Makalah Kelompok 4.docx

  • Uploaded by: Risaatriyani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kelompok 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,456
  • Pages: 16
MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA “Standar Minimal Penyediaan Air Bersih di Daerah Bencana”

OLEH : KELOMPOK IV: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

ANGRY YUSTIANI ADI NINGSIH RIZKI INDAH SARY RESTU ANINDITYA THAYEB FAUZIAH MEUTIA SALSABILA LILIAN FEBRIANTI HASRAWATI KADEK ARYA DWI PRATIWI RESKI AMALIA DARLIN AMALYA FEBRIANI

: J1A1 16 342 : J1A1 16 332 : J1A1 16 348 : J1A1 16 293 : J1A1 16 286 : J1A1 16 307 : J1A1 16 346 : J1A1 16 326 : J1A1 16 343

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat. Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “STANDAR MINIMAL PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH BENCANA” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Jumakil, S.KM., M.P.H., selaku dosen mata kuliah Manajemen Bencana yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Kendari, Desember 2017 Kelompok 4

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan 2 II. PEMBAHASAN A. Pengertian Air Bersih 3 B. Sumber Air Bersih 4 C. Sistem Penyediaan Air Bersih 5 D. Standar Minimal Pengadaan Air Bersih di Daerah Bencana 6 E. Kegiatan yang Dilakukan Dalam Pelayanan Air Bersih pada Fase Bencana 9 F. Pedoman BNPB Mengenai Bantuan Air Bersih pada Keadaan Darurat Bencana 10 III. PENUTUP A. Kesimpulan 12 B. Saran 12 DAFTAR PUSTAKA

13

iii

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bencana Alam adalah kejadian yang tentu jasa tidak kita kehendaki untuk terjadi, namun kejadian ini dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, sebagai contoh kejadian Gunung meletus yang melanda bali. Selain menimbulkan korban jiwa , rusaknya berbagai infrastruktur, bencana juga menghasilkan Pengungsi sebagai calon korban kedua, hal ini disebabkan karena dalam keadaan bencana akses terhadap unsur unsur penopang kehidupan (makanan, air bersih) sangatlah terbatas bahkan hilang sama sekali, selain itu keadaan lingkungan sanitasi yang buruk dan serba terbatas juga merupakan ancaman bagi kelangsungan kelangsungan hidup karena dapat menimbulkan berbagai penyakit. Pada tahap awal dari suatu bencana orang yang terkena bencana pada umumnya lebih mudah menjadi sakit dan meninggal, karena penyakit pada umumnya berhubungan dengan sanitasi yang tidak memadai, kekurangan penyediaan air, dan buruknya kebersihan. Penyakitpenyakit yang paling banyak terjadi adalah penyakit yang ditularkan melaui tinja kemulut seperti penyakit diare, dan penyakit yang disebabkan oleh vektor (hama pembawa penyakit) yang berhubungan dengan sampah dan air. Sasaran utama kegiatan Penyediaan air bersih dan sanitasi pada keadaan bencana adalah untuk mengurangi penularan penyakit-penyakit tinja ke mulut dan mengurangi penjangkitan oleh vektor dengan melaksanakan penyuluhan peraktek kebersihan yang baik, penyediaan air minum yang aman dan pengurangan kesehatan lingkungan dengan mengusahakan suatu kondisi yang memungkinkan orang-orang untuk hidup dengan kesehatan, martabat, kenyamanan, dan keamanan yang memadai. Mengetahui kegiatan apa yang harus dilakukan pelayanan air dan sanitasi fase darurat Pada fase bencana hal yang sering kita temukan seperti banyak memakan korban dengan banyak temukan mayat-mayat dan terjadinya kerusakan infrastruktur, salah satu kerusakan yang ditimbulkan adalah kerusakan fasilitas air dan sanitasi seperti : jaringan PDAM rusak, sumur-sumur terkubur reruntuhan atau lumpur, jalur akses sumber air terputus, banyak puingpuing, sampah-sampah serta kondisi drainase yang rusak sehingga banyak air tergenang, didukung perilaku kesehatan yang buruk dari masyarakat korban. Akibat dari hal tersebut masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit.

1

Faktor yang menjadi sulitnya memperoleh air bersih saat bencana yaitu sumur penduduk tercemar atau mengalami kerusakan saat terjadinya bencana, rusaknya pipa transmisi penyalur air bersih dan sulitnya akses menuju lokasi bencana. Sehingga perlu diketahui standar minimal kebutuhan air bersih para korban bencana maka makalah “Standar Minimal Penyediaan Air Bersih di Daerah Bencana” penting diadakan.

B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.

Apakah pengertian dari air bersih? Apa saja sumber air bersih? Bagaimana sistem penyediaan air bersih? Bagaimana standar minimal pengadaan air bersih di daerah bencana? Bagaimana kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan air bersih pada fase bencana? 6. Bagaimana pedoman BNPB mengenai bantuan air bersih pada keadaan darurat bencana?

C. Tujuan 1. 2. 3. 4. 5.

Untuk mengetahui pengertian air bersih Untuk mengetahui sumber air bersih Untuk mengetahui sistem penyediaan air bersih Untuk mengetahui standar minimal pengadaan air bersih di daerah bencana Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan air bersih pada fase bencana 6. Untuk mengetahui pedoman BNPB mengenai bantuan air bersih pada keadaan darurat bencana

2

II.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Air Bersih Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa pengertian mengenai : 1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. 2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman. 4. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. 5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. 6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau

meningkatkan

sistemfisik

(teknik)

dan

non

fisik

(kelembagaan,

manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. 7. Penyelenggaraan

pengembangan

SPAM

adalah

kegiatan

merencanakan,

melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.

3

8. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

B. Sumber Air Bersih Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu perihal Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air Bersih, disebutkan bahwa sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu adalah: 1. Mata air, Yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah. Debitnya sulit untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka beberapa lama. 2. Sumur dangkal (shallow wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang kedalamannya kurang dari 40 meter. 3. Sumur dalam (deep wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang kedalamannya lebih dari 40 meter. 4. Sungai, Yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara umum air baku yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar. 5. Danau dan Penampung Air (lake and reservoir), Yaitu unit penampung air dalam jumlah tertentu yang airnya berasal dari aliran sungai maupun tampungan dari air hujan.

Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal, 1999): 1. Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum. 2. Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang tidak dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar. 3. Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan air sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil budidaya manusia. Keterdapatan 4

sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk topografi, muka air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan dangkal di daerah yang bertopografi rendah.

Di lain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang adalah air yang jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung diminum, namun memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan kualitasnya. Keburukan dari pemakaian sumur dalam ini adalah apabila diambil terlalu banyak akan menimbulkan intrusi air asin dan air laut yang membuat sumber air jadi asin, biasanya daerah-daerah sekitar pantai.

Sumber air untuk penyediaan air minum berdasarkan kualitasnya dapat dibedakan atas: 1. Sumber yang bebas dari pengotoran (pollution). 2. Sumber yang mengalami pemurniaan alamiah (natural purification). 3. Sumber yang mendapatkan proteksi dengan pengolahan buatan (artificial treatment).

C. Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi. 1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan. 2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia. 3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi. Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber air yang ada. 4. Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa.

5

5. Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersih atau minum dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen dengan tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen. 6. Unit konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah disediakan alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap bulannya.

D. Standar Minimal Pengadaan Air Bersih di Daerah Bencana Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Semua orang didunia memerlukan air untuk minum, memasak dan menjaga bersihan pribadi. Dalam situasi bencana mungkin saja air untuk keperluan minumpun tidak cukup, dan dalam hal ini pengadaan air yang layak dikunsumsi menjadi paling mendesak. Namun biasanya problema–problema kesehatan yang berkaitan dengan air muncul akibat kurangnya persediaan dan akibat kondisi air yang sudah tercemar sampai tingkat tertentu.  Tolok ukur kunci 1. Persediaan air harus cukup untuk memberi sedikit–dikitnya 15 liter per orang per hari 2. Volume aliran air ditiap sumber sedikitnya 0,125 liter perdetik. 3. Jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter 4. 1 (satu) kran air untuk 80 – 100 orang 5. Waktu antri disebuah sumber air tidak lebih dari 15 menit. 6. Untuk mengisi wadah 20 liter tidak lebih dari 3 menit Kualitas air Air di sumber–sumber harus layak diminum dan cukup volumenya untuk keperluan keperluan dasar (minum, memasak, menjaga kebersihan pribadi dan rumah tangga) tanpa menyebabakan timbulnya risiko–risiko besar terhadap kesehatan akibat penyakit–penyakit maupun pencemaran kimiawi atau radiologis dari penggunaan jangka pendek.

 Tolok ukur kunci ;

6

1. Disumber air yang tidak terdisinvektan (belum bebas kuman), kandungan bakteri dari pencemaran kotoran manusia tidak lebih dari 10 coliform per 100 mili liter 2. Hasil penelitian kebersihan menunjukkan bahawa resiko pencemaran semacam itu sangat rendah. 3. Untuk air yang disalurkan melalui pipa–pipa kepada penduduk yang jumlahnya lebih dari 10.000 orang, atau bagi semua pasokan air pada waktu ada resiko atau sudah ada kejadian perjangkitan penyakit diare, air harus didisinfektan lebih dahulu sebelum digunakan sehingga mencapai standar yang bias diterima (yakni residu klorin pada kran air 0,2–0,5 miligram perliter dan kejenuhan dibawah 5 NTU) 4. Konduksi tidak lebih dari 2000 jS / cm dan airnya biasa diminum Tidak terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan pengguna air, akibat pencemaran kimiawi atau radiologis dari pemakaian jangka pendek, atau dari pemakain air dari sumbernya dalam jangka waktu yang telah irencanakan, menurut penelitian yang juga meliputi penelitian tentang kadar endapan bahan– bahan kimiawi yang digunakan untuk mengetes air itu sendiri. Sedangkan menurut penilaian situasi nampak tidak ada peluang yang cukup besar untuk terjadinya masalah kesehatan akibat konsumsi air itu.

Prasarana dan Perlengkapan  Tolok ukur kunci : 1. Setiap keluarga mempunyai dua alat pengambil air yang berkapasitas 10–20 liter, dan tempat penyimpan air berkapasitas 20 liter. Alat–alat ini sebaiknya berbentuk wadah yang berleher sempit dan/bertutup 2. Setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan. 3. Bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini harus cukup banyak untuk semua orang yang mandi secara teratur setiap hari pada jam–jam tertentu. Pisahkan petak–petak untuk perempuan dari yang untuk laki–laki. 4. Bila harus ada prasarana pencucian pakaian dan peralatan rumah tangga untuk umum, satu bak air paling banyak dipakai oleh 100 orang.

7

U.S. Agency for International Developmnet (USAID) 2007, menyebutkan bahwa kebutuhan air korban pasca bencana antara 15 – 20 Liter per orang per hari. Coppola menyebutkan

dalam

bukunya

yang

berjudul

International

Disaster

menyebutkan melalui proses coagulasi, flokulasi dan sand filtration

Management

untuk mengolah air

akan menghasilkan kualitas air yang baik. Air bersih menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia. Air bersih yang memenuhi standar atau persyaratan kesehatan adalah air minum yang tidak berbau, berwarna dan berasa serta memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan menurut PERMENKES RI No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Berikut adalah pesyarataan kualiatas air minum berdasarkan keputusan tesebut. Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Buku Intoduction to International Disaster Management meyebutkan bahwa ada beberapa alternatif penyediaan air bersih pada kondisi bencana banjir: a. Penyediaan air melalui tangki truk, kapal, atau dari tangki yang didatangkan dari luar daerah banjir. b. Air botol kemasan c. Menemukan sumber penyaluran air terdahulu yang belum rusak akibat banjir d. Menambah jaringan penyaluran air daerah namun terbatas akibat kondisi banjir e. Melakukan pemompaan dari sumber air yang belum terkontaminasi ke lokasi pengungsian f. Melakukan proses pengolaan air banjir itu sendiri untuk menghasilkan air bersih sebagai contoh menggunakan filter g. Mobilisasi pengungsi ke lokasi dimana banyak sumber air h. Proses pengolahan air banjir merupakan alternatif yang sangat baik untuk memperoleh air bersih pada kondisi darurat. Sementara itu kebutuhan air bersih yang diperlukan pengungsi tidaklah banyak. U.S. Agency for International Development (USAID) 2007 menyebutkan bahwa kebutuhan air yang diperlukan oleh pengungsi meliputi: a. Untuk minum 3 - 4 liter per orang per hari b. Masak dan bersih-bersih 2 – 3 liter per orang per hari c. Sanitasi 6 – 7 liter per orang per hari d. Cuci pakayan 4 – 6 liter per orang per hari

8

Sehingga total air yang diperlukan oleh pengungsi antara 15 – 20 liter per orang per hari.

E. Kegiatan Yang Dilakukan Dalam Pelayanan Air Bersih Pada Fase Bencana.

Pada fase bencana hal yang sering kita temukan seperti banyak memakan korban dengan banyak temukan mayat-mayat dan terjadinya kerusakan infrastruktur, salah kerusakan yang ditimbulkan adalah kerusakan fasilitas air dan sanitasi seperti : jaringan PDAM rusak, sumursumur terkubur reruntuhan atau lumpur, jalur akses sumber air terputus, banyak puing-puing, sampah-sampah serta kondisi drainase yang rusak sehingga banyak air tergenang, didukung perilaku kesehatan yang buruk dari masyarakat korban. Akibat dari hal tersebut masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit. Untuk mengurangi resiko dari bencana yang ditimbulkan, hal yang dilakukan dalam kegiatan pelayanan air bersih adalah : 1. Pasokan/penyediaan air bersih Dalam kondisi bencana pasokan/penyediaan air sangat penting, hal ini dikarenakan merupakan kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidup, banyak kasus ditemukan ketika bencana sering terjadi kekurangan air dikarenakan akses yang terputus sehingga kuantitas tidak memadai ataupun ada kualitas airnya tidak memenuhi syarat kesehatan, akibat dari hal tersebut masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit. Untuk itu didalam pasokan/penyediaan air bersih kita harus memperhatikan : 

Kuantitas air (Jumlah air) :

Jumlah air diperoleh jika kita mengetahui jenis sumber air. Jenis Sumber Air a. air tanah : Sumur, Mata air b. air permukaan :kolam, sungai, telaga c. air hujan 

Kualitas Air

Selain dari kuantitas yang cukup, juga kita harus memperhatikan kualitasnya, sehingga air yang dikonsumsi tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan. Yang perlu diperhatikan untuk bisa memenuhi kualitas air adalah Pemeriksaan kualitas air. Ada tiga cara dalam pemeriksaan kualitas air : a. Pemeriksaan secara fisik (warna, rasa, dan bau)

9

b. Pemeriksaan secara biologi ( pemeriksaan bakteri pathogen ; E-Coli, yang disebabkan oleh tercemarnya air oleh kotoran tinja) c. Pemeriksaan secara kimia (chlor, Ph,Ni,Na,Fe, dan lainnya) 

Sarana dan piranti air

Masyarakat mempunyai sarana dan piranti yang mencukupi untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menggunakan air untuk minum, memasakan, dan kebersihan pribadi, dan memastikan air minum tetap aman sampai pada waktu dikonsumsi. Pada bencana hal pertama dilakukan adalah pembagian jeriken atau tempat penampungan air bersih.

F. Mengetahui Pedoman BNPB Mengenai Bantuan Air Bersih Pada Keadaan Darurat Bencana.

Menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), status keadaan darurat bencana adalah status keadaan darurat yang dimulai sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan. Dalam keadaan darurat bencana, kebutuhan akan air bersih, sanitasi, dan higiene selama ini masih belum ada standar minimal yang terukur. Oleh karena itu, perlu ada pedoman untuk dijadikan acuan bagi segenap pihak yang terlibat dalam proses penanggulangan bencana. Masalah utama yang umumnya terjadi dalam keadaan darurat bencana diantaranya kelangkaan air bersih, rusaknya sumber air bersih, rusaknya sarana dan prasarana sanitasi, dll. Ketika terjadi status keadaan darurat bencana, maka perlu dilakukan analisis kaji cepat mengenai situasi yang terjadi untuk dapat menentukan kebutuhan. Jika kebutuhan air bersih yang mendesak, maka yang perlu diperhatikan adalah: Jumlah kebutuhan air bersih 

Sumber air baku



Kualitas air baku



Distribusi dan pemeliharaan

Standar minimum air bersih yang akan diberikan mengacu pada Permenkes 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum. Standar minimum tersebut diantaranya secara fisik air tidak berbau, berwarna, dan berasa, serta tidak mengandung bakteri penyakit (diare, tipus, dll). Indikator bantuan air bersih antara lain:

10

1. Untuk 3 (tiga) hari pertama, bantuan sebanyak 7 liter/orang/hari. Setelah itu menjadu 15 liter/orang/hari. 2. Jarak terjauh hunian sementara ke tempat distribusi air adalah maksimal 500 m 3. Tempat penyimpanan air ukuran 10-20 liter sebanyak 2 unit dapat diberikan ke setiap rumah tangga 4. Lama antrian distribusi air bersih maksimal 15 menit Jika dalam situasi bencana kekeringan, penyediaan sumber air alternatif dapat berupa: Sumur bor atau Embung atau kolam air. Adapun untuk pembangunan embung air, harus berada di sekitar lokasi pertanian yang memerlukan pasokan air dan ada air yang dapat ditampung berupa air hujan, mata air, ataupun aliran sungai/irigasi yang mempunyai volume yang cukup.

11

III.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu perihal Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air Bersih, disebutkan bahwa sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu adalah mata air, sumur, sungai dan danau. Beberapa standard minimal yang harus dipenuhi dalam menangani korban bencana khususnya di pengungsian dalam hal lingkungan adalah pengadaan air, kualitas air, prasarana dan perlengkapan, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan limbah padat, serta pengelolaan limbah cair.

B. Saran

Saran kami dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca maupun penyusun dapat memahami

dan untuk menjadi dasar pengetahuan saat terjadinya bencana atau saat

penanggulangan bencana disuatu daerah baik pra, saat atau pasca bencana., mengingat banyaknya bencana yang menimpa indonesia belakangan ini.

12

DAFTAR PUSTAKA

Indriatmoko,H.R. 2007. Penyediaan Air Siap Minup Pada Situasi Tanggap Darurat Bencana Alam. BPPT : Yogyakarta. Zuliyanto Alfian. 2010. Instalasi Pengolahan Air Portable Sebagai Penyediaan Air Bersih Di Daerah Bencana Banjir. Universitas Islam Lamongan. Saragih,M. 2011. Teknologi Tepat Guna Sebagai Penyediaan Air Bersih Di Daerah Bencana Banjir. ITS : Surabaya. Pranata,

Budi. 2013. Makalah Penyediaan Air Bersih. https://www.pdfcoke.com/doc/190325811/Makalah-Penyediaan-Air-Bersih. Diakses pada tanggal 16 Desember 2017

Jalu, Satria. Standar Minimal Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi di Daerah Bencana. http://www.academia.edu/6723622/Standar_Minimal_Penyediaan_Air_Bersih_da n_Sanitasi_di_Daerah_Bencana. Diakses pada tanggal 16 Desember 2017

13

Related Documents


More Documents from "Ozada Rasifa"