Makalah Metodik Khusus Kl 4 Bunda Elly

  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Metodik Khusus Kl 4 Bunda Elly as PDF for free.

More details

  • Words: 2,845
  • Pages: 16
MAKALAH METODIK KHUSUS

“MENTORSHIP”

Disusun Oleh: 1. Nia Puri S

P0 5140417 029

2. Nidia Agustin

P0 5140417 030

3. Nurul Choiriyah

P0 5140417 031

4. Reka Marzalena

P0 5140417 032

5. Reni Patriani

P0 5140417 033

6. Reva Gusma J

P0 5140417 035

7. Revani Rossadina

P0 5140417 036

8. Rislatunnisa Try O

P0 5140417 037

Dosen Pengampu : Elly Wahyuni, SST, M.Pd

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU PRODI D-IV KEBIDANAN ALIH JENJANG TAHUN AJARAN 2018/2019

Kata Pengantar Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Metodik Khusus ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini berisi tentang Mentorship. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya makalah

ini, kami berharap makalah ini dapat kita pelajari bersama dan

dapat

diterapkan di masyarakat. Dalam penyusunan Makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan Makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan makalah yang lain di masa mendatang.

Bengkulu, Agustus 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ii DAFTAR ISI ................................................................................................... ...........iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ................................................................................. ...........1 B. Rumusan masalah ............................................................................. ...........2 C. Tujuan Penulisan .............................................................................. ...........2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Mentorship ....................................................................... ...........3 B. Peran Mentor ...................................................................................... ...........4 C. Kriteria Mentor ................................................................................... ...........5 D. Tugas dan Sikap Mentor..................................................................... ...........5 E. Pendekatan mentoring ........................................................................ ...........6 F. Tahapan mentoring ............................................................................. ...........6 G. Tanggungjawab mentor dan mentee................................................... ...........7 H. Proses mentoring ................................................................................ ...........9 I. Keuntungan dan kekurangan metode mentoring ................................ ...........10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... ...........12 B. Saran ................................................................................................ ...........12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ...........13

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menghasilkan bidan profesional, harus melewati dua tahap pendidikan yaitu pendidikan akademik dan tahap profesi, kedua tahap tersebut merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan. Salah satu cara untuk pengembangan dan pengendalian mutu kebidanan adalah dengan cara mengembangkan lahan praktek kebidanan disertai dengan adanya pembinaan masyarakat profesional kebidanan untuk melaksanakan pengalaman belajar di lapangan dengan benar bagi peserta didik (mentee). Tanggungjawab masyarakat profesional kebidanan dalam melaksanakan kebidanan profesional, dengan sistem nilai dan tradisi profesionalnya adalah hal yang mutlak dalam pendidikan kebidanan sebagai pendidikan profesional. Lahan praktek kebidanan merupakan komponen pendidikan yang perlu mendapat perhatian bagi para pengelola lahan praktek. Maka dengan adanya lahan praktek dan komponennya yang baik akan dapat dikembangkan pengalaman belajar klinik dengan benar. Perubahan sikap dan keterampilan profesional dengan melalui pengalaman klinik yang diselenggarakan dengan benar dalam tatanan pelayanan kebidanan profesional sangat menentukan kualitas dan kondisi bidan dimasa mendatang, selain itu juga tergantung dari kita (yang sudah menjadi bidan) untuk menyiapkan peserta didik kebidanan yang praktek di klinik. Tanpa disadari ternyata bidan kurang memperhatikan proses bimbingan terhadap peserta didik baik tingkat DIII . Ada anggapan bahwa urusan pendidikan dan bimbingan kepada peserta didik merupakan tanggungjawab institusi pendidikan. Kenyataannya pembimbing dari institusi pendidikan frekwensi kehadirannya di klinik bisa dikatakan jarang/bahkan tidak kelihatan atau bidan yang ada di bangsal banyak disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing sehingga tidak sempat melakukan bimbingan kepada mentee. Oleh karena itu untuk menjawab dan mengatasi semua permasalahan tersebut diatas maka perlu dilaksanakan bimbingan klinik dengan menggunakan metode mentorship.

1

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan mentorship ? 2. Apa peran mentor ? 3. Apa kriteria mentor ? 4. Apa tugas dan sikap mentor ? 5. Bagaimana cara Pendekatan mentoring ? 6. Bagaimana tahapan mentoring ? 7. Apa tanggung jawab mentor dan mentee ? 8. Bagaimana proses mentoring ? 9. Apa keuntungan dan kerugian metode mentoring ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang mentorship. 2. Untuk mengetahui apa saja peran mentor. 3. Untuk mengetahui kriteria mentor . 4. Untuk mengetahui tugas dan sikap mentor. 5. Untuk mengetahui bagaimana cara Pendekatan mentoring. 6. Untuk mengetahui bagaimana tahapan mentoring. 7. Untuk mengetahui tanggung jawab mentor dan mentee . 8. Untuk mengetahui bagaimana proses mentoring. 9. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian metode mentoring .

2

BAB II PEMBAHASAN A. Mentorship Mentorsip adalah suatu metode pembelajaran klinik dimana seorang pembimbing klinik membimbing 1 orang mahasiswa semester akhir atau pegawai baru

dalam mengintegrasikan semua keterampilan, attitude, pengetahuan

kebidanan/keperawatan

termasuk

memahami

peran

bidan/perawat

secara

komprehensif. Individu yang berperan sebagai pembimbing disebut mentor, sementara individu yang dibimbing disebut mentee. Mentorship adalah suatu bentuk sosialisasi untuk peran profesional yang merangsang pencapaian kompetensi sains natural. Mentorship merupakan suatu hubungan antara 2 orang yang memberikan kesempatan

untuk

berdiskusi

yang

menghasilkan

refleksi,

melakukan

kegiatan/tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang didasarkan kepada dukungan, kritik membangun, keterbukaan, kepercayaan, penghargaan dan keinginan untuk belajar dan berbagi (Rolfe-Flett, 2001; Spencer, 1999 dikutip dalam Werdati, 2007). Metode ini telah diaplikasikan sejak lama dalam pendidikan keperawatan dan disiplin ilmu lainnya dalam kesehatan, khususnya diluar negeri. Bahkan hasil review atas pelaksanaan mentorship menyatakan bahwa mentorship dapat mengatasi kekurangan tenaga bidan, meningkatkan kepuasan bidan serta memperbaiki kualitas pelayanan (Block & Korow, 2005). Sejauh ini belum ada catatan pelaksanaan mentorship dalam sistem pendidikan kebidanan maupun kesehatan di Indonesia. Penerapan mentorship dalam proses pembelajaran klinik kebidanan di luar negeri mampu meningkatkan pencapaian kompetensi peserta didik. Selanjutnya, mentorship juga diakui dapat meningkatkan rasa percaya diri, harga diri dan kesadaran diri calon bidan serta meningkatkan kesiapan bidan dalam menghadapi dunia kerja. Dari sisi organisasional kebidanan, keberadaan para menti dapat membantu mengatasi masalah kekurangan tenaga bidan. Namun demikian, pelayanan kebidanan di Indonesia menganut sistem yang berbeda dengan pelayanan kebidanan di luar negeri. Hal ini selalu diupayakan dalam rangka meningkatkan kepuasan pengguna layanan kebidanan.

3

Dengan perubahan paradigma dalam pendidikan dan perubahan kondisi kehidupan,

konsep

pembelajaran

pada

pendidikan

profesi

kebidanan

mengintegrasikan segala sumber yang ada kedalam suatu bentuk sistem pembelajaran yang diharapkan lebih efektif dalam pencapaian kompetensi, yaitu yang memiliki prinsip dasar belajar aktif dan mandiri. Salah satu metode pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah mentorship (Nurachmach, 2007) B. Peran Mentor Sebagai mentor diperlukan untuk memberikan dukungan/bimbingan pada mentee, diantaranya memberikan kesempatan untuk: 1. Mengaplikasikan teori. 2. Melakukan pengkajian, evaluasi dan memberikan umpan balik bersifat membangun 3. Memudahkan pemantulan pada praktek, kinerja dan pengalaman yang dimiliki. Seorang mentor juga dituntut mampu: 1. Membantu mentee untuk mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri. 2. Meningkatkan hubungan profesional dengan mentee. Berdasarkan beberapa syarat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang mentor juga harus dapat berperan sebagai: 1. Figur “ayah/ibu” 2. Guru 3. Role model 4. Konselor yang bisa di dekati 5. Pemberi saran yang dipercaya 6. Penantang 7. Pemberi semangat 8. Orang yang memberi nominasi 9. Orang yang lebih tua 10. Senior 11. Membetulkan 12. Hubungan hirarki

4

C. Kriteria Mentor Kriteria Mentor Secara Umum : 1. Pendengar yang baik 2. Dihargai sebagai profesional 3. Dapat di dekati 4. Memiliki pengetahuan lebih tinggi dari mentee 5. Antusias, memberi saran/mendorong 6. Bijaksana 7. Dapat diakses 8. Tidak menghakimi 9. Berpengalaman 10. Memberi tantangan, tapi tidak destruktif 11. Beretika, jujur dan dapat dipercaya Kriteria Seorang Mentor Dalam Kebidanan 1. Interest 2. Komitmen 3. Bersedia memfasilitasi proses pembelajaran 4. Melaksanakan praktek anc,kb, bbl,dll Kegitan pembelajaran mentoring meliputi: 1. Pertemuan pra klinik 2. Melakukan asuhan kebidanan 3. Berpartisipasi dalam melakukan pelayanan

D. Tugas dan Sikap Mentor 1. Memiliki Ketrampilan dan pengetahuan yang baru 2. Berpengalaman dalam organisasi 3. Iklim yang mendukung untuk mengevaluasi sukses dan kegagalan 4. Memiliki kesempatan berhubungan dalam jaringan kerja 5. Menerima dorongan dan dukungan 6. Mendapatkan pengakuan bagi keberhasilan 7. Mengembangkan cara pandang yang baru dan berbeda 8. Mendapatkan asistensi dengan gagasan-gagasan 9. Menerima nasehat dan petunjuk dari sumber yang obyektif

5

10. Menerima reasuransi atau dukungan pendapat. E. Pendekatan Mentoring Tiga Pendekatan Mentoring menurut Morton-Cooper & Palmer : 1. Classical mentoring, Sebagai pilihan, hubungan informal alamaiah. Kemampuan dalam emosional, organisasional, dan istilah profesional. 2. Contract mentoring, Sebagai tambahan , membuat hubungan organisasional biasanya berfokus pada fungsi spesifik yang membantu 3. Pseudomentoring, Mentoring dalam dalam “penampilan” , istilah yang singkat dan fokus yang jelas, misalnya dukungan dalam penempatan pencapaian yang spesifik, tujuan yang sempit. Komponen Kesuksesan Hubungan Mentoring : 1. Komitmen untuk bertemu 2. Kerahasiaan 3. Penghargaan Mutual respect and benefit 4. Kemampuan untuk berdiskusi dan menyetujui

F. Tahapan Mentoring Menurut John Maxwell, pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang banyak melahirkan pemimpin-pemimpin baru di dalam kepemimpinannya. Bagaimana menjadi seorang pemimpin yang efektif, solusinya adalah melalui proses mentoring. Ada empat tahapan mentoring yang harus diketahui dan terapkan : 1.

I do you watch Tahapan pertama dalam 4 tahapan mentoring adalah I do you watch. Dalam tahapan ini, kita sebagai seorang mentor memberikan contoh untuk orang yang dimentor. Tahapan ini memungkinkan orang yang kita mentor mempelajari dengan melihat langsung bagaimana anda melakukan sesuatu mulai dari tahap persiapan sampai tahap akhirnya yaitu dimana anda melakukan sesuatu dan melakukan evaluasi.

2.

I do you help Setelah melewati tahapan yang pertama, tahapan selanjutnya adalah mengajak orang yang anda mentor untuk mulai membantu anda. Disini orang tersebut akan mulai belajar dan merasakan prosesnya lebih mendalam. Proses ini adalah

6

tahapan yang penting, dimana setelah tahap ini, orang yang kita mentor akan mulai mencoba untuk praktek secara langsung. 3.

You yo I help Tahapan yang ketiga dalam 4 tahapan mentoring adalah dengan mengijinkan orang yang kita mentor untuk mulai tampil dan melakukan tindakan. Disini peranan kita sebagai seorang mentor adalah membantu untuk terus mengarahkan supaya orang yang kita mentor ini tetap berada di jalur yang benar.

4. You do I watch Tahapan terakhir ini adalah tahapan dimana Anda sudah merasa yakin dengan kompetensi dan kapabilitas terhadap orang yang anda mentor. Sehingga di tahapan ini, anda sudah bisa melepas dan mengamati saja serta mementor calon pemimpin anda lainnya. Prinsipnya adalah bukan bisa atau tidak bisa, tetapi mau atau tidak mau Life to the Ful. Tahap-tahap mentoring menurut Dalton/Thompson Career Development model: 1. Tahap 1 Dependence Profesional baru masih tergantung pada mentor dan mengambil peran subordinat dimana memerlukan supervisi yang dekat 2. Tahap 2 Independence Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih seimbang. Profesional mengubah dari ” ke “kolega” dan membutuhkan sedikit supervisi. 3. Tahap 3 Supervising others Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan mendemostrasikan kualitas profesional sebagai mentor 4. Tahap 4 Managing and supervising others Menjadi responsibel untuk penampilan yang lain dikarakteristikan dengan merubah peran dari manajer atau supervisor menjadi resposibel terhadap klien peserta didik dan personel.

G. Tanggung jawab mentor dan mentee 1. Tanggungjawab Mentor: a. Mempersiapkan peserta didik untuk mampu melaksanakan peran perawat b. Berbagi pengetahuan dengan pasien 7

c. Mempunyai kesempatan dan mendapatkan pengalaman belajar d. Menyediakan waktu untuk memberikan umpan balik, memonitor dan mencatat setiap kemajuan yang didapat mentee. e. Mengkaji kemampuan dan keselamatan pasien dan dilakukan dokumentasi f. Memberikan umpan balik dengan tujuan membangun mentee dengan cara memberikan saran bagaimana cara untuk meningkatkan kemampuan g. Melaporkan setiap insiden buruk kepada menager senior h. Memberi kuliah dan mempraktekan cara mengorganisir permasalahan sesuai dengan kebutuhan i. Selalu aktiv mengikuti perkembangan ilmu j. Terlibat dalam pengawasan klinis mentee 2. Tanggung jawab Mentee a. Belajar menghargai sang mentor sebagai orang yang memang sudah ahli di bidangnya, sehingga kita mempercayai apapun yang disampaikan sang mentor sebagai „sumber input‟ dalam hidup kita – sebagai tolok ukur dari apa yang benar / tidak benar, apa yang boleh/tidak boleh kita lakukan. b. Membuka diri dan memiliki keinginan untuk belajar, karena tanpa mau belajar dan berubah, kita justru akan membuat sang mentor frustrasi dan menghambat proses mentoring itu sendiri. c. Memiliki keinginan atau kerelaan untuk mengadopsi semua nilai hidup, konsep pikir, gaya hidup, bahkan filosofi sang mentor, dan menerapkannya dalam hidup. Karena itu, sebelum kita memilih orang yang akan menjadi mentor kita, kita perlu mengenali kriteria seorang mentor yang baik. Tanpa seorang mentor yang baik, kita justru akan mengadopsi nilai - nilai, konsep pikir dan filosofi hidup dari orang- orang yang hanya akan mencelakakan kita di kemudian hari. Bayangkan jika orang-orang seperti Hitler kita minta untuk menjadi mentor, dunia akan celaka karena akan lahir banyak Hitler yang lain. Sebaliknya, jika kita melihat dari sisi positifnya, orangorang yang menemukan seorang mentor yang baik dan memiliki visi jauh ke depan dan berguna bagi masyarakat dan bangsa, akan menjadi orang – orang yang sangat berbahagia, karena sebagaimana sang mentor mendedikasikan hidupnya bagi kemajuan kota dan

8

bangsanya, orang-orang yang dimentor ini pun pasti akan mulai mewarisi sikap hati dan nilai-nilai yang sama. H. Proses Mentoring a. Persiapan Penempatan Nama mentor sebaiknya dialokasikan untuk setiap mentee dengan penempatan area dan total durasi penempatan. Rotasi libur tetap direncanakan, sehingga setiap mentor mempunyai kesempatan untuk bekerja dengan mentee minimal 3 dari 5 shift (RCN 2002). Kondisi untuk mempelajari ketrampilan memerlukan petunjuk dari mentor yang membagikan pengalaman praktek agar para mentee tahu apa yang harus dilakukan, bagaiman melakukan tindakan, latihan ketrampilan, serta menerima hasil belajarnya. Untuk itu mentee perlu mendapatkan bimbingan dari mentor untuk mempraktekan kegiatan, berfikir dan merefleksikannya. b. Orientasi Sebelum masuk ke tempat praktek mentee harus sudah mendapatkan pembekalan terutama tentang tindakan-tindakan yang sering dilakukan di tempat praktek dan kasus-kasus yang ada, minimal sebelum ketempat praktek mentee sudah dinyatakan lulus dalam mengikuti lab skiill dan tercatat dalam portofolio mentee. c. Interview Kemajuan Melakukan kontrak dengan mentee untuk : a. Initial interview b. Intermediate interview c. Final interview

a. Initial Interview Perlu dilakukan : 1) Cari tahu tentang tahap training mentee 2) Bantu mentee untuk meyusun tujuan yang bisa dicapai 3) Tanyakan jika mereka punya tugas atau pengkajian 4) Kenalkan mereka kepada tempat praktek. 5) Cari tahu jika mereka mempunyai kecemasan spesifik 6) Beri dukungan mereka untuk self-assesment setiap stage

9

b. Intermediate Interview, Perlu dilakukan : 1) Tanyakan pendapat yang lebih luas dari staff lain 2) Dukung mentee untuk mengkaji diri sendiri 3) Klarifikasi setiap point yang di buat 4) Berikan saran untuk perbaikan 5) Catat point yang dibuat oleh mentee 6) Lihat kembali perkembangan mentee 7) Dorong mentee untuk menjawab pertanyaan 8) Pastikan privacy untuk wawancara 9) Kontak dengan institusi pendidikan bila ada hal penting Jangan dilakukan : 1) Perubahan tiba-tiba pada mentee 2) Hanya menggunakan opini mentor sendiri c. Final Interview, Perlu dilakukan : 1) Tanyakan mentee untuk mengisi self assesment lagi 2) Hubungi institusi pendidikan bila ada hal penting Jangan dilakukan : Takut mengatakan bahwa mentee belum berhasil pada kasus tersebut Evaluasi : a. Mentee: praktek mereka harus dievaluasi sebagai bagian dari proses audit pendidikan b. Mentor seharusnya diundang untuk mengevaluasi pengalaman mereka dalam memfasilitasi pengalaman pembelajaran dari mentee c. Evaluasi ini harus sesuai dengan monitor kualitas lokal dan pemerintah I.

Keuntungan dan Kekurangan Metode Mentoring a. Keuntungan Mentor (Pembimbing Klinik) a. Mentor akan belajar dan melakukan refleksi-perspektif yang luas, mengembangkan pandangan baru tentang masalah yang muncul b. Kesempatan untuk melangkah diluar rutinitas, menjadi lebih objektiv c. Puas dalam memberikan kontribusi positif untuk pengembangan individu dan organisasi

10

b. Keuntungan Mentee (Peserta Didik) a. Perpindahan fundamental dalam ketrampilan individu dan kemawasdirian b. Pengembangan

pendekatan

seumur

hidup

untuk

belajar

mandiri,

Meningkatkan penerimaan untuk kompetensi manajerial c. Mengembangkan jaringan yang luas dari penyedia layanan. d. Meningkatkan kapasitas untuk “kemampuan belajar mengaplikasikan”. e. Meningkatkan kemampuan sebagai sumber ide dan praktek dari pandangan organisasi dan di intergrasikan kedalam dirinya. f. Meningkatkan mawas diri, otonomi dan percaya diri.

c. Kerugian Mentorship a. Kesulitan/problem untuk mentoring b. Memerlukan waktu c. Kesempatan dan biaya untuk karyawan d. Saat stress atau krisis konseling dibutuhkan e. Saat hubungan menjadi disfungsional

11

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Mentorsip adalah suatu metode pembelajaran klinik dimana seorang pembimbing klinik membimbing 1 orang mahasiswa semester akhir atau pegawai baru

dalam

mengintegrasikan

kebidanan/keperawatan

semua

termasuk

keterampilan,

memahami

peran

attitude,

pengetahuan

bidan/perawat

secara

komprehensif. Seorang mentor juga dituntut mampu membantu mentee untuk mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri. Peran dari seorang mentor adalah Sebagai figur “ayah/ibu”, guru, role model, konselor yang bisa di dekati, pemberi saran yang dipercaya, sebagai penantang, motifator, orang yang memberi nominasi, sebagai orang yang lebih tua, senior, membetulkan- Hubungan hirarki. Tiga komponen penyelenggara pembelajaran klinik model mentorship, yaitu mentor, penyelenggara lahan praktek, dan pendidikan, masing-masing

memiliki

tanggung

jawab

yang

mana

tujuannya

untuk

penyelenggaraan pembelajaran klinik model.Di dalam pelaksanaan pembelajarn klinik metode mentorship harus dialkukan evaluasi secara berkelanjutan. Penerapan pembelajaran klinik dengan metode mentorship ada sisi yang menguntungkan tetapi juga ada kerugiannya, tetapi kerugian tersebut bisa diminimalisir atau bahkan bisa dicegah apabila dalam pelaksanaannya didasari atas tujuan untuk menciptakan generasi perawat handal dan profesional serta sebelum penerapan sudah dilakukan persiapan sebaik mungkin.

B. Saran Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat kekurangan dan mungkin kekeliruan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang positif dan membangun, guna penyusunan makalah kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.

12

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan. Deden (2012), Mentorship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan, Jurnal Akper Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo Huriani. Emil dan Hema Malini (2012), Mentorship Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan Klinik Dalam Keperawatan, Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Lowenstein, A. J. & Bradshaw, M. J. (2001). Fuszard’s innovative teaching strategies in nursing(3rd ed). Maryland: Aspen Publishers Inc. Nurachmach, E. (2007). Paradigma pencapaian kompetensi pada pendidikan ners dengan model preceptorship dan mentorship. Disampaikan pada Pelatihan Nasional Preceptorship dan Mentorship untuk Pendidikan Ners. Yogyakarta, 12 – 14 Februari 2007. Rosyadi. Ong (2009), Mentoring dalam Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan di Rumah Sakit, retrieved Nov 2nd 2013 from http://ongrosyadi.wordpress.com/2009/02/27/mentoring-dalam-bimbinganpraktek-klinik-keperawatan-di-rumah-sakit/Rosyidi. Imron (2008), Komunikasi Keperawatan Mentor dan Mentoring, retrieved Nov 2nd 2013 from http://imron46.wordpress.com/2008/10/24/mentor-dan-mentoring/Werdati (2007). Implementasi program mentorship pada pendidikan keperawatan. Disampaikan pada Pelatihan Nasional Preceptorship dan Mentorship untuk Pendidikan Ners. Yogyakarta, 12 – 14 Februari 2007.

13

Related Documents

Bunda
June 2020 28
Bunda
May 2020 27
Kl
November 2019 44