Makalah Kardiovaskular Kel 7 Fix.docx

  • Uploaded by: Malkah Kamilah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kardiovaskular Kel 7 Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,943
  • Pages: 22
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian ibu hamil masih menjadi masalah utama di seluruh dunia. Organisasi kesehatan tingkat dunia, Word Health Organization (WHO) memperkirakan 800 setiap harinya perempuan meninggal karena masalah maternal mencapai 80%, dan sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang (WHO, 2013). Di negara wilayah Asia Tenggara, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati urutan pertama yakni mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014). Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI di Indonesia mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Angka kematian ibu karena hipertensi 27,1%, dan kematian karena penyakit penyerta seperti penyakit kanker, jantung, dan tuberculosis (TBC) mencapai 40,8% (Kemenkes R1, 2013).

Penyakit penyerta kehamilan seperti tuberculois, ginjal, jantung, asma, gangguan hipertensi, hepatitis, malaria, dan diabetes selama kehamilan adalah salah satu kondisi yang menyebabkan tingginya kematian ibu (Koblinsky, 2012). Penyakit penyerta yang sering dialamai ibu hamil adalah Diabetes Mellitus (DM). Kehamilan yang disertai DM di RSIB Harapan Kita Jakarta mengakibatkan 44,8% bayi lahir dengan makrosomia (Setiawan, 2014). Di Bahu, Manado terdapat 47,5% ibu hamil yang berisiko terkena DM Gestasional (Metris, 2013). DM pada ibu hamil dipengaruhi oleh usia ibu yang lebih dari 35 tahun dan berat badan ibu yang overweight (Saldah, 2013).

1

Prevalensi ibu hamil dengan DM semakin meningkat tiap tahunnya. Ibu Hamil yang mengalami diabetes selama kehamilannya setelah diikuti selama 5 tahun berkembang menjadi DM tipe 2 sebanyak 50% kasus (Herwindo, 2017).

Penyakit jantung dalam kehamilan juga menjadi penyebab kematian maternal yang cukup penting. Sekitar 0,2-4% kehamilan di negara maju disertai komplikasi penyakit kardiovaskuler. Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung tersebut adalah karena faktor umur, dan gangguan metabolic (Simahendra, 2013). Berdasarkan penelitian di RSUP Dr. Kariadi Semarang terdapat 66% (59 kasus) hamil dengan penyakit jantung disertai gagal jantung, 35,6% mengalami komplikasi kardiovaskuler maternal, dan 8,5% kematian ibu dengan penyakit jantung (Wiyati, 2013). Selain meningkatkan AKI, penyakit jantung pada ibu hamil juga mengakibatkan ibu melahirkan bayi premature (Vivi, 2014). Kehamilan pada ibu dengan penyakit jantung bawaan sianotik memiliki resiko kematian ibu dan janin, untuk itu terminasi.kehamilan harus didiskusikan dan dilakukan di rumah sakit (Paramita, 2016)

2

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskular ? 2. Apa saja Perubahan sistem kardiovaskular pada kehamilan ? 3. Apa saja Penyakit jantung dalam kehamilan ? 4. Apa Etiologi kardiovaskular ? 5. Apa saja Faktor predisposisi ? 6. Apa saja Komplikasi ? 7. Apa saja Tanda dan gejala ? 8. Bagaimana Penegakan diagnosa ? 9. Apa saja Pelaksanaan ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Apa pengertian Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskular 2. Untuk mengetahui Apa saja Perubahan sistem kardiovaskular pada kehamilan 3. Untuk mengetahui Apa saja Penyakit jantung dalam kehamilan 4. Untuk mengetahui Apa Etiologi kardiovaskular 5. Untuk mengetahui Apa saja Faktor predisposisi 6. Untuk mengetahui Apa saja Komplikasi 7. Untuk mengetahui Apa saja Tanda dan gejala 8. Untuk mengetahui Bagaimana Penegakan diagnosa 9. Untuk mengetahui Apa saja Pelaksanaan

3

BAB II PEMBAHASAN

A.

Anatomi Dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

1. Struktur Anatomi Sistem Kardiovaskuler a. Jantung Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut, berongga, basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apeks nya miring ke sebelah kiri. Beratnya sekitar 250 – 300 gram. Jantung berada di dalam torax, antara kedua paru-paru dan di belakang sternum. Kedudukan yang tepat dapat di gambarkan pada kulit dada. Sebuah garis yang ditarik dari kosta ke-3 kanan, 2 cm dari sternum, ke atas kosta ke-2 kiri, 1 cm dari sternum menunjukan kedudukan basis jantung tempat pembuluh darah masuk dan keluar. Titik sebelah kiri antara interkosta ke-5 dan ke-6 atau di dalam ruang interkosta ke-5 kiri 4 cm dari garis medial menunjukan kedudukan apeks jantung, yang merupakan ujung tajam dari ventrikel. Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus terdiri atas tiga lapis : pericardium (pembungkus luar ), mio kardium (lapisan otot tengah) dan endo kardium (batas dalam).

Jantung terbagi oleh sebuah septum menjadi dua belah kiri dan kanan. Sesudah lahir tidak ada hubungan antara kedua belahan ini. Setiap belahan terbagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium yang bawah disebut ventrikel. Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup trikuspidalis. Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup bikuspidalis (mitral). Kedua katup ini disebut katup Atrio-ventrikuler. Antara ventrikel kiri dengan aorta terdapat katup semilunar aorta. Antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis terdapat katup semilunar pulmonalis.

b. Pembuluh darah  Arteri.

4

Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah berisi zat-zat pengatur yang di kirim ke sel-sel seluruh tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari pentrikel kiri disebut aorta. Arteri mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi elastis.  Vena Merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari jaringan ke jantung. Vena mempunyai dinding lebih tipis, memiliki katup-katup yang berguna untuk mencegah agar darah tidak kembali.  Kapiler Merupakan pembuluh darah yang sangat halus, berfungsi sebagai alat penghubung antara arteri dan vena serta tempat terjadinya pertukaran zat-zat.

2. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler a. Sirkulasi Sistemik (peredaran darah besar). Adalah aliran darah melalui ventrikel kiri, arteri, kapiler, kembali ke atrium kanan melalui vena. Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta. Aorta bercabang menjadi arteri lebih kecil yang mengantarkan darah ke berbagai bagian tubuh dimana berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstiil di dalam kapiler.

Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung membentuk venula kemudian bersatu menjadi vena. Venakapa inferior mengumpulkan dari badan dan anggota gerak bawah, dan venakapa superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan.

b. Sirkulasi Pulmonal (peredaran darah kecil). Adalah aliran darah dari ventrikel kanan, masuk ke dalam paru-paru dan kembali ke atrium kiri. Darah dari vena kappa superior dan inferior masuk ke atrium kanan kemudian masuk ke pentrikel kanan yang berkontraksi dan memompakan darah ke arteri pulmonalis yang bercabang dua untuk mengantarkan darah nya ke paru-paru kiri dan kanan.

Didalam jaringan paru-paru terjadi pertukaran untuk mengambil O2 dan melepas CO2. Kemudian melalui vena pulmonalis darah dituangkan ke atrium

5

kiri kemudian mengalir masuk ke dalam ventrikel kiri. Ventrikel kiri berkontraksi dan darah dipompa masuk ke aorta dan mulai sirkulasi sistemik.

c. Mekanisme Kerja Jantung. Jantung berfungsi sebagai pompa, pompa sebelah kanan terdiri dari atrium kanan dan ventrikel kanan yang memompa darah yang belum teroksigenasi yang berasal dari pembuluh darah vena ke dalam sirkulasi pulmonal, serta pompa sebelah kiri terdiri dari atrium kiri dan ventrikel kiri yang memompa darah yang sudah teroksigenasi ke sirkulasi sistemik.

Setiap siklus denyut jantung terdiri dari kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) kedua atrium dan ventrikel secara berurutan dan teratur. Dengan adanya sistol dan diastole disertai membuka dan menutupnya katup menjadikan jantung bekerja sebagai suatu pompa. Penutupan katup-katup jantung menghasilkan bunyi. Bunyi jantung pertam (S1) timbul akibat penutupan katup trikuspidalis dan mitral. Bunyinya lebih keras diodeskripsikan sebagai bunyi “Lub”. Bunyi jantung ke-2 timbul akibat penutupan katu semilunar yang dideskripsikan sebagai “Dub”. Jarak kedua bunyi adalah 1 detik atau kurang.

B.

Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Kehamilan

Dalam kehamilan terjadi perubahan

pada sistem kardiovaskuler yang

merupakan penyesuaian maternal secara anatomis dan fisiologis. Adaptasi tersebut untuk melindungi pungsi fisiologi normal karena peningkatan hormon tubuh saat kehamilan (Manuaba,1998), kebutuhan janin akan oksigen yang meningkat 10-20 % (Ben-Zion,1994) dan kebutuhan metabolic selama kehamilan, menjadikan bertambah banyaknya darah yang beredar sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Perubahan tersebut terutama disebabkan :

* Hipervolemia yaitu peningkatan volume plasma sebesar 22 %, mulai kehamilan 10 minggu sampai puncaknya pada 32-34 minggu, selanjutnya menetap selama triwulan terakhir (Hanifa, 1994), mulai kehamilan 8 minggu dan puncaknya 28-32 minggu (Muchtar,1994).

Peningkatan volume darar sebesar 20-100% dipengaruhi oleh beret badan, berat hasil konsepsi, dan gizi ibu (Ben-Zion,1994). Hipervolemia disebabkan antara lain

6

oleh retensi garam dan air karena perubahan fungsi ginjal (Ben-Zion,1994). Hipervolemia bertujuan untuk :  Membantu filtrasi ginjal yang meningkat  Mengurangi jumlah pengosongan volume rata-rata selama perdarahan pada persalinan dan nifas  Membantu penyaluran oksigen yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan janin. Pembesaran uterus gravidus mendorong diafragma sehingga posisi jantung terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri, pembuluh darah besar di sekitar jantung mengalami lekukan dan putaran. Impuls pada apeks, point of maximum impuls (PMI) bergeser ke atas dan lateral sekitar 1-1,5 cm.

Perubahan posisi dan ukuran jantung serta hipervolemia menimbuklan perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama hamil. Bunyi S1 dan S2 lebih jelas terdengar, S3 jelas terdengar setelah kehamilan 20 minggu. Selain itu murmur ejeksi sistolik tingkat II dapat terdengar di atas daerah pulmonal (Bobak,2005).

Perubahan Tersebut Mengakibatkan : Terjadi haemodilusi yaitu pengenceran darah yang mencapai puncaknya pada usia

kehamilan

32-34

minggu

(Hanifa,1994)

atau

minggu

ke

28-32

(Muchtar,1998). Peningkatan Cardiac Output hingga 40 % yang terjadi pada awal kehamilan dan puncaknya minggu ke 20-24 (Varney,1997). 30-50% pada kehamilan 32 minggu, menurun sampai 20% pada minggu ke-40 (Bobak,2005). Cardiac Output = denyut jantung X stroke volume.

Peningkatan ini merupakan respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen jaringan (nilai normalnya 5-5,5L/menit). Hal ini menyebabkan meningkatnya frekwensi denyut jantung dan nadi mencapai 88x/menit pada kehamilan 34-36 minggu

(Hanifa,1994),

peningkatan

15

denyutan/menit

(Ben-Zion,1994),

peningkatan 10 denyutan/menit sehingga selama hamil terjadi peningkatan sebanyak 41.172.000 denyutan (Manuaba,1998).

Pada kehamilan lanjut ditemukan pergeseran pericardium ke kiri dan sering terdengar

bising

sistolok

di

daerah

apeks

dan

katup

pulmonal

(Hanifa,1994). Jantung yang normal dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut, akan tetapi apabila seorang ibu hamil memiliki sejarah penyakit jantung,

7

peningkatan Cardiac output ini akan meningkatkan resiko wanita hamil mengalami Decompensatio Cordis (Gagal Jantung). Pada saat melakukan ANC penting untuk mengetahui gejala dan tanda kelainan jantung, karena itu bidan harus mewaspadai dan mengenali gejala dini Decompensatio Cordis. Puncak keadaan Decompensatio Cordis itu akan dijumpai pada waktu (Manuaba, 1998) :  Puncak Haemodilusi darah minggu ke 28-32.  Pada saat inpartu apabila ibu hamil mengerahkan tenaga untuk mengedan.  Pada saat plasenta lahir, anastomosis arteri – pena hilang dan darah yang seharusnya masuk ke ruang inter pilus sekarang darah kembali ke peredaran darah umum dalam jumlah besar.  Pada saat Lactasi.  Pada saat terjadi perdaraah post partum yang memerlukan kekuatan ekstra jantung untuk melakukan konpensasi.  Pada saat terjadi infeksi post partum.

Cardiac output tergantung pada posisi ibu dan akan menurun pada saat posisi terlentang. Pada saat terlentang uterus gravidus menekan vena kava inferior, mengurangi aliran balik vena ke jantung sehingga menurunkan Cardiac output. Kehamilan penurunan cardiac output akibat posisi terlentang mengakibatkan 1 – 10% ibu hamil mengalami Supine Hipotensi Syindrom yaitu penurunan tekanan darah disertai gejala seperti pusing, mual, rasa seperti akan pingsan

C.

Penyakit Jantung Dalam Kehamilan

1. Definisi Penyakit Jantung Dalam Kehamilan Penyakit jantung dalam kehamilan adalah kelainan kardiovaskuler bawaan atau diperoleh secara organic maupun fungsional yang di jumpai pada wanita hamil, dengan frekwensi 1-4% (Hanifa,1994).

2. Patofisiologi Setiap kehamilan mempengaruhi sistem kardiovaskuler ibu. Hal ini berlangsung selama masa hamil dan berlanjut sampai beberapa minggu setelah kelahiran bayi. Jantung normal dapat mengkompensasi peningkatan beban

8

kerja jantung sehingga kehamilan dan persalinan umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Apabila perubahan kardiovaskuler tidak ditoleransi dengan baik, kegagalan jantung dapat terjadi pada beberapa minggu terakhir kehamilan, selama proses persalinan, atau selama periode pascanatal (Cunningham,1993). Gangguan jantung dalam derajat tertentu mempengaruhi 0,5%-3% wanita hamil

(McKeon,Perin,1989).

Peningkatan

output

jantung

membuat

peningkatan resiko pada wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung mengalami dekompentatio cordis. Wanita yang memasuki masa kehamilan dengan penyakit jantung derajat kelas 1, menjadi kelas 2 saat kehamilan dan persalinan (Varney,1997). Penyakit jantung merupakan penyebab utama mortalitas maternal bukan obstetric. Penyakit jantung merupakan penyebab keempat semua kematian ibu, Angka mortalitas mencapai 37% pada wanita hamil dengan miokard infark (Clark,1991). Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung, dan penyakit jantung dapat mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkembangan

janin

dalam

rahim. Klasifikasi penyakit jantung organik menurut New York Heart Asosiation :  Kelas 1 Tidak berbahaya, aktifitas fisik tidak terbatas, tidak ada gejala pada keadaan biasa dan tidak ada angina pectoris  Kelas 2 Agak berbahaya, aktifitas fisik agak terbatas, waktu istirahat tidak ada gejala, kegiatan fisik bias menimbilkan gejala insufisiensi jantung dengan gejala lelah, palpitasi, sesak, angina pectoris, oedema tangan/tungkai  Kelas 3 Berbahaya, aktifitas fisik terbatas, waktu istirahat tidak ada gejala, aktifitas ringan menimbulkan keluhan insufisiensi jantung  Kelas 4 Sangat berbahaya, tidak mampu melakukan aktifitas fisik dengan baik, waktu istirahat dapat menimbulkan keluhan insifisiensi jantung.

Kategori penyakit jantung akibat perubahan volume darah (Hanifa,1994):

9

 Oligosistemik, hipoplasmik, hipovolemia Ditemukan pada penderita dengan stenosis katup, perbaikan dengan transfusi sel darah merah  Polisistemik, hipoplasmik, hipervolemia Ditemukan pada penyakit jantung bawaan di mana terjadi campuran darah dari arteri dan vena  Polisistemik dan normoplasmik/hiperplasmik hipovolemik Ditemukan pada penyakit jantung bawaan, terjadi campuran darah arteri dan vena yang hebat seperti pada defek septum, tetralogi fallot, patensi duktus arteriosus, diatasi dengan plebotomi untuk mengurangi volume darah.

Efek penyakit jantung terhadap janin :  Hipoksemia pada ibu terutama dengan kelainan jantung disertai gejala  Sianosis

yang

dapat

menyebabkan

IUFD,

IUGR,

aspiksi

neonatorum,kematian neonatus, partus preterm, dan BBLR.  Ibu dengan kelainan jantung congenital mempunyai resiko 2-4% melahirkan bayi dengan kelainan jantung (Seller,1993)

D. Etiologi 1) Perubahan fisiologis dalam kehamilan yang memberatkan dan menjadi masalah bagi jantung 2) Jantung rematik dalam bentuk Stenosis Mitral. Angka kejadian 90% (M.Tobing,2005). Penyakit jantung rematik adalah penyakit autoimun yang di dahului oleh acute rematik fever, disebabkan oleh kuman streptococcus haemolitikus yang umumnya menyerang oropharing, nasopharing, dan kulit. Setelah 2 minggu dapat timbul demam rematik yang didahului dengan gejala suhu subfebris, LED meningkat, terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifat dan tempatnya. Stenosis mitral merupakan manipestasi terbesar dari penyakit jantung rematik dalam kehamilan. Pada stenosis mitral terjadi peningkatan tekanan pada atrium kiri diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler di paru-paru. Hal ini menyebabkan meningkatnya resiko oedema paru, biasanya tampak mulai kehamilan 20 minggu dan semakin berat pada persalinan.

10

Peningkatan frekwensi jantung akan meningkatakan waktu diastolic untuk mengalirkan darah melalui katup mitral, sehingga di perlukan peningkatan tekanan pada atrium kiri. Komplikasi yang penting dari stenosis mitral adalah oedema paru dan decompetatio cordis.

3) Kelainan jantung congenital a. Golongan Sianosis  Tetralogi Fallot Yaitu kelainan defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, over riding aortic dan hipertropi ventrikel kanan  Eisenmenger Yaitu kelainan berupa VSD, Hipertropi ventrikel kanan, over riding aortic, dilatasi arteri pulmonal dan resistensi pembuluh darak pulminal meningkat. b. Golongan Asianosis  Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah keadaan dimana masih tetap ada hubungan aorta dengan arteri pulmonalis  Atrial Septal Defek (ASD) adalah keadaan dimana foramen ovale tetap terbuka  Ventrikel Septal Defek (VSD) adalan keadaan dimana penutupan sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna  Koarktasio Aorta adalah penyempitan setempat aorta.

4) Penyakit otot jantung  Myocarditis yaitu infeksi karena virus yang berhubungan dengan kekurangan gizi  Endocarditis (Hanifa,1994 & M.Tobing,2005,Seller,1993)

E. Faktor Predisposisi 

Aktifitas fisik : Aktifitas fisik Ibu hamil dengan cadangan jantung terbatas, harus mengkompensasi beban kehamilan menyebabkan gagal jantung



Infeksi : Infeksi meningkatkan curah jantunf dan memjadikan pemberat bagi kerja jantung

11



Anemia : Ibu hamil dengan anemia sel sabit dan penyakit sel sabit haemoglobin C dapat memperberat penyakit jantung



Tirotoksikosis



Obesitas : Dengan peningkatan masa tubuh maka beban jantung menjadi lebih besar



Hipertensi



Aritmia Kerusakan struktur jantung, maka fibrilasi, tachikardi atau pluter atrium

dapat mencetuskan gagal jantung Ibu hamil dengan riwayat penyakit jantung (Ben-Zion,1994)

F. Komplikasi 

Dekompensatio kordis yang mengakibatkan kematian



Abortus, persalinan preterm dan BBLR karena ibu menderita hipoksia dan sianosis



Kematian perinatal



Tumbuh

kembang

janin

menjadi

terlambat

fisik(Manuaba,1998) 

Hipoksia dan gawat janin dalam persalinan



Endocarditis bacterial (Hanifa,1994)



Gagal jantung kongestif



Oedema adan emboli paru



Ruptur aorta

G. Tanda dan gejala 

Demam rematik



Operasi jantung/ gagal jantung



Aktifitas yang tidak dapat ditoleransi



Sesak napas



Nyeri dada



Desiran kontinu pada jantung



Disritmia



Pembesaran jantung



Ketegangan otot jantung yang berlangsung lama

12

secara

intelegensi

dan



Clubing pada jari tangan dan jari kaki



Sianosis



Batuk napas pendek dan cepat



Ronchi paru



Bengkak pada tungkai



Pembesaran hepar



Penonjolan vena jugularis



Ibu hamil dengan anemia didapatkan pucat pada conjungtiva, telapak tangan, dan kuku serta lethargi dan kelelahan

H. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan ibu hamil dengan penyakit jantung :  Mencegah kegagalan jantung kongestif  Menilai kebutuhan perawatan dan pencegahan pada bakteri endocarditis  Menyiapkan pasien selama persalinan  Menyiapkan perawatan yang maksimal selama kehamilan, persalinan dan nifas  Mengembalikan keadaan ibu mencapai kelas minimal gangguan jantung sebelum hamil (Seller,1993)

1. Pada Kehamilan a. Deteksi dini Konseling pre konsepsi dengan : * Konseling pra hamil untuk deteksi penyakit jantung, kolaborasi dengan kardiolog, karena apabila terjadi kehamilan akan membawa resiko * Deteksi didi keadaan yang menunjukan kondisi yang berhubungan dengan penyakit jantung meliputi : cianosis, endokarditis, tromboemboli, fibrillation dan kegagalan hati * Memperhatikan resiko penyakit jantung, kelainan jantung kelas 3 & 4 sebaiknya tidak hamil dan dapat memilih cara kontrasepsi AKDR atau kontap * Kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan apabila di temukan ibu hamil dengan obesitas, anemia, dan riwayat kebiasaan merokok (Seller,1993)

13

* Mewaspadai gejala gagal jantung pada puncak out put jantung usia kehamilan 20-24 minggu (Varney,1997),usia kehamilan 32-36 minggu (R.Muchtar,1998) * Ibu hamil dengan gejala penyakit jantung diklasifikasikan kelasnya berdasarkan keluhan dan pemeriksaan untuk menentukan tindak lanjut * Apabila ditemukan ibu hamil dengan penyakit jantung kelas 3 & 4 usia kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan rujukan kepada dokter spesialis

kebidanan

untuk

penanganan

dalam

memperimbangkan dilakukan abortus therapeutikus (Hanifa,1994) atau kehamilan diteruskan dengan pemantauan ketat dari Kardiolog.

b.

Penanganan awal

* Konseling tentang keadaan kehamilan dengan penyakit jantung mencakup tanda dan gejala, komplikasi dan tindakan yang harus dilakukan termasuk mendatangi fasilitas kesehatan * Kolaborasi , konsultasi dan perawatan dengan Gynekolog dan Kardiolog sedini mungkin * Menganjurkan ANC dilakukan 2 minggu sekali sampai usia kehamilan <28 minggu, 1 minggu sekali setelah usia kehamilan 28 minggu (R.Muchtar,1998) * Pembatasan aktifitas fisik * Tidur cukup 8-10 jam, tidur siang 1-2 jam dan istirahat baring minimal ½ jam setiap selesai makan * Nutrisi cukup gizi, tinggi protein, rendah garam dan membatasi pemasukan cairan (Hanifa,1994). Hindari penimbunan lemak dan cairan. Kolaborasi dengan ahli gizi * Mengatasi kelebihan berat badan * Mengatasi anemia * Menghindari rokok dan obat narkotika * Lingkungan rumah baik fisik dan psikologi yang menunjang * Olah raga ringan sesuai dengan kondisi dan kelas penyakit jantung yang di derita (Seller,1993) * Menghindari infeksi jalan pernapasan bagian atas, hindari kontak dengan penderita infeksi jalan napas

14

* Kenali tanda dini dekompensatio cordis yaitu batuk darah, ronchi basah dan dypsnoe. Menurut Mackanzie tanda awal gagal jantung adalah terdengan ronchi tetap didasar paru dan tidak hilang setelah napas dalam 2-3 kali * Sebaiknya anjurkan pasen masuk rumah sakit 2 minggu sebelum persalinan untuk istirahat (M.Tobing,2005).

c. Penanganan lanjut * Kolaborasi dengan Gynekolog dan Kardiolog, dilakukan penanganan di rumah sakit. * Tirah baring total d Rumah sakit untuk mengurangi beban jantung, posisi tidur semi fowler * Sedasi dengan morfhin 10-15 mg untuk membantu menenangkan kecemasan dan agitasi, karena istiraahat merupakan aspek penting bagi penderita jantung * Dilakukan pemeriksaan EKG, Thorak photo dan Ekhokardiogarafi * Setelah kehamilan 32 minggu dilakukan pemeriksaan NST dan USG untuk memantau keadaan janin * Pengurangan volume darah untuk diuresis dengan Furosemid40 mg iv, menghasilkan diuresis yang cepat 5-15 menit, maksimal 1-2 jam. Diberikan hanya pada keadaan yang mengancam jiwa karena diindikasikan mempunyai efeksamping abnormalitas pada janin. * Digitalis sangat bermanfaat untuk memperlambat denyut venrtikel * Cairan dan natrium dibatasi * Observasi ketat dirumah sakit sampai melahirkan * Apabila ibu hamil dengan penyakit jantung kelas 3 & 4 dianjurkan untuk persalinan secara Sectio Caesaria (Ben-Zion,1994)

* Teminasi kehamilan dilakukan apabila terjadi suatu keadaan hipertensi yang berhubungan dengan paru-paru, einseimer sindrom yaitu keadaan hipertensi yang dihubungkan dengan kelainan septum sehingga darah yang kurang Oksigen masuk ke paru-paru, cianotik yang kronis, dan Tetralogi Fallot (Seller,1993) * Penyakit jantung kelas 1 tidak perlu tambahan therapy

15

* Penyakit jantung kelas 2 perlu mengurangi kerja fisik terutama 28-30 minggu usia kehamilan * Penyakit jantung kelas 3 perlu therapy digitalis dan dirawat di rumah sakit sejak usia kehamilan 28-30 minggu * Penyakit jantung kelas 4 dirawat di Rumah sakit dan therapy dari Kardiolog (Mochtar,1998)

16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Aktifitas dan istirahat - Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal - Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi - Takikardia, palpitasi, disritmia - Riwayat penyakit jantung kongenital - Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan uterus. - Dapat mengalami pembesaran jantung dan murmur diastolik - Peningkatan tekanan darah - Nadi mungkin menurun - Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama. - Riwayat hipertensi kronis c. Eliminasi Menurunnya keluaran urine d. Makanan dan cairan - Obesitas - Mual dan muntah - Malnutrisi - Diabetes melitus - Dapat mengalami edema ekstrimitas bawah e. Nyeri dan rasa nyaman Dapat mengeluh nyeri dada dengan atau tanpa aktivitas f. Pernafasan - Pernafasan mungkin kurang dari 14 x / menit - Takipnea - Dispnea

17

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan volume sirkulasi, disritmia, perubahan kontratiktilitas miokard, dan perubahan inotropik pada jantung. 2. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan perubahan volume sirkulasi. 3. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) berhubungan dengan kurangnnya informasi dan interpretasi yang salah.

C. Intervensi

1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan volume sirkulasi, disritmia, perubahan kontraktilitas, miokard dan perubahan inotropik pada jantung

- Hasil yang diharapkan : - Menunjukkan tanda vital pada batas yang dapat diterima dan bebas gagal jantung - Melaporkan penurunan episode dispnea, angina - Ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung - Tindakan - Auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi, irama jantung Rasional : biasanya terjadi takikardi, untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler - Catat bunyi jantung Rasional : s1 dan s2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama s3 dan s4 dihasilkan sebagai aliran darah kedalm serambi yang distensi

18

2. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan perubahan volume sirkulasi

- Hasil yang diharapkan : - Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual - Tanda vital dalam batas normal - Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran - Tindakan - Selidiki perubahan tiba-tiba, contoh cemas, bingung, pingsan Rasional : perfusi selebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh asam basa, hipoksia atau emboli sistemik - Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin, catat kekuatan nadi perifer Rasional : vasokonstriksi sistemik diakibatkan olehpenurunan curah jantung dibuktikan oleh penuruna perfusi kulit dan penurunan nadi.

3. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) berhubungan dengan kurangnya informasi - Hasil yang diharapkan - Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi - Mengidentifikasi stres pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani - Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu - Tindakan - Diskusikan fungsi jantung normal Rasional : pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan - Kuatkan rasional pengobatan Rasional : pasien percaya bahwa pengubahan program pascapulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat. Pemahaman program, obat dan pembatasan dapat meningkatkan kerjasama untuk mengontrol gajala 19

D. Evaluasi Kehamilan menginduksi perubahan fisiologis yang luas pada sistem kardiovaskular., yang menyebabkan gangguan pada jantung dan sirkulasi yang patut dipertimbangkan. Hasil adaptasi kardiorespirasi dapat ditoleransi dengan baik pada wanita yang sehat. Namun perubahan-perubahan ini dapat menjadi ancaman pada wanita dengan penyakit jantung.

20

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan Tak semua Ibu yang memiliki riwayat penyakit jantung tidak boleh hamil, tergantung pada tingkat keparahannya. Penyakit jantung sendiri memiliki empat tingkatan. Pada tingkatan pertama, gejalanya masih tergolong ringan yakni penderita tidak mengalami sesak napas atau jantung berdebar. Jadi seakan-akan ia baik-baik saja. Tingkatan kedua adalah penyakit jantung golongan sedang, dimana penderita sehari-hari merasa sehat tapi begitu beraktivitas sedikit berat, seperti berlari, maka jantung terasa sesak, berdebar atau cepat lelah. Tingkat ketiga sudah termasuk penyakit jantung kategori berat; saat istirahat penderita merasa nyaman, tapi saat mengerjakan pekerjaan sehari-hari, kendati aktivitas itu ringan, ia akan mengalami sesak atau muncul gejala kelemahan jantung. Pada tingkat keempat atau sudah masuk kategori sangat berat, tanpa mengerjakan apa-apa pun penderita sudah menderita sesak.

21

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS, FK UNPAD, 2005

http://www.materibelajar.id/2015/12/asuhan-kehamilan-dan-persalinan-dengan.html#

http://eprints.umpo.ac.id/4028/2/BA

http://id.pdfcoke.com/upload-document?archipe_doc=370033351

22

Related Documents

Makalah Kel 7.docx
July 2020 16
Kardiovaskular
May 2020 16
Makalah Blk Kel 7.docx
December 2019 14
Makalah Hi Kel. 7.docx
December 2019 18

More Documents from "Nugroho Wisnu"