Makalah Jiwa Waham.docx

  • Uploaded by: Asih Kinanti Sukma
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Jiwa Waham.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,665
  • Pages: 21
MAKALAH KEPERAWATAN JIWA ASKEP KLIEN DENGAN WAHAM Dosen Pengajar : Raziansyah, S.Kp., MPH

Disusun oleh : Kelompok 2 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Alfi Bariroh Ita Norrahmah Khairunnisa M. Rizki Padillah Siti Najrah Wahyu Arif Billah Semester

: IV A

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI AKADEMI KEPERAWATAN INTAN MARTAPURA TAHUN AJARAN 2017/2018

1

KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Askep Klien Dengan Waham” dalam tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa oleh dosen Raziansyah, S.Kep, MPH. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pembuatan makalah ini, namun kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Jika didalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, maka kami memohon maaf atasnya. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan. Lebih dan kurangnya di ucapkan Terima Kasih.

Martapura, 28 Maret 2018

Penyusun

2

DAFTAR ISI Halaman Judul……………………………………………….…………………… 1 Kata pengantar……………………………………………….…………………… 2 Daftar isi………………………………………………………………………….. 3 BAB I Pendahuluan : A. Latar Belakang…………..…………………………………………………..... 4 B. Rumusan Masalah………………………………………………..................... 4 C. Tujuan ………….…………………………………………………………....... 4 BAB II Pembahasan : A. Pengertian Waham.…………………………………………..……………..... B. Etiologi Waham…….……………………………...……………….………... C. Proses Terjadinya Waham…..………………………………………………. D. Jenis-jenis Waham……………..…………………………………………….. E. Pohon Masalah………………………………………………………………. F. Tanda dan Gejala Waham…………………………………………………… G. Prognosis dan Komplikasi………...………………………………………… H. Manifestasi Klinik……………….…………………………………………… I. Penatalaksanaan….…………………..………………………………………

5 5 6 7 8 9 9 10 11

BAB III Asuhan Keperawatan A. Pengkajian…………….…………………………………………………….… B. Diagnosa Keperawatan…..……………………………………………………. C. Intervensi……………………..……………………………………………….. D. Evaluasi…………………………..……………………………………………

12 13 13 18

BAB IV Penutup : A. Kesimpulan……………………………………………………………………. 19 B. Saran…………………………………………………………………………… 20 DAFTAR PUSTAKA……………………............……………………………….. 21

3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain. Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan distabilitas. Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Waham ? 2. Apa saja etiologi Waham ? 3. Apa saja proses terjadinya Waham? 4. Apa saja jenis-jenis Waham? 5. Apa saja tanda dan gejala dari Waham ? 6. Apa saja Prognosis dan komplikasi Waham? 7. Apa saja Manifestasi Klinik Waham? 8. Apa saja Penatalaksanaan waham? 9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan waham/delusi? C. Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang Waham 2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan terhadap klien waham

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Waham Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,2006). Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. (Stuart dan Sundeen, 2005). Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat dikurangi dengan menggunakan logika (Kusumawati dan Hartono . 2010) Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003). B. Etiologi Waham Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir atau waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham adalah: 1. Biologis: Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSP yang menimbulkan: a. Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik. b. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.

5

2. Psikososial Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan. 3. Sosial Budaya Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk. Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya. C. Proses Terjadinya Waham Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu : 1. Fase of human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti denganself ideal sangat tinggi. 2. Fase lack of self esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. 3. Fase control internal external Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apaapa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.

6

Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain. 4. Fase envinment support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. 5. Fase comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial) 6. Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. D. Jenis-jenis waham Jenis-jenis waham antara lain, 1. Waham Kebesaran Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya. 2. Waham Dikejar Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya. 3. Waham Nihilistik Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.

7

4. Waham Berdosa Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat. 5. Waham Cemburu Selalu cemburu pada orang lain. 6. Waham Somatik atau Hipokondria Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang membusuk, otak yang mencair. 7. Waham Pengaruh Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan 8. Waham Curiga Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya. 9. Waham Keagamaan Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama. E. Pohon Masalah Waham

8

F. Tanda dan gejala waham 1. Kognitif : a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata b. Tidak mampu mengambil keputusan c. Individu sangat percaya pada keyakinannya d. Sulit berfikir realita 2. Afektif a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan b. Afek tumpul 3. Prilaku dan Hubungan Sosial a. Mengancam secara verbal b. Hipersensitif c. Curiga d. Depresi e. Ragu-ragu f. Aktifitas tidak tepat g. Streotif h. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal 4. Fisik a. Muka pucat b. Sering menguap c. Higiene kurang d. BB menurun G. Prognosis dan komplikasi Perjalanan penyakit gangguan waham menetap 1. Kurang dari 25 % menjadi skizofrenia 2. Kurang dari 10 % menjadi gangguan efektif 3. 50% sembuh untuk waktu yang lama 4. 20% hanya penurunan gejala 5. 30% tidak mengalami perubahan gejala 6. Prognosis ke arah baik : a. Riwayat pekerjaan dan hubungan sosial yang baik b. Kemampuan penyesuaian yang tinggi c. Wanita d. Onset sebelum 30 tahun e. Onset

9

f. Onset tiba – tiba g. Lamanya h. Adanya faktor pencetus H. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham yaitu: 1. Waham dengan perawatan minimal a. Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita. b. Bersosialisasi dengan orang lain. c. Mau makan dan minum. d. Ekspresi wajah tenang. 2. Waham dengan perawatan parsial a. Iritable. b. Cenderung menghindari orang lain. c. Mendominasi pembicaraan. d. Bicara kasar. 3. Waham dengan perawatan total a. Melukai diri dan orang lain. b. Menolak makan / minum obat karena takut diracuni. c. Gerakan tidak terkontrol. d. Ekspresi tegang. e. Iritable. f. Mandominasi pembicaraan. g. Bicara kasar. h. Menghindar dari orang lain. i. Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali. j. Perilaku bazar. k. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. l. Klien tampak tidak mempunyai orang lain. m. Curiga n. Bermusuhan o. Merusak (diri, orang lain, lingkungan) p. Takut, sangat waspada q. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas r. Mudah tersinggung

10

I. Penatalaksanaan Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

11

BAB III Konsep ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan a. Data subjektif Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barangbarang dan tidak mampu mengendalikan diri. b. Data objektif Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang. 2. Kerusakan komunikasi : verbal a. Data subjektif Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik b. Data objektif Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang 3. Perubahan isi pikir : waham a. Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham : 1) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap? 2) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya? 3) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak nyata? 4) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya? 5) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

12

6) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar? 7) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya? b. Data objektif : Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung 4. Gangguan harga diri rendah a. Data subjektif Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri b. Data objektif Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan 2. Kerusakan komunikasi : verbal 3. Perubahan isi pikir : waham ( …….. ) C. Intervensi 1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal Tujuan khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Intervensi : 1) Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).

13

2) Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien. 3) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian. 4) Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri. b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki Intervensi : 1) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis. 2) Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis. 3) Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri). 4) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting. c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi Intervensi : 1) Observasi kebutuhan klien sehari-hari. 2) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah) 3) Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham. 4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin). 5) Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya. d. Klien dapat berhubungan dengan realitas Intervensi : 1) Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu). 2) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas. 3) Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

14

e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar Intervensi : 1) Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat 2) Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu). 3) Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan 4) Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar. f. Klien dapat dukungan dari keluarga Intervensi : 1) Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat. 2) Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga. 2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Tujuan Khusus: a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Intervensi : 1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. 4) Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab. b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Intervensi : 1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan. 2) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal. 3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.

15

c. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan. Intervensi : 1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal. 2) Observasi tanda perilaku kekerasan. 3) Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien. d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Intervensi : 1) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 2) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 3) Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?” e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Intervensi : 1) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan. 2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan. 3) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat. f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan. Intervensi : 1) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat. 2) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur. 3) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung 4) Secara spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran. g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan. Intervensi : 1) Bantu memilih cara yang paling tepat. 2) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih. 3) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih. 4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi. 5) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

16

h. Klien mendapat dukungan dari keluarga. Intervensi : 1) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga. 2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga. i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program). Intervensi : 1) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping) 2) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu). 3) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan. 3. Perubahan isi pikir : waham ( …….. ) berhubungan dengan harga diri rendah Tujuan umum : Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya. Tujuan khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Intervensi : 1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) 2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 4) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Intervensi : 1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis 3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Intervensi : 1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

17

2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Intervensi : 1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Intervensi : 1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 2) Beri pujian atas keberhasilan klien 3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang adA Intervensi : 1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien 2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga D. Evaluasi 1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham 2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini 3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham 4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien 5. Klien menggunakan obat sesuai program

18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum Sedangkan seseorang yang mengalami gangguan persepsi waham akan mengalami fase-fase berikut: 1. Fase of human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. 2. Fase lack of self esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. 3. Fase control internal external Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apaapa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. 4. Fase envinment support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang

19

5. Fase comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial) 6. Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. B. Saran Diharapkan kepada para pembaca, jika menjumpai seseorang yang mengalami gangguan persepsi Waham agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat kepada penderita sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti sediakala.

20

DAFTAR PUSTAKA Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003 Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK, Universitas Indonesia Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

21

Related Documents


More Documents from "Galuh N"

Makalah Jiwa Waham.docx
November 2019 9
Apendisitis-1.docx
November 2019 13
Ygs Pa Razi.docx
November 2019 8
Induksi Sendiri.docx
June 2020 26