Referat Imd.docx

  • Uploaded by: galuh
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Imd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,013
  • Pages: 23
BAB I PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang termuat dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019 menetapkan bahwa pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).1 SDM yang berkualitas, tercipta sejak manusia berada di dalam kandungan ibunya. Nutrisi bagi bayi dan anak adalah pondasi bagi pertumbuhan tubuh yang sehat, dimana pada gilirannya akan mendukung perkembangan yang sehat. Sedangkan, kekurangan nutrisi pada bayi dan anak dapat meningkatkan risiko kesakitan dan menyebabkan sepertiga kematian balita baik secara langsung maupun tidak langsung.2 Banyak tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup anak, terutama bayi baru lahir. Salah satunya adalah pemberian air susu ibu (ASI), segera setelah lahir atau biasa inisiasi menyusu dini (IMD), serta pemberian ASI eksklusif sampai usia enam bulan. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Children Funds (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi.2 Inisiasi menyusu dini (IMD) atau lebih dikenal dengan istilah early initiation, adalah suatu program yang sedang marak dianjurkan oleh pemerintah. IMD bukan berarti menyusu, tetapi bayi harus aktif menemukan puting susu ibunya sendiri. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir didada ibunya dan membiarkan bayi merayap untuk menemukan puting susu ibu, kemudian mulai menyusu (lebih kurang 60 menit). IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan, kecuali tangannya. Proses ini harus dilakukan skin to skin antara bayi dan ibu.3 1

Pada data yang telah dirilis oleh UNICEF tahun 2018, di Indonesia tercatat angka kematian bayi baru lahir masih cukup tinggi yaitu 13,7 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini dapat disebabkan karena pelaksanaan IMD di Indonesia belum terlaksana secara optimal dan pemberian ASI eksklusif, masih tergolong rendah.4 Program IMD diserukan dengan tujuan, menekan tingkat kematian bayi hingga 22%, mencegah hipotermia bayi, imunisasi dini, mempererat ikatan batin ibu dan anak (bounding atthactment), merangsang pengeluaran hormon oksitosin ibu lebih cepat, sehingga kasus perdarahan postpartum dapat dikurangi, perkembangan psikomotorik anak lebih cepat, serta mengurangi risiko terkena kanker payudara dan ovarium.3 Meskipun sudah banyak promosi dan penelitian tentang IMD, angka pelaksanaan IMD tetap rendah. Berdasarkan latar belakang ini, penulis merasa perlu dibahas lebih lanjut mengenai IMD dan pentingnya melaksanakan IMD. Hal ini akan dibahas lebih lanjut didalam penulisan referat mengenai IMD.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) II.1.1 Definisi IMD Inisiasi menyusu dini (IMD) atau early initiation, adalah permulaan menyusu dini, dimana bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara.5 IMD merupakan suatu prosedur langkah awal yang harus dilakukan antara ibu dan bayi. IMD dilakukan dengan cara membiarkan kulit ibu melekat pada kulit bayi (skin to skin) segera setelah persalinan.6 Program IMD yang sedang marak dianjurkan oleh pemerintah, dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir didada ibunya dan membiarkan bayi merayap untuk menemukan puting susu ibu, dan mulai menyusu (lebih kurang 60 menit). IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan, kecuali tangannya. Proses ini harus dilakukan skin to skin antara bayi dan ibu. Perlu diingat bahwa dalam melakukan proses ini tidak ada seorangpun yang boleh menyodorkan puting susu ibu ke mulut bayi. Dengan instingnya bayi akan bergerak menuju puting ibu dengan sendirinya.3,7

II.1.2 Epidemiologi IMD Hasil Riskesdas menunjukkan proses IMD mengalami peningkatan dari 29,3% pada tahun 2010, menjadi 34,5% pada tahun 2013. Sebagaimana disajikan pada gambar dibawah ini.

3

Gambar 1. Kecenderungan proses IMD tahun 2010 dan 2013 (Sumber: Riskesdas, 2013)8

Gambar 2. Proporsi IMD berdasarkan provinsi tahun 2013 dan 2018 (Sumber: Riskesdas, 2018)10

Dari Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2010, proses menyusu paling banyak terjadi pada 1 – 6 jam pertama kelahiran, yaitu sebesar 40,7%. Begitu pun pada tahun 2013, proses menyusu paling banyak terjadi pada 1 – 6 jam pertama kelahiran, yaitu sebesar 36,2%.8,9 Dari Gambar 2 terlihat bahwa persentase IMD pada tahun 2013, tertinggi dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 52,9%, sedangkan terrendah dari Papua Barat sebesar 21,7%. Cakupan IMD nasional sebesar 34,5% dan terdapat 18 provinsi yang cakupannya dibawah angka nasional. Namun, saat ini Indonesia mulai terlihat

4

adanya peningkatan yang cukup signifikan, dengan angka cakupan IMD nasional sebesar 58,2%. Terlihat bahwa DKI Jakarta memimpin, dengan persentase 74,5%.8,10

II.1.3 Manfaat IMD Manfaat IMD bagi ibu dan bayi antara lain: a. Manfaat bagi ibu 1. Ibu dan bayi menjadi lebih tenang, dengan nafas dan nadi yang stabil 2. Jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi lebih baik, sebab bayi akan siaga dalam 1-2 jam pertama 3. Pelepasan hormon oksitosin lewat sentuhan, hisapan, usapan pada puting susu ibu, akan membantu kontraksi rahim agar mempercepat pelepasan plasenta, menghentikan perdarahan postpartum pada ibu dan melancarkan pengeluaran ASI 4. Kemungkinan berhasilnya ASI eksklusif b. Manfaat bagi bayi 1. Bayi lebih tenang berada dalam pelukan ibu 2. Dapat mencegah hipotermia, dengan kehangatkan melalui dada ibu 3. Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi 4. Transfer bakteri baik dari ibu ke bayi untuk ketahanan sistem pencernaan, lewat hisapan kulit bayi ke ibu. Bayi akan menelan bakteri yang akan berkoloni di usus bayi, kemudian menyaingi bakteri patogen. 5. Menyebabkan kadar glukosa darah bayi menjadi lebih baik pada beberapa jam setelah kelahiran 6. Pengeluaran mekonium (feses bayi) lebih dini, sehingga terjadi penurunan intensitas ikterus atau jaundice pada BBL5,7,11

5

II.1.4 Klasifikasi Pola Menyusui a. Menyusui ekslusif, adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain (kecuali obat-obatan, vitamin, dan mineral tetes), termasuk air putih, hanya ASI. b. Menyusui predominan, adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air (misalnya teh, sebagai makanan atau minuman prelakteal sebelum ASI keluar). c. Menyusui parsial, adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya, sebelum bayi berumur 6 bulan. Baik diberikan secara kontinyu, maupun sebagai makanan prelakteal.9

Tabel 1. Persentase Pola Menyusui Bayi Menurut Kelompok Umur Kelompok

Pola Menyusui (%) Menyusui

Menyusui

Menyusui

Ekslusif

Predominan

Parsial

0 bulan

39,8

5,1

55,1

1 bulan

32,5

4,4

63,1

2 bulan

30,7

4,1

65,2

3 bulan

25,2

4,4

70,4

4 bulan

26,3

3,0

70,7

5 bulan

15,3

1,5

83,2

Umur

(Sumber: Riskesdas, 2014)9

6

Gambar 3. Proporsi pola pemberian ASI pada bayi umur 0-5 bulan menurut provinsi (Sumber: Riskesdas, 2018)10

Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa, persentase menyusui ekslusif semakin menurun dengan meningkatnya kelompok umur bayi.9 Sedangkan dari Gambar 3 didapatkan data bahwa proporsi menyusui ekslusif paling tinggi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu 56,7%, sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) hanya 20,3%. Untuk angka cakupan menyusui eksklusif nasional sebesar 37,3%, menyusui parsial 9,3% dan menyusui predominan hanya 3,3%.10

II.1.5 Teknik IMD IMD yang dianjurkan setelah bayi lahir adalah sebagai berikut: a. Dianjurkan agar suami/keluarga menemani ibu saat bersalin b. Hindari penggunaan obat kimia karena khawatir masuk ke ASI jam-jam pertama yang dikonsumsi bayi c. Keringkan bayi terutama kepala, tapi jangan menghilangkan lemak putih (verniks) terutama di tangan d. Bayi diletakkan tengkurap di dada ibu dengan mata setinggi puting. e. Keduanya tidak memakai baju, tapi boleh diselimuti setelah bersentuhan kulitnya f. Ibu dianjurkan menyentuh bayinya untuk merangsang mencari puting g. Bayi bergerak mencari puting ibunya

7

h. IMD berlangsung 1 jam. Jika sebelum 1 jam sudah berhasil, maka teruskan hingga 1 jam. Jika lewat 1 jam dan belum berhasil, maka dekatkan bayi ke puting tapi jangan masukkan ke mulutnya. Tambah waktu IMD 30 menit – 1 jam i. Tindakan lain seperti mengukur & menimbang bayi, memberi vitamin K, memberi tetes mata, ditunda hingga IMD selesai j. Proses IMD harus dilakukan apapun metode persalinannya k. ASI diberi tanpa tambahan zat lain kecuali ada indikasi secara medis. Usahakan pula untuk rawat gabung dalam 24 jam pertama7

II.1.6 Mekanisme IMD a. Tahapan yang dilakukan bayi pada IMD Berikut merupakan tahapan yang biasanya dilakukan bayi pada saat melakukan IMD: 1. 30-45 menit setelah lahir, bayi dalam kondisi siaga untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mata terbuka lebar dan sesekali memandang ibunya. 2. 45-60 menit kemudian, bayi menggerakkan mulut seperti akan mencium, mengeluarkan suara, menjilat tangan untuk mengenali ketuban yang sama dengan bau cairan payudara ibu. 3. Mengeluarkan liur sebagai pengenalan adanya makanan (ASI). 4. Bergerak ke arah payudara dengan menjejakkan kaki pada perut ibu, meremas dan menggapainya. 5. Mulai menyusu setelah mendapatkan puting ibunya7 b. Refleks menyusu pada bayi Terdapat tiga refleks yang berhubungan dengan mekanisme menyusu, yaitu: 1. Refleks mencari (Rooting reflex) Bayi yang pipi atau daerah sekeliling mulutnya menempel pada payudara ibu, akan mendapat rangsangan sehingga menimbulkan refleks untuk mencari (rooting reflex). Refleks tersebut akan memungkinkan bayi

8

memutar kepalanya menuju puting susu diikuti dengan membuka mulut atau seperti mencucu, kemudian puting susu akan ditarik masuk ke dalam mulut bayi. 2. Refleks menghisap (Suckling reflex) Bila langit-langit mulut bayi mulai tersentuh, maka refleks menghisap akan terjadi. 3. Refleks menelan (Swallowing reflex) Air susu yang keluar dari puting susu akan dihisap dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah. Air susu tersebut selanjutnya akan ditelan masuk ke gaster karena adanya refleks menelan.11

II.1.7 Penghambat Proses IMD Berikut ini beberapa kondisi yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi: a. Bayi kedinginan b. Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya c. Tenaga kesehatan kurang tersedia d. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore harus segera diberikan setelah lahir e. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal)5

II.1.8 Dukungan Terhadap Pemberian ASI ASI sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit dan membantu penyembuhannya. Sebagai petugas kesehatan yang merawat, wajib mendukung ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya dan membantu ibu mengatasi kesulitan yang ada. Tanyakan kepada ibu tentang pemberian ASI-nya dan perilaku bayinya. Amati ibu saat menyusui anaknya untuk memastikan apakah ia memerlukan bantuan. 12 a. Beberapa kondisi yang memerlukan pengamatan khusus:

9

1. Cara bayi melekat pada payudara ibunya Tanda perlekatan bayi yang baik adalah: a) Lebih banyak areola yang terlihat di atas mulut bayi b) Mulut bayi terbuka lebar c) Bibir bawah bayi membuka keluar d) Dagu bayi menyentuh payudara ibu

(A)

(B)

Gambar 4. (A) Bayi melekat dengan benar dan (B) tidak benar pada payudara ibu (Sumber: WHO, 2009)12

(A)

(B)

Gambar 5. Perlekatan yang benar (A) dan salah (B) (Sumber: WHO, 2009)12

2. Cara ibu menyangga bayinya a) Bayi digendong merapat ke dada ibu b) Wajah bayi menghadap payudara ibu 10

c) Tubuh dan kepala bayi berada pada satu garis lurus d) Seluruh tubuh bayi harus tersangga 3. Cara ibu memegang payudaranya

Gambar 6. Posisi menyangga bayi yang benar (A) dan salah (B) (Sumber: WHO, 2009)12

b. Mengatasi kesulitan dalam pemberian ASI 1. ASI tidak cukup Hampir semua ibu dapat memproduksi cukup ASI untuk seorang bahkan dua orang bayi sekaligus. Namun demikian, terkadang bayi tidak mendapatkan cukup ASI. Tandanya adalah: a) Pertumbuhan berat badan bayi lambat (< 500 g per bulan, atau < 125 g per minggu, atau kurang dari berat badan saat lahir setelah dua minggu) b) Hanya mengeluarkan sedikit urin yang kental (kurang dari 6 kali sehari, berwarna kuning dan berbau tajam)12 Penyebab umum mengapa seorang bayi tidak mendapatkan cukup ASI adalah: a) Praktek menyusui yang kurang baik: 1) Perlekatan yang salah 2) Terlambat memulai pemberian ASI 3) Pemberian ASI dengan waktu yang tetap 11

4) Bayi tidak diberi ASI pada malam hari 5) Bayi menyusu dengan singkat, menggunakan botol, atau dot b) Faktor psikologis ibu: 1) Ibu tidak percaya diri, khawatir, stres, atau depresi 2) Ibu tidak suka menyusui karena bayi menolak, atau ibu kelelahan c) Kondisi fisik ibu: 1) Ibu menderita penyakit kronik (misalnya: TB, anemia berat, penyakit jantung rematik) 2) Ibu menggunakan pil KB, diuretik, sedang hamil 3) Faktor lain: Ibu mengalami gizi buruk, alkoholik, perokok d) Kondisi bayi: Bayi sakit atau mempunyai kelainan bawaan (bibir sumbing atau penyakit jantung bawaan) yang mengganggu pemberian minum.12 Seorang

ibu

yang

produksi

ASI-nya

berkurang

perlu

untuk

meningkatkannya, sedangkan ibu yang telah berhenti menyusui perlu melakukan relaktasi. Bantu ibu untuk menyusui kembali bayinya dengan cara: a) Menjaga agar bayi terus berada di dekat ibu dan tidak memberikan bayi kepada pengasuh lain b) Banyak melakukan kontak skin to skin di sepanjang waktu c) Memberikan payudara ibu kepada bayinya kapanpun bayi ingin menyusu d) Membantu bayi untuk mencapai payudara ibu dengan memerah ASI ke mulut bayi dan meletakkan bayi pada posisi yang tepat untuk melekat pada payudara ibu e) Menghindari penggunaan botol, dot atau alat lainnya. Jika perlu perah ASI dan minumkan kepada bayi menggunakan cangkir. Jika hal ini tidak dapat dilakukan, dapat diberikan minuman buatan hingga persediaan ASI cukup.12

12

2. Meningkatkan produksi ASI Cara utama untuk meningkatkan atau memulai kembali produksi ASI adalah bayi harus lebih sering menghisap untuk menstimulasi payudara ibu. a) Kurangi pemberian susu formula sebanyak 30–60 ml per hari ketika ASI ibu mulai banyak b) Ikuti perkembangan berat badan bayi12 3. Penolakan bayi untuk menyusu Alasan utama mengapa bayi menolak menyusu: a) Bayi sakit, mengalami nyeri atau dalam keadaan sedasi 1) Jika bayi dapat menghisap, anjurkan untuk memberi ASI secara singkat namun lebih sering, atau anjurkan ibu untuk memerah ASI dan memberikannya dengan menggunakan sendok, atau pipa tetes 2) Jika bayi dirawat-inap di rumah sakit, atur agar ibu dapat berada bersama bayi 3) Bantu ibu mencari cara menggendong bayinya tanpa menekan bagian tubuh yang sakit 4) Jelaskan kepada ibu cara membersihkan hidung yang tersumbat 6) Luka pada mulut  disebabkan o/ infeksi kandida (thrush) Obati dengan Nistatin (100 000 unit/ml) drops 1–2 ml ke dalam mulut, 4x sehari selama 7 hari. 6) Jika ibu sedang dalam pengobatan yang membuatnya mengantuk/ sedasi, kurangi dosis obat atau pilih obat lain yang lebih sedikit menyebabkan rasa kantuk.12 b) Terdapat kesulitan dalam teknik menyusui 1) Bantu ibu dalam teknik menyusui: pastikan bayi berada pada posisi dan melekat dengan benar tanpa ada tekanan pada kepala bayi, atau gerakan payudara ibu. 2) Minta ibu untuk tidak menggunakan botol susu atau dot: jika perlu, gunakan cangkir.

13

3) Obati payudara ibu yang bengkak dengan memerah ASI; karena dapat menimbulkan mastitis atau abses. Jika bayi tidak dapat menghisap, bantu ibu untuk memerah ASI-nya. 4) Bantu untuk mengurangi produksi ASI yang berlebih. Jika bayi melekat dengan tidak sempurna dan mengisap dengan tidak efektif, mungkin bayi akan menyusu lebih sering atau lebih lama, yang akan menstimulasi payudara ibu memproduksi ASI lebih banyak dari yang diperlukan. Kelebihan produksi ASI juga bisa terjadi jika ibu menyusui anaknya dengan kedua payudaranya dalam satu kali pemberian ASI.12 c) Adanya perubahan yang membuat bayi kesal Perubahan yang terjadi seperti pemisahan bayi dari ibu, karir ibu yang baru, penyakit ibu, rutinitas keluarga atau bau tubuh ibu (penggantian sabun mandi, makanan atau menstruasi) dapat membuat bayi kesal dan menyebabkan ia menolak menyusu.12

Gambar 7. Melatih bayi mengisap ASI dari payudara ibu menggunakan alat bantu menyusui (simpul pada pipa mengatur kecepatan aliran) (Sumber: WHO, 2009)12

14

II.2 Air Susu Ibu (ASI) II.2.1 Komposisi ASI Komposisi ASI tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu. Komposisi ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi dan diet ibu. Secara umum, komposisi ASI adalah sebagai berikut: a. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang keluar pada hari pertama sampai hari ketiga setelah melahirkan, berwarna kuning atau jernih. Volume kolostrum sekitar 150-300 ml/24 jam. Komposisi kolostrum berubah setiap hari. Kandungan protein kolostrum lebih banyak daripada ASI matang, namun kandungan karbohidrat dan total energinya lebih rendah daripada ASI matang. Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI matang. Selain itu kolostrum merupakan cairan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak dibutuhkan dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran cerna bayi terhadap makanan yang akan datang. b. Air susu transisi/peralihan Air susu peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum hingga sebelum menjadi ASI matang, disekresikan pada hari keempat hingga hari kesepuluh sesudah bayi dilahirkan. Kandungan protein air susu peralihan lebih rendah dibanding kolostrum sedangkan kandungan karbohidratnya lebih tinggi. Volume air susu peralihan meningkat dibanding kolostrum. c. Air susu matang (mature) Air susu matang (mature) merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan karena garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten yang terdapat di dalam air susu matang tersebut. ASI matang disekresikan pada hari kesepuluh dan seterusnya. Komposisi ASI matang relatif konstan.11

15

II.2.2 Manfaat ASI Pekan pertama Agustus dirayakan dunia sebagai Pekan ASI atau World Breastfeeding Week. Pekan ASI Sedunia sebetulnya merupakan bagian dari kampanye yang pertama kali diluncurkan World Alliance for Breastfeeding Action. Kampanye ini bertujuan mendukung perempuan bekerja yang ingin tetap dapat menyusui bayinya selama bekerja. Saat ini, kampanye pemberian ASI yang gencar selama beberapa tahun terakhir semakin membuka mata masyarakat dunia terhadap manfaat ASI. ASI ternyata memberikan lebih daripada sekedar nutrisi kepada bayi. a. ASI dapat mengurangi tingkat depresi pada ibu. Sebuah penelitian terhadap 14 ribu ibu baru, yang dimuat dalam Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak, menunjukkan ibu yang menyusui cenderung terhindar dari masalah kesehatan mental. Satu dari sepuluh perempuan dunia rentan terkena depresi, namun jumlah itu turun saat perempuan punya kesempatan untuk memberikan ASI. b. ASI meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Ibu meneruskan zat antibodi mereka lewat ASI kepada bayi-bayi mereka, sehingga bayi dapat membentuk sistem pertahanan tubuh yang kuat untuk melawan virus flu dan infeksi. c. ASI membantu memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak. Kedekatan ini merupakan katalis dalam membangun hubungan yang kuat antara orang tua dengan anak-anak mereka, karena anak akan merasa lebih terlindungi dan beradaptasi dengan dunia baru di sekitar mereka. d. ASI membuat anak lebih cerdas. Meskipun demikian, masih diperdebatkan oleh para pakar, apakah kecerdasan itu dipicu kandungan asam lemak dalam ASI, ataukah ikatan emosional yang terbentuk antara orang tua dan anak selama proses menyusui berlangsung. e. ASI mengurangi risiko obesitas. ASI membantu bayi untuk memilih makanan lebih baik di kemudian hari, yang pada akhirnya memperkecil risiko obesitas. ASI adalah makanan yang mudah dicerna bayi, sangat bergizi, dan membantu bayi memutuskan berapa banyak yang bisa dia konsumsi dan kapan meminumnya.

16

f. ASI menjadikan anak-anak berperilaku lebih baik. Anak-anak yang minum ASI dan mampu membentuk ikatan emosional dengan kedua orang tuanya selama proses menyusui, mampu mengembangkan perilaku yang lebih baik daripada yang tidak. Namun jika ikatan itu tidak terbentuk, dampaknya bisa berlawanan. g. Nutrisi dalam ASI membantu otak anak berkembang sempurna dan lebih baik daripada nutrisi dalam susu formula. h. ASI membantu ibu menurunkan berat badan. Proses menyusui membakar banyak kalori dalam tubuh ibu, sehingga berat badan berlebih selama hamil dapat cepat turun. i. ASI mengurangi risiko kanker pada ibu, terutama kanker payudara dan ovarium. j. ASI membantu keluarga menghemat anggaran rumah tangga karena gratis.13

17

BAB III KESIMPULAN

Inisiasi menyusu dini (IMD), adalah permulaan menyusu dini, dimana bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Hal ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan antara ibu dan bayi, dengan cara membiarkan kulit ibu melekat pada kulit bayi (skin to skin) segera setelah persalinan. Indonesia mulai memperlihatkan adanya peningkatan yang cukup signifikan, yaitu angka cakupan IMD nasional pada tahun 2013 sebesar 34,5% dan angka cakupan IMD nasional pada tahun 2018 sebesar 58,2%. Banyak faktor sebagai penghambat proses IMD, namun sebagai tenaga medis, sudah sewajibnya kita membantu ibu dalam melakukan proses IMD.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI 2017, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Revisi 1 Tahun 2017. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/422/2017, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2. Zainafree I, Widanti AS, Wahyati EY 2016, Kebijakan Asi Eksklusif dan Kesejahteraan Anak Dalam Mewujudkan Hak-Hak Anak. Dalam : Jurnal Hukum Kesehatan, Vol.2, No.1, Th.2016, Semarang: SOEPRA. 3. Maryunani, A 2012, Inisiasi Menyusui Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen Laktasi, Jakarta: TIM. 4. United Nations Inter-agency Group for Child Mortaity Estimation 2017, Nonrounded Estimates of Neonatal Mortality Rates by Country, Bishkek: UNICEF. 5. Roesli, U 2013, Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. 6. Riksani, R 2012, Keajaiban ASI (Air Susu Ibu), Jakarta: Dunia Sehat.Hidayat, KA 2012, Perbandingan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasar Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil, Semarang: UNDIP. 7. Anindyajati, G 2016, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Jakarta: Angsamerah. 8. Kementerian Kesehatan RI 2013, Riset Kesehatan Dasar – RISKESDAS 2013, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 9. Kementerian Kesehatan RI 2014, Info DATIN – Situasi dan Analisis ASI Ekslusif, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2018. 10. Kementerian Kesehatan RI 2018, Hasil Utama RISKESDAS 2018, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 11. Nurhidayah, T 2014, Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Dengan Keberhasilan Menyusui 6 Hari Postpartum, Purwokerto: UMP. 12. World Health Organization 2009, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama, Di Kabupaten. Alihbahasa: Tim Adaptasi Indonesia, Jakarta: WHO. 19

13. Kementerian Kesehatan RI 2016, Inilah Sepuluh Manfaat Asi Inilah Sepuluh Manfaat ASI, [Cited on January 7, 2019], www.kemkes.go.id

20

1. Lama menyusui yang benar Frekuensi menyusui juga merupakan hal yang berpengaruh pada peningkatan berat badan bayi, semakin tinggi frekuensi menyusu maka bayi mendapat gizi yang lebih optimal sehingga berat badannya meningkat. Petugas kesehatan dahulu sering menasihati ibu untuk menyusui dalam waktu sangat singkat, misalnya 2-3 menit pada beberapa hari pertama. dan 5-10 menit harihari kemudian. Mereka percaya bahwa bila isapan bayi yang terlalu lama bisa menyebabkan nyeri pada puting susu. Sekarang telah diketahui bahwa lama menyusui tidak menjadi masalah mengisap dalam posisi salahl ah yang menyebabkan nyeri pada puting susu. Oleh karena itu, harus diperhatikan agar : a. Mulut bayi pas pada puting susu. b. Biarkan bayi mengisap semuanya. Banyak bayi yang selesai menyusu dalam waktu 5-10 menit, tetapi sering ada yang lama, mungkin sampai setengah jam. Ini tidak menjadi masalah. Penelitian mutakhir memperlihatkan bahwa bayi yang menyusu dengan lambat mendapatkan ASI sama banyaknya dengan bayi yang menyusu dengan cepat. Bila ibu yang bayinya menyusu dengan lambat berhenti menyusui sebelum bayi selesai, bayi mungkin tidak mendapat susu akhir yang kaya energi yang diperlukan untuk turnbuh dengan baik. Susuilah bayi lebih sering tanpa jadwal, paling sedikit 8 kali dalam 24 jam, tiap-tiap payudara 1015 menit. Tiap menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian, ini berguna agar bayi mendapat semua ASI yang tersedia dan untuk merangsang produksi ASI sesering mungkin. 2. Tanda kecukupan ASI dalam pertambahan ideal Berat badan bayi yang ideal adalah a. Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah melahirkan, nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI menetes dengan spontan

21

b. Bayi menyusu 8 - 12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar pada setiap payudara dan menghisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara. c. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat menyusu, terutama pada payudara yang kedua. d. Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari. Urin berwarna jernih, tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa kristal urat pada urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang. e. Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada popok bayi, pada bayi usia 4 hari sampai 4 minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB setiap kali menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal. f. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu diantaranya (seedy milk), setelah bayi berumur 4 sampai 5 hari. Apabila setelah bayi berumur 5 hari, fesesnya masih berupa mekoneum (berwarna hitam seperti ter), atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu tanda bayi kurang mendapat ASI. g. Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5 - 7 hari, lebih-lebih apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak segera ditangani dengan membetulkan posisi dan pelekatan bayi maka hal ini akan menurunkan produksi ASI h. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir. Masa

g/hari

g/bulan

Waktu Trimester 1 25-30

750-900

Trimester 2 20

600

Trimester 3 15

450

22

Trimester 4 8-10

200-300

Untuk anak ≥ 1 tahun : minimal peningkatan BB 2kg/tahun. i. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 sampai 14 hari setelah lahir.

3. Kontraindikasi Inisiasi Menyusu Dini a. Menderita Galactosemia b. Ibu kanker Mammae c. Ibu sedang menjalani radio terapi mammae d. Mengkonsumsi obat Psycotropic e. Konsultasi dengan tenaga kesehatan atau dokter jika ibu menderita HIV-AIDS

23

Related Documents

Referat
May 2020 53
Referat Skizoid.docx
April 2020 17
Referat Carotid.docx
November 2019 20
Referat Faringitis.pptx
December 2019 28
Referat Cont.docx
December 2019 26
Referat Hnp.docx
June 2020 17

More Documents from "Nalda Nalda"

Referat Imd.docx
November 2019 41
Sap Kb.docx
May 2020 30
Pertempuran Lima Hari
June 2020 16
Lingkungan Hidup
May 2020 23