Makalah Jiwa Dpd Ok.docx

  • Uploaded by: Hany
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Jiwa Dpd Ok.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,577
  • Pages: 19
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR

............................................................................................

i

DAFTAR ISI

............................................................................................

ii

1.1 Latar Belakang

............................................................................................

1

1.2 Tujuan Penulis

............................................................................................

1

2.1 Pengertian

.............................................................................................

2

2.2 Jenis-jenis perawatan diri

.............................................................................................

2

2. 3 Etiologi

.............................................................................................

3

2. 4 Tanda Dan Gejala

.............................................................................................

4

2.5 Mekanisme Koping

.............................................................................................

4

2. 6 Rentang Respon Kognitip

.............................................................................................

4

.............................................................................................

5

BAB 1 PENDAHULUAN

BABII PEMBAHASAN

2.7 Pohon Masalah 2.8 Asuhan Keperawatan

.............................................................................................

6

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

. ............................................................................................

7

3.2 Saran

.... ............................................................................................

7

DAFTAR PUSTAKA

.... ............................................................................................

8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien. Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri. 1. 2 Tujuan Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan lainnya yaitu: a.

Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.

b.

Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.

c.

Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.

d.

Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.

e.

Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan dapat mengimplementasikannya.

BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000). Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. .

2.2

Jenis-jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79) 2.3 Etiologi Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : 1. Kelelahan fisik 2. Penurunan kesadaran Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah : 1.

Faktor predisposisi:

a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c. Kemampuan realistis turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2.

Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :

a. Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. b. Praktik sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka kemungkinan akan terjadi perubahan pada personal hygiene. c. Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain. g. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene : 1. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. 2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.4 Tanda Dan Gejala Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : 1. Fisik a.

Badan bau, pakaian kotor.

b.

Rambut dan kulit kotor.

c.

Kuku panjang dan kotor.

d.

Gigi kotor disertai mulut bau.

e.

Penampilan tidak rapi.

2. Psikologis a.

Malas, tidak ada inisiatif.

b.

Menarik diri, isolasi diri.

c.

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial a.

Interaksi kurang.

b.

Kegiatan kurang

c.

Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri

2. 4 Mekanisme Koping 1.

Regresi

2.

Penyangkalan

3.

Isolasi diri, menarik diri

4.

Intelektualisasi

2.5

Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah : 1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

2.

3.

a.

Bina hubungan saling percaya.

b.

Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

c.

Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

Membimbing dan menolong klien merawat diri. a.

Bantu klien merawat diri

b.

Ajarkan ketrampilan secara bertahap

c.

Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

Ciptakan lingkungan yang mendukung

a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi. b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien. c. Sediakan

lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar

mandi yang dekat dan tertutup.

2.6 Pohon Masalah

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi social

Defisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.

2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Identitas klien Nama

: Tn. A

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 35 Tahun

tinggal

:

Status

:

2. Riwayat kesehatan ·

RKS :lelah,badan bau,rambut kotor dan pemalas

·

RKD : apakah pernah sebelumnya mengalami deficit perawatan diri,dan apa-apa saja cara yang digunakan untuk mengatasi masalah ini.

·

RKK : adakah keluarga mengalami deficit perawatan diri sebelumnya.

3. Keluhan utama Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri,Defisit perawatan diri dan Isolasi Sosial

B.Analisa Data Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah : 1.

Data subyektif ·

Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS tidak tersedia alat mandi.

2.

·

Klien mengatakan dirinya malas berdandan.

·

Klien mengatakan ingin di suapi makan.

·

Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau BAB.

·

Pasien merasa lemah

·

Malas untuk beraktivitas

·

Merasa tidak berdaya. Data obyektif

·

Ketidakmampuan

mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi

kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor. ·

Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian

tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak

berdandan (wanita). ·

Ketidakmampuan makan secara

mandiri

ditandai dengan ketidakmampuan

mengambil makan sendiri ·

Ketidakmampuan BAB/BAK

secara

mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada

tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK ·

Rambut kotor, acak – acakan

·

Badan dan pakaian kotor dan bau

·

Mulut dan gigi bau.

·

Kulit kusam dan kotor

·

Kuku panjang dan tidak terawat

C. Diagnosa Keperawatan Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatan diri yaitu: 1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri 2. Defisit perawatan diri. 3. Isolasi Sosial.

D. Intervensi Keperawatan Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri. Tujuan Umum Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri. Tujuan Khusus TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Kriteria evaluasi Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat: a. Wajah cerah, tersenyum b. Mau berkenalan c. Ada kontak mata d. Menerima kehadiran perawat e. Bersedia menceritakan perasaannya

Intervensi : a. Berikan salam setiap berinteraksi. b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. f. Buat kontrak interaksi yang jelas. g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Kriteria evaluasi

Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri.

Intervensi a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. e.Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri. f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri. g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Kriteria evaluasi Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.

Intervensi a. Motivasi klien untuk mandi. b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Kriteria evaluasi Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.

Intervensi Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Kriteria evaluasi Klien selalu tampak bersih dan rapi. Intervensi 1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. Kriteria evaluasi Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri. Intervensi a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri. b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS. c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS. d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien. e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

E. Implementasi. DX. a. Memberikan salam setiap berinteraksi. b. Memperkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. c. Menanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. d. Menunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Menanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. f. Membuat kontrak interaksi yang jelas. g. Mendengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Memenuhi kebutuhan dasar klien. DX. a. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. b. Bediskusikan bersama klien

pentingnya kebersihan diri

dengan cara

menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. c. Mendorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. e. Membantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri. f. Memberi reinforcement

positif setelah

klien mampu mengungkapkan arti

kebersihandiri. g. Mengingatkan klien untukmemelihara kebersihandiri seperti: mandi 2 kali pagi dan

sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang. DX. a. Memotivasi klien untuk mandi. b.Memberi

kesempatan

untuk

mandi, beri

kesempatan

klien untuk

mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. c. Menganjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. d. Mengkaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. e. Berkolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi. f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

DX. Memonitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

DX . 1. Memberi reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

DX. a. Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri. b. Berdiskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS. c. Menganjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS. d.Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga

kebersihan diri klien. e. Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. f. Berdiskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri g. Berdiskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

F. Evalusi Setelah diberikan asuhan keperawatan terhadap klien, kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya

3.1 Saran Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

Related Documents

Dpd
April 2020 27
Dpd
April 2020 28

More Documents from "Widya Ageng Sholeha"

May 2020 32
Tramadol
May 2020 34
Pola 2.docx
November 2019 39