Vertikultur.docx

  • Uploaded by: Asriani Azis
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Vertikultur.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,322
  • Pages: 6
VERTIKULTUR Nama No. Urut

: Muhammad Nur Saifullah : 20

 Konsep Dasar Vertikultur

Vertikultur bisa diartikan sebagai budi daya tanaman secara vertikal sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat. Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal . Sistem bertanam secara vertikultur sekilas memang terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat mudah dilakukan. Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur. tergantung kepada model dan sistem tambahan yang dipergunakan. Dalam model sederhana, struktur dasar yang digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan di rumah-rumah. Sistem tambahan yang memerlukan keterampilan dan pengetahuan khusus, contohnya penggunaan sistem hidroponik atau drive irrigation (irigasi tetes) (Temmy, 2003). Vertikultur berasal dari bahasa inggris, yaitu vertical dan culture. Secara lengkap, dibidang budi daya tanaman, arti vertikultur adalah suatu teknik bercocok tanam diruang sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat (Temmy, 2003). Marsema Kaka Mone (2006), menjelaskan bahwa vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal, atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah vertikal. Teknik ini berawal dari ide vertical garden yang dilontarkan oleh sebuah perusahaan benih di Swiss pada tahun 1944. Popularitas bertanam dengan dimensi vertikal ini selanjutnya berkembang pesat dinegara Eropa yang beriklim subtropis. Awalnya, sistem vertikultur digunakan untuk memamerkan tanaman ditanam umum, kebun, atau didalam rumah kaca (green house). Setelah ide vertical garden dilontarkan, pemilik rumah kaca komersial di Guernsey ( The Cannel Islands) dan di inggris mengadaptasi teknik ini untuk

memproduksi strowberi. Bahwa taman vertikal tersebut dapat dibuat dan ditanami jenis tanaman sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pemiliknya. Lebih lanjut Temmy (2003), menjelaskan jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim khususnya sayuran, dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas. Selain dibudidayakan dengan media tanam umum, teknik ini juga berkembang dengan mengadopsi cara pemberian hara bersamaan dengan air siraman melalui irigasi tetes (drip irrigation) atau pengaliran secara kontinu (hidroponik). Selain itu, dapat juga digunakan beberapa teknik penanaman terbaru seperti sistem air oponik atau sistem vertigro. Sistem airoponik adalah pengabutan unsur hara kearah sistem perakaran.

 Manfaat Vertikultur Vertikultur sebagai salah satu teknik bertanam memiliki beberapa manfaat baik dilihat dari unsur seni, unsur kesehatan, maupun unsur perdagangan. 1) Unsur Seni : - Dapat memenuhi kebutuhan rohani - Untuk ketentraman jiwa si pemilik - Untuk memuaskan bathin bagi orang yang melihatnya. - Lebih bersifat psikologis 2) Unsur kesehatan : - Penting untuk kebutuhan jasmani - Sebagai sumber vitamin dan mineral - Untuk memenuhi kebutuhan keluarga - Sebagai sumber ptotein nabati - Berdampak pada fungsi fisiologis tubuh 3) Unsur perdagangan : - Hasilnya dapat diperjualbelikan - Bermanfaat sebagai mata pencaharian penduduk.

 Kelebihan dan Kekurangan Vertikultur - Kelebihan: 1) Efisiensi pemanfaatan lahan karena vertikultur dibuat secara bersusun. 2) Portabel. Bila ditanam dengan wadah pot/ polibag/botol/kaleng, tanaman mudah dipindahkan ke lain tempat. 3) Mengurangi penyiangan karena penanaman secara vertikal mengurangi tumbuhnya gulma. 4) Penghematan pupuk karena diberikan pada wadah yang terbatas sehingga tidak mudah tercuci oleh hujan. 5) Penghematan pestisida, khususnya pestisida untuk serangga tanah karena media tanam dapat menggunakan media steril. 6) Bila vertikultur diberi atap dapat mencegah kerusakan karena hujan.

7) Bila dilakukan di ruangan tertutup (rumah kaca) dapat menghemat penyiraman karena dapat mengurangi penguapan air. 8) Mempunyai segi keindahan dan estetika yang baik. 9) Mempermudah perawatan karena tanaman mengelompok di satu lokasi. - Kekurangan: 1) Membutuhkan pemberian pupuk dan penyiraman yang dilakukan secara kontinu, terutama yang beratap atau dengan rumah kaca. 2) bila dipindah tidak hati-hati maka tanaman bisa rusak atau patah, apabila sedang berbunga atau berbuah bisa rontok. 3) Perawatan lebih intensif dan tingkat kesulitan yang lebih banyak karena kondisi tanaman bersusun. 4) Investasi awal cukup besar terutama untuk membuat bangunan rumah kaca dan instalansi vertikulur.

 Jenis Vertikultur 1) Vertikultur Vertikal Biasanya jenis ini ditemui dalam bentuk wadah-wadah kokoh berbentuk kolom yang tegak berdiri di lahan.

1) Vertikultur Horizontal Jenis ini ditemui dalam bentuk rak-rak atau tangga bertingkat.

2) Vertikultur Gantung Jenis ini umum terlihat dalam bentuk pot-pot atau wadah yang diikat oleh tali/kawat dan digantung pada atap.

3) Vertikultur Susun Jenis ini mirip dengan vertikultur vertikal, hanya berbeda dalam penyajian wadah dan kolom untuk media tanam yang akan digunakan.

 Sistem Vertikultur A. Media Tanam Media tanam yang dapat digunakan dalam becocok tanam secara vertikultur sebenarnya beragam. Namun pilihan yang paling baik adalah menggunakan tanah gambut. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, campuran media tanam yang baik digunakan adalah menggunakan campuran kompos, tanah, dan arang sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Sekam berfungsi untuk menampung air di di dalam tanah, sedangkan kompos berfungsi untuk menyediakan unsur-unsur penting yang dibutuhkan. Sebaiknya media tanam juga ditambah dengan pupuk TSP dan KCL masing-masing 10 gram per tanaman, bisa juga menggunakan pupuk majemuk yaitu NPK Ponska. B. Persemaian Sebelum penanaman ada proses yang disebut persemaian, yaitu proses pematangan benih hingga menjadi bibit sehingga siap untuk ditanam padamedia tanam vertikultur.

Beberapa jenis tanaman yang membutuhkan proses persemaian adalah tomat, cabai, terong, mentimun, bunga kol, brokoli, selada, caisim, kailan, dan lain-lain. Cara melakukan penyemaian yang diuraikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan adalah sebagai berikut : 1) Siapkan media untuk penyemaian benih yang biasanya terdiri dari campuran tanah kebun yang telah diayak dengan pupuk kandang atau pasir dengan perbandingan 2:1:2. Dapat pula dicampur dengan pupuk NPK. 2) Masukan media semai ke dalam wadah bak plastik datar, sementara itu benih yang akan disemai direndam terlebih dahulu kedalam air hangat selama kurang lebih satu jam. 3) Setelah direndam selama satu jam, benih langsung dibariskan kedalam bak persemaian dan ditutupi dengan hamparan media tipis. 4) Setelah tiga minggu benih telah tuimbuh menjadi bibit dan siap dipindahkan ke dalam pot verti. Perawatan yang dilakukan selama dalam persemaian cukup dengan melakukan penyiraman saja dengan menggunakan hand sprayer yang disemprotkan secara halus.

C. Penanaman Pada pot yang telah dipersiapkan, isikan media tanam yang telah disiapkan sebelumnya. Masukan media tanam sebanyak 2/3 bagian. Setelah pot diisi dengan media, sebaiknya disiram terlebih dahulu sehingga didapatkan kelembaban yang ideal. Setelahnya, barulah tanamkan bibit yang telah disemaikan. Pastikan semua bagian akar dari semua bibit telah tertanam kedalam media. Sedangkan untuk jenis tanaman kangkung, bayam, baby capro, lebih baik ditanam langsung dari saat masih benih. Karena menggunakan pot bertingkat, maka aturlah penanaman. Misalnya rak terbawah dengan satu jenis tanaman, kemudian rak atasnya lagi dengan jenis tanaman yang berbeda, sehingga akan didapatkan susunan yang serasi dan punya nilai seni. D. Perawatan Perawatan mulai dilakukan sejak tanaman dipindahkan kedalam pot verti. Kegiatan perawatan terdiri dari penyiraman, pemupukan, dan pencegahan hama/penyakit yang dilakukan secara rutin dan teliti. Penyiraman pada tanaman sebaiknya dengan memperhatikan ukuran tanaman dan daya cengkeram akar terhadap medianya. Tanaman yang berukuran kecil dan akarnya halus dilakukan penyiraman

dengan semprotan halus. Namun, tanaman yang berukuran besar dan relatif kuat bisa dengan gayung secara hati-hati. Hama/penyakit pada sayuran yang ditanam di dalam pot sangat relative dikit. Namun, untuk mencegahnya perlu dilakukan dengan menjaga kelembaban. Kelembaban yang ada di area pot jangan terlalu tinggi, karena akan menjadi tidak sehat yang dapat menimbulkan kematian. Proses pemupukan juga tidak dapat dilepaskan dari aktivitas perawatan tanaman vertikultur. Pemupukan dilakukan secara rutin 2-7 hari sekali. Pada sayuran daun, karena titik beratnya pertumbuhan vegetatif, maka pupuk yang diberikan harus banyak mengandung unsur nitrogen, dosis 20gr pupuk urea atau ZA yang dilarutkan dalam 10 liter air yang disiramkan pada masing-masing pot secukupnya saja sampai media tanam basah. Apabila kesulitan menemukan pupuk, maka limbah dapur dan daun-daun kering dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan-bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang, dll). Pupuk ini dapat menjadi pupuk organik yang membantu menyuburkan tanah dan meningkatkan hasil pertanian. E. Pemanenan Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar. Seperti pemanenan sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung, dan sebagainya. Apabila fungsi tanaman ini untuk dikonsumsi sendiri, maka akan lebih menghemat apabila pemanenan dilakukan dengan cara potong daunnya. Dengan cara tersebut maka tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan dapat dipanen berulang-ulang.

More Documents from "Asriani Azis"