Makalah Mukolitik.docx

  • Uploaded by: Merry Liidya
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Mukolitik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,652
  • Pages: 16
MAKALAH MUKOLITIK ILMU DASAR KEPERAWATAN II

Disusun Oleh : Kelompok 2 1.

Aspianyah

17IK508

2.

Devi Cahyana

17IK512

3.

Dona Kristina

17IK514

4.

Friko Bobby Permana

17IK519

5.

Haniah

17IK522

6.

Merry Lidya

17IK527

7.

Wayan Lilis Alfiyanti

17IK548

8.

Yulia Puspita Sari

17IK550

Dosen Pengajar : M. Riduansyah,S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN TAHUN 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah “Mukolitik” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 26 Juli 2018

Kelompok 2

ii

DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 A.Latar Belakang........................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2 C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3 A. Pengertian Batuk ................................................................................................................... 3 B. Gejala dan Penyebab Batuk ................................................................................................... 4 C. Mekanisme Batuk .................................................................................................................. 4 D. Jenis – Jenis Batuk................................................................................................................. 4 E.Mukolitik................................................................................................................................. 6 F. Bromheksin, Ambroksol, dan Asetilsistein ............................................................................ 7 BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 11 A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 11 B. Saran .................................................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Batuk merupakan sebuah gejala penyakit yang paling umum dimana prevalensinya dijumpai pada sekitar 15 % pada anak-anak dan 20% pada orang dewasa. Satu dari sepuluh pasien yang berkunjung ke praktek dokter setiap tahunnya memiliki keluhan utama batuk. Batuk dapat menyebabkan perasaan tidak enak, gangguan tidur, mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup. Batuk dapat juga menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, sakit kepala, pingsan, herniasidiskus,

hernia

inguinalis,

patah

tulang

iga,

perdarahan

subkonjungtiva, dan inkontinensia urin.Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari traumamekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan : 1.

Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas.

2.

Mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas. Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam

atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan penyakit melalui udara (air borne infection). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali batuk merupakan masalah

yang dihadapipara

dokter

dalam

pekerjaannya

sehari-hari.

Penyebabnya amat beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanggulangan penderita batuk. Menurut KKM (2007) sangat penting untuk mengobati batuk dengan jenis obat batuk yang benar. Menurut Beers (2003) pengobatan batuk secara umumnya dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis batuknya berdahak atau

1

tidak.Jenis-jenis obat batuk yang terkait dengan batuk yang berdahak dan tidak berdahak yang dibahaskan di sini adalah mukolitik. B. Rumusan Masalah 1.

Apakah yang dimaksud dengan batuk?

2.

Apa saja gejala dan penyebab batuk?

3.

Bagaimana mekanisme batuk?

4.

Apa saja jenis-jenis batuk?

5.

Apa itu mukolitik?

6.

Apa saja indikasi, kontra indikasi, dosis dan efek samping yang dimiliki obat golongan mukolitik (Bromheksin, Ambroksol, dan Asetilsistein)?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai pada pembuatan makalah ini adalah : 1.

Untuk mengetahui apa itu batuk.

2.

Untuk mengetahui gejala dan penyebab batuk.

3.

Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis batuk.

4.

Untuk mengetahui apa itu mukolitik.

5.

Untuk mengetahui indikasi, kontra indikasi, dosis dan efek samping yang dimiliki obat golongan mukolitik (Bromheksin, Ambroksol, dan Asetilsistein)

6.

Untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu dasar keperawatan II

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Batuk Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai kanker. Menurut McGowan (2006) batuk bisa terjadi secara volunter tetapi selalunya terjadi akibat respons involunter akibat dari iritasi terhadap infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas maupun bawah, asap rokok, abu dan bulu hewan terutama kucing. Antara lain penyebab akibat penyakit respiratori adalah seperti asma, postnasal drip, penyakit pulmonal obstruktif kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup, dan fibrosis interstisial. Batuk juga bisa terjadi akibat dari refluks gastro-esofagus atau terapi inhibitor ACE (angiotensinconverting enzyme). Selain itu, paralisis pita suara juga bisa mengakibatkan batuk akibat daripada kompresi nervus laryngeus misalnya akibat tumor. Batuk bukanlah merupakan penyakit, mekanisme batuk timbul oleh karena paru-paru mendapatkan agen pembawa penyakit masuk ke dalamnya sehingga menimbulkan batuk untuk mengeluarkan agen tersebut. Batuk dapat juga menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, sakit kepala, pingsan, herniasi diskus, hernia inguinalis, patah tulang iga, perdarahan subkonjungtiva, dan inkontinensia urin.Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan : 1.

Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas.

2.

Mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas.

3

Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan penyakit melalui udara (air borne infection).Batuk merupakan salah satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali batuk merupakan masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya sehari-hari. Penyebabnya amat beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanggulangan penderita batuk.

B. Gejala dan Penyebab Batuk 1.

Gejala Batuk a. Demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku b. Bersin-bersin dan hidung tersumbat c. Sakit tenggorokan

2.

Penyebab Batuk a. Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas yang merupakan gejala flu. b. Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA). c. Alergi d. Asma atau tuberculosis e. Benda asing yang masuk kedalam saluran napas f. Tersedak akibat minum susu g. Menghirup asap rokok dari orang sekitar

C. Mekanisme Batuk Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi 4 fase yaitu : 1.

Fase iritasi Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus

besar,

atau

serat

afferen

cabang

faring

dari

nervus

glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor

4

batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang. 2.

Fase inspirasi Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.

3.

Fase kompresi Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.

4.

Fase ekspirasi/ ekspulsi Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

5

D. Jenis-Jenis Batuk 1.

Batuk berdasarkan Produktivitasnya Berdasarkan produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi menjadi 2 jenis, yaitu batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk kering (batuk non produktif). a. Batuk berdahak (batuk produktif) Batuk berdahak ditandai dengan adanya dahak pada tenggorokan. Batuk berdahak dapat terjadi karena adanya infeksi pada saluran nafas, seperti influenza, bronchitis, radang paru, dan sebagainya. Selain itu batuk berdahak terjadi karena saluran nafas peka terhadap paparan debu, polusi udara, asap rokok, lembab yang berlebihan dan sebagainya. b. Batuk kering (batuk non produktif) Batuk yang ditandai dengan tidak adanya sekresi dahak dalam saluran nafas, suaranya nyaring dan menyebabkan timbulnya rasa sakit pada tenggorokan. Batuk kering dapat disebabkan karena adanya infeksi virus pada saluran nafas, adanya faktor-faktor alergi (seperti debu, asap rokok dan perubahan suhu) dan efek samping dari obat (misalnya penggunaan obat antihipertensi kaptopril).

2.

Batuk berdasarkan waktu berlangsungnya Berdasarkan waktu berlangsungnya, batuk dapat dibedakan menjadi 3, yaitu batuk akut, batuk sub akut dan batuk kronis. a. Batuk Akut Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya kurang dari 3 minggu. Penyebab batuk ini umumnya adalah iritasi, adanya penyempitan saluran nafas akut dan adanya infeksi virus atau bakteri. b. Batuk Subakut Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya antara 3 – 8 minggu. Batuk ini biasanya disebabkan karena adanya infeksi akut saluran pernafasan oleh virus yang mengakibatkan adanya kerusakan epitel pada saluran nafas. c. Batuk Kronis

6

Batuk kronis adalah batuk yang gejala batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu. Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala adanya penyakit lain yang lebih berat seperti asma, tuberculosis, bronchitis dan sebagainya. E. Mukolitik Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengencerkan sekret saluran pernafasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum (Estuningtyas, 2008). Agen mukolitik berfungsi dengan cara mengubah viskositas sputum melalui aksi kimia langsung pada ikatan komponen mukoprotein. Agen mukolitik yang terdapat di

pasaran

adalah

bromheksin,

ambroksol,

dan

asetilsistein

(Estuningtyas,2008) Mukolitik diresepkan untuk membantu ekspektorasi dengan mengurangi viskositas sputum. Mukolitik mengurangi eksaserbasi pada beberapa pasien penyakit paru obstruktif kronis dan batuk produktif kronis. Pengobatan harus dihentikan jika tidak ada manfaat setelah 4 minggu pemberian. Inhalasi uap dengan drainase postural efektif pada bronkiektasis dan beberapa kasus bronkritis kronik. Mukolitik harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat ulserasi peptik karena dapat merusak sawar mukosa lambung. F. Bromheksin, Ambroksol, dan Asetilsistein 1.

Bromheksin Bromheksin merupakan derivat sintetik darivasicine. Vasicine merupakan suatu zataktif dari Adhatoda vasica. Obat ini diberikan kepada penderita bronkitis atau kelainan saluran pernafasan yang lain. Obat ini juga digunakan di unit gawat darurat secara lokal dibronkus untuk memudahkan pengeluaran dahak pasien. Menurut Estuningtyas (2008) data mengenai efektivitas klinis obat ini sangat terbatas dan memerlukan penelitian yang lebih mendalam pada masa akan datang. Efek samping dari obat ini jika diberikan secara oral adalah mual dan peninggian transaminase serum. Bromheksin hendaklah digunakan dengan hati-hati pada pasien tukak lambung. Dosis oral bagi dewasa

7

seperti yang dianjurkan adalah tiga kali, 4-8 mg sehari. Obat ini rasanya pahit sekali. Indikasi: Oral: mukolitik untuk meredakan batuk berdahak. Injeksi: sekretolitik pada bronkopulmonari akut dan kronik terkait sekresi mukus abnormal dan gangguan saluran mukus. Peringatan: Tukak lambung, kehamilan, menyusui, penghentian pengobatan jika terjadi lesi kulit atau mukosa. Interaksi: Kontraindikasi: Hipersensitivitas. Efek Samping: Hipersensitivitas, syok dan reaksi anafilaktik, bronkospasme, mual, muntah, diare, nyeri perut bagian atas, ruam, angioedema, urtikaria, pruritus. Dosis: Oral: diminum saat perut kosong (1 jam sebelum – 2 jam sesudah makan). Tablet 8 mg atau sirup 4 mg/5mL: Dewasa dan anak-anak >10 tahun: 1 tablet atau 10 mL sirup 3 kali sehari, anak 5-10 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 3 kali sehari, anak 2-5 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 2 kali sehari. Cairan injeksi 4 mg/2 mL: 1 ampul (waktu pemberian 2-3 menit) sebanyak 2-3 kali sehari, dapat diberikan sebagai cairan infus intravena bersama glukosa, fruktosa, garam fisiologis, dan larutan ringer.

2.

Ambroksol Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang memiliki mekanisme kerja yang sama dengan bromheksin. Ambroksol sedang diteliti tentang kemungkinan manfaatnya pada kerato konjungtivitis sika

8

dan sebagai perangsang produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan sindrom pernafasan (Estuningtyas, 2008).

Indikasi: Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis khususnya pada eksaserbasi bronkitis kronis dan bronkitis asmatik dan asma bronkial. Peringatan: Ambroksol hanya dapat digunakan selama kehamilan (terutama trimester awal) dan menyusui jika memang benar-benar diperlukan; pemakaian selama kehamilan dan menyusui masih memerlukan penelitian lebih lanjut; ambroksol tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama tanpa konsultasi dokter; dalam beberapa kasus insufisiensi ginjal, akumulasi dari metabolit ambroksol terbentuk di hati. Interaksi: Pemberian bersamaan dengan antibiotik (amoksisilin sefuroksim, eritromisin,

doksisiklin)

menyebabkan

peningkatan

penerimaan

antibiotik kedalam jaringan paru-paru. Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap ambroksol. Efek Samping: Reaksi intoleran setelah pemberian ambroksol pernah dilaporkan tetapi jarang; efek samping yang ringan pada saluran saluran cerna pernah dilaporkan pada beberapa pasien; reaksi alergi (jarang); reaksi alergi yang ditemukan: reaksi pada kulit, pembengkakan wajah, dispnea, demam; tidak diketahui efeknya terhadap kemampuan mengendarai atau menjalankan mesin. Dosis: Dewasa: kapsul lepas lambat 1 kali sehari 75 mg, sesudah makan. Dewasa dan anak di atas 12 tahun:1 tablet (30 mg) 2-3 kali sehari; Anak 6-12 tahun: 1/2 tablet 2-3 kali sehari. Sirup tetes (drops): 15 mg/ml drops (1 mL= 20 tetes): Anak s/d 2 tahun: 0,5 mL (10 tetes) 2 kali sehari;

9

Ambroksol drops dapat dicampur bersama dengan sari buah, susu atau air.Sirup 15 mg/5 mL (1 sendok takar = 5 mL): Anak usia 6-12 tahun: 23 kali sehari 1 sendok takar; 2-6 tahun: 3 kali sehari 1/2 sendok takar; di bawah 2 tahun: 2 kali sehari 1/2 sendok takar.

3.

Asetilsistein Asetilsistein (acetylcycteine) diberikan kepada penderita penyakit bronkopulmonarikronis, pneumonia, fibrosis kistik, obstruksi mukus, penyakit bronkopulmonari akut,penjagaan saluran pernafasan dan kondisi lain yang terkait dengan mukus yang pekat sebagaifaktor penyulit (Estuningtyas, 2008). Ia diberikan secara semprotan (nebulization) atau obattetes hidung. Asetilsistein menurunkan viskositas sekret paru pada pasien radang paru. Kerjautama dari asetilsistein adalah melalui pemecahan ikatan disulfida. Reaksi ini menurunkan viskositasnya dan seterusnya memudahkan penyingkiran sekret tersebut. Ia juga bias menurunkan viskositas sputum. Efektivitas maksimal terkait dengan pH dan mempunyai aktivitas yang paling besar pada batas basa kira-kira dengan pH 7 hingga 9. Sputum akan menjadi encer dalam waktu 1 menit, dan efek maksimal akan dicapai dalam waktu 5 hingga 10 menit setelah diinhalasi. Semasa trakeotomi, obat ini juga diberikan secara langsung pada trakea.Efek samping yang mungkin timbul berupa spasme bronkus, terutama pada pasienasma. Selain itu, terdapat juga timbul mual, muntah, stomatitis, pilek, hemoptisis, dan terbentuknya sekret berlebihan sehingga perlu disedot (suction). Maka, jika obat ini diberikan, hendaklah disediakan alat penyedot lendir nafas. Biasanya, larutan yang digunakan adalah asetilsistein 10% hingga 20%. Indikasi: Terapi hipersekresi mukus kental dan tebal pada saluran pernapasan. Peringatan: Pasien yang sulit mengeluarkan sekret, penderita asma bronkial, berbahaya untuk pasien asma bronkial akut.

10

Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap N-asetilsistein. Efek Samping: Pada penggunaan sistemik: menimbulkan reaksi hipersensitif seperti urtikaria dan bronkospasme (jarang terjadi). Pada penggunaan aerosol, iritasi nasofaringeal dan saluran cerna seperti pilek (rinore), stomatitis, mual, muntah. Dosis: Nebulasi 1 ampul 1-2 kali sehari selama 5-10 hari.

11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Meskipun batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan sekretdan benda asing dari saluran napas, tetapi bila gejala ini berlangsung lama dan terus menerus, akan sangat menggagu bahkan dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Untuk itu perlu ditanggulangi dengan baik. Pengobatan batuk yang paling baik adalah dengan menghilangkan faktor penyebabnya yaitu dengan mengatasi berbagai macam gangguan atau penyakit yang merangsang reseptor batuk. Batuk kronik pada perokok paling baik ditanggulangi dengan menghentikan kebiasaan merokok. Sehingga perlu bagi kita untuk mengetahui obat apa saja yang penting dan manfaat.

B. Saran Kepada para pembaca saya ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan mutunya, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan.

12

DAFTAR PUSTAKA

Ruli S.H, S.Si, Apt,. dkk,. 2013, Undang-Undang Kesehatan untuk SMK Farmasi, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Meity T. Q., dkk., 2011, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, Jakarta : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ari Estuningtyas., Azalia Arif. 2008. Obat Lokal. In Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 517-41

13

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""