Makalah Pasien Safety Ipsg.docx

  • Uploaded by: Fitria Cahyani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pasien Safety Ipsg.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,132
  • Pages: 37
MAKALAH “Aplikasi Sasaran Keselamatan Patient di Rumah Sakit dan Puskesmas” Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Patient Safety

Disusun Oleh: Cunisah Dwi Hermayanti Irma Fatimah Irvan Kamal Rivai Pitria Cahyani Resthin Kurnia Sary

PROGRAM STUDY S1 (NON REGULER) SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT 2018-2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikasi Sasaran Keselamatan Patient Di Rumah Sakit dan Puskesmas”. kami

menyadari dalam penyusunan makalah

ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan, maka kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan. Besar harapan kami semoga makalah kami bermanfaat bagi kita semua. Amin. Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini tidak lupa kami ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada : 1. Dosen pembimbing makalah. 2. Kedua Orang Tua kami yang tercinta yang selalu memotivasi dengan doa maupun materi. 3. Semua pihak yang telah membantu, sehingga terselesaikannya laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kebaikan dan kemajuan kami di masa yang akan datang. Akhir kata, besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bandung, Maret 2019

Penyusun

1

Daftar isi Kata pengantar .................................................................................................................. 1 Daftar isi............................................................................................................................ 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ....................................................................................................... 3 B. Tujuan Umum ....................................................................................................... 4 C. Tujuan Khusus ...................................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K.

Pengertian patient safety ....................................................................................... 5 Tujuan system patient safety ................................................................................. 5 Urgensi Pasient safety ........................................................................................... 6 Isu, Elemen, dan Akar penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam Patient Safety .................................................................................................................... 6 Standar Keselamatan Patient ................................................................................. 7 Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS ..................................................... 11 Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit .......................... 14 Aspek Hukum Terhadap Patient safety................................................................. 17 Implementasi Pasient Safety ................................................................................. 18 Standar Keselamatan Paient di Puskesmas ........................................................... 19 Aplikasi Sasaran Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Sesuai Dengan Sasaran Internasional Patien Safety Goal ........................................................................... 24

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................................... 34 B. Saran ..................................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 35

2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang menerapkan Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di negara berkembang, seperti Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tonggak utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara utuh. Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem yang seharusnya dilaksanakan secara normatif. Melihat lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut, maka, jika diterapkan oleh manajemen rumah sakit dan Puskesmas, diharapkan kinerja pelayanan klinis rumah sakit dan Puskesmas dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing error, dan lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk menguraikan aplikasi sasaran keselamatan pasien di Rumah sakit dan Puskesmas.

3

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengetahui teori dan aplikasi sasaran keselamatan pasien 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit b. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi sasaran keselamatan pasien di Puskesmas

4

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Patient safety Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dair cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006). Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety;;) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

B. Tujuan Sistem Patient safety Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah: 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit 2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat 3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit 4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan KTD

5

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah: 1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar) 2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif) 3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi) 4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi) 5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan) 6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh)

C. Urgensi Patient safety Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan efisisiensi, dll.

D. Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam Patient safety 1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu: a. keselamatan pasien; b. keselamatan pekerja (nakes); c. keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan); d. keselamatan lingkungan; e. keselamatan bisnis.

2. Elemen Patient safety : a. Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME) (ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan) b. Restraint use (kendali penggunaan) 6

c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial) d. Surgical mishaps (kecelakaan operasi) e. Pressure ulcers (tekanan ulkus) f. Blood product safety/administration (keamanan produk darah/administrasi) g. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba) h. Immunization program (program imunisasi) i. Falls (terjatuh) j. Blood stream – vascular catheter care (aliran darah – perawatan kateter pembuluh darah) k. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)

3. Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum): a. Communication problems (masalah komunikasi) b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai) c. Human problems (masalah manusia) d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien) e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer pengetahuan) f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja) g. Technical failures (kesalahan teknis) h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang tidak memadai) [AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) Publication, 2003]

E. Standar Keselamatan Pasien Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient safety Standards” yang

dikeluarkan

oleh Joint

Commision

on

Accreditation

of

Health

Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu: 1. Hak pasien Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut: 7

a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan. b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD

2. Mendidik pasien dan keluarga Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistim dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat: a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut: a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

8

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien Standarnya adalah RS harus mendisain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP dengan criteria sebagai berikut: a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya adalah: a. Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui penerapan “7 Langkah Menuju KP RS”. b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP & program mengurangi KTD. c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP. e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja RS & KP, dengan criteria sebagai berikut: 1.) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien. 2.) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan insiden, 3.) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi 4.) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis 5.) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden, 9

6.) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden 7.) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan 8.) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan 9.) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah: a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas. b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut: 1.) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien 2.) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden 3.) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Standarnya adalah: a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal. b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan criteria sebagai berikut: 1.) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien. 2.) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

10

F. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit 1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan kepemimpinan & budaya yang terbuka dan adil Bagi Rumah sakit: a. Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan kepada staf, pasien, keluarga b. Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden c. Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden d. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP Bagi Tim : a. Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden b. Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat 2. Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & focus yang kuat & jelas tentang KP di RS anda” Bagi Rumah Sakit: a. Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP b. Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi “Penggerak” (champion) KP c. Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen d. Masukkan KP dalam semua program latihan staf Bagi Tim: a. Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP b. Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP c. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden 3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah” Bagi Rumah Sakit: a. Strukur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup KP 11

b. Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko c. Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan kepedulian terhadap pasien Bagi Tim: a. Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik kepada manajemen terkait b. Penilaian risiko pada individu pasien c. Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah memperkecil risiko tersebut. 4. Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kepada KKP-RS” Bagi Rumah Sakit : a. Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam maupun ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI Bagi Tim: a. Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yang penting 5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien : Bagi Rumah Sakit: a. Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien & keluarga b. Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden c. Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien & keluarga (dalam seluruh proses asuhan pasien) Bagi Tim: a. Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi insiden b. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi insiden c. Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien & keluarga.

12

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul” Bagi Rumah Sakit: a. Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab b. Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun untuk proses risiko tinggi Bagi Tim: a. Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden b. Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tersebut 7. Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien, “Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan” Bagi Rumah Sakit: a. Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, audit serta analisis b. Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP c. Asesmen risiko untuk setiap perubahan d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI e. Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden Bagi Tim: a. Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman b. Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya c. Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan

13

G. Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit WHO Collaborating Centre for Patient safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient safety Solutions” (“Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien, tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai proses asuhan pasien. Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing. a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication Names). Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik. b. Pastikan Identifikasi Pasien. Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem 14

layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama. c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien. Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima. d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar. Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenisjenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat

dalam

prosedur

Time out

sesaat

sebelum

memulai prosedur untuk

mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah. e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated). Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik. f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan. Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, 15

penyerahan dan/atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan. g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube). Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar). h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai. Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga

layanan

kesehatan

khususnya

tentang

prinsip-pninsip

pengendalian

infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman. i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial. Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

16

H. Aspek Hukum Terhadap Patient safety Aspek hukum terhadap “patient safety;;” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut: 1. UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit a. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum 1.) Pasal 53 (3) UU No.36/2009; “Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien.” 2.) Pasal 32n UU No.44/2009; “Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit. 3.) Pasal 58 UU No.36/2009 : a.) “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.” b.) “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.” 2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit a. Pasal 29b UU No.44/2009; ”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.” b. Pasal 46 UU No.44/2009; “Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.” c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009; “Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.” 3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit a. Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit; “Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang kompresehensif. “

17

4. Hak Pasien a. Pasal 32d UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional” b. Pasal 32e UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi” c. Pasal 32j UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan” d. Pasal 32q UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana” 5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien a. Pasal 43 UU No.44/2009 1.) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien 2.) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan. 3.) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri 4.) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.

I. Implementasi Patient safety Menurut James Reason dalam Human error management: models and management tahun 1991, dikatakan ada dua pendekatan dalam penanganan error atau KTD. Pertama pendekatan personal. Pendekatan ini memfokuskan pada tindakan yang tidak aman, melakukan dan pelanggaran prosedur, dari orang-orang yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan (dokter, perawat, ahli bedah, ahli anestesi, farmasis dll). Tindakan tidak aman ini dianggap berasal dari proses mental yang menyimpang seperti mudah lupa, kurang perhatian, motivasi yang buruk, tidak hati-hati, alpa dan sembrono. 18

J. Standar Keselamatan Di Puskesmas Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu : 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan programpeningkatan keselamatan pasien 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut : Standar I : Hak Pasien Standar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Kriteria : 1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan. 2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan 3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Standar II : Mendidik Pasien Dan Keluarga Standar : Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien 19

dalam asuhan pasien Kriteria : Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat : 1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur 2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga. 3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti 4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan. 5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas. 6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa. 7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III : Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan Standar : Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unitpelayanan. Kriteria : 1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan,diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dariPuskesmas. 2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakansumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antarunit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar. 3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan,pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya. 4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapainyaproses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif. 20

Standar IV : Penggunaan Metoda-Metoda Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi Danprogram Peningkatan Keselamatan Pasien Standar : Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor danmengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Kriteria : 1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”. 2. Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan :pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan. 3. Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua Kejadian TidakDiharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi. 4. Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukanperubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V : Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien Standar : 1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasidalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas ”. 21

2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasiendan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan. 3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitandengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien. 4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan meningkatkankinerja Puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien. 5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien. Kriteria : 1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien. 2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkaninsiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “KejadianNyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event). 3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari Puskesmasterintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien 4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yangterkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar danjelas untuk keperluan analisis. 5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasukpenyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “KejadianNyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasienmulai dilaksanakan 6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani “KejadianSentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanismeuntuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel” 7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelolapelayanan di dalam Puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.

22

8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupansumber daya tersebut. 9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untukmengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien, termasukrencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI : Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien Standar : 1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakupketerkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas 2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkandan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien. Kriteria : 1. Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baruyang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing. 2. Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservicetraining dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden. 3. Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

Standar VII : Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staff Untuk Mencapai Keselamatan Pasien Standar : 1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untukmemenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. 2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat. 23

Kriteria : 1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untukmemperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien. 2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemeninformasi yang ada.

K. Aplikasi Sasaran Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Sesuai Dengan Sasaran Internasional Patien Safety Goal 1. Identifikasi pasien dengan benar Aplikasi dari identifikasi dengan benar dengan dua cara yaitu: a. Menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien, kemudian dicocokan dengan gelang identitas pasien atau menanyakan nama lengkap pasien dan dicocokan dengan rekam medis pasien, hal ini dilakukan pada saat akan melakukan tindakan apapun ke pasien.

b. Meningkatkan Komunikasi Verbal yang Efektif Tatacara Komunikasi Via Telepon : 1.) Komunikasi lisan, baik lisan langsung, via telepon (by phone atau pesan singkat (SMS/ BBM Whatsapp Massenger) maupun secara lisan langsung, yang dilakukan oleh semua profesional pemberi asuhan (PPA) mengenai :

24

a.) Komunikasi perawat / dokter jaga saat melakukan pelaporan kondisi pasien ke DPJP atau dr jaga ruangan sehingga didapatkan suatu instruksi (baik terapi, prosedur/tindakan, diit, dan lain-lain). b.) Setiap melakukan pelaporan kepada dokter melalui whatsapp messenger yakinkan bahwa pesan yang telah dikirim di baca oleh penerima informasi dengan melihat simbol yang ada di whatsapp messenger. c.) PPA melaporkan dengan jelas hal-hal yang akan dilaporkan dengan menggunakan metode SBAR

(Situation, Background, Assesment,

Recommendation) I. II.

Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien) Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)

III.

Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien terkini)

IV.

Recommendation (rekomendasi)

d.) PPA menulis (T) order dokter dengan jelas pada formulir catatan pasien terintegrasi dengan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning) e.) PPA membacakan ulang (B) order yang diterima (khusus untuk obat high allert dilakukan pengejaan setiap huruf dan angka contohnya : lasix 1 mg IV dieja dengan Lima Alfa Sierra India Xray One Mike Golf India Victor) f.) PPA melakukan konfirmasi (K) apakah order yang diterima sudah sesuai dengan yang dimaksud oleh pemberi order sampai pemberi order mengatakan "Ya" g.) PPA membubuhkan cap VERBAL ORDER pada formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi h.) PPA menuliskan tanggal, jam, nama dan tanda tangan penerima telpon di cap verbal order. i.) PPA meminta validasi kepada pemberi order berupa nama dan tanda tangan pemberi order sebelum 1 X 24 jam 2.) Komunikasi perawat / dokter jaga saat melaporkan hasil pemeriksaan pasien ke DPJP (fisik maupun penunjang: laboratorium, radiologi, imaging dan lain-lain). 25

3.) Komunikasi perawat saat melakukan serah terima pelaporan antar shift maupun perpindahan pasien antar ruangan 4.) Penggunaan cap Verbal Order a.) Cap verbal order digunakan setiap melakukan komunikasi verbal antar profesional pemberi asuhan (PPA) b.) Cap verbal order di gunakan pada setiap form hasil penunjang yang memiliki nilai critical value. c.) Di form hasil penunjang yang memiliki nilai critical value cap order dibubuhkan oleh petugas laboratorium di 4 lembar print out hasil laboratorium critical value. d.) validasi harus dilakukan oleh petugas laboratorium yang melaporkan hasil laboratorium critical value dan dokter atau perawat yang menerima telpon, setelah divalidasi petugas laboratorium akan mengambil 2 lembar print out hasil laboratorium critical value untuk disimpan oleh unit laboratorium.

Cara pengisian kolom pada cap VERBAL ORDER sebagai berikut :

26

1. Kolom Sender diisi oleh PPA yang memberikan informasi verbal order 2. Pada kolom Receiver diisi oleh PPA yang menerima informasi verbal order 3. Kolom date Sender diisi tanggal saat PPA yang memberi informasi verbal datang untuk melakukan verifikasi. 4. Kolom time Receiver diisi jam saat informasi verbal diterima oleh PPA yang menerima informasi verbal VERBAL / BY PHONE ORDER

Sender Receiver DATE

TIME

NAME

SIGN

5. Kolom name Sender diisi dengan nama PPA yang memberikan informasi verbal saat melakukan verifikasi. 6. Kolom name Receiver diisi dengan nama PPA yang menerima informasi verbal pada saat informasi verbal diterima. 7. Kolom Sign Sender diisi dengan paraf PPA yang memberikan informasi verbal saat melakukan verifikasi. 8. Kolom Sign Receiver diisi dengan paraf PPA yang menerima informasi verbal pada saat informasi verbal diterima. 9. Validasi pemberi order berupa nama dan tanda tangan pemberi order sebelum 1 X 24 jam

27

Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon : 

Situation (S) : Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Ruby Timur melaporkan pasien nama Tn. A mengalami penurunan keadaan umum pengeluaran urine 40 cc / 24 jam, mengalami sesak napas.



Background (B) : 

Diagnosa medis gagal ginjal kronik, masuk tanggal masuk 8 Desember 2016, program HD hari Senin-Kamis.



Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit sudah diberikan sejak 15 menit yang lalu.



Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp



TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah dan ascites



Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl



Kesadaran composmentis, bunyi nafas ronchi.



Assessment (A) : 



Gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Recommendation (R) :



Perlukah pemberian oksigen NRM ?



Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump ?

2. Memastikan tepat sisi/lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien pada tindakan operasi Berikut ini Penandaan Daerah Operasi a. Penandaan lokasi pembedahan dilakukan oleh dokter operator dengan melibatkan pasien sebelum pasien masuk ke Unit Kamar Bedah atau Ruang Tindakan di Unit Rawat Jalan, kecuali dalam keadaan darurat, penandaan dilakukan di ruang persiapan pasien di Unit Kamar Bedah. b. Penandaan menggunakan penanda berupa lingkaran pada lokasi operasi menggunakan spidol marker permanent warna hitam. c. Penandaan MUTLAK HARUS dilakukan pada operasi – operasi sebagai berikut : 28

1. Organ Bilateral (Ada kanan / kiri) 2. Ekstremitas 3. Jari tangan dan kaki. 4. Level multipel (tulang belakang) d. Seluruh dokumen yang diperlukan dalam pembedahan harus tersedia bersama pasien saat pasien masuk ke ruang persiapan pasien. Dokumen pemeriksaan penunjang diagnostic imaging harus mencantumkan sisi. e. Seluruh perlengkapan dan peralatan yang berkaitan dengan operasi dicek oleh dokter operator utama dan didokumentasikan oleh perawat bedah. f. Ketidak lengkapan dokumen dan/atau perlengkapan/peralatan berakibat pada penundaan tindakan.

3. Meningkatkan Keamanan Obat - Obat High Alert Semua pemberi asuhan professional wajib mengetahui jenis obat high alert serta untuk obat High alert diberikan stiker High alert untuk mengenali bahwa obat tersebut perlu pengawasan yang ketat baik dari mulai penyimapanan serta tatacara penggunaan. Obat High alert hanya disimpan di depo khusus farmasi.

29

4. Pengurangan Resiko Infeksi Aplikasi yang jelas untuk mengurangi resiko infeksi yaitu dengan menggalakan Cuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun di Five moment, adapun managemen Rs berperan menyediakan tempat cuci tangan yang lengkap disemua ruangan, serta tidak lupa menempelkan gambar- gambar untuk menuntun cara cuci tangan yang sesuai standard an mengingatkan kembali five moment dengan gambar di dekat tempat cuci tangan.

30

5. Pengurangan Risiko Jatuh Pasien Semua petugas yang bekerja di SHBC harus mampu mengidentifikasi pasien risiko jatuh. Apabila melihat pasien dengan kondisi tersebut diatas, dimanapun tempat / areanya harus meningkatkan kepedulian dan kewaspadaannya dengan cara : a.

Memastikan pasien tidak dalam kondisi sendiri tanpa pendamping

b.

Apabila tanpa pendamping, siapapun yang melihat harus membantu sampai menemukan tenaga bantuan atau area yang dituju dengan ada petugas yang bertanggung jawab.

c.

Memastikan tidak ada genangan atau percikkan air dimanapun areanya, apabila didapatkan ada genangan air lakukan pembatasan area yang tergenang dengan menggunakan alat yang tersedia lalu hubungi house keeping untuk membersihkan area yang tergenang tadi.

d.

Memastikan penerangan cukup.

Usaha yang dilakukan SHBC untuk mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh adalah sebagai berikut : a.

Seluruh pasien mendapatkan pengkajian risiko jatuh ketika pertama datang ke unit rawat jalan, IGD atau masuk ke ruang perawatan (baik intensif maupun biasa).

31

b.

Pengkajian risiko jatuh dilakukan oleh perawat menggunakan Skala Penilaian Risiko Jatuh, yaitu untuk Pasien 0-14 tahun menggunakan pengkajian risiko jatuh Humpty Dumpty, untuk pasien >14 – 65 tahun menggunakan Morse dan untuk pasien geriatri > 65 tahun menggunakan Ontario Modified Stratify - Sydney Scoring, sedangkan untuk Out Patient Departement (OPD) menggunakan Get Up and Go Test.

c.

Pengkajian risiko jatuh didokumentasikan di Formulir Pengkajian Keperawatan atau Formulir Rawat Jalan atau Formulir Medik IGD.

d.

Jika tidak ada perubahan keadaan umum pasien, maka pengkajian ulang (reasessment) risiko jatuh dilakukan sekali sehari yaitu pada pukul 06.00 WIB setiap harinya.

e.

Pada kondisi pasien seperti yang tercantum dibawah ini maka pengkajian ulang (reasessment) risiko jatuh dilakukan kembali sesuai dengan waktu kejadian aktual walaupun pada pukul 06.00 WIB sudah dilakukan pengkajian ulang (reasessment) risiko jatuh.Kondisi pasien tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pasien mengalami perubahan keadaan umum baik perbaikan ataupun perburukan yang mengubah risiko pasien jatuh. 2. Pasien jatuh. 3. Pasien menerima obat yang meningkatkan risiko jatuh. Obat-obatan yang dapat meningkatkan risiko jatuh adalah obat-obatan yang memberikan efek pusing, mengantuk, pandangan kabur, gangguan keseimbangan dan lain-lain. Obat-obatan tersebut meliputi namun tidak terbatas pada: sedatives, hypnotics, barbiturates, phenothiazines, antidepressants, laxatives, diuretics, narcotics. 4. Pasien post operatif maupun tindakan lainnya 5. Pasien mengeluh pusing atau pasien mengalami tanda gangguan keseimbangan lain.

f.

Re-asessmen risiko jatuh ditulis oleh perawat di form cheklist tindakan

g.

Hanya pasien yang masuk dalam kategori High Fall Risk saja yang dipasang klip High Fall Risk, untuk risiko rendah dan sedang tidak dipasang stiker klip High Fall Risk.

h.

Pemasangan penanda High Fall Risk yaitu berupa klip berwarna kuning akan ditempel di gelang identitas pasien dan penanda High Fall Risk yang digantung di bed pasien

i.

Pengkajian risiko jatuh berlaku untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

j.

Pasien yang memiliki kriteria pasien High Fall Risk diantaranya : 32

1) Bayi dan anak-anak dibawah usia 14 tahun. 2) Lansia (diatas 65 tahun). 3) Pasien dengan gangguan kesadaran dan pengaruh sedatif. 4) Pasien dengan cacat fisik (buta, tuli, bisu, lumpuh, gangguan fungsi anggota gerak, amputasi anggota gerak). 5) Ibu hamil yang akan melalui proses persalinan.

33

Aplikasi sasaran keselamatan pasien di puskesmas pada prinsipnya hampir sama dengan aplikasi di Rumah Sakit hanya saja di puskesmas diterapkan untuk pasien yang rawat jalan.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga medis kepada pasien mengacu kepada tujuh standar pelayanan pasien rumah sakit yang meliputi hak pasien, mendididik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, penggunaan metode- metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, peran 34

kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan pasien, dan komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Selain mengacu pada tujuh standar pelayanan tersebut, keselamatan pasien juga dilindungi oleh undangundang kesehatan sebagaimana yang diatur dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 serta UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan pada pasien karena proses keperawatan tersebut sangat berhubungan dengan patient safety atau keselamatan pasien. Proses keperawatan tersebut meliputi proses pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Jika terjadi kesalahan saat menjalani salah satu proses keperawatan, maka kesalahan tersebut akan memungkinkan timbulnya kecelakaan kerja yang dapat mengancam keselamatan pasien. Aplikasi keselamatan pasien dapat diterapkan pada beberapa tempat yang terdapat di rumah sakit, seperti kamar operasi, ICU, dan UGD. Aplikasi keselamatan pasien tersebut diterapkan dengan memperhatikan sisi struktur, lingkungan, peralatan dan teknologi, proses, orang, dan budaya. B. SARAN Dengan dibuatnya makalah Aplikasi Sasaran Keselamatan Pasien di RS dan Puskesmas ini, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan yang terbaik untuk keselamatan pasien. DAFTAR PUSTAKA Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan. Lestari, Trisasi. Konteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3 Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit. Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas University, Indonesia

35

Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005 Tim keselamatan Pasien RS RSUD Panembahan Senopati. Patient Safety. Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program Patient Safety. Proceedings of National Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara, Bandung 14-15 November 2006. Yahya, Adib A. (2007) Fraud & Patient Safety. Proceedings of PAMJAKI meeting Kecurangan (Fraud) dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan Hotel Bumi Karsa, Jakarta 13 December 2007.

36

Related Documents


More Documents from "SitiMardiana Putribugis"