TUGAS MAKALAH OBAT BAHAN ALAM “PENGOBATAN HERBAL DARI INDONESIA”
Disusun oleh : Kelompok 6 Lia Oktavina
(2016210138)
Luluk Pramesti
(2016210139)
Nadiah Putri Shafira
(2016210164)
Noviani Ester M
(2016210174)
Nurmalasari
(2016210177)
Reza Hafidz
(2016210194)
Rifri Nadia Amalia
(2016210199)
Risni Dzulfi Hafizoh
(2016210203)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “MAKALAH PENGOBATAN HERBAL DARI INDONESIA”. Sudah sejak ribuan tahun yang lalu pengobatan tradisional dengan penggunaan tanaman obat atau herbal telah ada di Indonesia. Hal ini didukung dengan kondisi bangsa Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan tersedianya tanaman yang demikian banyak. Kembali ke alam atau “back to nature” merupakan salah satu upaya manusia untuk Berdasarkan
penyelarasan
diri
pemikiran
tersebut
dengan Penulis
kehidupan
berharap
agar
di
pengobatan
alam. dengan
menggunakan tanaman obat dapat membantu masyakat, khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu. Semoga makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, saran serta kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, 14 Maret 2019
Penulis
1
DAFTAR ISI Kata Pengantar…...........................................................................................................1 Pendahuluan…………………………………………………………………………...3 Latar Belakang………………………………………………………………...3 Rumusan Masalah……………………………………………………………..4 Tujuan Penulisan………………………………………………………………4 Isi………………………………………………………………………………………5 Sejarah Indonesia terhadap Jamu………………...............................................5 Eksistensi Jamu yang Berkembang di Indonesia………………………….......7 Kemajuan Jamu Menjadi Obat Terstandar di Masyarakat…………………….9 Kelebihan Obat Herbal dalam Penyembuhan Penyakit……………………….14 Penutup………………………………………………………………………………..15 Daftar Pustaka…...........................................................................................................16
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemakaian herbal sebagai obat-obatan tradisional telah diterima luas di negara-negara maju maupun berkembang sejak dahulu kala, bahkan dalam 20 tahun terakhir perhatian dunia terhadap obat-obatan tradisional meningkat, baik di negara yang sedang berkembang maupun negara-negara maju. World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara maju menggunakan pengobatan tradisional dan obatobat dari bahan alami (Kemenkes RI, 2007). Indonesia merupakan negara besar yang terkenal karena keanekaragamannya, salah satunya adalah keanekaragaman hayati (megabiodiversity) khususnya tumbuhan. Selain itu Indonesia juga memiliki keanekaragaman etnis yang memiliki berbagai macam pengetahuan tentang obat tradisional yang menggunakan bahan-bahan dari tumbuhan. Banyak dari jenis tumbuhan itu telah ribuan tahun digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan dokter sebagai bahan obat atau jamu tradisional untuk berbagai macam penyakit dan memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan kesehatan serta pengobatan (Mills, 1996). Di bumi ini diperkirakan terdapat 40.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar 30.000 spesies hidup di kepulauan Indonesia dan sekurangkurangnya 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 300 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional dan industri obat tradisional (Kemenkes RI, 2007). Keragaman zat kimia penyusun tumbuh-tumbuhan atau zat yang dihasilkan tumbuhan merupakan kelebihan tanaman, sehingga sebagai tanaman obat dapat menghasilkan aktivitas yang luas dan memiliki sisi positif pada tubuh karena tidak memiliki efek samping seperti halnya obatobat kimiawi (Mills, 1996). Obat-obat kimiawi seringkali dapat membahayakan kesehatan dan tidak berhubungan langsung dengan hasil pengobatan yang diharapkan (Mills, 1996). Itulah salah satu alasan Menteri Kesehatan melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.381/MENKES/SK/III /2007 menetapkan kebijakan obat tradisional nasional (Kotranas) yang antara lain bertujuan untuk mendorong pemanfaatan sumber daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan (sustainable use) untuk digunakan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Sebagai implementasi dari kebijakan tersebut Menteri Kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 003/MENKES/PER/I/2010 tentang saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan. 3
Menurut peraturan tersebut pada pasal 1 diterangkan bahwa saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan, sedangkan jamu diartikan sebagai obat tradisional Indonesia. Sementara itu obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang ada. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah Indoneisa terhadap jamu? 2. Bagaimana eksistensi jamu yang berkembang di Indoneisa? 3. Bagaimana kemajuan jamu menjadi obat yang terstandar? 4. Bagaimana kelebihan obat herbal dalam penyembuhan penyakit?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu: 1. Mengetahui jenis-jenis tanaman obat yang digunakan. 2. Mengetahui manfaat tanaman obat bagi masyarakat.
4
BAB II ISI A. Sejarah Indonesia terhadap jamu Indonesia merupakan negara tropis dengan potensi tanaman yang secara turun temurun digunakan sebagai obat tradisional. Jamu, yang merupakan obat tradisional Indonesia, telah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak berabad silam sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan, menambah kebugaran, dan merawat kecantikan. Jamu adalah sebutan orang Jawa terhadap obat hasil ramuan tumbuh-tumbuhan asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai zat tambahan. Pengertian pengobatan secara tradisional di indonesia beraneka ragam bentuknya sesuai dengan keragaman budayanya. 1. Sistem personalitik Menganggap bahwa sakit disebabkan adanya intervensi aktif dari agen. Agen tersebut adalah manusia (tukang sihir, tukang tenung) atau berupa supranatural (dewa, gangguan roh jahat, roh leluhur, dll). 2. Sistem Naturalistik Bahwa orang menjadi sehat karena adanya unsur tetap dalam tubuh, seperti cairan tubuh (humor atau dosha), berada dalam keseimbangan. 3. Pengobatan tradisional keraton Pada zaman dahulu keraton menjadi pusat pemerintah. Oleh karena itu banyak menyimpan sejarah dan budaya serta merupakan narasumber dari ilmu pengetahuan dan budaya. Dan pada saat itu dimunculkan cerdik pandai salah satunya dibidang ilmu pengetahuan temtang pengobatan yang kemudian dihimpun dan disebarkan kepada masyarakat. Pengobatan tradisional keraton banyak diwarnai pengobatan dengan jamu dan pijat. Di keraton ada ungkapan ‘Ajining raga gumantung agunging driyo’. Diri sesesorang dinilai dari penampilannya, yang dipengaruhi oleh kesehatan . Ilmu tentang pengobatan tradisional diturunkan secara terbatas kepada generasi penerusnya yang dinilai memeliki kemampuan mendalami ilmu tentang pengobatan tradisional, serta mampu melakukan laku (tirakat) yang ketat dan cukup berat disertai puji doa dan rapal. Pengobatan tradisional indonesia telah lama dimanfaatkan yang dibuktikan dengan adanya pahatan dibeberapa candi, antara lain di candi borobudur. Di candi tersebut ada berbagai lukisan tanaman obat, cara mengolah, dan memanfaatkannya. Lambang Kalpataru yang terdapat pada pahatan candi Borobudur merupakan lambang Alam Sumber Kesehatan. Hal lain terbukti dengan adanya peninggalan alat untuk membuat obat tradisional dari zaman batu dan zaman tembaga yang sampai kini masih disimpan di museum.
5
Pengobatan tradisional Indonesia menyebutkan bahwa manusia sehat jika dalam tubuhnya terdapat keseimbangan panas dan dingin. Kelebihan sifat panas atau kelebihan sifat dingin mengakibatkan tubuh menjadi tidak normal. Dalam keadaan tersebut manusia ada yang masih tahan, tetapi ada yang tidak tahan menderita perubahan keseimbangan tersebut. Bila tubuh tidak tahan tubuh akan melemah dan dinyatakan sakit. Untuk mengobati penyakit yang disebabkan kelebihan panas harus dicarikan obat yang sesuai dan bersifat dingin, yang dapat mengembalikan tubub kearah normal kembali. Jamu telah dikenal sejak zaman nenek moyang sebelum farmakologi modern masuk ke Indonesia. Oleh karenanya, banyak resep racikan jamu sudah berumur ratusan tahun dan digunakan secara turun temurun sampai saat ini. Tidak ada data yang pasti mengenai kapan pertama kali istilah "jamu" digunakan oleh orang Indonesia. Menurut ahli bahasa Jawa Kuno, istilah "jamu" berasal dari bahasa Jawa Kuno "Jampi" atau "Usodo" yang berarti penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan maupun doa-doa dan ajian-ajian. Pada abad pertengahan (15-16 M), istilah usodo jarang digunakan. Sebaliknya istilah jampi semakin popular diantara kalangan keraton. Kemudian sebutan "jamu" mulai diperkenalkan pada publik oleh "dukun" atau tabib pengobat tradisional. Pemanfaatan jamu diyakini telah berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun sejak periode kerajaan Hindu-Jawa. Relief candi Borobudur yang dibuat pada Kerajaan Hindu-Budha tahun 772 M menggambarkan kebiasaan meracik dan meminum jamu untuk memelihara kesehatan. Bukti sejarah lainnya yaitu penemuan prasasti Madhawapura dari peninggalan kerajaan Hindu-Majapahit yang menyebut adanya profesi "tukang meracik jamu" yang disebut Acaraki. Setelah mengenal budaya menulis, bukti sejarah mengenai penggunaan jamu semakin kuat yaitu dengan ditemukannya USADA lontar di Bali yang ditulis menggunakan bahasa Jawa kuno. Namun, pada masa tersebut, jamu masih digunakan oleh kalangan terbatas. Hingga akhirnya, banyak ahli botani yang mempublikasikan tulisantulisan mengenai ragam dan manfaat tanaman untuk pengobatan. Dengan demikian, jamu yang tadinya hanya merupakan milik kalangan terbatas, dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Kemudian, jamu yang dibuat oleh rumah tangga mulai berkembang menjadi industri-industri jamu pada awal tahun 1900. Demikianlah jamu menjadi sangat popular di Indonesia, Jamu tidak hanya bermanfaat untuk pengobatan (kuratif), tetapi ada juga yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Selain itu jam juga dipersiapkan untuk menyongsing tahap-tahap dalam kehidupan yang dianggappenting bagi pria maupun wanita, diantaranya haid pertama, menjelang dan hari pertama perkawinan, sehabis melahirkan sampai 40 hari, dan msa menghadapi monopouse. Perawatan kesehatan dan pengobatan penyakit sebelum membanjirnya obat modern (obat kimia) semuanya tertumpu pada jamu. Oleh karena itu, 6
ragam jamu sangat banyak dan mampu menanggulangi permasalahan kesehatan. Ramuan yang diperlukan untuk peristiwa kelahiran sampai manusia meninggal dengan gejala uba-rampe-nya tersedia. (Alam sumber kesehatan manfaat dan kegunaan hal 18) B. Eksistensi jamu yang berkembang di Indoneisa Identitas jamu sebagai budaya peninggalan budaya Hindu-Jawa diperkuat dengan relief Candi Borobudur yang menggambarkan pertolongan terhadap orang sakit, bersyukur ketika diberi kesembuhan serta proses kelahiran dibantu dukun. Relief lain menunjukkan ada 50 tetumbuhan yang membantu kesembuhan seperti nagasari, semanggen, cendana merah, jamblang, pinang, pandan, maja, cendana wangi, kecubung, dan lainnya. Kesemuanya tersebar pada dinding Candi Prambanan, Candi Penataran, Candi Sukuh, dan Candi Tegawangi. Beberapa kitab kuno juga rinci mencatat ribuan resep pengobatan. Salah satunya yang menjadi acuan dan diterbitkan berkali-kali adalah Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi Jawi. Kitab tersebut pertama kali ditulis tahun 1831 atas perintah Sri Soesoehoenan Pakoeboewana V. Lantaran cakupannya untuk keraton, maka pengantarnya menggunakan tulisan tangan beraksara dan berbahasa Jawa. Di dalamnya memuat 1.166 resep; terdiri atas 922 ramuan bahan alam dan 244 catatan rajah dan jiat atau gambar doa, rapal, dan mantra penyembuh. Kini, naskah aslinya masih tersimpan di Perpustakaan Kraton Surakarta. Pada masanya, kekayaan alam Nusantara kerap menjadi perebutan antarbangsa kolonial. Bangsa Eropa, khususnya Belanda kerap melakukan penelitian secara menyeluruh tentang berbagai tanaman bermanfaat. Mereka pun rajin mencatat, menulis jurnal ilmiah, dan membukukan hasil penelitiannya tersebut. Medio tahun 1600-1701 terbit beberapa pustaka tentang khasiat herbal. Petualang asal Portugis, Yacobus Bontius tercatat menjadi orang Eropa pertama yang membukukan khasiat herbal Nusantara dalam buku Historia Naturalist et Medica Indiae (1627). Ia juga penulis buku tumbuhan obat di Jawa yang pertama (1658). Buku yang memuat khasiat jamu secara spesifik ditulis oleh peneliti Belanda J. Kloppenburgh-Versteegh (1907) berjudul Wenken en Readvingen Betreffende het Gebruik van Indische Planten, Vruchttten, enz. Kontennya telah disertai 131 gambar berwarna tumbuhan obat penghasil jamu disertai 1.467 petunjuk mengatasi gangguan kesehatan ala Jawa. Karya masterpiece tentang jamu ditulis W.Weck (1937), yaitu Heilkunde und Volkstum auf Bali. Buku yang bersumber dari lontar Bali Kuno ini
7
memiliki perspektif berbeda dari tulisan-tulisan peneliti jamu lainnya karena menerangkan usada atau pengobatan tradisional Bali. Peristiwa yang membawa perubahan baru dalam konsep pengobatan tradisional sejatinya adalah Kongres Vereniging der Indische Geneekundigen (VIG) tahun 1940 di Surakarta, Jawa Tengah. VIG diperintahkan meneliti cara pengobatan asli masyarakat Indonesia. Namun, kinerjanya tidak berlanjut karena perang Asia Pasifik medio 1942-1945. Langkah penelitian jamu rupanya tak berhenti begitu saja. Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya tahun 1944 dibentuk Panitia Jamu pimpinan Kepala Jawatan Kesehatan Prof. Dr. Sato. Tugas mereka mengimbau para pengusaha jamu agar sukarela mendaftarkan resep ramuan mereka untuk diperiksa oleh Jawatan Kesehatan Rakyat. Langkah ini dilakukan karena pasokan obat-obatan sangat langka saat itu. Keseriusan pengembangan herbal diwujudkan dengan pendirian Lembaga Farmakoterapi (1954). Tugasnya memeriksa obat-obatan, bahan obat, meneliti bermacam-macam jamu, dan mendirikan penelitian terpadu Hortus Medicus di Tawangmangu. Regulasi UU Pokok Kesehatan Tahun 1960 juga menyebutkan jamu sebagai Obat Asli Indonesia. Sehingga bermunculan jurnal ilmiah tentang herbal serta organisasi profesi peneliti tumbuhan obat, seperti PERHIPBA (Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami) pada tahun 1978 dan Pokjanas TOI (Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia) pada tahun 1990. Barulah kemudian bermunculan organisasi serupa lainnya, seperti Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), Ikatan Ahli Farmakologi Indonesia (IKAFI), dan Asia Pacific Information Network on Medicinal Plants (APINMAP). Perundang-undangan selalu mengubah istilah, begitu pula dampaknya dalam pengistilahan jamu. Misalnya, jamu pernah disebut sebagai obat asli Indonesia (UU tentang Pokok-Pokok Kesehatan 1960 dan UU tentang Farmasi 1963), sebagai Obat Tradisionil (Permenkes No. 179/1976), dan sebagai Obat Tradisional (Permenkes No. 181/1976). Sedangkan pengembangannya dimulai dari obat untuk fitoterapi (Surat Edaran Dirjen POM Depkes No. 00106/D/I/1984). Berlanjut menjadi Fitofarmaka melalui Permenkes No. 760/1992 untuk menyejajarkan mutu jamu menjadi obat setaraf obat modern (Permenkes No. 760/1992 tentang Fitofarmaka). Jamu pun dikembangkan menjadi tiga kelompok, yakni Kelompok Obat Tradisional dengan nama popular jamu, kelompok Obat Herbal Terstandar, dan kelompok Fitofarmaka. Pada saat ini jamu perawatan pria dan wanita untuk keperluan sehari-hari yang masih populer, antara lain Sedet Saliro, Mustika Ratu meningkatkan 8
bentuk dan ramuannnya menjadi slimming Tea yang kini todak hanya disukai oleh masyarakat indonesia, tetapi juga oleh masyarakat mancanegara. Jamu perawatan wanita dan pria berguna untuk mencegah kelesuan, melancarkan peredaran darah, dan mencegah penuaan kulit. Greget Resep berguna untuk menjaga kebersihan bagian intim wanita, mencegah keputihan yang berlebihan, dan mengurangi aroma yang kurang sedap. C. Kemajuan Jamu Menjadi Obat Terstandar di Masyarakat Ramuan standar merupakan ramuan yang dikenal oleh setiap ibu rumah tangga pada zamannya dan sampai sekarang digunakan oleh penjaja jamu gendong. Untuk mencegah agar tidak punah, beberapa ramuan tersebut dicantumkan untuk dibuat sendiri sesuai dengan selera masing-masing. Dengan demikian ramuan warisan yang bermanfaat bagi kesehatan dapat dikenal dan dimanfaatkan kembali. 1. Beras Kencur Cara pembuatan: a. Beras disangrai (digoreng tanpa minyak) b. Kencur , jahe, asam, kayu manis, kunyit, cengkih dipotonng kecil-kecil kemudian direbus selama 10-15 menit. Rebusan sekali-kali seaduk. c. Rebusan ini kemudian disaring dengan kain bersih pada beningan yang masih panas tambahkan garam dan gula sesuai selera masing-masing. d. Ramuan didinginkan sampai hangat-hangat kuku, kemudian dutambahkan Beras yang sudah disangrai. e. Untuk mengeluarkan angin, ramuan ditambah biji kedawung (disangrai) dan botor masing-masing 3 buah. Kegunaan: a. Menghilangkan rasa capai dan pegal pada persendian atau otot b. Mencegah masuk angina Cara pemakaian: Diminum 1 kali sehari 1 gelas (200 ml) sebelum tidur (tanpa gula), ampas dapat digunakan untuk parem pada kaki dan tangan. Untuk menambah rasa segar dan asam, dapat ditambah jeruk nipis secukupnya. 2. Kunir Asam Cara pembuatan: a. Kunyit segar, biji pala, kayu manis dipotong kecil-kecil, kemudian direbus selama 10-15 menit sambil sekali-sekali diaduk. b. Asam ditambahkan pada rebusan yang masih panas dan diaduk sampai rata, kemudia disaring dengan kain bersih. 9
c. Pada beningan yang amsih panas ditambahkan gula aren dan garam, kemudian diaduk sampai kental. Cara pemakaian: Diminum sebelum dan selama haid 2 kali sehari 1 gelas, setiap pagi dan sore hari. Untuk mencegah perut kembung serta merawat badan agar tetap singset dan kulit tetap bersih 1xsehari 1 gelas. Kegunaan: a. Untuk menghilangkan rasa nyeri pada saat haid dan melancarkan haid b. Untuk merawat kulit agar tetap bersih dan sehat c. Untuk mengobati perut kembung. 3. Serbat Cara pembuatan: a. Jahe segar, sereh segar, adas, kapulaga, kayu manis dipotong kecil-kecil, kemudian direbus selama 10-15 menit sambil sekali-sekali diaduk. b. Rebusan ini kemudian disaring dengan kain bersih pada beningan yang masih panas tambahkan garam dan gula sesuai selera masing-masing. c. Khusus untuk pria, agar lebih hangat dapat ditambah dengan lada. Cara pemakaian: Diminum hangat-hangat pada sore hari, malah hari atau saat udara dingin. Diminum sebagai pengganti minum kopi atau teh. Kegunaan: Menghilangkan rasa dingin dan untuk menyegarkan badan. 4. Cabai Lempuyang Cara pembuatan: Dibuat infus. Karena bahan cukup banyak air diperkirakan antara 100 ml dan 150 ml tergantung selera. Cara pemakaian; Diminum 2 kali sehari 1 gelas pagi dan sore, terutama pada penderita rematik dan asma. Untuk pemulihan kesehatan sehabis sakit diminum 1 kali sehari sebelumtidur. Kegunaan: a. Untuk menghangatkan badan pada saat udara dingin bagi penderita asma b. Untuk mengurangi rasa nyeri pada penderita nyeri sendi atau nyeri otot c. Untuk memulihkan kesehatan sehabis menderita sakit berkepanjangan. 10
5. Wedang Empon-Empon Cara pembuatan: Dibuat infus. Jika diperlukan dapat ditambahkan sedikit cabai jawa dan lempuyang. Cara pemakaian: Diminum sebagai pengganti air teh. Kegunaan: Untuk memulihkan kekuatan sehabis bersalin
6. Bendo Laos Cara pembuatan: Dibuat infus. Bendo biasanya berlendir Cara pemakaian: Diminum 1 kali sehari Kegunaan: Sebagai minuman kesehatan
7. Gadong Cerebo Cara pembuatan: Dibuat infus. Jika perlu ditambah dengan belerang sedikit. Cara pemakaian: Diminum 1-2 kali sehari. Diulang sampai sembuh. Kegunaan: a. Mengatasi ngeres linu (pegel linu) b. Mengatasi gatal-gatal c. Mengatasi kembung 8. Sariawan Ramuan: a. Daun saga manis ½ genggam b. Daun sirih 3 helai c. Air secukupnya Cara pembuatan: Dibuat infus Cara pemakaian: Beningan untuk kumur-kumur dan diminum
9. Endok-Endok Cacing Cara pembuatan: Dipipis Cara pemakaian : Sehari 1 kali pagi hari. Cara pemakaiannya aslinya dengan dicekokkan pada anak yang sakit. Jamu dibungkus kain kemudian dimasukkan ke dalam mulut anak. Jika anak tidak meronta, jamu diperas sedikit demi sedikit. Jika
11
anka meronta, cekokan tadi akan tergigit oleh anak tersebut dan cairannya akan keluar dengan sendirinya. Kegunaan: Untuk mengobati cacingan. Bentuk cekokan aslinya digunakan untuk ramuan menambah nafsu makan yang terdiri atas temu hitam, daun pepaya, dan tempe busuk. 10. Sakit Batuk Ramuan; a. Kencur 3 jari b. Adas ½ sendok c. Jintan ½ sendok d. Air secukupnya Cara pembuatan: Dipipis dan disaring. Jika perlu ditambahkan jeruk nipis dan garam sedikit Cara pemakaian: Dewasa 2 kali sehari, ¼ cangkir. Anak-anak 2 kali sehari 1 sendok teh makan tergantung usia. 11. Sakit Perut Ramuan : a. Kunyit 3 jari (diambul empunya) b. Kapur sirih sedikit c. Air secukupnya Cara pembuatan: Dipipis dan disaring Cara pemakaian: dewasa 2 kali sehari 1 ramuan. Anak anak dua kali sehari 1 sendok teh sampai 1 sendok makan
12. Diare Ramuan : a. Kunyit 3 jari (diambul empunya) b. Bangle ½ jari c. Daun jambu biji 3 helai d. Garam sedikit e. Air secukupnya Cara pembuatan: Dipipis dan disaring Cara pemakaian: Dewasa 2 kali sehari ¼ cangkir 13. Kurang Nafsu Makan Ramuan: 12
a. b. c. d.
Temu hitam 2 jari Daun pepaya ½ helai Mungsi ½ sendok teh Air secukupnya
Cara pembuatan: Dipipis dan disaring Cara pemakaian: Dewasa 1 kali sehari ¼ cangkir. Anak-anak 1 kali sehari 12 sendok makan 14. Demam Pada Anak-Anak Ramuan: a. b. c. d.
Jeruk nipis 1 buah Bawang merah 3 buah Minyak kelapa 1 sendok makan Garam sedikit
Cara pembuatan: Jeruk nipis diperas airnya, bawang merah diparut dengan parutan yang dilapisi dengandaun pisang. Perasan jeruk nipis, parutan bawang merah, dan garam dicampur dengan minyak kelapa ayau minyak sayur. Cara pemakaian: Dikompresikan pada ubun-ubun dan kaki 15. Perawatan Kesehatan Ramuan: a. b. c. d. e. f. g.
Temu lawak 3 jari Jahe 1 jari Kunyit 1 jari Daun kaki kuda ½ genggam Cabai 3 buah Lempuyang 1 jari Air matang secukupnya
Cara pembuatan: Dipipis dan disaring Cara pemakaian: Satu kali sehari ¼ cangkir 16. Penyubur Rambut Ramuan: Daun lidah buaya secukupnya Cara pembuatan: Daun lidah buaya dibelah, diambil bagian dalam yang bentuknya seperti agar-agar 13
Cara pemakaian: Pengobatan dilakukan sehari sekali, sesudah mandi sore. Bagian dalam dari daun digosokkan ke kepal, sambil dipijit-pijit. Jika sudah selesai. Rambut kemudian diselimuti dengan handuk. Keesokan harinya rambut dikeramasi. D. Kelebihan Obat Herbal dalam Penyembuhan Penyakit 1. Tidak Menimbulkan Efek Samping Obat herbal benar-benar merupakan produk alami yang telah tersedia di alam. Pengolahan obat ini pun dilakukan secara alami, bahkan tradisional, tanpa pencampuran bahan kimia atau sintetis. Oleh sebab itulah, dapat dipastikan bahwa obat-obatan herbal sama sekali tidak memiliki efek samping sehingga sangat aman digunakan. 2. Bebas Racun Obat-obatan kimia atau obat farmasi merupakan racun sehingga tidak boleh dikonsumsi secara sembarang. Namun, ada yang berbeda dari obat herbal. Yaitu, bebas racun. Dengan demikian, obat herbal sangat aman dikonsumsi oleh siapa pun. Bahkan, obat herbal dapat dijadikan sebagai peluruh racun di dalam tubuh atau detoksifikasi. 3. Menghilangkan Akar Penyakit Umumnya, obat-obatan kimia hanya bekerja untuk menyembuhkan gejala penyakit. Namun, tidak demikian dengan obat-obatan herbal. Selain menyembuhkan gejala penyakitnya, obat-obatan herbal bekerja hingga menghilangkan akar penyakitnya. Cara kerja yang berbeda ini disebabkan efek obat herbal yang bersifat menyeluruh (holistik). Akhirnya, pengobatan tidak hanya terfokus pada penghilangan penyakit, tetapi juga pada peningkatan sistem kekebalan tubuh sebagai cara untuk melawan penyakit 4. Mengandung Banyak Khasiat Misalnya, jintan hitam atau yang lebih terkenal dengan sebutan habbatussauda yang dapat menyembuhkan asam urat, migren, diabetes, hepatitis, bahkan kanker. Contoh lain, bawang putih yang bersifat antivirus serta mampu menguatkan jantung dan menurunkan kolesterol.
14
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Jamu merupakan sebutan yang berasal dari Jawa terhadap obat hasil ramuan tumbuh-tumbuhan asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai zat tambahan. Jamu dikembangkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok obat tradisional dengan nama yang sering dikenal yaitu jamu, kelompok Obat Herbal Terstandar, dan kelompok Fitofarmaka. Jamu memiliki beberapa elebihan diantaranya tidak menimbulkan efek samping, bebas racun, menghilangkan akar penyakit, dan mengandung banyak khasiat. B. SARAN 1. Untuk masyarakat dapat memanfaatkan tanaman obat yang dapat menjadikan pengobatan tradisional menjadi jamu sebagai obat alternatif yang dapat digunakan oleh keluarga. 2. Untuk masyarakat sebelum menggunakan tanaman sebagai obat harus mengetahui efek samping yang dimiliki oleh tumbuhan yang akan digunakan. 3. Melestarikan dan membudidayakan tanaman obat di Indonesia.
15
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan . Balai Pustaka. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.381/MENKES/SK/III/2007 Mills, Simon.,1996.Pengobatan Alternatif (Alternative in healing). Dialihkan bahasa oleh P. Boentaran. Jakarta : Dian Rakyat.
16