MAKALAH “FIRE SAFETY MANAGEMENT”
Oleh: Kelompok SITI MARDIANA (162410039)
RAJA NADYA ROJA S (162410034)
ANSUR MULIA.H (162410061)
M.NASRULLAH (162410030)
GUNTUR ADEWA (162410052)
WIDYA RAMADHANI (162410053)
YOGI REYZA (162410045)
ANNISA
FADILLA (162410011)
YULIANTO WIBOWO (162410032)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN I BNU S I NA BATAM 2019
KATA PENGANTAR Segala puji syukur senantiasa penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas dengan judul “ Fire Safety Management”. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kebakaran dan keadaan dan Darurat. Pada kesempatan kali ini penyusun ingin berterima kasih
kepada pihak-
pihak yang berkenan membantu penyusunan makalah ini. Penulis menyadari walaupun tugas ini telah dibuat maksimal, namun mungkin masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan. Penulis menerima kritik saran serta petunjuk dari semua pihak bagi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Batam, 04 Maret 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
KATA PENGANTAR...................................................................................
ii
DAFTAR ISI.................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang..............................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah.........................................................................
2
1.3
Tujuan............................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian sampah ........................................................................
3
2.2
Klasifikasi sampah .......................................................................
5
2.2.1Klasifikasi sampah berdasarkan sumbernya….......…...…
5
2.2.2Klasifikasi sampah berdasarkan bentuknya……..........…
6
2.23 Klasifikasi sampah berdasarkan sifatnya………...........…
6
2.3
Karakteristik sampah …………………………………………. 6
2.4
Teknik operasional penanganan sampah……………………… 7
2.5
Timbunan sampah …………………………………………….
9
2.5.1faktor yang mempengaruhi timbunanan sampah……..…
10
2.5.2metode penghitungan timbunanan sampah………..…….
10
2.6
Besar timbulan sampah ……………………………………….. 11
BAB III HASIL OBSERVASI LAPANGAN 3.1. Lokasi Pengamatan....................................................................... 13 3.2. Waktu Pengamatan…………………………………………….
14
3.3. Hasil wawancara Pengamatan……………………...………… 3.4. Analisis Hasil Pengamatan…………………………………….
14 18
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan……………………………………………………... 21 4.2 Saran……………………………………………………………. 21 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. DOKUMENTASI
iii
22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kebakaran dan Pencegahan Kebakaran A. Kebakaran Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3 unsur : bahan yang dapat terbakar; suhu penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2 atau udara). Untuk
mencegah
terjadinya
kebakaran 1
adalah
dengan
mencegah
bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya, dengan dilakukan melalui identifikasi bahan bakar tersebut. Adapun tiga elemen tersebut adalah : 1. Oksigen Dalam udara normal, kandungan oksigen adalh sebanyak 20 % dimana dapat dilepaskan oleh zat kimia pengoksidasi seperti pupuk nitrat. 2. Bahan bakar Bahan bakar yang dimaksud disini adalah bahan apa saja yang dapat terbakar, diantaranya : Dalam bentuk padat, semakin kecil bentuknya, semakin
mudahlah bahan tersebut menyala. Dalam bentuk cair, semakin rendah titik nyalanya, semakin
mudahlah bahan tersebut menyala. Dalam bentuk gas dengan kosentrasi yang diperlukan dalam batas
penyalaan. 3. Penyalaan Penyalaan yang disebabkan oleh berbagai sumber yang akan menaikkan temperature diatas titik nyala yang meliputi : Putung rokok Percikan listrik dan hubungan singkat Listrik static Perlengkapan yang memanas dan bantalan yang mengalami panas
berlebih Pipa pemanas Percikan api dari operasi pengelasan atau pembakaran. Ketiganya merupakan tiga syarat munculnya api. Segitiga api (fire triangle) ditunjukkan dalam diagram dibawah ini
Bahan bakar
Penyalaan
2
Oksigen
Gambar 1. Segitiga api Pemindahan Kalor. Perpindahan Kalor dapat melalui : 1. 2. 3.
Konduksi yakni perpindahan kalor melalui atau sepanjang material Konveksi yakni kalor dibawa oleh udara panas yang membubung Radiasi yakni pancaran sinar inframerah dengan panjang gelombang besar
Rambatan Api Api yng terjadi dapat merambat dengan mudah yakni dengan cara : 1. Melintasi ruang terbuka. Normalnya menyebar lewat sisi atas, oleh sebab itu sediakanlah ventilasi atas / penyedot untuk mengeluarkan api keluar gedung serta membagi area dalam kompartemen api 2. Melalui celah atau lubang di dinding penghalang api (fire-break barrier) Pastikan seluruh celah di dinding penghalang api disumbat dengan bahan tahan api khususnya di sekitar jalur masuk pipa dan kabel serta pastikan pintu-pintu penghalang api (fire break doors) selalu tertutup atau memiliki sarana untuk menutupnya secara otomatis jika terjadi kebakaran. 3. Disepanjang saluran dan sumuran roil yang didalamnya terdapat cairan mudah terbakar (udah menyala) dan gas yang lebih berat dari udara yang dapat mengalir. Untuk tumpahan cairan : pasangilah tanggul di sekeliling penampungan dan gunakn butiran – butiran absorbe yang sesuai Sedangkan untuk gas dan uap yang lebih berat dari udara, pastikan area tesebut memiliki ventilasi yang baik di sisi bawah. 4. Melintasi permukaan debu di atas langit-langit Peliharalah kebersihan di atas langit-langit serta pasanglah penahan api di atas langit-langit. 5. Melalui saluran ventilasi dan pembuangan Pastiakn untuk selalu mematikan kipas ventilasi dan menyediakan alat pemadam kebakaran di saluran pembuangan. 6. Sepanjang lorong 3
Pasanglah pintu asap / api yang senantiasa ditutup atau dipasangi system magnetic yang terhubung ke system alarm pemadam kebakaran. 7. Didalam lorong penggerak lift Lorong pegerek yang baik harus selalu tertutup dan memasang pintu / api di landasan setiap tingkat gedung pada akses ke area kerja dan lorong. B. Pencegahan Kebakaran Pencegahan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah semua langkah langkah teknis dan administratif yang diambil untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya kebakaran.Namun jika kebakaran tersebut muncul juga, ukuran dan dampaknya dibuat sekecil mungkin.Cara yang paling efektif untuk mengurangi dampak kebakaran tersebut, menurut beberapa penelitian, adalah dengan melakukan kompartementasi (membuat sekat-sekat). Yaitu membuat volume ruang yang kecil, mengurangi volume dan permukaan yang mudah terbakar sekecil mungkin di mana api tidak bisa menjangkau terlalu jauh, terutama tidak bisa masuk atau keluar (ruangan disebelahnya yang tidak terkena langsung). Perlindungan terhadap kebakaran pada bangunan bertujuan agar penghuni ruangan yang terkena kebakaran dapat menyelamatkan diri dengan aman. Untuk tuijuan tersebut, para profesional telah mencari langkah-langkah untuk pengaturan pada bangunan dan cara penyelamatannya. Prinsip dasar perlindungan terhadap kebakaran tersebut adalah sebagai berikut: • Pembatasan besar dan lamanya kebakaran, yaitu dengan membatasi •
benda yang terbakar; Pembatasan resiko penyebaran api, yaitu dengan mengatur penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar dan jaringan yang mungkin sumber
•
resiko kebakaran (sepertti instalasi listrik, gas, dan pemanas); Petunjuk pengevakuasian dari kebakaran, sehingga semua orang dapat meninggalkan gedung dalam waktu singkat dan sekaligus dapat
•
mengambil langkah-langkah untuk melindungi orang yang dievakuasi; Petunjuk pemadaman api. Jika memungkinkan untuk memadamkan api sejak awal atau sebelum membakar jalan evakuasi. Prinsip perlindungan tersebut tertuang dalam Peraturan Konstruksi dan
Perumahan yang ditetapkan oleh Keputusan 31 Januari 1986 tentang penanggulangan kebakaran pada bangunan perumahan. Peraturan tersebut mencakup bidang konstruksi, sarana dan peralatan teknis. Perlindungan 4
tersebut dapat berupa perlindungan "pasif": seperti dinding tahan api, pelindung tangga, dan lain sebagainya. Atau perlindungan "aktif" seperti detektor asap, alat pemadam, penghilang asap, layanan pemeriksaan. Peraturan keselamatan diwajibkan untuk bangunan perumahan yang tegabung dalam gedung publik (ERP) dan gedung bertingkat tinggi. Dalam peraturan konstruksi, dikatakan bahwa izin mendirikan bangunan (IMB) dapat dikeluarkan hanya jika konstruksi atau rencana pekerjaan bangunan sesuai dengan peraturan keselamatan menurut klasifikasinya : a)
Sistem Proteksi Pasif adalah suatu sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung yang berbasis pada desain struktur dan arsitektur sehingga bangunan gedung itu sendiri secara struktural stabil dalam waktu tertentu dan dapat menghambat penjalaran api serta panas bila terjadi kebakaran. (Pasal 17 Angka 3 UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung).
b)
Sistem Proteksi Aktif dalam mendeteksi kebakaran adalah sistem deteksi dan alarm kebakaran, sedangkan sistem proteksi aktif dalam memadamkan kebakaran adalah sistem hidran, hosereel, sistem sprinkler, dan pemadam api ringan. (Pasal 17 Angka 3 UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung).
Pencegahan kebakaran adalah segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali. Pencegahan kebakaran mengandung 2 pengertian, yaitu: 1.
Penyalaan api belum ada dan usaha pencegahan ditujukan agar tidak terjadi penyalaan api. Contoh dari tindakan ini adalah dengan memisahkan bahan mudah terbakar pada ruang khusus ,membuat aturan pencegahan kebakaran, memasang rambu dilarang merokok,
2.
dan lain - lain. Penyalaan api sudah ada dan usaha pencegahan ditujukan agar api tidak terkendali. Contoh dari tindakan ini adalah mengatur nyala api di dalam ruang tempa, ketel uap, dapur pemanas dll.
5
Sedangkan pencegahan kebakaran menurut kepmen No.186/Men/1999 adalah mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang meliputi : a. Pengendalian setiap bentuk energy. b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi. c.
Pengendalian penyebaran asap, panas, dan gas.
d.
Pembentukan unit penanggulangan kebakaran secara berkala,
e. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat. Dalam hal ini dapat diklasifikasikan penyebab dan tindakan pencegahan yakni:
Penyebab Kebakaran
Tindakan Pencagahan
Kebersihan tidak terjaga
Pembersihan yang teratur perlu dilakukan dengan membuang sampah ketempat yang sesuai.
Kelistrikan
Jangan membebani sirkuit melebihi batas, pastikan sekering beroperasi pada arus yang tepat.; menyediakan system pendingin yang memadai.
Pipa pemanas
Pastikan
semua
material
yang
mudah
terbakar disimpan jauh dari pipa. Pengelasan
dan
pemotongan Pindahkan material yang mudah terbakar
dengan gas
dari area kerja
Merokok
Menyediakan ruang khusus perokok
Minyak dan zat pelarut
Disimpan
diluar
ruangan;
digunakan
secukupnya untuk keperluan pekerjaan, menggunakan wadah anti tumpah untuk pemindahannya, 6
dan
menggunakan
sambungan pembumian saat pemindahan.
2.2 Jenis Bahan Bakar Bahan bakar dapat dibedakan dari jenis, titik nyala dan potensi menyala sendiri.Bahan bakar yang memiliki titik nyala rendah dan rendah sekali harus diwaspadai karena berpotensi besar penyebab kebakaran. Bahan seperti ini memerlukan pengelolaan yang memadai : penyimpanan dalam tabung tertutup, terpisah dari bahan lain, diberi sekat dari bahan tahan api, ruang penyimpanan terbuka atau dengan ventilasi yang cukup serta dipasang detektor kebocoran. Selain itu kewaspadaan diperlukan bagi bahan-bahan yang berada pada suhu tinggi, bahan yang bersifat mengoksidasi, bahan yang jika bertemu dengan air menghasilkan gas yang mudah terbakar (karbit), bahan yang relatif mudah terbakar seperti batu bara, kayu kering, kertas, plastik,cat, kapuk, kain, karet, jerami, sampah kering, serta bahan-bahan yang mudah meledak pada bentuk serbuk atau debu. 2.3 Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan Permenaker Nomor : 04/MEN/1980 penggolongan atau pengelompokan jenis kebakaran menurut jenis bahan yang terbakar, dimaksudkan untuk pemilihan media pemadam kebakaran yang sesuai. Pengelompokan itu adalah : 1.
Kebakaran kelas (tipe) A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam, seperti: kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa dll. yang
2.
sejenis dengan itu. Kebakaran kelas (tipe) B, yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar, seperti : bensin, aspal,gemuk, minyak, alkohol, LPG
3. 4.
dll. yang sejenis dengan itu. Kebakaran kelas (tipe) C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan Kebakaran kelas (tipe) D, yaitu kebakaran bahan logam, seperti :
aluminium, magnesium, kalium, dll. yang sejenis dengan itu. 2.4 Sebab- Sebab Kebakaran Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya pengertian pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran; kurang hati menggunakan alat dan bahan yang dapat menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin. 1.
Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari kelalaian ini misalnya : lupa mematikan kompor, 7
merokok ditempat yang tidak semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya, mengganti alat pengaman dengan spesifikasi 2.
yang tidak tepat dan lain sebagainya Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang pengetahuan ini misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak mengerti tanda tanda bahaya kebakaran, tidak mengerti proses terjadinya api dan
3.
sebagainya. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan
4.
topan. Kebakaran karena penyalaan sendiri,sering terjadi pada gudang bahan kimia dimana bahan bereaksi dengan udara,air dan juga
5.
dengan bahan-bahan lainnya yang mudah meledak atau terbakar. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase, mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan
6.
jejak kejahatan, tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus Penyinaran Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api tidak perlu atas dasar perentuhan. Semua sumber panas memamncarkan gelombang elektromagnetik atau inframerah. Jika gelombang ini mengenai benda, maka pada benda tersebut akan menyala. Contoh kayu yang diletakan didekat tungku akan yang pjar
7.
akhirnya akan menyala walaupun tidak dikenai api. peledakan uap atau gas setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembkaran yang terjadi akan meluas dengan cepat, mana kala kadar gas atau uap berada dalam batas untuk menyala atau meledak. Batas-batas kadar ini tergatung kepada bahan yang bersangkutan. Cepat rambatna api menjalar bergantung pada sifat zat, suhu dan tekanan udara dan berkisar diantar 2000 m per detik. Kecepatan ini menentkan
besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh peledaknya. 8. Percikan api 8
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi penyebab terbakarnya campuran gas atau uap dan debu atau udara yang dapat menyala.
Biasanya
percikan
api
tidak
dapat
menyebabkan
terbakarnya zat padat oleh karena tidak cukupnya energy dan panas yang ditimbulkan akan meghilang didalam benda padat. percikan api bias jadi terbentuk karena arus listrik. Dalam hal ini percikan api terbentuk karena adanya hubugan arus putus (korsleting) 9. Reaksi kimiawi Reaksi-reaksi kiiawi tertentu menghasilkan panas dengan tejadnya kebakaran.Factor kuning teroksidasi sangat cepat, bila bersinggunagn dengan udara. Bubuk bsi halus pijar dalam udara dan mungkin akan menimbukan kebakaran. Kalsium karbrida meurai secara ekstomis jika terkena air, dan membebaskan gas asetilen yang mungkin meledak atau terbakar. 10. Peristiwa- peristiwa lain Gesekan antar dua benda menghasilkan panas, yang semakin banyak menurut koifisien gesekan.Manakala panas yang timbul lebih besar dari kecepatan hilangnya panas ke lingkungan, kebakaran mungkin terjadi seperti pada mesin yang kurang minyak atau gemuk. Penekanan gas secara adiabatic menimbulkan panas, yang mungkin berakibat peledakan dengan terbakarnya minyak pelumas, jika kompresor tidak didinginkan, atau peledakan silinder-silinder gas yang bertekanan. 2.5 peraltan pemadaman kebakaran. 1) Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan sekop atau ember Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api. 9
Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran. 2) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan. Alat ini terdiri dari enam jenis dasar dengan tabung berwarna merah yang diberi sabuk atau panel berwarna tertentu untuk mengidentifikasi isinya dan jenis api yang dapat dipadamkannya.
Jenis subtansi Air
Warna panel Merah
Cocok untuk Material
yang
mengandung
karbon, kayu kertas, batubara dan sebagainya Busa, termasuk Krem
Material
busa pembentuk
karbon, cairan yang larut dalam
lapisan
air ataupun tidak.
air
yang
mengandung
(AFFF) Karbon dioksida Hitam
Cairan yang larut dalam air ataupun tidak; api dalam peralatan listrik
Bubuk kering
Biru
Cairan yang larut dalam air ataupun tidak; api dalam peralatan listrik
Cairan penguap Hijau
Cairan yang larut dalam air ataupun tidak; api dalam peralatan listrik
10
Kimiawi basah
Kuning kenari Minyak goring dan lemak
Konstruksi APAR sebagai berikut :
i.
Petunujk pemilihan APAR
ii.
Karakteristik APAR APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi jenis bahan terbakar. APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu
maksimum terus menerus 8 detik. Bila telah dipakai harus diisi ulang Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali. 3) Alat PEmadam Kebakaran Besar 11
Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang bekerja secara otomatis. Sistem hidran mempergu-nakan air sebagai pemadam api. Terdiri dari pompa, saluran air, pilar hidran (di luar gedung), boks hidran (dalam gedung) berisi : slang landas, pipa kopel, pipa semprot dan kumparan
slang Sistem penyembur api (sprinkler system), kombinasi antara sistem
isyarat alat pemadam kebakaran. Sistem pemadam dengan gas. 4) Installed Equipment (Pelengkpan Pemadam yang Terpasang) Pada peralatan pemadaman api yang terpasang terdapat: Gulungan selang Dalam hal ini dibutuhkan pasokan air yang cukup dan dapat diandalkan, selain itu jumlahnya cukup untuk menjangkau seluruh area kerja.Jika terjadi keran bocor usahakan selalu elakukan pengecekan pada selang dan selang dapat diatur agar dapat mengaktifkan keran air jika selang
ditarik. Pemercik (sprinkler) Biasanya sprinkle ini digunakan di area beresiko tinggi dimana disukai oleh asuransi kebakaran dengan tujuan mengurangi premi. Yang mana
setiap Gas halogen Dipakai dalam perlengkapan kendli listrik dan computer yang dapat menahan api namun tidak membuang kalor sehingga api dapat muncul
lagi ketika gas dimatikan atau habis. Karbondioksida Dipakai dalam gardu induk listrik dan sebagai pelarut dalam mesin cetak, serta merupakan asfiksian sehingga ruangan harus bebas dari pekerja
sebelum gas dihidupkan. 5) Hydran Fire Hydrant Equipment merupakan perlengkapan penunjang dalam sistem jaringan instalasi kebakaran, pada beberapa kasus banyak timbul permasalahan saat sebuah sistem kebakaran diaktifkan, dalam hal ini keluhan sering muncul adanya kebocoran pada perlengkapan yang sudah terpasang. Fire hydrant minimalis Fire hydrant minimalis merupakan sebuah sistem pemadam untuk mengatasi kebakaran yang sewaktu-waktu dapat terjadi.Oleh karena itu fire hydrant minimalis ini harus ada disetiap bangunan perusahaan, rumah sakit, 12
maupun bangunan perumahan.Sehingga asset telah dibangun tidak hilang karena musibah kebakaran. Disamping itu fire hydrant minimalis untuk membantu para tim pemadam kebakaran ketika mau dipergunakan untuk memadamakan kebakaran. Kegunaan fire hydrant minimalis selain untuk memadamkan kebakaran, juga digunakan untuk irigasi pertanian. Untuk daya tekanan air dari fire hydrant minimalis ini mencapi kurang lebih 10 bar.Tekanan air dari fire hydrant minimalis ini dihasilkan oleh hydrant pump (jockey pump, diesel pump, electric pump) yang mampu mengasilkan tekanan air mencapai kurang lebih 10 bar. Disamping hydrant pump didukung dengan pipa hydrant yang mengalirkan air dari tandon air ke fire hydrant minimalis / fire hydrant pillar. Pewarnaan Fire hydrant minimalis identik dengan warna terang merah menyala. Hal ini untuk mempermudah bagi petugas pemadam kebakaran maupun penggunaan mengidentifikasi fire hydrant yang telah di pasang Fire Hydran Box Fire hydrant box merupakan box yang digunakan untuk menyimpan fire hydrant equipment (alat pemadam kebakaran). Fire hydrant box dibuat khusus oleh para produsen yang bergerak dalam bidang di fire hydrant equipment untuk menjaga alat pemadam kebakaran tersimpan dengan baik, pada saat pemadam kebakaran (fire brigade) membutuhkan alat pemadam api tahu letak posisinya sehingga
tidak
membutukan
waktu
yang
tidak
terlalu
lama
ketika
mempersiapkan pemadam api untuk memadamkan kebakaran. Karena alat pemadam api ini sangat penting tentunya untuk penempatannya tidak asal sembarang tempat untuk penyimpanannya. Dengan fire hydrant box tentunya memberi manfaat dan sangat membantu para tim pemadam kebakaran untuk mempersiapkan peralatan pemadam kebakaran dan memudahkan menemukan lokasi peralatan pemadam kebakaran. Disamping hal tersebut dengan menggunakan fire hydrant box ruang simpan fire extinguisher lebih rapi dilihat dan indah. Jenis dan type fire hydrant box dan kegenuaannya Fire hydrant box memiliki dua (2) jenis untuk digunakan yaitu hydrant box indoor dan hydrant box outdoor. Untuk hydrant box indoor memiliki bebepara type antara lain type A1, type A2, dan type B. Sedangkan untuk hydrant box outdoor lebih dikenal dengan type C. Masing-masing type 13
hydrant box memiliki kegunaan sendiri-sendiri dalam penempatan alat pemadam kebakaran (fire extinguisher). Untuk fire hydrant ini dalam painting finish (pengecetan terakhir) menggunakan powder coating sehingga catnya tahan lama dan tidak mudah terkelupas. Tipe Sistem Stand Pipe untuk Hydran: Automatic-Wet Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis. Automatic-Dry Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan membuka suatu hose value. - Menghemat kerja pompa - Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran. Semi Automatic-Dry Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem. Manual-Wet Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun
tidak
memiliki
untuk
memenuhi
seluruh
kebutuhan
sistem.Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper. Manual-Dry Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department connection. 6) Fire detector Detektor api menanggapi panas, api, atau asap untuk mendeteksi pembakaran yang panas atau produk daripadanya. Berbagai jenis detektor memiliki berbagai
14
properti dan menggunakan sifat-sifat yang berbeda untuk mendeteksi api dan kebakaran untuk mengaktifkan alarm. Panas-sensing. alat indera Heat-actuated biasanya mendeteksi salah satu dari dua kondisi: 1.) suhu mencapai tingkat yang telah ditentukan, atau 2) suhu meningkat dengan cepat tanpa memperhatikan suhu awal. Tipe pertama, perangkat suhu tetap, memiliki tingkat jauh lebih rendah dari positif palsu (alarm palsu) daripada yang kedua, detektor rate-of-rise. Flame-penggerak. perangkat yang digerakkan oleh Flame-sensing cukup mahal, karena mereka merasakan baik energi infra merah nyala atau denyut api, dan memiliki waktu respon sangat cepat. Detektor ini biasanya digunakan dalam aplikasi khusus untuk perlindungan peralatan berharga. Smoke Actuated. Asap api menggerakkan-alat indera yang digunakan terutama dalam sistem ventilasi; disini perangkat peringatan dini akan berguna. Perangkat fotolistrik adalah diaktifkan oleh variasi dalam cahaya memukul sel fotolistrik akibat kondisi asap. Tipe lain dari detektor asap adalah perangkat Deteksi asap Radioaktif, menghasilkan alarm ketika arus ionisasi yang dibuat oleh bahan radioaktif yang terganggu oleh asap. Alarm otomatis Dial-up Fire. Alat ini adalah tipe mekanisme respon sinyal yang memanggil pemadam kebakaran lokal dan / atau stasiun polisi dan memainkan rekaman pesan ketika kebakaran terdeteksi. Sistem alarm sering digunakan dalam hubungannyadengan detektor api sebelumnya. Unit ini tidak mahal, tetapi dapat dengan mudah sengaja ditumbangkan/dihacked. 7) Hydrospray Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air.Penera berwarna hijau menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan sudah berkurang. 8) Drychemical Powder Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat pemadaman jenis bubuk kering antara lain : Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar. Menahan radiasi panas. Bukan penghantar arus listrik. 15
Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya
reaksi kimia bahan tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api). Menghambat terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar. Tidak berbahaya. Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor. Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat
elektronik. Sekali pakai pada tiap kejadian. 9) Gas cair hallon free/AF 11/halatron 1 Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran. Sifat alat pemadam ini antara lain : Bukan penghantar listrik Tidak merusak peralatan Non Toxic (tidak beracun) Bersih tidak meninggalkan bekas. Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran Penggunaan yang multi purpose (semua klas kebakaran) Bisa digunakan berulang-ulang Lebih tepat digunakan di dalam ruang 10) Carbon dioksida Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B dan C. Sifat-sifatnya antara lain : Bersih tidak meninggalkan bekas. Non Toxide ( tidak beracun ). Bukan penghantar listrik. Tidak merusak peralatan ( elektronik / mesin ) Cara pemadaman dengan mendinginkan dan menyelimuti obyek yang terbakar. Tepat untuk area generator dan instalasi listrik. Tekanan kerja sangat besar 11) Racun api busa Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang terbakar benda cair, racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair. Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada ruang yang berisi peralatan komponen listrik. 12) Fire Sprinkler System Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme kerja sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler terkena panas.Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar. 16
2.6 klasifikasi Bahaya Kebakaran 1.
Bahaya kebakaran ringan Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.
2.
Bahaya kebakaran sedang Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu: a.
Kelompok I Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang. b.
Kelompok II Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang. c.
Kelompok III Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat. 3.
Bahaya kebakaran berat Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.
17
2.7 sistem pencegahan kebakaran (system Pemadam Api) sistem pemadam kebakaran dalam dua cara: sistem penyiram air dan sistem gas debit. Sistem sprinkler Air ada dalam empat variasi: a) Pipa basah (Wet Pipe). sistem pipa penyiram Basah selalu berisi air di dalamnya, dan juga dengan sistem kepala tertutup. Dalam implementasi yang paling umum: saat terjadi kenaikan panas ke 1650o F, fusible link di nosel mencair menyebabkan katup gerbang membuka, untuk memungkinkan air mengalir. Hal ini dianggap sebagai sistem sprinkler yang paling handal, namun kelemahan utama adalah bahwa nozzle atau kegagalan pipa dapat menyebabkan banjir air, dan pipa dapat membeku jika terkena cuaca dingin. b) Pipa kering (Dry Pipe). Dalam sistem pipa kering, tidak ada genangan air dalam pipa.Air itu ditahan oleh katup genta. Setelah kondisi alarm api timbul, katup terbuka, udara ditiup dari pipa, dan air mengalir. Meskipun sistem ini dianggap kurang efisien,.biasanya lebih dipilih daripada sistem pipa basah untuk instalasi komputer karena penundaan waktu dapat mengaktifkan sistem komputer untuk dimatikan sebelum sistem pipa kering aktif. c) Deluge. Sebuah sistem deluge adalah jenis pipa kering, namun volume air yang keluar jauh lebih besar. Tidak seperti kepala sprinkler, sistem banjir dirancang untuk memberikan sejumlah besar air ke daerah dengan cepat. Hal ini tidak dianggap cocok untuk peralatan komputer, karena waktu yang diperlukan untuk kembali on-line setelah insiden. d) Pra-tindakan (Pra-action).
Untuk saat ini sistem air yang paling
direkomendasikan untuk ruang komputer.Ini menggabungkan kedua sistem pipa kering dan basah, dengan pertama-tama melepaskan air ke dalam pipa ketika terdeteksi panas (pipa kering), kemudian melepaskan aliran air ketika link dalam mulut meleleh (pipa basah). Fitur ini memungkinkan intervensi manual sebelum penuh debit air pada peralatan terjadi. 2.8 pedoman Singkat antisipasi dan tindakan pemadaman kebakaran Adapun pedoman singkat antisipasi dan tindakan pemadaman kebakaran antara lain ;
18
1.Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb. Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi 35 cm. 2. Siagakan APAR selalu siap pakai. 3. Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan terbakar dan tentukan APAR yang dipakai. 4. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran. 5. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang. Perlengkapan pemadam kebakaran harus : a. Dipasang di tempat-tempat yang dicat merah b. Diidentifikasi dengan baik c. Diletakkan berdekatan dengan pintu evakuasi d. Dapat menyertakan alarm Pelatihan harus disediakan untuk : a. Seluruh staf dan berlatih menghadapi kebakaran b.
Apa yang harus dilakukan jika alarm berbunyi Menentukan titik temu evakuasi Pelaporan diri (apel) Peran pimpinan pemadam kebakaran Para penyelia dan staff yang dipilih dalam
Memeriksa bahwa area kerja yang ditetapkan telah dievakuasi Menggunakan alat pemadam api c.
Tim sukarelawan pemadam api
Pertolongan pertama dalam kejadian pemadaman api Tindakan pada saat mengetahui kebakaran : a. Membunyikan alarm (pecahkan kacanya) b. Memanggil dinas kebakaran c. Memadamkan dengan alat pemadam api jika aman untuk melakukannya d. Melakukan evakuasi melalui rute yang aman dan singkat e. Menuju ke titik temu untuk melaporkan diri (apel). Penanggulangan Kebakaran
19
a. Jangan membuang puntung rokok yang masih menyala di tempat yang mengandung bahan yang mudah terbakar b. Hindarkan sumber-sumber menyala di tempat terbuka c. Hindari awan debu yang mudah meledak Alat-alat pemadam kebakaran dan penanggulangan kebakaran terdiri dari dua jenis: Terpasang tetap ditempat 1) Pemancar air otomatis 2) Pompa air 3) Pipa-pipa dan slang untuk aliran air 4) Alat pemadam kebakaran dengan bahan kering CO2 atau busa Dapat bergerak atau dibawa Alat ini seharusnya tetap tersedia di setiap kantor bahkan rumah tangga. Pemasangan alat hendaknya di tempat yang paling mungkin terjadi kebakaran, tetapi tidak terlalu dekat dengan tempat kebakaran dan mudah dijangkau saat terjadi kebakaran. Cara menggunakan alat-alat pemadam kebakaran tersebut dapat dilihat pada label yang terdapat pada setiap jenis alat. Setiap produk mempunyai urutan cara penggunaan yang berbeda-beda. Jika terjadi kebakaran di sekitar anda, segera lapor ke Dinas Kebakaran atau kantor Polisi terdekat. Bantulah petugas pemadam kebakaran dan polisi dengan membebaskan jalan sekitar lokasi kebakaran dari kerumunan orang atau kendaraan lais selain kendaraan petugas kebakaran dan atau polisi.
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Kebakaran selalu menelan banyak kerugian baik moril, materil bahkan sering kali juga keselamatan manusia. Bila kebakaran tersebut menimpa fasilitas publik misalnya Pasar Besar di kota Malang, Pasar Tanah Abang di Jakarta, Gedung BI di Jakarta dan lain sebagainya maka yang menderita kerugian tentu masyarakat banyak. Di lihat dari segi 20
rehabilitasi fasilitas maka kecelakaan akibat kebakaran memerlukan waktu yang relatif lama belum lagi kerugian yang mustahil direcoveri seperti arsip, barang antic, sertifikat dan lain sebagainya.Oleh karena itu mencegah terjadinya kebakaran merupakan pilihan utama dalam teknologi penanggulangan kebakaran. Pertimbangan utama mengapa perlu upaya penanggulangan bahaya kebakaran adalah karena adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat, kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik.
21
22