Makalah Keperawatan Hiv.docx

  • Uploaded by: novi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Keperawatan Hiv.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,124
  • Pages: 11
MAKALAH KEPERAWATAN HIV-AIDS PRINSIP HIDUP DENGAN ODHA FAMILY CENTERED PADA ODHA DAN STIGMA PADA ODHA

OLEH : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Baiq Alifia A Novi Ameilysah A Dian Ayu M Calvenia Putri P Dwi Ana F Feby Ayu S Nina Fitriana Muhammada In’am Wahyu Hari D

20161660169 20161660100 20161660174 20161660007 20161660051 20161660163 20161660110 20161660069 20161660142

S1 KEPERAWATAN - A ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2019

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS “ Prinsip hidup dengan ODHA family centered pada ODHA dan long term care” Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, 18 Maret 2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan karena infeksi dengan virus yang disebut HIV. Virus ini menyerang dan menghancurkan kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-Helper, sel yang membuat zat anti dalam tubuh. HIV memperbanyak diri dalam sel limfosit yang diinfeksikannya dan merusak selsel tersebut,sehingga mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan dan daya tahan tubuh. Di Indonesia perkembangan kasus HIV/AIDS sangat pesat dan sudah menyebar ke berbagai wilayah, dari kota sampai ke desa. Virus HIV bukan hanya menyerang kaum homoseksual, pekerja seks, pengguna narkoba, tapi juga ibu-ibu rumah tangga maupun anakanak.Temuan penting dalam dunia kedokteran untuk menekan pengembangbiakan virus HIV adalah obat Antiretroviral (ARV) yang harus dikonsumsi secara teratur. Perilakukepatuhan dalam berobat merupakan salah satu cara untuk mempertahankan agar ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)dapat hidup lebih lama.Kedisiplinan dalam mengkonsumsikan obat ini dapat membantu mempertahankan konsistensi efektifitas ARV dalam tubuh penderita sehingga resistensi tidak terjadi dan memperlambat berkembangnya virus dalam tubuh. ARV memang tidak bisa mematikan virus HIV di dalam tubuh, tetapi dapat menekan pengembangbiakan virus tersebut. Permasalahan yang terkait dengan ODHA tidak sekedar masalah kesehatan saja tetapi justru masalah sosial lainnya yang menyangkut aspekaspek lain, yaitu bagaimana agar mereka hidup sehat setelah mengetahui dirinya terinfeksi virus HIV yang mematikan, serta masalah psikologis yang terutama terjadi ketika hasil tes darah ternyata positif mengidap HIV (kaget, sedih, dan stres). Masalah lain yang juga dialami oleh mereka adalah penolakan diri terhadap kenyataan bahwa ia terinfeksi virus HIV, sekalipun kelihatannya sehat. Kondisi kejiwaan inilah yang menyebabkan ODHA merasa tidak berguna,mempunyai masa depan suram, tidak dapat melakukan apa-apa untuk dirinya maupun keluarga dan tidak memiliki akses untuk memperoleh pekerjaan serta memiliki keterbatasan dalam interaksi sosialnya. ODHA bukan hanya berurusan dengan kondisi penyakit, tetapi kondisi penyakit yang disertai dengan stigma sosial yang sangat diskriminatif.

Sehingga peran keluarga sangatlah penting dibutuhkan dalam penangan ODHA. Fungsi maupun pola kekerabatan yang selalu terbentuk dalam relasi antar anggota keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi anggota-anggotanya, baik secara psikis maupun fisik. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana prinsip hidup ODHA dengan family centered 2. Bagaimana tanggapan / Stigma masyarakat terhadap ODHA

1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui bagaimana prinsip hidup ODHA 2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan / Stigma masyarakat terhadap ODHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prinsip hidup ODHA dengan Family Centered Dukungan merupakan bantuan menyelesaikan suatu masalah sesuai dengan yang direkomendasikan. Dukungan ini biasanya didapatkan dari seseorang yang terdekat yang bisa diandalkan, memberikan kepedulian serta mengasihi dan akan efektif apabila terjalin hubungan saling percaya. Keluarga merupakan orang terdekat yang mempunyai unsur penting dalam kehidupan, karena didalamnya terdapat peran dan fungsi dari anggota keluarga tersebut yang saling berhubungan dan ketergantungan dalam menberikan dukungan, kasih sayang dan perhatian secara harmonis untuk mencapai tujuan bersama (Friedmen, 2010). Lingkungan keluarga harus menciptakan suasana kondusif untuk merawat anggota keluargannya yang sakit. Perasaan cemas dan takut dari keluarga diganti dengan ketekunan dan kesabaran dalam merawat (Tandra, 2008). Orang yang hidup dengan HIV/ AIDS memerlukan dukungan karena penyakit ini bersifat kronis dan membutuhkan penanganan yang komprehensif (Li, et al, 2008).Sedangkan pada hal pekerjaan, klasifikasi pekerjaan tidak disebutkan mempunyai pekerjaan tetap atau pekerjaan tidak tetap (Ellen, et al, 2009).Salah satu tempat terbaik dalam merawat pasien dengan HIV/ AIDS adalah rumah dan dikelilinggi orang orang tercinta. Dirawat orang terdekat lebih menyenangkan, lebih akrab dan membuatnya bisa mengatur hidupnya sendri. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan orang yang terinfeksi HIV akan cepat membaik dengan kenyamanan keluarga, dukungan teman dan orang orang yang dicintainya (Green & Hestin, 2009). Pasien HIV/ AIDS penting mengetahui bahwa ia bisa hidup dengan normal dan produktif. Demikian juga dengan keluarganya, keluarga harus bisa menerima ODHA dengan besar hati dan tidak melakukan diskriminasi terhadapnya, kadang tak mudah membangkitkan semangat hidup ODHA. Hal itu terjadi terutama pada ODHA yang secara kejiwaan lemah, tak bias menerima kenyataan hidup (Yvonne, 2014). 

Dukungan emosional Dukungan emosinal mencakup ungkapan empati,kepedulian, motivasi dan perhatian terhadap

pasien

yang

membahas perkembangan

terinfeksi penyakit

HIV/

pasien,

AIDS keluarga

berupa keluarga senantiasa membahas

perkembangan

penyakit pasien untuk menentukan langkah tindak lanjut, keluarga selalu memberi rasa

nyaman pada pasien selama dirawat di rumah berupa kasih sayang dan penerimaan, keluarga bersikap halus dan menerima bila ada sikap negatif yang muncul dari pasien, dengan demikian diharapkan pasien lebih bisa bersabar dan menerima kondisinya walaupun pada awalnya ada sikap penyangkalan dari pasien dan keluarga, tetapi peran keluarga diharapkan mampu memahami dan memaklumi apabila penyakit yang diderita merupakan suatu musibah dan percaya bahwa dibalik merawat pasien dengan HIV/ AIDS pasti ada hikmah yang bisa dipetik. Keluarga selalu mengingatkan, untuk lebih dekat kepada Allah dan selalu ber-ihtiar untuk proses kesembuhan. Salah satu bentuk mekanismen pertahanan diri manusia/ koping adalah strategi koping religius yaitu melibatkan agama dalam penyelesaian masalah dengan meningkatkan ritual keagamaan sehingga akan menggurangi tekanan ataupun stresor yang dialami, dalam hal ini pasien HIV/ AIDS ataupun keluargannya. 

Dukungan penghargaan Dukungan penghargaan bisa berupa keluarga membandingkan dengan orang lain, sehingga bahwa masih banyak orang lain yang menderita penyakit yang sama sehingga termotivasi dalam menjalani pengobatan. HIV adalah masalah kesehatan, bukan aib sehingga ada keterkaitan erat pentingnya pencegahan dan upaya dukungan. HIV bisa mengenai siapa saja, sehingga dengan dukngan yang baik langkah pencegahan penularan ke orang lain akan behasil apabila pasien merasa nyaman secara individu, keluarga dan masyarakat (Green & Hestin, 2009).



Dukungan informatif Dukungan infromasi berupa bantuan atau tindakan yang dilakukan oleh keluarga berupa saran, informasi serta nasehat yang dilakukan kepada pasien yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek dalam dukungan ini berupa nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.



Dukungan instrumental Dukungan instrumental bisa berupa tindakan keluarga dalam memberikan bantuan secara langsung atau tidak langsung, misalnya merawat, mengantar kontol, menyiapkan obat, penyediaan finansial utuk berobat ataupun pemberian materi secara langsung.

Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal berupa sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa diterima, dalam hal ini keluarga yang menderita HIV/ AIDS (Friedmen, 2010). Keluarga dapat membantu menurunkan kesakitan dan mempercepat proses pemulihan dari suatu penyakit dengan cara memberikan dukungan pada anggota keluargannya yang sakit. Baik buruknya dukungan keluarga sangat mempengaruhi kondisi kesehatan anggota keluarga yang sedang sakit, karena anggota keluarga yang sedang sakit membutuhkan dorongan dari luar dirinya untuk menjaga atau membantu meningkatkan kesehatan dirinya. Bagi penderita HIV/ AIDS dalam menjalani kehidupannya akan terasa sulit, karena dari segi fisik akan mengalami perubahan berkaitan dengan perkembangan penyakitnya. Tekanan emosional dan psikologis bisa dialami karena dikucilkan oleh keluarga atau masyarakat (Nihayati, 2012). Keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat, dan sangat signifikan berpengaruh terhadap perkembangan dan kehidupan secara umum. Setiap keluarga mempunyai kedudukan utama, yaitu: a. Berfungsi sebagai pengantara dengan masyarakat luas b. Berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan yang beragam agar dapat bertahan. Perlu adanya sikap memovitasi pribadi-pribadi untuk mengabdikan kepentingan umum sehingga masyarakat dapat bertahan dan juga sebagai kontrol sosial. c. Berfungsi sebagai jaringan sosial yang besar d. Berfungsi sebagai pendukung masyarakat agar dapat bertahan demikian juga sebaliknya keluarga dapat bertahan karena dukungan masyarakat. ( William J. Goode, 1993: 3-4 ) Fungsi keluarga adalah sebagai pemenuhan semua aspek kehidupan secara menyeluruh untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam mengaktualisasikan diri dan melakukan interaksi terhadap lingkungan yang lebih besar yaitu masyarakat. Pada setiap keluarga terdapat berbagai macam fungsi antara lain: fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, fungsi afeksi, fungsi perlindungan atau keamanan, fungsi penentuan status. Dukungan keluarga sangat dibutuhka oleh ODHA sebagai sistem pendukung utama sehingga dapat mengembangkan respon koping yang efektif untuk beradaptasi dengan baik dalam menangani stresor yang dihadapi terkait penyakitnya baik fisik, psikologis maupun sosial (Laserman & Perkins, 2001dalam Kusuma 2011).

2.2 Stigma Masyarakat terhadap ODHA Stigma diartikan sebagai pemberian cap (label) kepada seseorang atau sekelompok orang yang didasarkan pada penilaian subjektif. Stigma menghadirkan suatu penilaian yan dapat menghambat proses perubahan seorang ODHA dalam memaknai hidupnya dan berfikir secara positif sebagai bagian dari warga masyarakat. Stigma yang telah dibangun di tengah masyarakat yang memiliki pemahaman yang salah terhadap ODHA maupun penyakitnya. Hal ini menimbulkan berbagai prasangka dan ketakutan yang berlebihan dari masyarakat dengan memandang penyakit AIDS diakibatkan karena perilaku seks yang menyimpang, pecandu narkotik suntik, dan ODHA lelaki disamakan dengan kaum homoseksual. Ketakutan dan kecemasan yang terjadi menyebabkan berbagai bentuk penolakan dan pengucilan dari seluruh aspek kehidupan manusia.Berbagai bentuk penolakan dan pengucilan yang diskriminatif menyebabkan ODHA tidak dapat menjalankan tugasnya dan tanggungjawab sosial sebagai warga masyarakat. Perlakuan masyarakat dengan memberikan stigma maupun diskriminasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Dit. RTS 2004), yaitu: a. Ketidaktahuan tentang informasi yang benar dan baik tentang HIV/AID b. Berkembangnya mitos-mitos HIV di masyarkat c. Adanya ketakutan yang irasional akan tertular HIV/AIDS d. HIV sering dikaitkan dengan isu-isu moral Stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan tidak adil) yang dikaitkan dengan HIV dan AIDS merupakan penghambat utama bagi upaya lanjut dalam pencegahan infeksi dan pelayanan yang memadai, dukungan dan perawatan serta pengurangan dampak buruk infeksi HIV. Keadaan ini memberi konsekuensi psikologis yang besar bagi ODHA untuk dapat melihat diri mereka sendiri, yang kemudian akan membawa mereka dalam beberapa kasus pada keadaan depresi, kurang percaya diri dan putus asa. Deklarasi Komitmen Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Penanggulangan HIV/AIDS (2001) menyatakan: a. Adanya stigma, kebisuan, perlakuan tidak adil dan penyangkalan serta tidak terjamin kerahasian, menghambat upaya pencegahan, perawatan dan pengobatan sehingga meningkatkan dampak epidemi bagi bagi individu, keluarga masyarakat, dan bangsa (Butir. 13) b. Menjelang tahun 2003, nnegara-negara harus memastikan perkembangan dan pelaksanaan strategi nasional dari rencana keuangan nasional multi-sektor untuk memerangi HIV/AIDS yang membahas epidemi secara terbuka; menghadapi stigma, kebisuan dan penyangkalan,

membahas dimensi epidemi yang berkaitan dengan usia dan jender, serta memberantas diskriminasi dan penyingkiran' (Butir. 37). c. Menjelang tahun 2003, negara-negara harus mengesahkan, mendukung atau menegakkan peraturan serta kebijakan lain untuk menghilangkan segala bentuk diskriminasi dan menentukan nikmatnya semua hak azasi manusia serta kemerdekaan hakiki oleh, orang yang hidup dengan HIV/AIDS, dan juga orang-orang yang berisiko tinggi, agar mereka bisa mendapatkan akses terhadap pendidikan, warisan, pekerjaan, pelayanan kesehatan, layanan masyarakat, pencegahan, informasi dan perlindungan hukum, sementara di sisi lain tetap menghormati hak pribadi mereka, dan mengembangkan strategi untuk melawan stigma dan pengucilan sosial yang terkait dengan epidemi ini. (Butir. 58) Hal ini dapat diartikan bahwa stigma sangat berbahaya, karena bisa menimbulkan rasa malu, bersalah, dan pengucilan terhadap ODHA, dan juga karena pikiran-pikiran negatif dapat menyebabkan orang terpaksa melakukan hal-hal yang merugikan orang lain, misalnya tidak memberikan layanan atau memenuhi hak mereka. Stigma terhadap HIV/AIDS dapat mengakibatkan diskriminasi terkait HIV/AIDS. Dan ini bisa menjurus kepada pelanggaran terhadap hak azasi orang dengan HIV/AIDS.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Pasien HIV/ AIDS penting mengetahui bahwa ia bisa hidup dengan normal dan produktif. Demikian juga dengan keluarganya, keluarga harus bisa menerima ODHA dengan besar hati dan tidak melakukan diskriminasi terhadapnya, kadang tak mudah membangkitkan semangat hidup ODHA. Oleh sebab itu bahwa stigma sangat berbahaya, karena bisa menimbulkan rasa malu, bersalah, dan pengucilan terhadap ODHA, dan juga karena pikiran-pikiran negatif dapat menyebabkan orang terpaksa melakukan hal-hal yang merugikan orang lain, misalnya tidak memberikan layanan atau memenuhi hak mereka. Stigma terhadap HIV/AIDS dapat mengakibatkan diskriminasi terkait HIV/AIDS. 3.2 Saran 1. Memperlakukan anak maupun anggota keluarga yang terinfeksi HIV sebagai manusia yang bermartabat, karena penerimaan dan perlakuan yang positif dari keluarga akan sangat membantu mengatasi tekanan eksternal maupun internal; 2. Memberikan dukungan terhadap kehidupan ODHA untuk menjalani kehidupan secara positif dan bermakna 3. Menggali informasi sebanyak mungkin tetang apa yang dialami oleh anggota yang terinfeksi HIV, untuk menghindari perlakuan diskriminatif.

DAFTAR PUSTAKA http://sofiafa97.blogspot.com/2018/07/trend-dan-issue-hivaids-family-centered.html INSANI, ISSN : 2407-6856 | Vol. 3 No. 2 Desember 2016

Related Documents


More Documents from "lia aprilia"