Makalah Kelompok 5 - Audit Siklus Penjualan Dan Penagihan.docx

  • Uploaded by: Adik Duwi Rahayu
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kelompok 5 - Audit Siklus Penjualan Dan Penagihan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,394
  • Pages: 27
AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengauditan 2 yang diampu oleh Ibu Dr. Rozmita Dewi, S.Pd., M.Si.

oleh: Adik Duwi Rahayu

1607816

Daffa Putera Ardiwijaya

1607506

Frisca Amalia Octavianti

1601705

Krismanti Riskandyani

1607911

Mahesa Dicky T S

1605931

Mahira Husna

1606491

Primaderi Ikmi H

1607431

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KOTA BANDUNG 2019

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Audit Siklus Penjualan dan Penagihan”. Penulis berharap dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai Audit Siklus Penjualan dan Penagihan lebih dalam. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi mencapai suatu karya yang lebih baik.

Bandung, Februari 2019

Penulis

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4 A. Latar Belakang.................................................................................................4 B. Rumusan Masalah............................................................................................4 C. Tujuan..............................................................................................................4 D. Manfaat............................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6 A. Pengertian Audit............................................................................................6 B. Pengertian Siklus Penjualan dan Penagihan.................................................6 C. Tujuan Audit Siklus Penjualan......................................................................7 D. Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Penjualan serta Penagihan............7 E. Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan Terkait.................8 F. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Atas Transaksi Penjualan..................................................................14 G. Retur dan Pengurangan Penjualan..............................................................21 H. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi Penerimaan Kas........................................................22 I.

Pengujian Audit untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih...........................23

J. Pengendalian Internal Tambahan Atas Saldo Akun dan Penyajian serta Pengungkapan....................................................................................................24 K. Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi.............................................................................................................24 BAB III PENUTUP...............................................................................................26 A. Kesimpulan.................................................................................................26 B. Saran............................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28

4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus audit merupakan suatu proses sistematis, yang terdiri dari langkahlangkah yang berurutan termsuk evaluasi internal accounting control dan tes terhadap substansi transaksi-transaksi dan saldo sistem akuntansi, mencakup pengendalian intern yang diperlukan dan menghasilkan data yang tercantum dalam laporan keuangan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. 2.

Bagaimana fungsi bisnis dalam siklus dan dokumen serta catatan terkait? Apa saja akun dan kelas transaksi dalam siklus penjualan serta

3.

penagihan? Bagaimana proses pengujian audit untuk menghapus piutang tak tertagih?

C. Tujuan Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut : 1.

Untuk mengetahui bagaimana fungsi bisnis dalam siklus dn dokumen serta

2.

catatan terkait. Untuk mengetahui apa saja akun dan kelas transaksi dala siklus penjualan

3.

serta penagihan. Untuk mengetahui bagaimana proses pengujian audit untuk menghapus piutang tak tertagih.

5

D. Manfaat Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat yaitu: 1.

Bagi penulis a. Agar penulis dapat menambah ilmu mengenai penelitian sederhana. b. Agar penulis dapat memperluas wawasan baik secara teoretis maupun c.

2.

fakta-fakta yang berhubungan. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan

menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis. Bagi pembaca a. Agar pembaca mengetahui lebih dalam mngenai siklus audit khususnya b.

siklus audit penjulan. Agar pembaca dapat menggali lebih lanjut bagaimana prosedur dalam siklus audit penjualan.

6

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Audit Menurut Arens dan Loebbecke, auditing diartikan sebagai proses pengumpulan dan evaluasi bukti informasi yang dapat diukur pada suatu entitas ekonomi yang membuat kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan informasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh independen dan kompeten. Sedangkan menurut Menurut Mulyadi, auditing adalah proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif atas tuduhan kegiatan ekonomi dan kegiatan dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara laporan dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil kepada pengguna yang bersangkutan. Jadi, kesimpulannya audit adalah suatu proses sistematis yang dilakukan oleh

orang

yang

independen

dan

kompeten,

untuk

memperoleh,

mengumpulkan, dan mengevaluasi bukti informasi dan menentukan tingkat kesesuaiannya dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta dilakukan penyampaian hasil kepada pengguna yang bersangkutan. B. Pengertian Siklus Penjualan dan Penagihan Siklus penjualan dan penagihan (sales and collection cycle) adalah siklus yang melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas. C. Tujuan Audit Siklus Penjualan Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah

7

disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang diterima umum. D. Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Penjualan serta Penagihan

Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai akun dalam siklus penjualan dan penagihan. Gambar tersebut menunjukkan bahwa lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan antara lain : 1. Penjualan (penjualan tunai dan kredit) 2. Penerimaan kas 3. Retur dan pengurangan penjualan 4. Penghapusan piutang tak tertagih 5. Estimasi beban piutang tak tertagih Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap

transaksi

dan

jumlah

yang

dihasilkan

pada

akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk piutang tak tertagih. Untuk mudahnya, kita mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun penjualan kredit.

8

E. Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan Terkait Kelas Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen Dan Catatan Penjualan Penjualan Pemroses pesanan Pesanan pelanggan Piutang usaha

pelanggan

Pesanan penjualan

Pemberian kredit

Pesanan pelanggan atau pesanan penjualan

Pengiriman barang

Dokumen pengiriman

Penagihan

Faktur penjualan

pelanggan dan

File transaksi penjualan

pencatatan

Jurnal penjualan atau listing

penjualan

File induk piutang usaha Neraca saldo piutang usaha

Penerimaan Kas

Kas di bank (debet

Pemrosesan dan

Laporan bulanan Remittance advice

dari penerimaan

pencatatan

Prelisting penerimaan kas

kas)

penerimaan kas

File transaksi penerimaan

Piutang usaha

kas Jurnal penerimaan kas atau

Retur dan

Retur dan

Pemrosesan dan

listing Memo kredit

pengurangan

pengurangan

pencatatan retur

Jurnal retur dan

penjualan

penjualan

dan pengurangan

pengurangan penjualan

Penghapusan

Piutang usaha Piutang usaha

penjualan Penghapusan

Formulir otorisasi piutang

piutang tak tertagih

Penyisihan untuk

piutang usaha tak

tak tertagih

Beban Piutang tak

piutang tak tertagih Beban piutang tak

tertagih Penyediaan piutang

Jurnal umum Jurnal umum

Tertagih

tertagih

tak tertagih

Penyisihan untuk piutang tak tertagih

9

Terdapat delapan fungsi bisnis yang selalu terjadi pada setiap perusahaan ketika mencatat lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan. Sebelum dapat menilai risiko pengendalian dan merancang pengujian pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham fungsi bisnis dan dokumen serta catatan suatu perusahaan. 1. Pemrosesan pesanan pelanggan Siklus akan diawali dengan permintaan pelanggan atas barang. Secara legal, siklus tersebut merupakan penawaran untuk membeli barang dengan syarat tertentu. Penerimaan pesanan pelanggan sering kali diikuti dengan pembuatan pesanan penjualan. Dokumen yang dibutuhkan dalam pemrosesan pesanan pelanggan adalah sebagai berikut: a. Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan. b. Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan. 2. Pemberian kredit Sebelum barang dikirim, orang yang berwenang harus menyetujui kredit bagi pelanggan yang akan melakukan penjualan secara kredit. Praktik pemberian kredit ini perlu diperhatikan karena jika praktik pemberian persetujuan kredit ini lemah sering kali akan menghasilkan piutang raguragu yang berlebihan dan piutang usaha yang mungkin saja tidak dapat ditagih. Dokumen yang diperlukan untuk menjalankan fungsi ini adalah pesanan pelanggan atau pesanan penjualan. 3. Pengiriman barang Pengiriman barang merupakan titik awal siklus di mana perusahaan akan menyerahkan aktiva. Sebagian besar perusahaan mengakui penjualan ketika barang telah dikirim. Dokumen yang diperlukan untuk menjalankan fungsi ini adalah dokumen pengiriman. Dokumen pengiriman dibuat pada waktu

pengiriman

untuk

mengawali

10

pengiriman

barang,

yang

menunjukkan deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang relevan lainnya. Dokumen pengiriman sering kali adalah Salinan bill of lading (kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang antara pembawa dan penjual. Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika barang telahdikirimkan , dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang terkait serta ayat jurnal dalam jurnal penjualan). 4. Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan merupakan cara untuk memberi informasi kepada pelanggan mengenai jumlah yang akan ditagih atas barang yang dibelinya, penagihan pelanggan harus dilakukan dengan benar dan atas dasar tepat waktu. Aspek paling penting dari penagihan yaitu : a. Semua pengiriman telah ditagih (kelengkapan = completeness) b. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali (keterjadian = occurrence) c. Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat (keakuratan = accuracy) Dalam sebagian besar system, penagihan pelanggan mencakup menyiapkan beberapa Salinan faktur penjualan dan memperbaharui secara simultan file transaksi penjualan, file induk piutang usaha, dan file induk buku besar umum untuk penjualan serta piutang usaha. Informasi ini akan digunakan untuk membuat jurnal penjualan dan, Bersama dengan penerimaan kas serta kredit ruparupa, memungkinkan dibuatnya nerca saldo piutang usaha. Penjelasan dokumendokumen tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.

11

b. File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan semua transaksi penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu periode, seperti sehari, seminggu, atau sebulan. c. Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan yang cantumkan biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal, jumlah dan klasifikasi bagi setiap transaksi seperti divisi atau lini produk. d. File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat penjualan individual , penerimaan kas , serta retur dan penguragan penjualan bagi setiap pelanggandan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan. e. Neraca saldo piutang usaha yaitu daftar atau laporan yang menunjukkan jumlah piutang dari setiap pelanggan pada suatu titik waktu. f. Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang usahanya. 5. Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas meliputi penerimaan, penyetoran, dan pencatatan kas, yang mencakup uang tunai, cek, dan transfer dana elektronik. Di sini hal yang paling penting adalah kemungkinan terjadinya pencurian. Pencurian dapat terjadi sebelum penerimaan dicatat atau setelah pencatatan dilakukan. Jadi, semua penerimaan kas harus disetorkan atau didepositokan ke bank dengan jumlah yang benar secara tepat waktu dan dicatat dalam file transaksi penerimaan kas. File ini kemudian digunakan unutk membuat jurnal penerimaan kas dan memperbaharui file induk piutang usaha dan buku besar umum. Berikut penjelasan dokumen-dokumen tersebut: a. Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas

12

b. Prelisting penerimaan kas yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, kas dan yang tidak memiliki akses ke catatan akuntansi. c. File transaksi penerimaan kas yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan semua transaksi penerimaan kas yang diproses oleh sistem akuntansi selama suatu periode. d. Jurnal penerimaan kas atau listing yaitu listing atau laporan yang berasal dari file transaksi penerimaan kas dan mencantumkan semua transaksi selama suatu periode waktu. 6. Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurangan penjualan Proses ini terjadi apabila seorang pelanggan merasa tidak puas dengan barang yang dibelinya, sering kali penjual menerima retur barang atau memberikan pengurangan harga. Perusahaan akan menyiapkan laporan penerimaan atas barang yang diretur dan mengembalikannya ke Gudang. Retur dan pengurangan penjualan dicatat dalam file transaksi retur penjualan dan pengurangan, serta file induk piutang usaha. Memo kredit digunakan untuk membantu menyelenggarakan pengendalian dan untuk memfasilitasi pencatatan. Berikut dokumen yang digunakan untuk menjalankan fungsi ini: a. Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga. b. Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat retur dan pengurangan penjualan. 7. Penghapusan piutang usaha tak tertagih Setelah menyimpulkan bahwa suatu jumlah tertentu tidak dapat ditagih, perusahaan harus menghapusnya. Biasanya, hal ini terjadi setelah pelanggan

mengajukan

kebangkrutan

atau

penagihan

piutangnya

diserahkan kepada agen penagihan. Dokumen yang diperlukan adalah formulir otorisasi piutang tak tertagih, yaitu dokumen yang digunakan

13

dalam lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha sebagai tak tertagih. 8. Penyediaan piutang tak tertagih Karena perusahaan diperkirakan tidak dapat menagih 100% penjualannya, maka prinsip-prinsip akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat beban piutang tak tertagih sebesar jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih. F. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Atas Transaksi Penjualan Gambar di bawah mengilustrasikan metodologi untuk memahami pengendalian internal dan merancang pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi penjualan.

*Luas pengujian pengendalian ditentukan oleh ketergantungan yang direncanakan pada pengendalian. Bagi perusahaan publik, pengujian harus mencukupi untuk menerbitkan opini tentang pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. 1. Memahami Pengendalian Internal-Penjualan Dengan menggunakan salah satu pendekatan umum untuk penjualan, auditor mempelajari bagan arus klien, menyiapkan kuesioner tentang pengendalian internal dan melaksanakan pengujian penjualan walkthrough.

14

2. Menilai Risiko Pengendalian yang Direncanakan-Penjualan Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal untuk menilai risiko pengendalian, terdapat empat langkah yang penting dalam penilaian ini, yaitu: a. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai risiko pengendalian b. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal utama dan kelemahannya bagi penjualan c. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor mengaitkannya dengan tujuan d. Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan Selanjutnya menguji aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan. Pengetahuan mengenai aktivitas pengendalian tersebut sangat membantu dalam mengidentifikasi pengendalian kunci beserta kelemahannya bagi penjualan. Pengendalian kunci terdiri dari: a. Pemisahan tugas yang memadai b. Otorisasi yang tepat c. Dokumen dan catatan yang memadai d. Dokumen yang telah dipranomori e. Laporan bulanan f. Prosedur verifikasi internal 3. Menenetukan Luas Pengujian Pengendalian Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal utama dan kelemahannya, mereka mulai menilai risiko pengendalian. Untuk audit perusahaan publik, auditor harus melaksanakan pengujian yang ekstensif atas pengendalian kunci dan mengevaluasi dampak kelemahannya terhadap laporan auditor mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Luas pengujian pengendalian

15

dalam audit perusahaan nonpublik tergantung pada keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian tersebut dapat diandalkan untuk mengurangi risiko pengendalian. 4. Merancang Pengujian Pengendalian Untuk Penjualan Untuk setiap pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian pengendalian

harus

dirancang

untuk

memverifikasi

keefektifannya. Dalam sebagian besar audit, relatif mudah menentukan sifat pengujian pengendalian dari sifat pengendalian tersebut. Sebagai contoh, jika pengendalian internal adalah untuk menandatangani pesanan pelanggan setelah kreditnya disetujui, pengujian pengendalian adalah untuk memeriksa apakah pesanan pelanggan telah ditandatangani dengan benar. 5. Merancang Pengujian Substantif atas Transaksi Penjualan Dalam memutuskan pengujian substantif atas transasksi, auditor sering kali menggunakan beberapa prosedur bagi setiap audit tanpa memandang situasinya, sementara yang lainnya tergantung pada kelayakan pengendalian dan hasil pengujian pengendalian. Prosedur audit pengujian substantif atas transaksi yang hanya dilakukan jika ada situasi tertentu yang memerlukan perhatian audit khususm seperti jika ada defisiensi atau kelemahan pengendalian internal. a. Mencatat Penjualan Yang Terjadi Pengujian substantif atas transaksi yang sesuai untuk menguji tujuan keterjadian tergantung apakah auditor yakin bahwa salah saji mungkin akah terjadi. Banyak auditor yang akan melakukan pengujian substantif atas transaksi untuk tujuan keterjadian hanya jika mereka yakin bahwa ada defisiensi pengendalian. Untuk tujuan ini, auditor memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin terjadi, yaitu:

16

1) Penjualan

dimasukkan

ke

dalam

jurnal

sementara

pengiriman tidak pernah dilakukan 2) Penjualan dicatat lebih dari satu kali 3) Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan Pendekatan efektif lainnya untuk mendeteksi ketiga jenis salah saji transaksi penjualan adalah dengan menelusuri kredit dalam file induk piutang usaha ke sumbernya. Jika piutang telah benar-benar ditagih secara tunai atau barang dikembalikan, penjualan sudah pasti terjadi sebelumnya. Jika kredit adalah untuk penghapusan piutang tak tertagih atau memo kredit, atau jika piutang masih belum dibayar pada saat audit, hal ini dapat mengindikasikan bahwa transaksi penjualan dicatat dengan tidak tepat. SAS

99

menunjukkan

bahwa

biasanya

auditor

harus

mengidentifikasi pengakuan pendapatan yang tidak layak sebagai risiko kecurangan. Namun, pengujian substantif atas transaksi untuk pengakuan pendapatan yang tidak layak hanya akan diperlalukan jika auditor merasa khawatir dengan kecurangan yang diakibatkan oelh pengendalian yang tidak memadai. b. Transaksi Penjualan Yang Ada Telah Dicatat Dalam banyak audit, tidak ada pengujian substantif atas transaksi yang dilakukan untuk tujuan kelengkapan menyangkut lebih saji aktiva dan laba mendapat perhatian yang lebih besar dalam audit transaksi penjualan daripada yang menyangkut kurang saji. Jika pengendaliannya tidak memadai, maka jika klien tidak melakukan penelusuran internal yang independen dari dokumen pengiriman ke jurnal penjualan, pengujian substantif mungkin akan diperlukan.

17

Untuk menguji pengiriman yang belum ditagih, auditor dapat menelusuri dokumen pengiriman tertentu dari fie yang ada di departemen pengiriman ke salinan faktur penjualan dan jurnal penjualan yang terkait. c. Arah Pengujian Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dari dokumen sumber ke jurnal dan memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian yang pertama adalah untuk transaksi yang dihilangkan (tujuan kelengkapan) dan pengujian yang kedua adalah untuk transaksi yang tidak ada (tujuan keterjadian). Untuk menguji tujuan keterjadian, auditor dapat mengawalinya dengan memilih sampel nomor faktur dari jurnal dan memvouchingnya ke salinan faktur penjualan, dokumen pengiriman, dan pesanan pelanggan. Sedangkan untuk menguji tujuan kelengkapan, auditor memulai dengan memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusurinya ke salinan faktur penjualan serta jurnal penjualan sebagai pengujian penghilangan. d. Penjualan Dicatat Dengan Akurat Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal-hal berikut: 1) Mengirimkan jumlah barang yang dipesan 2) Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim 3) Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi Auditor melakukan pengujian substantif atas transaksi pada setiap audit untuk memastikan bahwa masing-masing dari ketiga aspek keakuratan tersebut telah dilakukan dengan benar dengan menghitung

18

kembali informasi dalam catatan akuntansi dan membandingkan informasi pada dokumen yang berbeda. Secara umum, auditor membandingkan harga pada salinan faktur penjualan dengan daftar harga

yang

disetujui,

menghitung

kembali

perkalian

serta

penjumlahan atau footing, dan membandingkan rincian pada faktur dengan catatan pengiriman menyangkut deskripsi, kuantitas, serta identifikasi pelanggan. Sering kali, auditor juga memeriksa pesanan pelanggan dan pesanan penjualan untuk informasi yang sama. e. Transaksi Penjualan Dimasukkan Dengan Benar Dalam File Induk dan Diikhtisarkan dengan Benar Pencatuman semua transaksi penjualan dengan benar ke dalam file induk piutang usaha merupakan hal yang penting karena keakuratan catatan tersebut akan mempengaruhi kemampuan klien untuk menagih piutang yang beredar. Dengan demikian, jurnal penjualan harus dijumlahkan dan diposting dengan benar ke buku besar umum agar laporan keuangan menjadi tepat. Sebagian besar

penugasan, auditor melakukan beberapa uji

keakuratan klerikal, seperti memfooting jurnal dan menelusuri total serta rinciannya ke buku besar umum dan file induk untuk mengecek apakah ada kesalahan atau kecurangan ketika memroses transaksi penjualan. f. Penjualan yang Dicatat Diklasifikasikan Dengan Benar Meskipun hal ini tidak begitu mengganggu dalam penjualan daripada beberapa siklus transaksi lainnya, auditor masih harus memperhatikan apakah transaksi telah dibebankan ke akun buku besar umum yang benar. Dalam kasus penjualan tunai dan kredit, karyawan perusahaan tidak boleh mendebet piutang usaha untuk penjualan tunai atau mengkredit penjualan untuk penagihan piutang. Karyawan perusahaan juga tidak boleh mengklasifikasikan penjualan aktiva operasi, seperti bangunan sebagai penjualan.

19

Auditor sering kali menguji klasifikasi penjualan yang tepat sebagai bagian dari pengujian keakuratan. Mereka memeriksa dokumen pendukung untuk menentukan klasifikasi yang tepat atas transaksi tertentu dan membandingkannya dengan akun aktual dimana hal itu akan dibebankan. g. Penjualan Dicatat Pada Tanggal yang Benar Penjualan harus ditagih dan dicatat segera setalah pengiriman dilakukan untuk mencegah penghilangan transaksi yang tidak disengaja dari catatan dan untuk memastikan bahwa penjualan telah dicatat pada periode yang tepat. Transaksi yang dicatat secara tepat waktu juga kecil kemungkinannya mengandung salah saji. Dalam mengkonversi program audit format perancangan (design format audit program) menjadi program audit format kinerja (performance format audit program), prosedur itu akan digabungkan. Ini akan mencapai hal-hal berikut: 1) Mengeliminasi prosedur duplikat 2) Memastikan bahwa ketika dokumen tertentu diperiksa, semua prosedur yang akan dilakukan terhadap dokumen tersebut telah dilakukan pada saat itu 3) Memungkinkan auditor untuk melakukan prosedur dengan cara

yang

paling

efektif.

Sebagai

contoh,

dengan

memfooting jurnal dan mereview jurnal untuk pos-pos tidak biasa terlebih dahulu, auditor akan memperoleh perspektif yang lebih baik dalam melakukan pengujian yang terinci. G. Retur dan Pengurangan Penjualan Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien untuk mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti memroses memo kredit yang telah digambarkan bagi penjualan, dengan

20

dua perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah materialitas. Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat mengabaikannya. Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan keterjadian. Untuk retur dan pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi yang tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi oleh retur dan pengurangan penjualan fiktif. Walaupun auditor lebih menekankan tujuan keterjadian untuk transaksi retur dan pengurangan penjualan, tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji saldo akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir tahun. H. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi Penerimaan Kas Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas seperti yang digunakan untuk penjualan. Prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas. Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut ini: 1. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit 2. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk mendukung pengurangan risiko pengendalian 3. Merancang pengujian substantif atas transaksi untuk menguji salah saji moneter bagi setiap tujuan Bagian penting dari tanggung jawab auditor ketika mengaudit penerimaan kas adalah mengidentifikasi defisiensi pengendalian internal yang

meningkatkan

kemungkinan

21

terjadinya

kecurangan.

Jenis

penggelapan kas yang paling sulit dideteksi oleh auditor adalah ketika hal tersebut terjadi sebelum kas dicatat di jurnal penerimaan kas atau listing kas lainnya. Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas (proof of cash receipt). Lapping piutang usaha (lapping of account receivable) adalah penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan oleh seseorang yang menangani penerimaan kas dan kemudian memasukkannya ke dalam sistem komputer. Hal ini dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas dan kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan kas ke dalam sistem. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah, dan tanggal yang ditunjukkan pada remittance advice dengan ayat jurnal penerimaan kas dan salinan slip setoran terkait. I. Pengujian Audit untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih Kekhawatiran utama auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih adalah kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang usaha yang sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keterjadian). Pengendalian yang penting untuk mencegah kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang tak tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yag ditunjuk hanya setelah melalui penyelidikan menyeluruh mengenai alasan pelanggan tidak mampu membayar. Verifikasi atas penghapusan piutang hanya memerlukan waktu yang relative singkat, yaitu auditor hanya memeriksa persetujuan oleh orang yang tepat. Menyangkut sampel piutang yang dihapus, biasanya

22

auditor juga harus memeriksa korespondensi dalam file klien yang menyatakan ketidaktertagihannya. J. Pengendalian Internal Tambahan Atas Saldo Akun dan Penyajian serta Pengungkapan Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun dan penyajian serta pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substantif atas transaksi. Untuk siklus penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan besar akan mempengaruhi tujuan yang terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak serta kewajiban dan empat tujuan penyajian serta pengungkapan. Nilai yang dapat direalisasi adalah tujuan audit yang terkait dengan saldo yang penting bagi piutang usaha karena kolektibilitas piutang sering kali merupakan pos laporan keuangan yang penting. Biasanya auditor menetapkan risiko yang melekat tinggi untuk tujuan nilai realisasi. Idealnya,

klien

harus

menetapkan

beberapa

pengendalian

untuk

mengurangi kemungkinan piutang tak tertagih. Berikut dua pengendalian lainnya yaitu: 1. Penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodik untuk review dan tindak lanjut oleh personil manajemen yang tepat 2. Kebijakan menghapus piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin lagi untuk ditagih Hak dan kewajiban serta penyajian dan pengungkapan hamper bukan merupakan masalah yang signifikan bagi piutang usaha. Karena itu, personil akuntansi yang kompeten biasanya sudah merupakan pengendalian yang cukup bagi tujuan audit tersebut. K. Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap

23

pengujian substantif atas rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak tertagih. Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, auditor harus menganalisis setiap pengecualian, baik dalam audit perusahaan publik maupun nonpublik, untuk menentukan penyebab dan implikasi dari pengecualian tersebut terhadap penialaian risiko pengendalian, yang mungkin juga mempengaruhi risiko deteksi yang didukung dan pengujian substantif terkait yang tersisa. Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah terhadap konfirmasi piutang usaha. Jenis konfirmasi, ukuran sampel, dan penetapan waktu pengujian semuanya juga terpengaruh atas pengujian ini.

24

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perancangan pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan, termasuk penjualan, penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang usaha tak tertagih, serta beban piutang tak tertagih. Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi dan mencakup langkah – langkah berikut : ·

Memahami pengendalian internal

·

Menilai resiko pengendalian yang direncanakan

·

Menentukanluas pengujian pengendalian

·

Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.

Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi, auditor berfokus pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan sebagai senjata untuk mengurangi resiko pengendalian. Pertama, auditor mengidentifikasi pengendalan internal, jika ada, untuk setiap tujuan, auditor kemudian menentukan luas pengujian pengendalian yang harus dilakukan. Auditor juga merancang pengujian substansif atas transaksi bagi setiap kelas transaksi untuk menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah dicatat dengan benar. Seperti pengujian pengendalian, pengujian substansif, atas transaksi juga dirancang untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Setelah perancangan pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transkasi bagi

25

setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai, auditor mengorganisasikan prosedur audit ke dalam program audit format kerja.

B. Saran 1. Bagi Pembaca Semoga karya penulis dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat menambah wawasan pembaca. Pembaca disarankan untuk membaca referensi lain untuk menyempurnakan materi terkait. 2. Bagi Penulis Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang karya tulis ini dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

26

DAFTAR PUSTAKA Aris Kurniawan. 2019. 7 Pengertian Audit Menurut Para Ahli Beserta Jenisnya di https://www.gurupendidikan.co.id/7-pengertian-audit-menurut-para-ahli beserta-jenisnya/ (diakses 10 Februari 2019) Anonim.

2017.

Audit

Siklus

Penjualan

Dan

Penagihan:

Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif http://yuukbelajarbersama.blogspot.com/2017/03/audit-siklus dan-penagihan.html (diakses 10 Februari 2019)

27

Transaksi di penjualan-

Related Documents


More Documents from "Adi Satia Darmawan"