkok tidak boleh dipakai lagi. g. Memotong ampul-ampul harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak melikai tangan dan pecahannya tidak masuk ke dalam obat.

11

h. Pasien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa waktu sebab ada kemungkinan timbul reaksi alergi.

12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi didalam tubuh. Obat

yang

digunakan

sebaiknya

memenuhi

berbagai

standar

persyaratan obat, diantaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya, tidak ada percampuran, dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian dan efektivitas. Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek baik obat itu sendiri. Adapun jenis obat-obatan yang diagnostik dalam praktik kebidanan diantaranya adalah: uterus tonika, obat imunologi, obat analgetik, obat anemia. Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya : intra vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jenis obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah. Pemberian obat dilakukan pada pasien yang membutuhkan pencegahan dan pengobatan dari suatu masalah kesehatan yang dihadapinya. Dalam pemberian obat baik melalui oral, topikal,intravena,dan lailalain, seorang perawat perlu memperhatikan aturan pemakaiannya. Karena jika tidak. Maka akan terjadi masalah yang baru bagi pasien. Yang terpenting adalah perawat mengerti dan paham dengan lima prinsip benar dalam pemberian obat. Yaitu benar obat, benar dosis, benar pasien, benar rute, dan benar waktu.

13

B. Saran Kepada seluruh tenaga kesehatan diwajibkan untuk menguasai segala bentuk teori dan metode yang berkaitan dengan obat-obatan. Tenaga kesehatan juga harus mampu memberikan konseling kepada masyarakat mengenai segala aspek, unsur, dan komponen obat-obatan yang digunakan dalam segala bentuk tindakan medis. Kepada masyarakat, diharapkan untuk tidak sembarangan dalam mengonsumsi obat-obatan, dan lebih teliti dalam memilih obat-obatan. Selain itu, masyarakat diharapkan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dalam menangani gangguan maupun penyakit yang dialami.

14

DAFTAR PUSTAKA

Bouwhuizen, M. 1991 . Ilmu Keperawatan . Jakarta : EGC Hidayat, A.Aziz Alimul. Uliyah, Musrifatul. 2008 . Priharjo, Robert. 1995 . Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat . Jakarta : EGC Hidayat, A.Aziz Alimul. 2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Yulianti,dkk.2015.Keterampilan Dasar Kebidanan.Yogyakarta:Gambiran UH V/45.

15

Related Documents


More Documents from "Reka"