BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada beberapa aspek
yang mempengaruhi kesehatan jiwa,
misalnya:
kualitas
sumber
dayamanusia mengawasi emosional, kemudian aspek social yakni kejadian dilingkungan yang berdampak pada gangguan jiwa seperti tindakan kekerasaan dilingkungan yang berdampak pada gangguan jiwa seperti tindakan kekerasan dan merasa tidak nyaman. Saat ini lebih dari 450 juta penduduk hidup yang dengan gangguan
jiwa.
Di
Indonesia
berdasarkan
data
riset
kesehatan
dasar
(RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan deprsei sebesar 11,6% dari populasi rang dewasa. Jumlah populasi orang dewasa di Indonesia kurang lebih 150.000.000 orang yang mengalami gangguan mental emosional (Sunaryo, 2004) Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien. Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan
1
hubungan
terapeutik
dan
belajar
tentang
kebutuhan
emosional
klien.
Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri
1.2. Rumusan Masalah Bagaimana defisit perawatan diri?
1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Mengetahui apa Definisi defisit perawatan diri? 1.3.2. Mengetahui apa Penyebab defisit perawatan diri? 1.3.3. Memahami apa jenis-jenis defisit perawatan diri? 1.3.4. Mengetahui bagaimana rentang respon defisit perawatan diri ? 1.3.5. Megetahui bagaimana proses terjadinya defisit perawatan diri? 1.3.6. Memahami apa tanda gejala defisit perawatan diri? 1.3.7. Mengetahui apa akibat defisit perawatan diri? 1.3.8. Memahami bagaimana mekanisme koping defisit perawatan diri? 1.3.9. Mengetahui apa penatalaksanaan defisit perawatan diri? 1.3.10. Memahami bagaimana pohon masalah defisit perawatan diri? 1.3.11. Mengetahui apa diagnosa keperawatan defisit perawatan diri? 1.3.12. Memahami
bagaimana
rencana
perawatan diri?
2
asuhan
keperawatan
defisit
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Defisit Perawatan Diri Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat melakukan keperawatan diri (Depkes, 2000). Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012) 2.2. Etiologi Defisit Perawatan Diri Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah: 1.
Factor predisposisi 1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. 2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi
lingkungan
kemampuan dalam perawatan diri.
3
mempengaruhi
latihan
2.
Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1) Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2) Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
4
7) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygine 1. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku 2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012) 2.3. Jenis Defisit Perawatan Diri Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari : 1. Defisit perawatan diri : mandi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri 2. Defisit perawatan diri : berpakaian Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri. 3. Defisit perawatan diri : makan Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri 4. Defisit perawatan diri : eliminasi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.
5
2.4. Rentang respon Adaptif
Maladaptif
Pola perawatan diri
Kadang perawatan
Tidak melakukan
seimbang
diri kadang tidak
perawatan diri pada saat stres
1.
Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2.
Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya
3.
Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresso (Ade, 2011)
2.5. Proses terjadinya masalah Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah: 1.
Factor predisposisi 1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu 2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
6
4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi
lingkungan
mempengaruhi
latihan
kemampuan dalam perawatan diri. 2.
Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1) Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2) Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
7
6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. 7) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine : 1) Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku 2) Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012) 2.6. Tanda dan gejala Tanda dan gejala defisit dar menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai berikut: 1. Mandi/hygine Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi 2. Berpakaian Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan pakian, menangalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
8
3. Makan Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,mengambil makanandari wadah lalu memasukan ke mulut, melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman 4. Eliminasi Klien
memiliki
kebatasan
atau
krtidakmampuan
dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: 1. Fisik 1) Badan bau, pakaian kotor 2) Rambut dan kulit kotor 3) Kuku panjang dan kotor 4) Gigi kotor disertai mulut bau 5) Penampilan tidak rapi. 2. Psikologis 1) Malas, tidak ada inisiatif 2) Menarik diri, isolasi diri 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3. Social 1) Interaksi kurang 2) Kegiatan kurang 3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
9
4) Cara makan tidak teratur 5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. 2.7. Akibat Defisit Perawatan Diri 1. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku 2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012) 2.8. Mekanisme koping Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu: 1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri. 2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan
otonomi
dan
cenderung
menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Damaiyanti, 2012) 2.9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri 2. Membimbing dan menolong klien merawat diri 3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
10
2.10. Pohon masalah Effect
Resiko perilaku kekerasan
Core problem
Defisit perawatan diri
Cause
Harga diri rendah kronis
Koping individu tidak efektif 2.11. Diagnosa keperawatan 1. Hygine diri 2. Berhias 3. Makan 4. BAB / BAK
11
Dx keperawatan
Intervensi
Implementasi
Defisit perawatan
1. Bina hubungan saling percaya :
Perlunya perawatan
diri
Beri salam setiap berinteraksi.
diri
Perkenalkan
nama,
nama Cara-cara
sehat
panggilan perawat dan tujuan perawatan diri Praktek kebersihan
perawat berkenalan
Tanyakan nama dan panggilan diri Masukkan
kesukaan klien
dalam
Tunjukkan sikap jujur dan rencana harian menepati
janji
setiap
kali
berinteraksi
Tanyakan
perasaan
dan
masalah yang dihadapi klien
Buat kontrak interaksi yang jelas
Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
Penuhi kebutuhan dasar klien
2. Diskusikan dengan klien:
Latihan cara makan
Penyebab klien tidak merawat
yang baik
diri
Masukkan
Manfaat menjaga perawatan
rencana harian
diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial.
Tanda-tanda perawatan diri yang baik
Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila perawatan diri tidak adekuat
12
dalam
3. Mengajarkan pasien melakukan Latihan BAB/BAK secara mandiri :
eliminasi
yang baik
1. Menjelaskan tempat BAB/BAK Masukkan yang sesuai
dalam
rencana harian
2. Menjelaskan membersihkan
cara diri
setelah
BAB dan BAK Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK 4.1.Bantu klien saat perawatan Latihan berdandan diri :
Masukkan
Mandi
Gosok gigi
Keramas
Ganti pakaian
Berhias
Gunting kuku
dalam
rencana harian
4.2.Beri pujian setelah klien selesai
melaksanakan
perawatan diri 5.1. Pantau klien dalam melaksanakan Masalah perawatan perawatan diri:
diri
Mandi
Dukungan keluarga
Gosok gigi
Membantu
Keramas
dalam
Ganti pakaian
diri
Berhias
Gunting kuku
5.2.
Beri
pujian
saat
klien
melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
13
pasien
perawatan
6.1. Diskusikan dengan keluarga:
Penyebab
Praktek tidak pasien
klien
melaksanakan perawatan diri
Tindakan yang telah dilakukan klien selama di rumah sakit dalam menjaga perawatan diri dan
kemajuan
yang
telah
dialami oleh klien
Dukungan yang bisa diberikan oleh
keluarga
meningkatkan
untuk kemampuan
klien dalam perawatan diri 6.2.
Diskusikan
dengan
keluarga
tentang:
Sarana yang diperlukan untuk menjaga perawatan diri klien
Anjurkan
kepada
keluarga
menyiapkan sarana tersebut
6.3. Diskusikan dengan keluarga halhal yang perlu dilakukan keluarga dalam perawatan diri :
Anjurkan
keluarga
untuk
mempraktekkan perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas,
14
merawat
Tempat rujukan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI 3.1. Pengkajian 1.
Identitas Klien Meliputi nama,jenis kelamin, umur, alamat lengkap, No. MR, penanggung jawab.
2.
Alasan Masuk Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung.
3.
Faktor Predisposisi 1) Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. 2) Biologis : penyakit kronis yangmenyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3) Kemampuan
realitas
turun
jiwa dengankemampuan
:
klien dengan gangguan
realitas yang kurang
menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4) Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi
lingkungan
mempengaruhi
latihan
kemampuan dalam perawatan diri. 4.
Pemeriksaan Fisik 1) Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur. 2) Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan. 3) Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah 4) Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa 5) Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan 6) Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi 7) Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi 8) Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu
15
9) Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan 5.
Analisa Data No 1.
DATA Data subyektif
MASALAH Defisit Perawatan Diri
1. Pasien merasa lemah 2. Malas untuk beraktivitas 3. Merasa tidak berdaya.
Data obyektif 1. Rambut kotor, acak – acakan 2. Badan dan pakaian kotor dan bau 3. Mulut dan gigi bau. 4. Kulit kusam dan kotor 5. Kuku panjang dan tidak terawat 6.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul 1) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri 2) Isolasi Sosial 3) Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
7.
Pohon masalah Effect
: Resiko Tinggi Isolasi sosial
Core problem
: Defisit Perawatan Diri
Causa
: Penurunan motivasi dan kemampuan
3.2. Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
16
3.3. Rencana Tindakan Keperawatan No 1.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Defisit
Tujuan
Intervensi
Tujuan Umum
Perawatan Diri : Pasien
:
1. Bina
tidak
kebersihan diri, mengalami
defisit
berdandan,
perawatan diri
makan,
Tujuan Khusus :
hubungan
percaya :
Beri
salam
setiap
berinteraksi.
BAB/BAK
Perkenalkan nama, nama panggilan
TUK 1 : Pasien bisa membina hubungan saling
saling
dan
tujuan perawat berkenalan
percaya
Tanyakan
nama
dan
panggilan kesukaan klien
dengan perawat
perawat
Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
Tanyakan
perasaan
dan
masalah yang dihadapi klien
Buat kontrak interaksi yang jelas
Dengarkan perasaan
ungkapan klien
dengan
empati
Penuhi
kebutuhan
dasar
klien TUK 2 : Pasien
2. Diskusikan dengan klien:
mampu melakukan
kebersihan secara mandiri
diri
Penyebab klien tidak merawat diri
Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial.
17
Tanda-tanda perawatan diri
yang baik
Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila perawatan diri tidak adekuat
TUK 3 : Pasien 3.1.Diskusikan frekuensi menjaga mampu melakukan
perawatan diri selama ini
berhias/ berdandan
Mandi
secara baik
Gosok gigi
Keramas
Berpakaian
Berhias
Gunting kuku
3.2.Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar :
Mandi
gosok gigi
Keramas
Berpakaian
Berhias
Gunting kuku
3.2.Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif
TUK 4 : Pasien Melatih
pasien
makan
secara
mampu melakukan mandiri : makan dengan baik
1.
Menjelaskan
cara
mempersiapkan makan 2. Menjelaskan
18
cara
makan
yang tertib 3. Menjelaskan
cara
merapihkan
peralatan
makan setelah makan 4. Praktek
makan
sesuai
dengan tahapan makan yang baik TUK 5 : Pasien Mengajarkan
pasien
melakukan
mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri : BAB/BAK
secara
1. Menjelaskan
mandiri
tempat
BAB/BAK yang sesuai 2. Menjelaskan
cara
membersihkan diri setelah BAB dan BAK 3. Menjelaskan
cara
membersihkan tempat BAB dan BAK TUK 6
: Masalah 6.1.Pantau
klien
dalam
perawatan diri
melaksanakan perawatan diri:
Dukungan keluarga
Mandi
Membantu
pasien
Gosok gigi
perawatan
Keramas
Ganti pakaian
Berhias
Gunting kuku
dalam diri
6.2.Beri
pujian
saat
klien
melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
19
3.4. Implementasi TUK 1: Pasien bisa membina hubungan saling percaya dengan perawat 1. Bina hubungan saling percaya:
Memberi salam setiap berinteraksi.
Memperkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan
Menanyakan nama dan panggilan kesukaan klien
Menunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
Menanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien
Membuat kontrak interaksi yang jelas
Mendengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
Memenuhi kebutuhan dasar klien
TUK 2: Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 2. Berdiskusi dengan klien
Penyebab klien tidak merawat diri
Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial.
Tanda-tanda perawatan diri yang baik
Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila perawatan diri tidak adekuat.
TUK 3: Pasien mampu melakukan berhias/ berdandan secara baik 3.1 Mendiskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar
Mandi
Gosok gigi
Keramas
Berpakaian
Berhias
Memotong kuku
3.2 Memberikan pujian untuk setiap respon klien yang positif
20
TUK 4: Pasien mampu melakukan makan dengan baik 4. Melatih pasien makan secara mandiri
Menjelaskan cara mempersiapkan makan
Menjelaskan cara makan yang tertib
Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
TUK 5: Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri 5. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
TUK 6: Masalah perawatan diri, dukungan keluarga, membantu pasien dalam perawatan diri 6. Memantau klien dalam melakukan perawatan diri
Mandi
Gosok gigi
Berpakaian
Berhias
Memotong kuku
3.5 Evaluasi TUM: Klien dapat mandiri dalam melakukan perawatan diri TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 1. Dalam...kali interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat:
Wajah cerah, tersenyum
Mau berkenalan
Ada kontak mata
Menerima kehadiran perawat
Bersedia menceritakan perasaannya
21
TUK 2: Klien mengetahui betapa pentingnya perawatan diri 2. Dalam … kali interaksi klien menyebutkan:
Penyebab tidak merawat diri
Manfaat menjaga perawatan diri
Tanda-tanda bersih dan rapi
Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan
TUK 3: Klien mengetahui cara perawatan diri 1. Dalam...kali interaksi klien menyebutkan frekuensi menjaga perawatan diri: Frekuensi mandi Frekuensi gosok gigi Frekuensi keramas Frekuensi ganti pakaian Frekuensi berhias Frekuensi gunting kuku 2. Dalam … kali interaksi klien menjelaskan cara menjaga perawatan diri: Cara mandi Cara gosok gigi Cara Keramas Cara Berpakaian Cara berhias Cara gunting kuku TUK 4: Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat 1. Dalam...kali interaksi klien mempraktekkan perawatan diri dengan dibantu oleh perawat: Mandi Gosok Gigi Keramas Berpakaian Berhias Gunting kuku
22
TUM 5: Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri 1. Dalam … kali interaksi klien melaksanakan praktek perawatan diri secara mandiri Mandi 2 X sehari Gosok gigi sehabis makan Keramas 2 X seminggu Ganti pakaian 1 X sehari Berhias sehabis mandi Gunting kuku setelah mulai panjang TUM 6: Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri. 1. Dalam … kali interaksi keluarga menjelaskan cara-cara membantu klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya 2. Dalam … kali interaksi keluarga menyiapkan sarana perawatan diri klien: sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, handuk, pakaian 3. Keluarga mempraktekan perawatan diri pada klien
23
BAB 4 PENUTUP 4.1
Kesimpulan Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) Rentang respon defisit perawatan diri : pola perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri kadang tidak, tidak melakukan perawatan diri Jenis-jenis perawatan diri : kurang perawatan diri : mandi/kebersihan, pakaian/berhias, makan, toileting. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : 1.
Kelelahan fisik
2.
Penurunan kesadaran
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000) yaitu :
4.2
1.
Mekanisme koping adaptif
2.
Mekanisme koping maladaptif
Saran Untuk pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, kami berharap bagi pembaca untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.Terima kasih
24
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika. Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.ownsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC
25