Makalah Kb Fix.docx

  • Uploaded by: Rifdah Asriani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kb Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,431
  • Pages: 51
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah lain. Untuk itu, pemerintah mencanangkan program KeluargaBerencana (KB) yaitu program pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap keluarga. Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat Internasional. Hal ini terlihat dari angka kesertaan ber-KB meningkat dari 26% pada tahun 1980, menjadi 50% pada tahun 1991, dan terakhir menjadi 57% pada tahun 1997. Program KB nasional telah berjalan selama kurun waktu 4 pelita dengan hasil yang cukup menggembirahan, baik secara normatif maupun demografis. Berdasarkan hasil – hasil Survey Prevalensi Indonesia ( SPI ) tahun 1987 ternyata tingkat kelahiran kasar telah menurun menjadi sekitar 28 –29 / 1000 dan TFR menjadi sekitar 3,4 –3,6. Meskipun begitu, jika dipandang dari segi islam KB itu hukumnya haram. Rentang tahun 1800-1900 jumlah penduduk Indonesia bertambah tiga kali lipatnya. Sedangkan 1900 -2000 terjadi pertambahan penduduk lima kali lipat dari 40,2 juta orang menjadi 205,8 juta orang. Selama rentang 1900-2000, progran Keluarga Berencana (KB) berhasil mencegah kelahiran 80 juta orang. "Tanpa program KB jumlah penduduk hingga tahun 2000 diprediksi 285 juta orang, " ungkap Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr.Sugiri Syarief, MPA dalam acara Studium Generale ‘Kependudukan dan Program Keluarga Berencana: Peluang dan Tantangan', Jum'at (19/6) di Auditorium Thoyib Hadiwijaya Institut Pertanian Bogor (IPB). Acara ini digelar Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB bekerjasama dengan BKKBN.

1

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998). Kepadatan penduduk yang terjadi tentu saja menjadi suatu masalah bagi negara Indonesia yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sehingga banyak upaya yang dipilih atau diprogramkan oleh pemerintah Indonesia untuk mengurangi kepadatan penduduk tersebut dengan cara melakukan program Keluarga Berencana atau dikenal dengan singkatan KB. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan keluarga berencana dan sehingga penulis membuat makalah ini dengan judul “Perencanaan Keluarga, Penapisan Klien dan Pelayanan Kontrasepsi Berbagai Metode.”

1.2. Rumusan Masalah 1. Apa itu perencanaan keluarga dan bagaimana cara kerjanya?. 2. Bagaimana cara melakukan penapisan klien?. 3. Apa saja persyaratan medis yang dilakukan sebelum menggunakan kontrasepsi?. 4. Apa saja pelayanan kontrasepsi yang diberikan dan dengan apa metode yang akan digunakan?.

2

1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui perencanaan keluarga dan cara kerjanya. 2. Untuk mengetahui cara melakukan penapisan klien. 3. Untuk mengetahui persyaratan medis dalam menggunakan kontrasepsi. 4. Untuk mengetahui pelayanan kontrasepsi yang diberikan dan metodenya.

3

BAB II PEMBAHASAN

Perencanaan Keluarga [1]

2.1.

 Seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia mendapat haid yang pertama (menarche)  Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai mati haid (menopouse)  Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya risiko paling rendah untuk ibu dan anak, adalah antara 20-35 tahun  Persalinan pertama dan kedua paling rendah risikonya  Jarak antara dua kelahiran sebaiknya 2-4 tahun Dari faktor-faktor diatas maka kita dapat membuat perencanaan keluarga sebagai berikut:

Gambar diatas menunjukkan bahwa Perencanaan Keluarga dapat dilakukan dalam tiga fase yaitu fase menunda kehamilan yang dilakukan sebelum usia 20 tahun, fase

4

menjarangkan kelahiran antara 2 – 4 tahun setelah melahirkan anak pertama, dan fase tidak hamil lagi jika seseorang telah berusia diatas 35 tahun. 1. Fase Menunda Kehamilan [1] Kelahiran anak yang baik apabila dilahirkan oleh seorang ibu yang telah berusia 20 tahun. Kelahiran anak, oleh seorang ibu dibawah usia 20 tahun akan dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan anak yang bersangkutan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan apabila seorang perempuan belum berusia 20 tahun untuk menunda perkawinannya. Apabila sudah terlanjur menjadi pasangan suami istri yang masih dibawah usia 20 tahun, maka dianjurkan untuk menunda kehamilan, dengan menggunakan alat kontrasepsi. (BKKBN, 2008) Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain: (Manuaba,1998) a. Resiko bagi ibu : 1. Keguguran Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. 2. Anemia kehamilan Penyebab anemia pada saat hamil diusia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh berfungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta sehingga semakin lama akan kehilangan sel darah merah dan menjadi anemis. 3. Keracunan kehamilan (gestosis) Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia

5

makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre eklampsa dan eklampsia. Pre eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian. 4. Mengalami perdarahan Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir. 5. Persalinan yang lama dan sulit Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah. 6. Kematian ibu Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

b. Resiko bagi bayi : 1. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan. Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang. 2. Berat badan lahir rendah (BBLR). Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil. 3. Cacat bawaan. Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

6

kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon. 4. Kematian bayi. Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia. 2. Fase Menjarangkan Kehamilan [2] Membangun manusia sebagai subyek dan obyek pembangunan dengan peningkatan kesejahteraan ibu anak dan keluarga merupakan tujuan dari program KB. Selain itu tujuan dari program KB yaitu untuk menurunkan angka kelahiran dengan menggunakan salah satu metode kontrasepsi yang digunakan secara sukarela yang didasari keinginan dan tanggungjawab. Pasangan usia subur lebih baik melahirkan pada usia 20-35 tahun untuk menghindari risiko-risikoselama kehamilan dan persalinan. Jadi selama periode usia 20-35 tahun disarankan mempunyai 2 anak dengan jarak pertama dan kedua 2–4 tahun. Upaya ini dilakukan agar ibu dapat memberikan ASI yang banyak dan lama sehingga dapat menghasilkan generasi yang berkualitas. Dalam menjarangkan kehamilan, ibu dianjurkan menggunakan kontrasepsi yang memiliki reversibilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin. 3. Fase Tidak Hamil Lagi [3] Menurut Hartanto (2013), umur 20–35 tahun merupakan periode umur untuk menjarangkan kehamilan sedangkan umur > 35 tahun merupakan periode sebaiknya untuk mengakhiri kesuburan. Umur > 35 tahun merupakan kurun reproduksi tua sehingga dianjurkan untuk tidak hamil karena jika terjadi kehamilan dapat mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan dan kehamilan yang berisiko tinggi. Dengan kehamilan berisiko tinggi dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bayi.

7

Pilihan utama kontrasepsi pada fase mengakhiri kehamilan adalah kontrasepsi mantap karena takut kegagalan penggunaan kontrasepsi lain menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu maupun anak, dan ibu memang tidak menginginkan memiliki anak kembali. Di samping jika pasangan akseptor tidak menginginkan untuk mempunyai anak kembali, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah tubektomi. Menggunakan kontrasepsi jenis pil oral pada usia ibu yang relatif tua kurang disarankan karena

kemungkinan

timbul

efek

samping

yang

berakibat

terjadinyakomplikasi. (Hartanto, 2013)

Dilihat dari kondisi psikologis dan mentalnya,wanita usia 35 tahun lebih siap menjadi seorang ibu. Namun ada pula beberapa tantangannya. Terkait dengan kondisi kesehatan yang menurun, maka kualitas sel telur pun akan menurun sehingga dapat meningkatkan risiko keguguran, serta kelainan/cacat bawaan pada janin akibat kelainan kromosom. Selain itu, mulai muncul berbagai keluhan kesehatan saat hamil, seperti; tekanan darah tinggi dan diabetes yang sering memengaruhi proses persalinan. (Curtis GB, 1999)

Menurut dr. Damar Prasmusinto, SpOG (K), melahirkan di usia 35 tahun ke atas, bayi yang dilahirkan rentan mengalami kelainan genetik. Pada usia reproduktif (25-35 tahun), risiko bayi alami kelainan genetik 1:1000, sedangkan pada ibu yang berusia di atas 35 tahun, risiko itu meningkat menjadi 1:4. Oleh karena itu, baiknya usia ibu untuk melahirkan berada pada rentang 25-35 tahun. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2012 dengan subyek penelitian yaitu seluruh ibu yang melahirkan pada usia ≥35 tahun di bagian Obstetri dan Ginekologi.

8

Gambar diatas memberikan kemudahan kepada pasangan suami istri dalam memberikan pertimbangan terhadap perencanaan urutan pemilihan kontrasepsi berdasarkan fase reproduksi wanita.

2.2.

Penapisan Klien dan Persyaratan Medis 1. Penapisan Klien [4]

Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi adalah untuk menentukan apakah ada

:



Kehamilan



Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus



Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.

9

Untuk sebagian besar akseptor keadaan ini bisa diselesaikan dengan cara anamnesis terarah, sehingga masalah utama dapat dikenali atau kemungkinan hamil dapat disingkirkan. Sebagian besar cara kontrasepsi, kecuali kontrasepsi mantap dan AKDR tidak membutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul. Pemeriksaan laboratorium untuk akseptor keluarga berencana atau akseptor baru umumnya tidak diperlukan karena 

:

Sebagian besar akseptor keluarga berencana berusia muda (16-35 tahun) dan umumnya sehat



Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan perhatian (misalnya kanker genitalia, fibroma uterus) jarang didapat pada umur sebelum 35 atau 40 tahun.



Pil kombinasi dosis rendah yang sekarang tersedia (berisi estrogen dan progestin) lebih baik daripada produk sebelumnya karena efek samping lebih dan jarang menimbulkan masalah medis.



Pil progestin, suntikan, dan susuk bebas dari efek yang berhubungan dengan estrogen dan dosis progestin yang dikeluarkan per hari bahkan lebih rendah dari pil kombinasi.

Untuk memudahkan Anda dalam melakukan penapisan, anda dapat menggunakan tabel berikut di bawah ini

:

Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Nonoperatif [4] Metode Hormonal (pil kombinasi, pil progestin, YA

TIDAK

suntikan dan susuk) Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih. Apakah Anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan. Apakah

mengalami

perdarahan/perdarahan

bercak

antara haid setelah senggama. Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata.

10

Apakah nyeri kepala hebat atau gangguan visual. Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (edema). Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik). Apakah ada massa atau benjolan pada payudara. Apakah Anda sedang minum obat-obatan Anti Kejang (epilepsi). AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin) Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu. Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain. Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS). Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik. Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2 pembalut tiap 4 jam). Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari). Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan/istirahat baring. Apakah

pernah

mengalami

perdarahan/perdarahan

bercak antara haid atau setelah senggama. Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau kongenital

Dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan syarat pemakaian metode kontrasepsi secara berlebihan sehingga memengaruhi pemilihan metode kontrasepsi dari akseptor. Akibatnya, banyak permintaan laboratorium yang

11

sebenarnya tidak diperlukan (misalnya pemeriksaan kolesterol, fungsi hati, glukosa atau Pap Smear). Walaupun permintaan akseptor keluarga berencana meningkat, kemampuan pelayanan terbatas karena tidak tersedianya laboratorium untuk pemeriksaan yang diminta. Keadaan ini merupakan hambatan terhadap pemilihan kontrasepsi dan pelaksanaan pelayanan. Karena itu agar akseptor dapat memperoleh cara kontrasepsi yang terbaik sesuai pilihannya, penilaian calon akseptor harus dibatasi pada prosedur yang diperlukan untuk semua klien pada setiap tatanan. Jika keadaan di atas semua adalah “Tidak” (negatif) dan tidak dicurigai adanya kehamilan, maka dapat diteruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon banyak yang “Ya” (positif), berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat. Catatan

: klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang

kondisi di atas. Namun, petugas kesehatan harus mengetahui bagaimana keadaan akseptor sebenarnya. Bila diperlukan, petugas mengulangi pertanyaan dengan cara yang berbeda. Juga perlu diperhitungkan masalah sosial, budaya atau agama yang mungkin berpengaruh terhadap respon akseptor tersebut (dan pasangannya). Bagaimana Meyakini bahwa Akseptor Tidak Hamil Akseptor tidak hamil apabila : 

Tidak bersenggama sejak haid terakhir



Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar.



Sekarang di dalam 7 hari pertama haid terakhir.



Di dalam 4 minggu pasca persalinan



Dalam 7 hari pasca keguguran.



Menyusui dan tidak haid.

Pemeriksaan fisik jarang dibutuhkan, kecuali untuk menyingkirkan kehamilan lebih dari 6-8 minggu.

12

Laboratorium Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji kehamilan yang lebih sensitif. Jika tersedia tes kehamilan yang sensitif, akseptor dianjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.

13

2. Persyaratan Medis dalam Penggunaan Kontrasepsi [5] Sebelum Anda memberikan pelayanan kontrasepsi, tentunya penting sekali Anda mengetahui mengenai persyaratan medis dalam penggunaan kontrasepsi. Adapun persyaratan medis secara umum adalah : a. Pelayanan dan informasi KB merupakan intervensi kunci dalam upaya meningkatkan kesehatan perempuan dan anak, serta merupakan HAM. b. Untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan KB yang bermutu dilakukan berbagai strategi, misalnya -

Hak-hak

akseptor

:

perlu

dipertimbangkan

dalam

perencanaan,

manajemen dan penilaian dalam pelayanan KB -

Meningkatkan ketersediaan berbagai metode kontrasepsi sehingga akseptor dapat memilih metode kontrasepsi yang paling cocok untuk mereka

-

Melaksanakan konseling dan pelayanan KB berdasarkan kriteria dan persyaratan medis terkini

Apakah anda mengetahui isu tentang mutu pelayanan dan akses yang mempengaruhi pemberian kontrasepsi? Isu tentang mutu pelayanan dan akses yang mempengaruhi pemberian kontrasepsi yaitu : akseptor memperoleh informasi yang cukup artinya bahwa akseptor sebelum menentukan pilihan kontrasepsinya akseptor telah mendapatkan konseling terlebih dahulu, lalu tenaga terlatih misalnya tenaga selalu mendapatkan pelatihan kontrasepsi terkini, fasilitas (peralatan, pasokan dan panduan-panduan) tersedia dengan cukup. Efektifitas [5] Efektivitas jenis kontrasepsi sangat penting anda pelajari karena untuk membantu klien dalam menentukan pilihan sesuai kondisi dirinya. Dalam hubungan pilihan kontrasepsi, akseptor perlu diberi informasi tentang :

14

a. Efektivitas relatif dari berbagai metode kontrasepsi yang tersedia b. Efek negatif kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan risiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi medis tertentu. Tingkat efektifitas metode kontrasepsi sesuai dengan jenisnya [5] Tingkat Efektivitas

Metode Kontrasepsi

Sangat efektiv

Implan Vasektomi Suntikan Kombinasi Suntikan DMPA/NET-EN Tubektomi AKDR CuT-380A Pil Progesteron (Laktasi)

Efektif dalam pemakaian biasa, sangat Metode Amenorea Laktasi efektif bila dipakai secara tepat dan Pil Kontrasepsi Laktasi konsisten.

Pil Progestin (bukan masa Laktasi)

Efektif bila dipakai secara tepat dan Kondom Pria konsisten/terus menerus

Senggama Terputus Diafragma+Spemisida KB Alamiah Kondom Perempuan Spermisida

Tidak Efektif

Tanpa KB

Anda perlu mengetahui beberapa kondisi medis yang akan meningkatkan risiko jika terjadi kehamilan : -

Hipertensi

-

Diabetes

-

Penyakit jantung iskemik

-

Stroke

15

-

Penyakit jantung katup dengan hipertensi

-

Karsinoma payudara

-

Karsinoma endometrium dan ovarium

-

IMS

-

HIV/AIDS

-

Sirosi hati

-

Hepatoma

-

Penyakit tofoblas ganas

-

Penyakit sel sickle

-

Skistomiasis dengan fibrosis hati

-

Tuberkulosis

Pada keadaan di atas perlu dipilihkan metode kontrasepsi yang lebih efektif. Kembalinya kesuburan [5] Jika akseptor menginginkan anak lagi tentunya anda memiliki kewajiban menjelaskan mengenai beberapa kontrasepsi yang bisa mengendalikan kesuburan yaitu

:

a. Semua metode kontrasepsi, kecuali kontap tidak mengakibatkan terhentinya kesuburan. b. Kembalinya kesuburan berlangsung segera setelah pemakaian kontrasepsi dihentikan, kecuali DMPA dan NET-EN yakni 10 dan 6 bulan terhitung mulai suntikan terakhir. c. Kontap harus dianggap sebagai metode permanen. Klasifikasi Persyaratn Medis [5] Keadaan atau kondisi yang mempengaruhi Persyaratan Medis dalam penggunaan setiap metode kontrasepsi yang tidak permanen dikelompokkan dalam 4 kategori :

16

1. Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan metode kontrasepsi.

Contohnya

akseptor

dengan

hepatitis

virus

aktif

menginginkan kontrasepsi AKDR 2. Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan risiko yang akan terjadi. Contohnya akseptor dengan anemia defisiensi besi menginginkan kontrasepsi AKDR. 3. Risiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat

penggunaan

kontrasepsi. Contohnya klien dengan tumor hati jinak menginginkan kontrasepsi implan 4. Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan. Contohnya klien tumor hati jinak menginginkan kontrasepsi pil kombinasi.

2.3.

Pelayanan Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan agar tidak terjadi kehamilan. Pengertian pelayanan Kontrasepsi adalah usaha – usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha- usaha itu dapat bersifat sementara,dapat pula bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Kontrasepsi dengan alat adalah suatu upaya mencegah atau menghalangi pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sel sperma dengan menggunakan metode-metode yang membutuhkan alat sederhana yang tidak memerlukan obat-obatan. Negara berkembang seperti indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar mendukung program kontrasepsi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

17

1.

Dapat dipercaya

2.

Tidak menimbulkan efek yang menganggu kesehatan

3.

Daya kerja dapat diatur menurut kebutuhan

4.

Tidak menganggu sewaktu melakukan koitus

5.

Tidak memerlukan motivasi terus menerus

6.

Mudah pelaksanaannya

7.

Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

8.

Dapat diterima pengunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.

Dalam hal ini pemerintah indonesia menyelenggarakan program keluarga berencana atau KB melalui pengaturan kelahiran. Jenis-jenis metode kontrasepsi: Ada 2 pembagian cara kontrasepsi yaitu: Cara kontrasepsi sederhana dan kontrasepsi modern Cara kontrasepsi sederhana antara lain: a. Metode amenorhoe laktasi b. Metode keluarga berencana alamiah (KBA) c. Metode barier:  Kondom  Difragma  Spermisida Cara kontrasepsi modern antara lain: a. Kontrasepsi kombinasi  Pil kombinasi  Suntik kombinasi b. Kontrasepsi progestin

18

 Kontrasepsi suntikan progestin  Kontrasepsi pil progestin  Kontrasepsi implan  AKDR dengan progestin c. Kontrasepsi mantap  Tubektomi  Vasektomi

1. Metode Sederhana a. Dengan alat Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010). Sementara itu pengertian mekanis barier didapati adalah, metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur yang sifatnya sementara, yakni menghalangi masuknya sperma dari vagina sampai kanalis servikalis.

1). Mekanis / Barier 

Kondom [6]

19

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bisa digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS. Penggunaan kondom dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS. Standar kondom dapat dilihat dari ketebalannya, pada umumnya standar ketebalan adalah 0,02 mm. Saat ini kondom memiliki dua jenis wakni kondom laki-laki dan kondom perempuan. Kondom untuk pria sudah cukup dikenal luas namun berbeda dengan kondom wanita walaupun sudah ada, belum populer dengan alasan ketidaknyamanan. Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. 

Manfaat Kondom [6] Secara Kontrasepsi 1. Efektif bila digunakan dengan benar 2. Tidak menganggu produksi ASI 3. Tidak menganggu kesehatan klien 4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik 5. Murah dan dapat dibeli secara umum 6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan secara khusus

20

7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda Secara Nonkontrasepsi 1. Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB 2. Dapat mencegah penularan IMS 3. Mencegah ejakulasi dini 4. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks) 5. Saling berinteraksi sesama pasangan 6. Mencegah imunofertilitas 

Keterbatasan Kondom [6] 1. Efektivitas tidak terlalu tinggi 2. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi 3. Sedikit menganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung) 4. Pada

beberapa

klien

bisa

menyebabkan

kesulitan

untuk

mempertahankan ereksi 5. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual 6. Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum 7. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah 

Cara Kerja Kondom [6] Kondom bekerja menghalangi terjadinya pertemuan sperma dengan sel telur

dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tumpah ke saluran reproduksi perempuan. Kondom juga mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain. 

Efek Samping dan Penanganannya [6]

21

a. Kondom rusak atau diperkirakan bocor sebelum penggunaannya Penanganan : Buang kondom dan pakai kondom baru atau pakai spermisida digabung kondom. b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan. Penanganan : Jika dicurigai ada kebocoran, pertimbangkan pemberian Morning After Pill (Kontrasepsi Darurat) c. Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida). Penanganan : Reaksi alergi, meskipun jarang terjadi dapat sangat mengganggu dan bisa berbahaya. Jika keluhan menetap sesudah berhubungan dan tidak ada gejala IMS, berikan kondom alami (lamb skin atau gut) atau bantu klien memilih metode lain. d. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual. Penanganan : Penurunan kepekaan tidak bisa ditolerir biarpun dengan kondom yang lebih tipis, maka anjurkan pemakaian metode kontrasepsi lain. 

Tata Cara Penggunaan Kondom Pria [6] a. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual. b. Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom. c. Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting, aau benda tajam lain pada saat membuka kemasan. d. Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina. e. Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan saat ejakulasi.

22

f. Kondom dilepas sebelum penis melembek. g. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma disekitar vagina. h. Gunakan kondom hanya untuk sekali pakai. i. Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman. j. Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan. k. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh/kusut. l. Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan petrolatum karena akan merusak kondom. 

Tata Cara Penggunaan Kondom Wanita [6] a. Buka bungkus Kondom Wanita b. Cari cincin luar dan cincin dalam. Cincin dalam berupa cincin yang tertutup c. Pencet cincin dalam tersebut, dan pegang dengan jari-jari tangan d. Masukkan cincin dalam ke dalam lubang vagina e. Dorong cincin dalam sampai betul-betulmasuk ke vagina, sedangkan cincin luar tetap berada di luar vagina f. Bila melakukan hubungan seksual, masukkan penis sampai masuk ke dalam cincin luar tersebut. g. Lepaskan segera Kondom Wanita setelah selesai hubungan seksual sebelum berdiri. Pilin cincin luar kondom supaya cairan sperma masih tetap berada di dalam kondom. h. Buanglah Kondom Wanita tersebut secara higienis, yaitu dengan membungkusnya dengan tissue, dan selanjutnya dibuang ke tempat sampah khusus.

23

i. Selanjutnya kondom bekas ini dibakar atau dikubur di dalam tanah. Jangan sekali-kali di buang di sembarang tempat, atau ke dalam lobang WC/Toilet. j. Bila mengalami alergi, segera konsultasi kepada bidan atau dokter Gambar 1 : Cara Penggunaan Kondom Wanita (Sumber : www.google.com)



Jenis – Jenis Kondom [6]  Berdasarkan Bahan Jenis kondom yang paling banyak digunakan adalah yang terbuat dari lateks. Tingkat efektivitas kondom dengan bahan ini dalam menunda kehamilan terbilang tinggi asalkan digunakan dengan

benar. Namun, bahan tersebut mungkin bisa menyebabkan alergi bagi sebagian pengguna. Adapula kondom dengan bahan yang juga terbuat dari plastik lainnya, yaitu polyurethan atau polyisoprene. Kedua jenis kondom ini dapat melindungi dari berbagai penyakit menular seksual (PMS), seperti HIV, gonore, klamidia, dan herpes yang proses penularannya bisa terjadi selama melakukan aktivitas seks. Jenis kondom dengan bahan lain yang dapat digunakan adalah yang terbuat dari kulit domba. Kondom jenis ini sebenarnya dibuat dari usus domba. Oleh karena itu, kondom dengan bahan ini hanya efektif dalam menunda kehamilan, tetapi tidak dapat melindungi dari penyakit menular seksual (PMS) karena teksturnya yang berpori, sebagaimana kulit manusia.  Berdasarkan Ukuran

24

Berbeda negara, berbeda pula ukuran-ukuran kondom yang dijual. Di Amerika, kondom tersedia dalam ukuran S, M, L, XL dengan panjang kondom bervariasi, yaitu antara 7-23 cm dan diameter kondom mencapai 10-14 cm. Kondom di Indonesia pada umumnya berukuran menengah yang cocok untuk penis berukuran panjang 1018 cm dan ada juga kondom dengan ukuran lebih besar yang cocok untuk penis dengan panjang hingga 20 cm.  Jenis Kondom Lainnya Terdapat beberapa jenis kondom dengan variasi lain, misalnya kondom yang berpelumas. Kondom ini sudah dilengkapi dengan lapisan tipis cairan. Fungsinya untuk mencegah iritasi dan rasa sakit akibat gesekan pada saat berhubungan seks serta mencegah kondom sobek. Kondom berpelumas ini membuat Anda merasa lebih nyaman. Apabila Anda menggunakan kondom yang tidak berpelumas dan membutuhkan pelumas, Anda dapat menambahkan pelumas sendiri. Pilih pelumas yang berbahan dasar air sebab pelumas yang berbahan dasar minyak menjadikan kondom lebih mudah rusak dan menurunkan tingkat efektivitas dalam menunda kehamilan.

 Kondom jenis lain juga sudah dilengkapi dengan spermisida, yaitu zat pembunuh sperma. Spermisida memang dapat membantu menunda

kehamilan,

namun

kandungan

spermisida

yang

ditambahkan pada kondom kadang-kadang tidak cukup dalam membasmi sperma sehingga tujuan Anda dalam menunda kehamilan berisiko tidak tercapai. Agar lebih efektif, Anda disarankan untuk menggunakan spermisida yang terpisah dari kondom. Pilih spermisida yang mengandung octoxynol-9 dan hindari spermisida yang mengandung nonoxynol-9 karena ada kemungkinan mengiritasi area kelamin. Jika hal ini terjadi, maka risiko penularan penyakit seksual akan meningkat.

25

 Adapula kondom beraroma. Jenis yang satu ini diperuntukkan untuk melakukan seks oral. Aroma dan rasa yang dapat dipilih lumayan bervariasi, yaitu rasa ceri, pisang, menthol, kayu manis, dan lainnya.  Kondom berulir (Ribbed Condom). Jenis kondom yang satu ini memiliki keunikan di bentuknya yang berulir untuk menambah kenikmatan pada saat bersenggama.  Kondom ekstra tipis (Extra Thin Condom). Tipe satu ini berbahan karet dengan ukuran yang sangat tipis. Pada saat melakukan senggama,pasangan seakan-akan senggama tanpa menggunakan kondom.  Kondom bintik (Dotted Condom). Tipe ini disertai dengan bintikbintik di sekitarnya yang bisa menimbulkan efek mengejutkan bagi wanita.  Kondom getar (Vibrating Condom). Kondom ini dilengkapi dengan cincin getar di bagian ujungnya Kondom yang menggunakan baterai khusus untuk menggerakkan cincin getarnya ini bisa bertahan hingga 30 menit.  Kondom baggy. Tipe ini bentuknya agak membesar di bagian ujung serta memiliki ulir di bagian badannya, untuk memaksimalkan gerakan saat bersenggama. 

Barier intra vaginal [7]

Metode barrier intra vaginal adalah Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.

 Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal : 26

1) Mencegah kehamilan 2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks  Kerugian Metode Barier Intra-vaginal : 1) Angka kegagalan relatif tinggi 2) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya 3) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-menerus pada setiap sanggama.  Macam-macam Barier Intra-Vaginal : 1) Diafragma (Diaphragma) 2) Kap Serviks (Cervical cap) 3) Spons (Sponge) 4) Kondom Wanita

Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas metode ini, antara lain: a) Paritas b) Frekuensi senggama c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar d) Kebiasaan-kebiasaan akseptor e) Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan

Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang menggunakan metode Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya. Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-vaginal) selama haid.

27

Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom Syok Toksik : 1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya. 2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam. 3. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan per-vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom). 4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan metode Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom). 5. Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS : -

Demam

-

Muntah

-

Diarrhoe

-

Nyeri otot tubuh

-

Rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)

6. Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis. 7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain. 1) Diafragma (Diaphragma) [4]

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21)

28

Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah senggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi. (Hartanto,Hanafi, 2004 : 72-73) Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyai diameter antara 55 sampai 100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing-masing 5mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan secara individual. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 541). 

Jenis [4] 1.

Flat spring (flat metal band) Pinggir alas diafragma mempunyai lempengan logam yang pipih, diafragma ini dapat dipakai oleh wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, ukuran dan kontur vagina normal, arcus pubis yang dangkal dibelakang simpisis pubis, multigravida, uterus anteflexi, serviks yang panjang yang mengarah ke belakang.

2.

Coil spring (coiled wire) Pinggir alas diafragma mempunyai kawat logam dengan pegas/per spiral yang bundar dan dilapisi karet, diafragma ini terutama berguna untuk wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, arcus pubis yang dalam dibelakang os pubis tidak ada perubahan posisi uterus, ukuran dan kontur vagina norma.

3.

Arching spring (kombinasi metal spring) Pinggir alas diafragma mempunyai pegas logam rangkap, diafragma ini cocok dengan wanita dengan : tonus otot otot vagina yang jelek,

29

sistokel/rektokel sedang, prolapsus uteri ringan, serviks yang panjang yang mengarah ke depan 

Cara kerja [4]

Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida. 

Manfaat nya ada 2 yaitu [4] :

1. Manfaat kontrasepsi o

Efektif bila digunakan dengan benar

o

Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien

o

Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya

o

Tidak menggangu kesehatan klien

o

Tidak mempunyai pengaruh sistemik

2. Manfaat non kontrasepsi o Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan spermisida. o Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi.  1.

Keterbatasan [4] Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)

2.

Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan.

3.

Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap berhubungan seksual.

4.

Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.

5.

Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra.

30

6.

Pada jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya.

Seleksi klien pengguna diafragma [4] Sesuai untuk klien yang

Tidak sesuai untuk klien yang

 Tidak menyukai metode kontrasepsi  Berdasarkan umur dan paritas serta hormonal. Seperti perokok, atau di

masalah

atas usia 35 tahun

kehamilan beresiko tinggi.

 Tidak menyukai penggunaan AKDR  Memerlukan

metode

kesehatan

menyebabkan

 Terinfeksi saluran uretra

sederhana  Ingin metode KB efektif

sambil menunggu metode yang lain  Menyusui dan perlu kontrasepsi

 Tidak stabil secara praktis atau tidak suka menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina)

 Memerlukan proteksi terhadap IMS

 Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan

Penanganan efek samping [4] Efek samping

Penanganan

 Infeksi saluran uretra

 Pengobatan dnegan antibiotika yang sesuai, apabila diafragma menjadi pilihan utama dalam ber-KB. Sarankan untuk segera mengosongkan kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual atau sarankan memakai metode lain.

31

 Dengan alergi

adanya diafragma

reaksi  Walaupun jarang terjadi, terasa kurang nyaman atau

dan mungkin berbahaya. Jika ada gejala iritasi

dengan adanya reaksi alergi

vagina, khususnya pasca senggama, dan tidak

spermisida

mengidap IMS, berika spermisida yang lain atau bantu untuk memilih metode lain.

 Rasa nyeri pada tekanan  Pastikan ketepatan ketak diafragma apabila alat terhadap kandung kemih

terlalu besar. Cobalah dengan ukuran yang lebih

/rectum.

kecil. Tindaklanjuti untuk meyakinkan masalah telah ditangani.

 Timbul cairan vagina dan

 Periksa adanya IMS atau benda asing dalam

berbau jika dibiarkan lebih

vagina (tampon dll). Jika tidak ada, sarankan

dari 24 jam.

klien

untuk

melepas

diafragma

setelah

melakukan hubungan seksual, tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktivitas berakhir. Setelah diangkat (diafragma harus dicuci dengan hati-hati menggunakan sabun cair dan air, jangan menggunakan disimpan).

bedak

Jika

atau

mengidap

talk

jika

IMS,

akan

lakukan

pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi.

Cara penggunaan/Intruksi bagi klien 1.

Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual

2.

Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan

3.

Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma dengan air, atau melihat menembus cahaya)

32

4.

Oleskan sedikit spermisida atau krim atau jeli pada kap diafragma (untuk memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jeli, remas bersamaan dengan pinggirannya).

5.

Posisi saat pemasangan diafragma  Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet  Sambil berbaring  Sambil jongkok

6.

Lebarkan kedua bibir vagina

7.

Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis

8.

Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi

9.

Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Diafragma berada di dalam vagina paling tidak 6 jam setelah terlaksananya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat (tidak dianjurkan mencuci vagina setiap waktu, pencucian vagina bias dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan seksual).

10. Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah. 11. Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya.  Efektivitas Teoritis : 2-3 kegagalan per-100 wanita per tahun Praktek : 6-25 kegagalan per-100 wanita per tahun PERHATIAN . Jika terjadi sindrom syok keracunan, kirim klien ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Berikan rehidrasi per oral dan analgesic nonnarkotik seperti antalgin atau aspirin jika panas tinggi ›38 C. apa bila digunakan dengan benar, kemungkinan kecil 2) Kap Serviks resiko terjadinya sindrom syok keracunan di antara pengguna diafragma

33

Yaitu suatu alat yang hanya mentupi serviks saja. Dibandingkan diafragma, kap serviks lebih dalam atau lebih tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil, dan umumnya lebih kaku.  Keuntungan 1) Efektif, meskipun tanpa spermisid, tetapi bila dibiarkan di serviks untuk waktu > 24 jam, pemberian spermisid sebelum bersenggama akan menambah efektifitasnya. 2) Kap Serviks dapat dibiarkan selama seluruh periode inter-menstrual, dan hanya perlu dikeluarkan pada saat perkiraan datangnya haid. (tetapi ini tidak dianjurkan). 3) Tidak terasa oleh suami pada saat bersenggama. 4) Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional dari vagina misalnya sistokel, rektokel, prolapses uteri, tonus otot vagina yang kurang baik. 5) Kap Serviks hanya menutupi serviks saja, sehingga tidak memerlukan pengukuran ulang bilamana terjadi perubahan tonus otot vagina. 6) Jarang terlepas selama senggama.  Kerugian Pemasangan dan pengeluarannya lebih sulit karena letak serviks yang jauh di dalam vagina.  Kontraindikasi 1. Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi), pap smear abnormal 34

2. Postpartum < 6-12 minggu 3. Radang srviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau neoplasma serviks 4. Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks 5. Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi 6. Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau spermiside  Insersi Kap Serviks 1. Kurang lebih 1/3-1/2 bagian dari kap serviks diisi dengan spermisid (jangan terlalu banyak karena akan menimbulkan kesukaran untuk memperoleh hisapan/suction yang diperlukan) 2. Posisi tubuh wanita jongkok atau setengah duduk/tidur 3. Kap serviks dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari dengan kubah menghadap ke bawah sambil memijit pinggir alas kap serviks 4. Tangan yang lain membuka bibir kemaluan 5. Kap serviks dimasukkan sepanjang dinding belakang vagina sampai mencapai serviks 6. Dengan jari telunjuk, pinggir-alas kap serviks ditekan sekeliling serviks sampai kubah cervical cap menutupi ostium uteri dan ujung serviks dapat teraba di bawah kubah. Kap serviks harus dibiarkan in-situ selama minimal 6 jam setelah senggama selesai. Memang kap serviks dapat dibiarkan in situ untuk> 24 jam, tetapi ini tidak dianjurkan.  Efek samping 1) Hanya ada satu efek samping minor yaitu timbulnya secret yang sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama di dalam vagina. 2) Yang selalu harus dipikirkan adalah kemungkinan : - Sindrom Syok Toksik - Infeksi traktus urinarius yang berulang-ulang - Bertambahnya abnormalitas serviks sehubungan dengan HPV (Humam Papilloma Virus) c) Spons [7]

35

Sponge berbentuk bantal, satu sisi dari sponge berbentuk cekung yang dimaksudkan untuk menutupi serviks dan mengurangi kemungkinan perubahan letak spons selama senggama. Sisi lainnya mempunyai tali untuk mempermudah pengeluarannya.  Insersi Spons 1. Mula-mula spons dibasahi dengan air ledeng sebanyak kira-kira 2 sendok makan, lalu diperas secukupnya untuk menghilangkan air yang berlebihan. 2. Sponge kemudian dimasukkan ke dalam vagina sampai mencapai serviks 3. Setelah spons terpasang dengan benar, spons memberikan perlindungan sampai 24 jam. Spons dibiarkan paling sedikit 6 jam in situ setelah senggama selesai. Jangan melakukan pembilasan vagina (douching)  Cara kerja [7] Spons mempunyai efek kontraseptif karena: 1. Melepaskan spermisid yang terkandung di dalamnya 2. Merupakan barier antara spermatozoa dan serviks 3. Menjebak/menangkap spermatozoa ke dalam penis  Efektivitas [7] Teoritis: 5-8 kehamilan per-100 wanita per tahun Praktek: 9-27 kehamilan per-100 wanita per tahun  Kontra-indikasi [7] 1. Riwayat Sindrom Syok Toksik 2. Alergi terhadap polyurethane atau spermisidnya 3. Ketidakmampuan wanita untuk melakukan insersi dengan benar 4. Kelainan anatomis dari vagina seperti prolapsus uteri, sistokel, retrokel, retrofleksi yang ekstrim, septum vagina.

36

 Efek samping dan komplikasi [7] 1) Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidnya. 2) Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar. 3) Kemungkinan timbulnya Syindrom Syok Toksik.  Catatan penting untuk Akseptor [7] 1. Jaga

kebersihan

tangan

sebelum

memasang

sponge

dan

saat

mengeluarkannya. 2. Jangan melampaui batas waktu 24 jam untuk membiarkan sponge in situ. 3. Jangan menggunakan sponge bila sedang haid, bila ada perdarahan pervaginal atau apabila ada flour albus. 4. Jangan menggunakan sponge selama 6-12 minggu post partum (pakailah kondom) 5. Perhatikan tanda-tanda bahaya Syindrom Syok Toksik.

37

4) Kondom wanita [4]

Reality female kondom telah mendapatkan persetujuan dari FDA untuk digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1993, tetapi tidak mendapat sambutan masyarakat sampai bulan Agustus tahun 1994. Terbuat dari lapisan poliuretan tipis dengan cincin dalam yang fleksibel dan dapat digerakkan pada ujung yang tertutup yang dimasukkan ke dalam vagina, dan cincin kaku yang lebih besar pada ujung terbuka dibagian depan yang tetap berada di luar vagina dan terlindungi introitus. Kondom wanita hanya memiliki satu ukuran dan tidak perlu dipasang oleh pemberi pelayanan kesehatan professional. Kondom tersebut harus dilumasi dahulu dan tersedia sekaligus dengan pelumas tambahan. Pelumas tambahan atau sediaan spermisida dapat digunakan bersama dengan kondom. Efektifitas, keluhan, dan penatalaksanaan [4] Kondom untuk wanita tidak hanya berfungsi mencegah kehamilan, tetapi juga merupakan alat yang efektif melawan HIV, gonorea, clamidia, dan tricomoniasis, apabila digunakan dengan benar. Dibanding dengan kondom untuk pria, kondom ini memungkinkan risiko lebih kecil terhadap penyakit seksual yang ditularkan lewat kulit, seperti HPV atau kutil genitalia karena alat ini menutupi sebagian besar area terpajan dan menjadi penghalang antara introitus, vulva, dan pangkal penis.

38

Perbedaan yang besar antara angka kegagalan pada penggunaan kontrasepsi terbaik dan penggunaan biasa tidak diragukan lagi mencerminkan masalah penguasaan teknik penggunaan alat kontrasepsi dan penggunaan yang tidak konsisten. Meskipun telah mengikuti program pendidikan dengan menggunakan video, konseling kesehatan, dan praktik model, 25% dari 1.144 partisipan penelitian tidak dapat menggunakan kondom wanita dengan benar, pada percobaan pertama ketika sesi praktik memasukkan kondom wanita secara mandiri. Petunjuk tambahan yang diberikan pun belum banyak mengubah keadaan, hanya 3% diantara partisipan yang berhasil. Partisipan baru berhasil memasukkan kondom dengan benar setelah dua atau tiga kali percobaan. Kendati tidak perlu benar-benar pas untuk memasukkan kondom, namun bidan harus menyediakan waktu guna memberi petunjuk dan kesempatan praktik bagi wanita yang memilih metode kontrasepsi ini. Keberhasilan dalam memasukkan kondom sangat penting untuk keefektifan penggunaannya, sehingga para wanita dapat terus menggunakannya. Untuk memasukkan kondom wanita, tekan cincin kondom yang berada didalam ujung tertutup kondom, kemudian ujung berselubung yang tertutup dimasukkan kedalam vagina sedalam mungkin untuk memasukkannya melewati tulang pubis. Saat ini selubung kondom menutupi serviks dan melekat pada seluruh saluran vagina. Cincin yang terbuka tetap berada di luar vagina, sebagian menutupi vulva dan perineum. Penis kemudian masuk ke dalam ujung selubung kondom yang terbuka. Kondom dapat dimasukkan ke dalam vagina selama 8 jam, terutama selama hubungan seksual, tetapi harus ditempatkan sebelum penis mendekati genitalia eksterna wanita jika tujuannya untuk mencegah kehamilan dan infeksi. Setelah melakukan hubungan seksual dan sebelum berdiri, wanita tersebut harus menekan dan memutar cincin terluar untuk menjaga semen yang masuk tetap berada di dalam kondom, kemudian dengan perkahan keluarkan kondom dan buang. Keluhan yang muncul pada penggunaan kondom wanita adalah pasangan suami istri dapat merasakan cincin bagian dalam pada kondom, cincin bagian luar

39

menekan kedalam vagina wanita, selubung kondom terbawah dan bergerak gerak bersama penis, dan cincin luar kondom bergerak masuk bersama penis selama hubungan seksual. Mengecek penempatan kondom yang benar dan memberi pelumas tambahan merupakan penyelesaian sebagian masalah yang muncul pada penggunaan kondom wanita. Walaupun harga kondom wanita lebih mahal daripada kondom pria, 36 negara bagian AS menyediakan penggantian biaya melalui Medicaid atau program sejenis lainnya. Kondom wanita juga tersedia secara CumaCuma atau dapat dibeli dengan murah dibanyak klinik masyarakat atau klinik nonprovit. Aspek positif penggunaan kondom wanita adalah memungkinkan wanita melindungi dirinya dari HIV dan penyakit menular seksual tanpa harus bergantung pada pasangan prianya. Dari hasil wawancara beberapa pasangan lebih memilih merasakan poliuretan disbanding harus menggunakan kondom pria dan beberapa wanita melaporkan bahwa tepi cincin luar memungkinkan stimulasi klitoris.

40

2). Kimiawi

 Spermisida [8]

Gambar dari http://bundanet.com/spermisida-bundanet/

Penggunaan obat-obat spermisida untuk tujuan kontrasepsi telah dikenal sejak zaman dahulu. Berbagai bahan telah digunakan dalam berbagai bentuk untuk dimasukkan ke dalam vagina. Pada tahun 1885 Walter Rendell (Inggris) untuk pertama kali membuat suatu suppositorium, terdiri atas sulfan kinin dalam oleum kakao, kemudian, sulfan kinin diganti dengan hidrokuinon yang mempunyai daya spermisida yang lebih kuat. Obat spermisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen, yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoon dan vehikulum yang nonaktif dan yang diperlukan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh karena itu, obat yang paling baik adalah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermisida umumnyqa digunakan bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal) atau apabila ada kontraindikasi terhadap cara lain. Efek samping jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergik. Reaksi keseimbangan

alergi pH

dikarenakan vagina

dan

Nonoxynol-9 mempengaruhi

(N-9)

mengubah

beberapa

bakteri

41

menguntungkan, sehingga membuat area genital lebih ramah terhadap bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kencing.[9] Semua jenis spermisida hanya efektif selama satu jam setelah dimasukkan. Jika sudah memasukkannya ke dalam vagina namun ternyata hubungan seksual baru terjadi satu jam setelahnya, maka perlu memakainya kembali sebelum memulai. Setelah pasangan mengalami ejakulasi, spermisida dan sperma akan mengalir keluar dari vagina. Wanita juga dianjurkan untuk tidak bersih-bersih dengan sabun pencuci vagina (douche), bisa mencucinya, tapi jangan mandi, cukup bilas vagina atau semprotkan air. Dapat dibersihkan setelah 6 jam berhubungan seksual memakai spermisida. Dikarena bahan kimia yang ada pada produk ini memerlukan waktu untuk membunuh semua sperma. Hal ini dapat disiasati dengan menggunakan pembalut tipis untuk menyerap kebocoran.[10,11] Berdasarkan penelitian, penggunaan spermisida saja tanpa menggunakan kondom dapat mencegah kehamilan sampai dengan 78%. Sedangkan

penggunaan

spermisida

bersamaan

dengan

kondom

memberikan tingkat keberhasilan sebesar 95% atau lebih. Jadi jika berencana untuk menunda kehamilan, maka penggunaan spermisida berbarengan dengan kondom lebih dianjurkan.[12] Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oxinol-9) digunakan untuk menoaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk : 

Aerosol



Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film



Krim

Cara kerja : Menyebabkan sel membrane terpecah, memperlambat pergerakkan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. Pilihan : 

Busa (Aerosol) efektif segera setelah insersi

42



Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metode kontrasepsi



Tablet vagina, suppositoria dan film penggunaannya disarankan menunggu 10-15 menit sesudah dimasukkan, sebelum hubungan seksual



Jenis spermisida jelli biasanya hanya digunakan dengan diafragma

Manfaat : a. Kontrasepsi 

Efektif seketika (busa dan krim)



Tidak mengganggu prosuksi ASI



Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain



Tidak mengganggu kesehatan klien



Tidak mempunyai pengaruh sistemik



Mudah digunakan



Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual



Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

b. Nonkontrasepsi 

Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS

Keterbatasan : 

Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan pertahun pertama)



Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan



Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual



Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria dan film) 43



Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam

Seleksi klien pengguna spermisida SPERMISIDA Sesuai untuk klien yang : 

Tidak

dianjurkan

kontrasepsi

hormonal

Tidak sesuai untuk klien yang : metode



seperti

Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan

perokok atau di atas usia 35 tahun

kehamilan dengan resiko tinggi



Tidak menyukai penggunaan AKDR



Terinfeksi saluran uretra



Menyusui dan perlu kontrasepsi



Tidak stabil secara psikis atau tidak



Memerlukan proteksi terhadap IMS

suka menyentuh alat kelaminnya



Memerluka

(vulva dan vagina)

metode

sederhana

sambil menunggu metode yang lain



Mempunyai riwayat sindrom syok keracunan



Ingin metode KB efektif

Efek samping dan masalah 

Iritasi vagina

penanganan Periksa adanya vaginitis dan IMS. JIka penyebabnya spermisida, alihkan ke spermisida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain



Iritasi penis dan tidak nyaman

Periksa IMS, jika penyebabnya spermisida, alihkan

ke

spermisida

lainnya

dengan

komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain 

Gangguan rasa panas di vagina

Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Jika tidak ada perubahan, alihkan ke spermisida lainnya

44

dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain



Kegagalan tablet tidak larut

Pilih spermisida lain dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain

Penanganan efek samping dan masalah lain

Cara penggunaan atau instruksi bagi klien 

Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim) dan insersi spermisida



Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas hubungan seksual



Jarak tunggu sesudah memasukkan tablet vagina atau suppositoria adalah 10-15 menit



Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa



Penting untuk mengikuti anjuran dari pabrik tentang cara penggunaan dan penyimpanan dari setiap produk (misalnya kocok aerosol sebelum diisi ke dalam aplikator)



Spermisida ditempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks terlindungi dengan baik

45

a. Aerosol (Busa)

Gambar dari https://www.lusa.web.id/cara-pakai-spermisida/



Kocok tempat Aerosol 20-30 menit sebelum digunakan



Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan tekan aplikator untuk mengisi busa



Sambil berbaring lakukan insersi aplikator ke dalam vagina mendekati serviks. Dorong sampai busa keluar



Aplikator segera dicuci pakai sabun dan air, tiriskan dan keringkan. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain

46

b. Tablet vagina atau suppositoria atau film/tissue

Gambar dari https://www.lusa.web.id/cara-pakai-spermisida/



Cuci tangan sebelum membuka paket



Lepaskan tablet atau suppositoria dari paket



Sambil berbaring masukkan tablet vagina atau suppositoria jauh ke dalam vagina



Tunggu 10-15 menit sebelum berhubungan seksual

47



Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet vagina atau suppositoria di tempat

Catatan : beberapa busa dari tablet vagina menyebabkan rasa hangat di vagina. Itu normal-normal saja. c. Krim

Gambar dari https://www.lusa.web.id/cara-pakai-spermisida/



Insersi kontrasepsi krim setelah dikemas ke dalam aplikator sampai penuh, masukkan ke dalam vagina sampai mendekati serviks



Tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu menunggu kerja krim



Aplikator harus dicuci dengan sabun dan air sesuai dengan pencegahan infeksi untuk alat-alat, tiriskan dan keringkan

48



Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagianbagiannya. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain



Sediakan selalu ekstra pengadaan krim terutama apabila ternyata kontainer kosong.[13]

49

BAB III PENUTUPAN

3.1.

Kesimpulan Masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah kepadatan penduduk yang sangat besar. Untuk itu pemerintah mencanangkan program KB. Dalam keluarga berencana ini sebelum akseptor menggunakan kontrasepsi, provider harus memahami kemudian memberikan penjelasan tentang perencanaan keluarga, penapisan klien dan pelayanan kontrasepsi yang diberikan dengan berbagai macam metode salah satunya adalah metode dengan alat sederhana. Metode alat sederhana ini ada dua jenis yaitu mekanis dan kimiawi. Mekanis dengan kondom sebagai contohnya dan kimiawi dengan spermisida.

3.2.

Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan para mahasiswi kebidanan dapat mengambil manfaatnya dan dapat melakukan penapisan seacara benar sehingga akseptor dapat memilih atau menggunakan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan.

50

Daftar Pustaka 1. BKKBN. 2008. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia. Jakarta: BKKBN 2. Curtis GB. Kehamilan di Atas Usia 30. Dalam: Satyanegara S (editor), Asih Y (alih bahasa). Jakarta: Arcan; 1999. 3. Hartanto, H. 2013. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan 4. Biran, Affandi dkk. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 5. Rahayu, Sri. 2015. Modul Kesehatan Reproduksi dan KB. Jakarta : Menteri Keseharan RI 6. Biran, Affandi dkk. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi ke 2 Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 7. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 8. Affandi, B, Albar, E. Kontrasepsi. In: Anwar, M, Baziad A, Prabowo Prajitno, R. Ilmu Kandungan, Ed 3rd, Cet 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011: 444 9. Ibupedia. Metode KB Spermisida: Pembunuh Sperma. Dapat dari https://www.ibupedia.com/artikel/kehamilan/metode-kb-spermisida-pembunuhsperma. Diakses pada 10 Maret 2018 10. Hellosehat. Mengenal Spermisida, Alat Kontrasepsi untuk Membunuh Sperma. Dapat dari https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/spermisida-membunuhsperma/. Diakses pada 10 Maret 2018 11. Ibupedia. Metode KB Spermisida: Pembunuh Sperma. Dapat dari https://www.ibupedia.com/artikel/kehamilan/metode-kb-spermisida-pembunuhsperma. Diakses pada 10 Maret 2018 12. Alodokter. Penggunaan Spermisida. Dapat dari http://www.alodokter.com/komunitas/topic/alat-kontrasepsi-mohon-di-jawab. Diakses pada 10 Maret 2018 13. Affandi, B, Adriaansz, G, Gunardi Eka, R, Koesno, H. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Ed 3rd, Cet 2. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2012: MK-24-MK-27

51

Related Documents

Makalah Kb Fix.docx
May 2020 4
Makalah Kb Pil.docx
June 2020 19
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Kb
June 2020 36
Kb
April 2020 19

More Documents from "rendrii audistika"