MAKALAH KELOMPOK Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan Dan Kesehatan Kerja Lanjut Dosen : dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc.Ph.D
INDIKATOR EKOLOGI (AIR)
OLEH :
KELOMPOK 5 SUCI KHAIRUNNISA H.
K012172014
SITI UTAMI WIDYANINGSI
K012172006
SRI REZKYANI KAS
K012172040
ROSARLIAN
K012172031
SITI AISYAH A.
K012172008
A. NADIAH NURUL FADILAH
K012172001
IDHA LESTARI PUTRI
K012172030
NURUL HIDAYAH
K012172024
DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SubehanahuWa Ta’ala karena berkat rahmat dan hidayanya-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok mata kuliah Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Lanjut ini dengan topik “Indikator Lingkungan khususnya pada Air“. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai indikator lingkungan dan menyajikan hasil rekapan jurnal beserta pembahasan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pentingnya indikator lingkungandalamsuatu ekosistem. Tim penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir dan dapat bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Makassar, Februari 2018
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN B.
Fakta Masalah .........................................................................
2
C.
Rumusan Masalah ...................................................................
3
D.
Tujuan .....................................................................................
3
PEMBAHASAN A.
Tabel Rekap Hasil Jurnal dan Kesimpulan Tabel ...................
4
B.
Faktor Penyebab dan Aspek Epidemiologi .............................
5
C.
Solusi.......................................................................................
8
BAB III PENUTUP A
Kesimpulan .............................................................................
9
B
Saran .......................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
FAKTA MASALAH Era globalisasi menghadirkan peningkatan aktivitas manusia dalam mobilitas lintas negara. Perkembangan teknologi dan industrialisasi juga semakin pesat. Di samping itu, adanya pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan meningkatnya kebutuhan manusia dalam berbagai aspek, membuat lingkungan dalam suatu ekosistem menjadi tidak stabil. Salah satu permasalahan utama yang mengancam kehidupan makhluk hidup adalah pencemaran air. Hal tersebut terjadi karena adanya pembuangan bahan kimia, limbah maupun pencemar lainnya ke dalam air yang akan mempengaruhi kehidupan di dalam ekosistem perairan. Selain itu, proses alami misalnya perubahan curah hujan, erosi, dan pelapukan juga dapat mempengaruhi suatu ekosistem tersebut. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia atau proses alami. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Salah satu indikator ekologi dalam suatu ekosistem dikatakan tidak stabil adalah adanya polutan dalam lingkungan tertentu. Secara khusus yang menjadi fakta masalah dalam makalah ini adalah : 1. Terdapat senyawa kimia melebih ambang batas normal dalam ekosistem dari waktu ke waktu sehingga menyebabkan tingginya suatu kejadian penyakit pada wilayah tertentu. 2. Terdapat spesies spesifik yang berkembang dalam suatu ekosistem yang menyebabkan ekosistem menjadi tidak sehat sehingga dapat menimbulkan suatu kejadian penyakit pada wilayah tertentu. 3. Kejadian penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan lingkungan seperti diare,
fluorosis, gastrointestinal, fasciolopsiasis, leptospirosis, dan kanker dapat berkontribusi terhadap tingginya angka kesakitan maupun kematian di wilayah tertentu. Berdasarkan fakta masalah di atas, perlu pembahasan lebih lanjut mengenai indikator lingkungan air yang dapat menyebabkan kejadian penyakit pada wilayah tertentu.
B.
PERTANYAAN MASALAH 1.
Apa saja indikator lingkungan air yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran air?
2.
Bagaimana indikator lingkungan air mempengaruhi pencemaran baik secara lokal maupun regional?
3.
Bagaimana cara pengendalian pencemaran terhadap indikator lingkungan air?
4.
Bagaimana kualitas air mempengaruhi aspek kesehatan? 4
C.
TUJUAN PENULISAN 1.
Mengetahui indikator lingkungan air yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran.
2.
Mengetahui pengaruh aspek indikator lingkungan air terhadap pencemaran baik secara lokal maupun regional.
3.
Mengetahui cara pengendalian pencemaran terhadap indikator lingkungan air.
4.
Mengetahui
hubungan
indikator
5
lingkungan
terhadap
kesehatan.
BAB II PEMBAHASAN
A.
No
TABEL REKAP HASIL PENELITIAN & KESIMPULAN TABEL
Nama
1
Suci Khairunnisa Hasairin (Occurrence and health risk assessment of selected metals in drinking water from two typical remote areas in China Tahun 2016)
2
Sitti Aisyah. A (Insidensi Penyakit Diare Berdasarkan Kepadatan Bakteri Coliform di Sungai Jawi Kota Pontianak)
Tabel 2.1 Tabel Rekap Hasil Penelitian Indikator Lingkungan Air Tahun 2015-2017 Aspek Indikator Cara Pengendalian Aspek Epidemiologi Lokal/ Regional Kotaminasi - Pemeriksaan yang - Hasil penelitian menunjukkan berkelanjutan oleh logam (Cr, bahwa risiko karsinogenik lebih pemerintah setempat As, dan Cd) tinggi daripada risiko nonmengenai kualitas pada air di karsinogenik dari air minum di air minum di daerah dua daerah kedua daerah, dan Cr ditemukan terpencil sehingga terpencil, untuk menyajikan risiko kualitas air minum China. karsinogenik tertinggi. Di antara lebih terjamin. - Bioremoval yaitu empat kelompok populasi yang penggunaan diteliti, bayi adalah yang paling mikroorganisme rentan terhadap risiko kesehatan untuk mengabsorpsi yang merugikan. logam berat. - Bayi, remaja, orang tua yang terpapar logam Cr, As dan Cd berisiko terkena penyakit kanker. Bakteri - Strategi - Bakteri coliform biasa dijadikan pengendalian dan coliform yang indikator keberadaan bakteri pencemaran air dapat patogen yang dapat sungai diprioritaskan menyebabkan menyebabkan penyakit water pada peningkatan penyakit borne disease yaitu diare. peran masyarakat. water borne - Frekuensi kepadatan bakteri disease yaitu coliform di sungai jawi saat diare di pasang surut terus mengalami sungai jawi, kenaikan dari titik hulu hingga pontianak. titik hilir. - Hasil analisis menggunakan uji korelasi pearson product moment menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan bakteri coliform dan insidensi diare terhadap masyarakat yang tinggal di pinggir sungai jawi. 1
3
A. Nadiah Nurul Fadilah Ibrahim (Analysis of Ground Water Fluoride Content and its Association with Prevalence of Fluorosis in Zarand/Kerman (Using GIS))
4
Siti Utami Widyaningsi (Bacterial Pollution in River Waters and Gastrointestinal)
5.
Sri Rezkiani Kas (Hubungan Sanitasi Lingkungan DenganAngka Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas MeuraxaTahun 2016)
Pencemaran - Pemantauan kadar - Penelitian melibatkan 550 fluoride dalam air air tanah oleh penduduk berusia 7-40 tahun di tanah sebelum tingginya kota Zarand dan menggunakan disalurkan ke daerah kadar fluorida sampel air tanah yang berasal pemukiman (>1.5ppm atau dari 35 daerah penduduk >1.5mg/l) di - Hasil penelitian menunjukkan kota Zarand distribusi derajat fluorosis berat sebanyak (44%) terjadi di daerah dengan tingkat kadar fluorida dalam air yang tinggi (2.5mg/l – 3.5mg/l) - Terdapat hubungan antara prevalensi dan derajat keparahan fluorosis dengan kadar fluorida dalam air tanah di Zarand. Bakteri polusi - Pemerintah akan - Penelitian ini sudah menghemat sumber colifrom yang menunjukkan lemah tapi positif daya dan menyebabkan hubungan kausal antara beberapa meningkatkan nama terjadinya penyakit gastrointestinal dan manusia jika penyakit kontaminasi Sungai Atoyac oleh menerapkan program Gastrointestin TCB, indikator utama lingkungan mengatur al di Atoyac, pencemaran bakteri air. tingkat polusi yang tinggi yang - Studi tersebut signifikan untuk Meksico dihasilkan oleh biaya program-program pemerintah air limbah yang tidak yang ditujukan untuk membantu diobati bersama penduduk daerah yang Atoyac River. terkontaminasi dan juga harus Penghematan membantu untuk lainnya Pemerintah epidemiologi dan hewan meningkat jika kita termasuk orang lain percobaan dengan jelas penyakit yang menetapkan mekanisme yang disebabkan oleh menyebabkan peningkatan Atoyac Sungai morbiditas di sungai tercemar. polusi. Penyakit Diare, Balita, Sanitasi Lingkungan, Penyediaan Air Bersih
- Upaya sanitasi dasa - Di kota Banda Aceh diketahui rmeliputi sarana bahwa masih di temukan angka pembuangan kotoran kejadian diare tahun 2014 manusia, sarana sebanyak 1.393 kasus (13,7%). pembuangan Di tahun 2015 dari Januari sampah, saluran sampai Oktober ditemukan 918 pembuangan air kasus. Di kecamatan Meuraxa limbah dan penyediaan air tahun 2014, angka kejadian diare bersih. sebanyak 227 kasus (16,29%) dan pada 2015 dari Januari – 2
-
-
-
6
Idha Lestari Putri (Gambaran Lingkungan Air Di Wilayah Endemis Fasciolopsiasis Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan Tahun 2016)
Pencemaran Air Biological Oygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) Lokal (Air Rawa)
- Masyarakat sekitar rawa sebaiknya memasak tumbuhan air sebelum dikonsumsi. - Masyarakat sekitar rawa sebaiknya tidak buang air besar sembarangan terutama dilokasi perairan yang ditumbuhi tumbuhan air
7.
Nurul Hidayah (Karakteristik Lingkungan Abiotik dan Potensi Keberadaan Leptospira
Leptospirosis dapat tetrjadi melalui kontak dengan air yang
- Pemberian desinfektan menggunakan klorin atau sodium hipoklorit dengan dilakukan 3
Oktober sebanyak 142 kasus (14,6%) Ada hubungan antara penggunaan air bersih dengan angka kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Meuraxa dengan (P Value 0,001 < 0,05). Ada hubungan antara penggunaan jamban dengan angka kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas meuraxa dengan nilai (p value 0,000 <0,05). Ada hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Meuraxa (P Value 0,000 <0,005). Penelitian ini dilakukan pada 5 pada masing-masing desa dengan menggunakan pecinduk bersih guna untuk mengetahui nilai BOD dan COD yang dikandung air rawa di 3 desa yakni desa Kalumpang Dalam, Desa Sungai Papuyu dan Desa Telaga Mas. Hasil analisis menunjukkan nilai BOD antara 0,05-3,64 mg O2/L dan nilai COD antara 3,01639,51 mg O2/L dan menunjukkan adanya pencemaran air rawa dan masih ditemukan kehidupan keong air tawar sebagai hospes perantara pada F. Buski yaitu keong jenis Lymneae dan Indoplanorbis Penelitian ini menunjukkan bahwa air dan kondisi lingkungan berpotensi menyebabkan penularan leptospirosis Hasil PCR didapat sebnyak 5 sampel air (8,3%) positif
8.
Patogenik Di Air Dalam Kejadian Luar Biasa Leptospirosis Di Kota Semarang)
terkontaminas i leptospira patogen
Rosarlian (Hubungan Jenis Sumber Air, Kualitas Bakteriologis air, Personal Hygiene dengan Kejadian Diare pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Lamper Tengah Semarang Tahun 2015)
Kualitas bakteriologis air minum dengan kejadian diare pada balita
penegecakan kadar mengandung leptospira sisa klor secara rutin. patogenik. - Pekerja agar selalu memakai alat pelindung diri saat bekerja atau berada dilingkungan berair. - Diperlukan tempat - Balita yang mengkonsumsi air pembuangan limbah minum dengan kualitas atau tempat bakteriologis air minum yang pembuangan sampah tidak memenuhi syarat yang tertutup mempunyai risiko menderita diare sebesar 2,2 kali lebih besar. 83 responden yang diperiksa sampel air minumnya, terdapat 42 sampel air minum tidak memenuhi syarat karena terdapat bakteri E.coli dan 41 sampel air minum memenuhi syarat. E.coli akan menghasilkan enteroksin sehingga menginfeksi usus besar atau usus halus.
Berdasarkan tabel rekapitulasi jurnal di atas, terdapat delapan penelitian yang berbeda tentang indikator lingkungan yaitu berdasarkan polutan yang ada pada ekosistem perairan sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator kualitas lingkungan air yaitu indikator kimia dan biologi. Adapun indikator kimia adalah kotaminasi logam (Cr, As, dan Cd) dan senyawa kimia lainnya (floure) pada air dan indikator biologi, misalnya leptospira, bakteri coliform, keong jenis Lymneae dan Indoplanorbis sebagai hospes perantara pada F. Buski. Keberadaan tersebut di air dapat mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan seperti kejadian penyakit diare, fluorosis, gastrointestinal, fasciolopsiasis, leptospirosis, dan kanker dapat berkontribusi terhadap tingginya angka kesakitan maupun kematian di wilayah tersebut.
B.
FAKTOR PENYEBAB DAN ASPEK EPIDEMIOLOGI Lingkungan alami memiliki ekosistem yang seimbang. Sedangkan lingkungan yang tercemar, keadaan ekosistemnya tidak seimbang disebabkan karena masuknya polutan 4
sehingga menimbulkan terjadinya ketidakseimbangan kondisi kesehatan masyarakat baik pada bayi, anak-anak, dewasa maupun orang tua. Adapun faktor penyebab dan aspek epidemiologinya yaitu : 1. Faktor Penyebab Indikator ekologi saat ini diterapkan dalam konteks yang berbeda, untuk ekosistem yang berbeda,dan untuk masalah yang berbeda dapat diklasifikasikan pada delapan level dari yang paling reduksionistik sampai dengan indikator yang paling holistik. indikator ekologi untuk penilaian kesehatan ekosistem/Ecosystem Health Assessment (EHA) tidak termasuk indikator kondisi iklim, dimana dalam konteks ini dianggap kondisi yang sepenuhnya alami. Indikator ekologi yang berkaitan dengan kedelapan jurnal di atas dapat ditunjukkan pada klasifikasi indikator ekologi yaitu level 1 dan level 3. Dimana pada level 1 menjelaskan bahwa indikator ekologi dapat dilihat pada spesies yang dominan dalam air tercemar, organisme karakteristik pada air tercemar atau indicator polusi dalam hal ini kaitannya dengan adanya leptospira patogenik, bakteri coliform, keong jenis Lymneae dan Indoplanorbis sebagai hospes perantara pada F. Buski. Sedangkan level 3 didasarkan pada konsentrasi senyawa kimia. contohnya adalah penilaian tingkat konsentrasi logam Cr, As, dan Cd serta senyawa kimia lainnya yaitu floure memiliki batasan kandungan dalam air. Ketika konsentrasi terlalu tinggi atau melebihi nilai ambang batas pada zat beracun tertentu akan menyebabkan ekosistem tidak sehat. Beberapa literatur menuliskan ciri air tercemar ini, diantaranya (Djajadiningrat, 1992), menyatakan bahwa badan air yang tercemar ditandai dengan warna gelap, berbau, menimbulkan gas, mengandung bahan organik tinggi, kadar oksigen terlarut rendah, matinya kehidupan di dalam air umumnya ikan dan air tidak lagi dapat dipergunakan sebagai bahan baku air minum Sedangkan menurut Wardana (1999), indikator atau tanda air telah tercemar adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH yang lebih besar akan bersifat basa, Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air. a. Perubahan Warna, Bau dan Rasa Air
5
Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dari air limbah dapat larut dan terdegradasi maka bahan buangan dalam air limbah dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna air. Bau timbul akibat aktifitas mikroba dalam air merombak bahan buangan organik terutama gugus protein, secara biodegradasi menjadi bahan mudah menguap dan berbau. b. Perubahan Suhu Air. Air Sungai suhunya naik mengganggu kehidupan hewan air dan organisme lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas, oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air, semakin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya. c. Timbulnya Endapan, Koloidal dan bahan terlarut Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap didasar sungai dan dapat larut sebagian menjadi koloidal, endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi masuknya sinar matahari sedangkan sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintesis. d. Mikroorganisme Bahan buangan industri yang dibuang ke lingkungan perairan akan di degradasi oleh mikroorganisme, berarti mikroorganisme akan berkembang biak tidak menutup kemungkinan
mikroorganisme
pathogen
juga
ikut
berkembang biak.
Mikroorganisme pathogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam penyakit. 2. Aspek Epidemiologi ?? (Yang mereka buat) Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan. Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia. Pencemaran air adalah masuknya bahan pencemar (polutan) ke dalam lingkungan air sehingga komposisi air pada keadaan normalnya berubah. Bahan pencemaran air dapat berupa limbah padat
6
maupun limbah cair, misalnya limbah yang berasal dari rumah tangga, industri, pertanian, dan rumah sakit. Penelitian dilakukan pada 24 sampel air dan pada bayi, remaja, dewasa serta orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko karsinogenik lebih tinggi dari pada risiko non-karsinogenik dari air minum di kedua daerah, dan Cr ditemukan untuk menyajikan risiko karsinogenik tertinggi. Di antara empat kelompok populasi yang diteliti, bayi adalah yang paling rentan terhadap risiko kesehatan yang merugikan. Bayi, remaja, orang tua yang terpapar logam Cr, As dan Cd berisiko karsinogenik dan non-karsinogenik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kepdatan bakteri coliform serta menganalisis kaitannya dengan insidensi diare. Bakteri coliform biasa dijadikan indikator keberadaan bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit water borne disease yaitu diare. Frekuensi kepadatan bakteri coliform di sungai jawi saat pasang surut terus mengalami kenaikan dari titik hulu hingga titik hilir. Hasil analisis menggunakan uji korelasi pearson product moment menunjukkan adanya hubungan
antara kepadatan bakteri coliform dan insidensi diare terhadap
masyarakat yang tinggal di pinggir sungai jawi. Penelitian melibatkan 550 penduduk berusia 7-40 tahun di kota Zarand dan menggunakan sampel air tanah yang berasal dari 35 daerah. Hasil penelitian menunjukkan distribusi derajat fluorosis berat sebanyak (44%) terjadi di daerah dengan tingkat kadar fluorida dalam air yang tinggi (2.5mg/l – 3.5mg/l). Terdapat hubungan antara prevalensi dan derajat keparahan fluorosis dengan kadar fluorida dalam air tanah di Zarand. Penelitian ini sudah menunjukkan lemah tapi positif hubungan kausal antara beberapa penyakit gastrointestinal dan kontaminasi Sungai Atoyac oleh TCB, indikator utama pencemaran bakteri air. Penelitian di masa depan harus mencakup jumlah yang lebih besar dari mata pelajaran dan faktor sosial-ekonomi atau iklim lain yang mungkin juga berdampak pada etiologi penyakit gastrointestinal. Kemungkinan meningkat di masa depan frekuensi kejadian badai terkait dengan perubahan iklim cenderung mengakibatkan insiden lebih besar dari beban patogen memasuki perairan. Studi tersebut signifikan untuk program-program pemerintah yang ditujukan untuk membantu penduduk daerah yang terkontaminasi dan juga harus membantu untuk lainnya epidemiologi dan hewan percobaan dengan jelas
7
menetapkan mekanisme yang menyebabkan peningkatan morbiditas di sungai tercemar. Di Kota Banda Aceh Diketahui Bahwa Masih Di Temukan Angka Kejadian Diare Tahun 2014 Sebanyak 1.393 Kasus (13,7%). Di Tahun 2015 Dari Januari Sampai Oktober Ditemukan 918 Kasus. Di Kecamatan Meuraxa Tahun 2014 Angka Kejadian Diare Sebanyak 227 Kasus (16,29%) Dan Di Tahun 2015 Dari Januari OktoberSebanyak 142 Kasus (14,6%). Ada Hubungan Antara
Penggunaan Air
Bersih Dengan Angka Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas MeuraxaDengan (P Value 0,001 < 0,05). Ada Hubungan Antara Penggunaan Jamban Dengan Angka Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Dengan Nilai (P Value 0,000 <0,05). Ada Hubungan Antara Pembuangan Sampah Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa (P Value 0,000 <0,005). Penelitian
ini
dilakukan
pada
5
pada
masing-masing
desa
dengan
menggunakan pecinduk bersih guna untuk mengetahui nilai BOD dan COD yang dikandung air rawa di 3 desa yakni desa Kalumpang Dalam, Desa Sungai Papuyu dan Desa Telaga Mas. Hasil analisis menunjukkan nilai BOD antara 0,05-3,64 mg O2/L dan nilai COD antara 3,016-39,51 mg O2/L dan menunjukkan adanya pencemaran air rawa dan masih ditemukan kehidupan keong air tawar sebagai hospes perantara pada F. Buski yaitu keong jenis Lymneae dan Indoplanorbis. Penelitian ini menunjukkan bahwa air dan kondisi lingkungan berpotensi menyebabkan penularan leptospirosis. Hasil PCR didapat sebnyak 5 sampel air (8,3%) positif mengandung leptospira patogenik. Balita yang mengkonsumsi air minum dengan kualitas bakteriologis air minum yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko menderita diare sebesar 2,2 kali lebih besar. 83 responden yang diperiksa sampel air minumnya, terdapat 42 sampel air minum tidak memenuhi syarat karena terdapat bakteri E.coli dan 41 sampel air minum memenuhi syarat. E.coli akan menghasilkan enteroksin sehingga menginfeksi usus besar atau usus halus.
Contoh Tugasnya temanku mengenai aspek epidemiolgi : Masalah kesehatan seperti kejadian penyakit Asma, Pneumonia berat, diare hingga
keterpaparan
timbal
dalam 8
darah
diakibatkan
karena
adanya
ketidakseimbangan lingkungan dimana adanya lingkungan yang terkontaminasi oleh zat tertentu dengan kadar yang tinggi sehingga mempengaruhi tingkat infektivitas, patogenitas, dan virulensi dari Agent dalam mempengaruhi manusia dalam hal ini adalah host (Pejamu). Dampak pencemaran lingkungan khususnya bagi kesehatan manusia yaitu akan berdampak pada tingkat kekebalan tubuh. Semakin banyak pencemaran yang dilakukan, maka kekebalan tubuh manusia yang berada di sekitar daerah pencemaran akan menurun . Asma adalah penyakit yang mungkin muncul pada usia berapa pun (paling sering pada anak-anak), dan dapat bertahan
dari waktu ke waktu. Sedangkan
pneumonia berat menyebabkan angka kematian pada anak-anak sangat tinggi secara gobal. Pneumonia menyumbang 18% dari hampir 7,6 juta kematian pada anak berusia di bawah lima tahun. Diare juga merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling umum yang disebabkan oleh air yang tercemar. Laporan epidemiologi menunjukkan bahwa enterotoksigenik E. coli, Campylobacter jejuni, dan Shigella spp (terutama S. flexneri dan S. sonnei) adalah penyebab paling umum dari penyakit diare di kalangan orang dewasa dan anak-anak. Dalam beberapa tahun ketiga patogen yang paling sering, telah menyebabkan beberapa wabah diare masyarakat melalui air minum. Selain itu, Paparan timbal dalam darah pada anak-anak dapat
menimbulkan risiko yang signifikan untuk konsekuensi
neurobehavioral. Timbal adalah logam berat beracun Perilaku anak (hand-tomouth) memberikan kontribusi untuk peningkatan risiko paparan timbal. Anakanak lebih rentan terkena paparan yang menyebabkan saluran pencernaan mereka menyerap hingga 50% dari pencemaran logam tersebut (dibandingkan dengan 1015% pada orang dewasa).
3.
SOLUSI Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengurangi atau mengendalikan zat pencemar dibeberapa tempat kejadian, yaitu sebagai berikut : a. …. b. Strategi pengendalian dan pencemaran air sungai diprioritaskan pada peningkatan peran masyarakat.
9
c. Pemantauan kadar fluoride dalam air tanah sebelum disalurkan ke daerah pemukiman penduduk. d. Pemerintah akan menghemat sumber daya dan meningkatkan nama manusia jika menerapkan program lingkungan mengatur tingkat polusi yang tinggi yang dihasilkan oleh biaya air limbah yang tidak diobati bersama Atoyac River. Penghematan Pemerintah meningkat jika kita termasuk orang lain penyakit yang disebabkan oleh Atoyac Sungai polusi. e. Upaya sanitasi dasa rmeliputi sarana pembuangan kotoran manusia, sarana pembuangan sampah, saluran pembuangan air limbah dan penyediaan air bersih. f. Masyarakat sekitar rawa sebaiknya memasak tumbuhan air sebelum dikonsumsi. Masyarakat sekitar rawa sebaiknya tidak buang air besar sembarangan terutama dilokasi perairan yang ditumbuhi tumbuhan air. g. Pemberian desinfektan menggunakan klorin atau sodium hipoklorit dengan dilakukan penegecakan kadar sisa klor secara rutin. Pekerja agar selalu memakai alat pelindung diri saat bekerja atau berada dilingkungan berair.
10
11
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN Ada beberapa indikator kualitas lingkungan air : indikator kimia dan biologi. Adapun indikator kimia adalah Kotaminasi logam (Cr, As, dan Cd) pada air dan indikator biologi seperti : leptospira dan coliform. Keberadaan tersebut di air dapat mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan. Pencemaran kualitas lingkungan air dapat berlangsung secara lokal, regional dan global. Pengendalian air adalah hal penting yang harus dlakukan demi meminimalisir pencemaran air. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan hidup dan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis.
B.
SARAN Sebaiknya perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana oleh pemerintah setempat, serta pemeriksaan kualitas air secara merata baik di perkotaan maupun pedesaan.
12
DAFTAR PUSTAKA ….. Siti Utami Widyaningsi : Lilia Rodriguez-Tapia and Jorge A. Morales-Novelo. 2017. Bacterial Pollution in River Waters and Gastrointestina. International Journal of Environmental Research and Public Health. Vol 14 (479) Sri Rezkiani Kas : Meri Lidiawati. 2016. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Angka Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Meuraxa Tahun 2016. Serambi Saintia. Vol 4. No. 2 Idha Lestari Putri : Annida, Dian Eka Setyaningtyas, Deni Fakhrizal. 2016. Gambaran Lingkungan Air di Wilayah Endemis Fasciolopsiasis Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Journal of Health Epidemiolgy and Communicable Deseas. Vol. 2. No. 2 (59-66)
Dua wilayah yang diteliti milik daerah dataran tinggi, karakteristik geologi khusus mungkin berbeda dari pedalaman. Di sisi lain, pengolahan air minum di daerah terpencil mungkin tidak cacat dan pemantauan air mungkin quate inade-, sehingga kualitas air minum sulit untuk menjadi yang terjamin tee. Alasan spesifik belum jelas, dan perlu diteliti lebih lanjut. Perlu pemeriksaan lebih lanjut oleh pemerintah setempat mengenai kualitas air minum di daerah terpencil sehingga kualitas air minum lebih terjamin. Pengelolaan sumber air bersih menjadi air minum yang memenuhi syarat Kualitas air minum sangat rentan terhadap berbagai antropogenik (misalnya, perkotaan, industri, dan kegiatan pertanian) dan proses alami (misalnya, perubahan curah hujan, erosi, dan pelapukan). Dengan demikian, polusi air merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dengan logam berat. (Alves et al. 2014).
13