BUNDA, MAAFKAN Aku berdiri menantang angin Hembusan angin malam menusuk tulang Jiwa ini menjadi rapuh Serapuh embun yang membisu Jiwa ini tersesat Tertiup angin yang tanpa ampun Tak meninggalkan sedikit jejak Tak tinggalkan puing tuk dikenang Aku berharap Ketika hati sedingin salju Kalbu ini pun membeku Tak kupandang siapa dirimu Jangan pernah jatuhkan air mata sia-sia Sebab jiwa ini telah buta Hati telah terluka Yang telah pergi biarlah.. Namun, aku juga berharap Jangan pernah menyerah Jangan tinggalkanku dalam kesepian Aku takut kedinginan Aku takut ketika membuka mata Engkau tiada di sampingku Bunda, maafkan.. Dan teruslah temaniku Tanpamu apalah aku Hanya rumput kecil membisu Bunda, maafkan Ketika kesombongan menantangku berlari Engkau mengejar di belakangku Tak henti menangisi langkahkuku Penuhi jalan ini dengan air mata cinta Bunda, maafkan Bunda, maafkan aku…