MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK
Disusun Oleh : 1. Abdurrasyid wira w 2. Adi Prasetyo 3. Akbar Deni 4. Destansyah 5. Gayuh Nigho A 6. Hendi P 7. Iswanto 8. Zakaria 9. Hikmah K 10. Jaka Sisko S
AKADEMI KEPERAWATAN HANG TUAH JAKARTA Tahun Ajaran 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ridha-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Konsep Keperawatan Lansia Virginia Henderson” Adapun tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas dalam mata ajar keperawatan gerontik. Dalam penulisan dan penyusnan makalah ini kami dibantu, dibimbing, dan didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yag telah membantu sehingga dapat terselesaikannya makalah ini terutama kepada: 1. Direktur Akper Hang Tuah Jakarta Rita Wismajuani SKM, S.Kep, M.AP. 2. Wadir I Akper Hang Tuah Jakarta Ns. Amir Wibianto, S.Kep, M.KM. 3. Wadir II Akper Hang Tuah Jakarta Soeroso, AMKG. 4. Wadir III Akper Hang Tuah Jakarta Ns. Sugeng Haryono, M. Kep. 5. Kaprodi Akper Hang Tuah Jakarta Ns. Eny Susyanti, S.Kep, M.Kep, Selaku Pembimbing Makalah 6. Sekretaris Prodi Akper Hang Tuah Jakarta serta Tri Purnamawati, M. Kep, Ns. Sp. Kep. An, Selaku Wali Kelas 7. Sub. Unit Pelapor Akper Hang Tuah Jakarta Ns. Handayani Sitorus, S.Kep, M.Kep, selaku Koodinator mata ajar keperawatan gerontik 8. Orang Tua yang telah membantu dan mendukung baik secara moral maupun material
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa/i
Jakarta,
Februari 2019
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami model konsep keperawatan lansia menurut Betty Neuman. 2. Tujuan Khusus a. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami b. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami c. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami d. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami e. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami f. Agar mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami
C. Metode Penulisan 1. Studi Kepustakaan Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan buku-buku yang sesuai dengan topik bahasan. 2. Penelusuran Melalui Internet Bahan penulisan berupa jurnal dan artikel yang diperoleh melalui internet.
D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah BAB I Pendahuluan yang terdiri atas Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis terdiri atas. BAB III Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia 1. Pengertian Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (Maryam dkk, 2008).
2. Proses Menua Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan
kemampuan
jaringan
untuk
memperbaiki
diri/mengganti
dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Bandiyah, 2009). Menjadi Tua (MENUA) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013).
3. Batasan Lansia Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi : Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun. (Maryam, dkk 2008)
4. Perubahan – Perubahan Pada Lansia Menurut Azizah dan Lilik M, (2011). Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan – perubahan diri manusia,Maka dari itu di jelaskan lah perubahan – perubahan pada lansia, yaitu Perubahan fisik : a. Sistem Indra Seperti yang dijelaskan di sistem indra, ada sistem pendengaran atau biasa di sebut gangguan pada pendengaran dikarenakan hilangnya kemampuan ( daya ) pendengaran pada telinga dalam, terutama pada bunyi suara atau nada – nada yang tinggi. b. Sistem Intergumen Pada lansia, kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairansehingga menjadi tipis dan berbercak, kekeringan pada kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoriteria, timbul pigmen. c. Sistem Muskuloskeletal Perubahan
sistem
muskuluskeletal
pada lansia seperti
jaringan
penghubung ( Kolagen ), kartilago, tulang, otot dan juga sendi. Kolagen
sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan persendian lunak. Tulang, berkurang nya kepadatan pada tulang setelah diamati
adalah bagian
dari
penuaan
fisiologis
sehingga akan
mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan juga fraktur. Sedangkan otot, pada otot perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot mengakibatkan efek negatif . Sendi : sendi – sendi pada lansia , jaringan ikat sendi seperti tendon, ligamen,dan juga fasia mengalami penuaan elastisitas. d. Sistem Kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel
kiri mengalami
hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat.
Perubahan disebabkan oleh penumpukan
lipofusin,
klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat (Siti N, 2016).
5. Kebutuhan Hidup Lansia Menurut Subijanto, (2011) secara lebih detail kebutuhan hidup lansia adalah sebagai berikut : a. Kebutuhan fisik : meliputi sandang, pangan, papan b. Kebutuhan psikis : yaitu rasa di hargai, dihormati,dan mendapat perhatian c. Kebutuhan sosial : berinteraksi dengan masyarakan sosial d. Kebutuhan ekonomi e. Kebutuhan secara spiritual
6. Komplikasi Pada Lansia
Ada banyak masalah yang dapat di derita saat sudah lanjut usia (lansia), akan sering terkena gangguan – gangguan dan juga penyakit yang mungkin akan kronik degeneratif yang kerap dialami para lansia, yaitu : a. Osteo Arthritis ( OA ) Osteoarthritis adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang menyebabkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya
sendi, perkapuran. OA merupakan
penyebab
utama
ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi resikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas. b. Hipertensi Merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani hipertensi akan memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh
darah
( arteriosclerosis ) serangan jantung, gagal
gagal
jantung, dan juga gagal ginjal. c. Rheumatoid Arthritis Rematik juga salah satu penyakit yang sangat sering dijumpai oleh lansia, didapatkan terasa nyeri di daerah persendian. Rheumatoid juga dapat dicegah dengan berbagai macam cara, dengan stretching atau pun gerakan gerakan peregangan seperti senam.
7. Tipologi manusia lanjut usia Terdapat bermacam-macam tipologi manusia lanjut usia, ada tipe mandiri, tipe tidak puas, tipe pasrah, dan tipe bingung. Pertama, pada lansia tipe mandiri, mereka mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan. Kedua, lansia tipe tidak puas cenderung memiliki konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan
daya tarik jasmaniah, kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik. Ketiga, lansia tipe pasrah, cenderung menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap terbitlah terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan. Keempat, lansia tipe bingung cenderung kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, acuh tak acuh dan pasif. Beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dan Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut: Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dangan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan keagamaan, dan melakukan pekerjaan apa saja. Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
B. Konseptual Keperawatan Virginia Henderson 1. Definisi Keperawatan menurut Virginia Henderson Virginia Henderson memperkenalkan definition of nursing (definisi keperawatan). Definisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Ia menyatakan nahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Definisi ini dipengaruhi
oleh persahabatan Henderson dengan seorang ahli fisiologis bernama Stackpole. Henderson sendiri kemudian mengemukakan sebuah definisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya, tugas unik perawat adalah membantu individu, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktifitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mankan sebuah mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atgau pengetahuan untuk itu. Di samping itu, Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan “The Actifities of Living”. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. (Ann Marriner, 2011). Adapun yang mengikuti teori keperawatan Virginia Henderson salah satunya adalah Patricia Benner yang menjelaskan bahwa pikirannya dalam keperawatan sangat di pengaruhi oleh Virginia Henderson.
2. Model Keperawatan Menurut Virginia Henderson Virginia Henderson memperkenalkan definition of nursing (definisi keperawatan). Definisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Ia menyatakan nahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Definisi ini dipengaruhi oleh persahabatan Henderson dengan seorang ahli fisiologis bernama Stackpole. Henderson sendiri kemudian mengemukakan sebuah definisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya, tugas unik perawat adalah membantu individu, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktifitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mankan sebuah mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atgau pengetahuan untuk itu. Di samping itu, Henderson juga mengembangkan sebuah model
keperawatan yang dikenal dengan “The Actifities of Living”. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. (Ann Marriner, 2011). Adapun yang mengikuti teori keperawatan Virginia Henderson salah satunya adalah Patricia Benner yang menjelaskan bahwa pikirannya dalam keperawatan sangat di pengaruhi oleh Virginia Henderson.
3. Konsep Utama Teori Virginia Henderson Konsep utama dalam teori Henderson mencakup manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. A. Manusia Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Ke 14 kebutuhan tersebut adalah : 1) Bernapas secara normal. 2) Makan dan minum dengan. cukup 3) Membuang kotoran tubuh. 4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan. 5) Tidur dan istirahat. 6) Memilih pakaian yang sesuai. 7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan. 8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawatt serta melindungi integument. 9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai. 10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat.
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan 12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi. 13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi. 14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia. (A. Aziz Alimul H, 2001) Ke empat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklarifikasikan menjadi empat kategori, yaitu kompenen kebutuhan biologis (poin 1 sampai 9), psikologis (poin 10 dan 14), sosiologis (poin 12 dan 13), dan spiritual (poin 11). Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan. Menurut Henderson ke empat belas kebutuhan dasar yang harus menjadi fokus asuhan keperawatan dipengaruhi oleh: 1) Usia 2) Kondisi emosional (mood dan temperamen) 3) Latar belakang sosio dan budaya 4) Kondisi fisik dan mental, termasuk berat badan, kemampuan dan ketidakmampuan sensorik, kemampuan dan ketidakmampuan motorik, status mental. B. Keperawatan Perawat mempunyai fungsi unik untuk membantu individu, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim kesehatan, perawat mempunyai fungsi independence di dalam penanganan perawat berdasarkan 14 kebutuhan dasar manusia. Untuk menjalankan fungsinya, perawat harus memiliki pengetahuan biologis maupun sosial. (Ann Marriner, 2001) C. Kesehatan Sehat adalah kualitas hidup yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi
bagi kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting
dari pada mengobati penyakit. Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemadirian dan saling ketergantungan. Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki kekuatan, kehendak, serta pengetahuan yang cukup. (Ann Marriner, 2001) D. Lingkungan Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dan klien. Menurut Henderson, hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan saat bergantung hingga hubungan sangat mandiri. 1) Perawat sebagai pengganti (subtitute) bagi pasien. 2) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien. 3) Perawat sebagai mitra(partner) bagi pasien. Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti (subtitute) didalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau kemauan pasien yang berkurang. Disini perawat berfungsi untuk “melengkapinya”. Setalah kondisi gawat berlalu dan pasien berada pada fase pemulihan, perawat berperan sebagai penolong (helper) untuk menolong atau membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirian ini sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien. Sebagai mitra (partner), perawat dan pasien bersamasama merumuskan rencana perawatan bagi pasien. Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan faktor lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta kekuatan fisikdan itelektual. Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter, Henderson berpendapat bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter. Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya. Tugas perawat adalah membantu pasien dalam melakukan manajemen kesehatan ketika tidak ada dokter. Rencana perawatan yang
dirumuskan oleh perawat dan pasien harus dijalankan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rencana pengobatan yang ditentukan oleh dokter. (Ann Marriner, 2001)
BAB III
1. Kesimpulan Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dimana akan terjadi proses menua. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Selain itu, pada lansia juga akan mengalami perubahan di beberapa sistem antara lain sistem indra, sistem Intergumen, sistem
Muskuloskeletal, dan sistem
Kardiovaskuler
2. Saran Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ,perawat dapat memodifikasi knsep neuman sehingga lebih fleksibel, kreatif dan inovatif tetapi tetap memandang bahwa klien manusia yang unik Untuk menemukan masalah keperawatan lakukan pengkajian yaqng menyeluruh dari psikologis, sosial spiritual dan kultural, serta lakukan dokumentasi setelah melakukan tindakan kepada klien, sehingga perawat mempunyai bukti apabila ada permasalahan lanjut kepada klien .
DAFTAR PUSTAKA