BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya pelayanan kebidanan kebidanan suatu negara ialah kematian. Hingga kini angka kematian bayi dan ibu di Indonesia masih tergolong tinggi, bahkan menempati urutan pertama di ASEAN, yakni 52/1000 kelahiran hidup dan 334/100.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut adalah penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat. (Prawirohardjo,2014). Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin didalam uterus. Kualitas dan pengawasan antenatal. Penyakit-penyakit ibu waktu penanganan persalinan dan perawatan sesudah lahir. Penggulangan bayi tergantung pada keaadaanya, apakah ia normal atau tidak. Diantara bayi yang normal ada yang membutuhkan pertolongan medik segera.(Manik,R, 2000) Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan. Melalui pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu, berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini, terdapat factor-faktor yang menyebabkan kematian prenatal yang meliputi perdarahan, hipotermia, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia. (Prawirohardjo,2014). Pada umunya kelahiran bayi normal ditolong oleh bidan yang diberi tanggug jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada persalian normal. Oleh karena itu pentingnya melakukan asuhan kebidanan yang baik dan benar pada bayi segera setelah lahir agar dapat melakukan deteksi dini masalah dan menangani segera, baik ditemukan masalah, dalam hal ini peran bidan sangat penting memberikan asuhan yang baik dan benar dengan menejemen kebidanan, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus kebidanan dengan judul “Asuhan Neonatus Pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru”.
1
1.2 Tujuan penulis 1.2.1
Tujan umum Melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir (BBL) dengan Pendekatan Manajemen Kebidanan.
1.2.2
Tujuan khusus a. Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif pada BBL b. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada BBL c. Melakukan antisipasi masalah potensial pada BBL d. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada BBL e. Merencana asuhan kebidanan pada BBL f. Melaksanakan asuhan kebidanan pada BBL g. Mengevaluasi
keefektifan
asuhan
kebidanan
yang
telah
dilaksanakan
1.3 Waktu dan tempat pengambilan kasus Pengambilan kasus ini dilakukan di Puakesmas Simpang Tiga Pekanbaru pada tanggal 4 Maret 2019.
2
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Pengertian Neonatus Neonatus adalah bayi yang baru saja dilahirkan, atau bayi baru lahir (BBL). (Dorland,1998), Bayi adalah anak yang belum lama lahir (Kamus Bahasa indonesia, 2002). Bayi adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat 2500 gram sampai 4000 gram (Pusdinakes, 2002). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia satu bulan dengan berat badan 2500 gram sampai 4000 gram dengan lama usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu.
2.2. Konsep bayi baru lahir 2.2.1. Pengertian Bayi Baru Lahir(BBL) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir (Dep. Kes. RI,2005) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat. (M. Sholeh Kosim,2007)
2.2.2. Penanganan BBL Tindakan/perawatan bayi segera sesudah lahir, yaitu : 1) Pencegahan Infeksi Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung
maupun
beberapa
saat
setelah
lahir.
Sebelum
menangani bayi baru lahir penolong harus melakukan upaya pencegahan infeksi. (Prawirohardjo,2014).
3
2) Penilaian Awal Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama dan menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistim APGAR. Nilai APGAR akan membantu dalam, menentukan tingkat keseriusan dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera yang akan diambil. Hal yang perlu dinilai antara lain warna kulit bayi, frekuensi jantung reaksi terhadap rangsangan, aktivitas tonus otot, dan pernapasan bayi 3) Membersihkan Jalan Napas Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas 4) Memotong dan Merawat Tali Pusat Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. 5) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dijaga agar tetap hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat. (Prawirohardjo,2014). 6) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) IMD segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan diatas perut atau didada ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan putting ibunya. (Prawirohardjo,2014).
4
Tabel 1.1 Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali No
Perilaku yang teramati
Perkiraan waktu
1
Bayi beristirahat dan melihat
30-40 menit pertama
2
Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa
40-60 menit setelah lahir
40 60 menit setelah lahir jarinya ke mulut
dengan kontak kulit
3
Bayi mengeluarkan air liur
dengan kulit terus
4
Bayi menendang, menggerakkan kaki, bahu,
menerus tanpa terputus
lengan dan badannya ke arah dada ibu dengan mengandalkan indra penciumannya 5
Bayi meletakkan mulutnya ke puting ibu
(Sumber: Kementerian Kesehatan,2010)
7) Memberi Vitamin K Vitamin K sebagai tindakan pencegahan terhadap pendarahan. Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya bias secara parental, 0,5 – 1 mg IM dengan dosis satu kali segera setelah lahir sebelum 24 jam. (Depkes RI,2007) 8) Memberi Obat Tetes atau Salep Mata Di daerah di mana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata. bayi lahir. Pemberian obat tetes atau salep mata dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). 9) Identifikasi Bayi Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. (Prawirohardjo,2014).
5
2.2.3. Pemeriksaan fisik Bayi Baru Lahir (BBL) Pengkajian fisik pada bayi dapat dilakukan untuk menilai status keshatannya, waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang. 1) Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2500-4000 gram. 2) Panjang badanPanjang badan diukur dari puncak kepala sampai tumit pada bayi cukup bulan normalnya 48-52cm. 3) Frekuensi Pernafasan bayi normal 40-60x/menit. 4) Laju jantung bayi normalnya 120-160x/menit. 5) suhu normal menggunakan thermometer aksila/ketiak adalah 36 37,5°C. 6) Kepala, lakukan inspeksi daerah kepala, lihat apakah ada molase, Caput succadenum dan chepal hematoma, perdarahan atau kelainan lainnya. 7) Telinga, untuk memeriksa telinga bayi tataplah mukanya. Bayangkan sebuah garis melintas kedua matanya,normalnya beberapa bagian telinga harus berada di garis ini. 8) Mata, lihat kedua mata bayi apakah kedua mata tampak normal. 9) Hidung dan mulut, pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernapas dengan lancar tanpa hambatan, kemudian lakukan pemeriksaan pada bibir dan langit-langit dengan cara menekan sedikit
pipi
bayi
untuk
membuka
mulut
bayi
kemudian
masukkan jari tangan anda untuk merasakan hisapan bayi. 10) Leher, periksa leher apakah ada pembengkakan dan benjolan. Pastikan untuk melihat apakah kelenjar thyroid bengkak,hal ini merupakan suatu masalah pada BBL. 11) Dada, yang diperiksa adalah bentuk dari dada, puting, bunyi napas dan bunyi jantung. 12) Ekstermitas atas, Bahu, lengan dan tangan yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah aktif atau tidak kemudian menghitung jumlah jari.
6
13) Perut, pada perut yang diperhatikan adalah bentuk dari perut bayi, lingkar perut, penonjolan sekitar tali pusat ketika bayi menangis, perdarahan pada tali pusat, dinding perut lembek pada saat bayi tidak menangis dan benjolan yang terlihat pada perut bayi. 14) Alat kelamin, pada bayi laki-laki yang harus diperiksa adalah normalnya dua testis dalam skrotum kemudian apakah pada ujung penis terdapat lubang. Pada bayi perempuan yang harus diperiksa adalah normalnya labia mayora dan minora, pada vagina terdapat lubang, pada uretra terdapat lubang dan terdapat klitoris. 15) Kulit, pada kulit yang perlu diperhatikan adalah verniks, warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam dan kemerahan seperti tanda lahir. 16) Punggung dan anus, ihat punggung apakah terdapat kelainan atau benjolan, apakah anus berlubang atau tidak. 17) Ektermitas bawah, tungkai dan kaki yang perlu diperiksa adalah gerakan kaki, bentuk simetris kaki, panjang kedua kaki dan jumlah jari pada kaki. 18) Lingkar dada Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30-33 cm. sekitar 2cm lebih kecil dari lingkar kepala. Pengukuran dilakukan tepat padagaris bawah dada. 19) Lingkar Lengan Atas (LILA) pada bayi umur 0-30 hari yaitu ≥ 9,5 cm 20) Lingkar kepala, lingkar kepala diukur dangan meteran, ada 3 bagian yang di ukur sikumferensia sub oksipito brekmatika(lingkaran kecil) 32 cm, sirkumferensia fronto oksipitalis(lingkar sedang) 34cm, sirkumferensia mento oksipitalis(lingkaran besar) 35, biasanya untuk lingkar kepala yang di ambil adalah lingkar yang paling besar. dalam literature yang lain mengatakan lingkar kepala normalya 3337cm.(kementrian kesehatan RI,2010)
7
2.2.4. Tanda-tanda bahaya Bayi Baru Lahir (BBL) Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda berikut : 1) Tidak mau menyusu 2) Kejang-kejang 3) Lemah 4) Sesak nafas (lebih besar atau sama dengan 60x/menit) tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. 5) Bayi merintih atau menangis terus menerus 6) Tali pusar kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah 7) Demam/panas tinggi 8) Mata bernanah 9) Diare/ buang air besar lebih dari 3 kali 10) Kulit dan mata bayi kuning 11) Tinja bayi saat buang air bewarna pucat, (KIA,2016)
2.2.5. Reflek pada Bayi Baru Lahir (BBL) Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa disadari pada bayi normal. Macam – macam refleks pada Bayi Baru Lahir : 1. Refleks mencari (refleks rooting) adalah Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. 2. Reflek grasping adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syafar berkembang normal . 3. Refleks moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru lahir itu melengkungkan punggungnya,
8
melemparkan kepalanya kebelakang, dan merentangkan tangan dan kakinya. 4. Reflek babinski adalah refleks ditimbulkan pada telapak kaki, dimulai pada tumit, gores sisi lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki. Semua jari kai hiperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi dicatat sebagai tanda positif. 5. Reflek swallowing adalah refleks gerakan menelan benda-benda yang didekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan ada secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman. Menimbulkan refleks dengan cara beri bayi minum, menelan biasanya menyertai mengisap dan mendapat cairan. 6. Reflek sucking (Menghisap) adalah gerakan menghisap ketika Anda menyentuhkan puting susu ke ujung mulut bayi. Refleks menghisap terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka. 7. Reflek glabellar (mengkedip) adalah Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2.2.6. Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh serorang ibu pada anaknya yang baru dilahirkan. Komposisinya berubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap saat, yaitu kolostrum pada hari pertama. Pemberian asi yang dianjurkan adalah: 1) ASI ekslusif saja selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100% kebutuhan bayi. 2) Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi Karena dapat memenuhi 60-70% kebutuhan bayi dan perlu ditambah makanan pendamping ASI berupa makanan lunas sesuai usia bayi
9
3) Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi 30% kebutuhan bayi dan makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun ASI tetap dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya.
Kontra indikasi pemberian ASI 1) Bayi yang menderita galaktosemia. 2) Ibu dengan HIV/AIDS yang dapat memberikan Penganti ASI (PASI) 3) Ibu dengan penyakit jantung apa bila menyususi dapat menyebabkan gagal jantung 4) Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obatan tertentu 5) Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat-obat radioaktif perlu menghentikan pemberian ASI kepada bayi selama 5x waktu paruh berobat. Sementara itu ASI tetap diperah dan dibuang agar tidak mengurangi peroduksi ASI. (Prawirohardjo,2014).
2.2.7.
Rawat gabung Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi
yang baru dilahirkan tidak dipisah melainkan ditempatkan bersama dalam satu ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung agar ibu dan bayi dapat melakukan kontak sedini mungkin. Dan dapat meningkatkan aspek posiologis ibu. Tidak semua bayi ataupun ibu dapat dirawat gabung, syaratnya adalah : 1) Usia kehamilan >34 minggu dn berat lahir >1800 gram 2) Niai Apgar pada lima menit ≥7 3) Tidak ada kelainan kongenta yang memerlukan perawatan khusus 4) Tidak ada trauma jalan lahir atau morbiditas lain yang berat 5) Bayi yang lahir dengan seksio sesarea yang menggunakan pembius umum, rawat gabung apabila bayi dan ibu sadar, apabila bius secara spinal, bayi dapat segera disusui. 6) Ibu dalam keadaan sehat
10
Kontra indikasi rawat gabung bagi ibu dan bayi: 1) Ibu dengan kelainan jantung yang ditakutkan menjadi gagal jantung. 2) Ibu dengan eklamsi atau preeklamsia berat. 3) Ibu dengan penyakit akut yang berat. 4) Ibu dengan karsinoma payudara. 5) Ibu dengan pisikosis. 6) Bayi dengan berat lahir sangat rendah. 7) Bayi dengan kelainan kongenital berat. 8) Bayi
yang
memerlukan
observasi
atau
terapi
khusus.
(Prawirohardjo,2014).
11
BAB III TINJAUAN KASUS
Tempat
: Puskesmas Simpang Tiga
Bidan
:
Tanggal
:4 maret 2019
Mahasiswi
: Gustiyana Astiti
No. RM
:
A.
DATA SUBJEKTIF
Nama
: Bayi Ny.S
Tanggal Lahir : 4 September 2018 Pukul
: 19:30 WIB
UK/JK
: Aterm / ♀
Nama Ibu
: Ny. S
Umur
: 36 Th.
Riwayat Kelahiran Bayi Lama Kala I
: 10 Jam
Air Ketuban
: Jernih
Penolong
: Bidan
kalaII : 10 Menit
Kala III
: 13 Menit
Setelah lahir :Menangis Pemberian Asi : 1 Jam Setelah Lahir B
DATA OBJEKTIF
Ku
: Baik
Kesadaran
: Kompos Mentis
TTV
: Laju Nafas
: 45X/mnt
Laju Jantung : 145X/mnt Suhu
: 36,5℃
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
: tidak ada caput, cepal, ubun—ubun belum menutup
Wajah
: Simetris, tidak ada odema dan icterus
Mata
: Simetris, tidak ada satarbismus dan tidak ada cacat
12
Telinga
: Simetris, ada lubang tidak ada secret
Hidung
: Simetris, ada lubang tidak ada secret
Mulut
: Simetris, platum normal, tidak ada bitnik lidah
Leher
: Tidak ada trauma fleksus brachialis, tidak ada lipatan kulit yang berlebihan tidak ada pembesaran kelenjer
Dada
: Simetris, pembesaran mamar tidak ada, tidak ada retraksi dada berlebihan
Abdomen
: Simetris, bulat, tidak ada pembesaran, tidak ada hernia, tdk ada cacat
Punggung
: Tidak ada spina bifida dan tidak ada cacat bawaan
Ekstermitas
: Jari kaki dan tangan lengkap, pergerakan aktif
Warna kulit
: Kemerah-merahan dan tidak ada tanda lahir
Genetalia
: Labia mayora menutup, ada labia minora dan tidak ada secret
REFLEKS
Refleks Moro
: ada
Refleks Sucking
: ada
Refleks Grasping
: ada
Refleks Babinski
: ada
ANTROPOMETRI
C
BB
: 2900 gram
PB
: 50 cm
LD
: 33 cm
LL
: 11 cm
LK
: Sirkumferensia mentobrekmatika
: 36 cm
Sirkumferensia oksipito frontalis
: 35 cm
Sirkumferensia Suboksipitobrekmatika
: 33cm
ANALISA
Diagnosa Bayi
: Bayi baru lahir normal usia 1 jam
13
D
Masalah
: Tidak ada
Kebutuhan
: Tidak ada
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bayi dalam batas normal, ibu mengerti 2. Memberikan obat salap mata Gentamicin Sulfate dimata kiri dan kanan, salap mata telah diberikan 3. Membrikan vitamin K1 pada 1/3 paha kiri anterior lateral secara IM, vitamin K1 telah diberikan 4. Menfasilitasi ibu dan bayi rawat gabung, ibu dan bayi sudah didalam ruang rawat gabung 5. Mengajarkan ibu cara menyusui bayi yang baik dan benar, ibu mengerti dan mampu melakukannya 6. Mengajari Menyusui bayi secara on the mand dan jika bayi tidur bangunkan bayi 3jam sekali untuk menyusui, ibu mengerti dan mampu melakukannya
14
BAB 4 PEMBAHASAN 6.1 PEMBAHASAN Pada BAB ini penulis akan membahas kasus bayi Ny.S. Bayi lahir pukul 19:30 WIB pada tanggal 4 Maret 2019, usia kehamilan aterm jenis kelamin perempuan. Pada saat kelahiran bayi, kala 1 terjadi selama 10 jam, kala 2 terjadi selama 10 menit, dan kala 3 terjadi selama 13 menit air ketuban jernih. Persalinan ditolong oleh bidan, setelah lahir bayi lansung menangis dan melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 1 jam setelah persalinan, sebelum 1 jam bayi berhasil melakukan IMD. Berdasarkan data subjektif diketahui bayi lahir normal dan bidan telah melakukan IMD sesuai asuhan sesuai asuhan persalina normal segera setelah lahir bayi diletakkan diatas perut atau didada ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan putting ibunya. (Prawirohardjo,2014). Pada pemeriksaan didapatkan hasil pernafasan 45x/menit, laju jantung 145x/menit, dan suhu 36,5oC TTV pada bayi Ny.w adalah dalam batas normal. Menurut referensi yang didapat, nilai normal rata-rata pernafas 30-60x/menit, laju jantung 120-160x/menit dan bila melakukan pemeriksaan suhu menggunakan thermometer aksila/ketiak 36 - 37,5°C. (Kementrian Kesehatan RI, 2010) Selanjutnya pada pemeriksaan berat badan bayi didapatkan hasil 2900 gram sedangan panjang badan 50 cm. Diketahui bahwa berat badan rata-rata bayi adalah 2500garam sampai 4000 gram tergantung dari faktorgenetik, ras, gizi, plasenta normal sedangkan untu panjang bayi ratarata adalah 48cm sampai 51cm (Midwifery update,2016) jadi berat badan dan panjang badan bayi dalam ke adaan normal. Hasil pemeriksaan fisik lainnya didapatkan keadaan bayi dalam batas normal. Hal ini didasari pada literatur yang mengatakan bahwa bayi normal, keadaan kepala tidak ada caput, cepal hematom, ubun—ubun besar belum menutup. Wajah simetris, tidak ada odema dan icterus. Mata simetris, tidak ada starbismus dan tidak ada cacat. Telinga simetris, ada
15
lubang dan tidak ada kelainan. Hidung simetris, ada lubang dan tidak kelainan. Mulut simetris, platum normal, tidak ada bitnik lidah. Leher tidak ada trauma fleksus brachialis, tidak ada lipatan kulit yang berlebihan tidak ada pembesaran kelenjer. Dada simetris, pembesaran mamae tidak ada, tidak ada retraksi dada berlebihan. Abdomen simetris, bulat, tidak ada pembesaran, tidak ada hernia, tidak ada cacat. Punggung
tidak
ada
spina bifida dan tidak ada cacat bawaan. Ekstermitas jari kaki dan tangan lengkap, pergerakan aktif. Warna kulit kemerah-merahan dan tidak ada tanda lahir. Genetalia labia mayora menutup, ada labia minora dan tidak ada secret. (Saefudin,2006) Ada beberapa reflek yang sudah ada pada bayi sejak lahir reflek Rooting (Mencari Puting Susu), reflek Sucking (Menghisap), reflek Swallowing (Menelan), reflek Walking (berjalan), reflek Babinski (menggores telapak kaki), reflex Moro (Terkejut), reflek Grasping (Menggenggam), reflek Glabellar (mengkedip). Reflek berguna bagi bayi sebagai gerakan naluria untuk melindungi bayi, reflek pada 24-36 jam post pasrtum reflek glabellar,hisap, menelan, mencari, genggaman, babinsky, moro, berjalan. (midwifery update,2016). Reflek-reflek terdapat diatas jua ditemukan pada bayi Ny.W pada saat melakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan antroprometri didapatkan lingkar Dada pada bayi 33 cm, Lingkar Lengan 12,5 cm, Lingkar Kepal pada bayi ada 3 yang diukur yaitu Sirkumferensia mento brekmatika (lingkaran kepala besar) 36 cm, Sirkumferensia oksipito frontalis (lingkaran kepala sedang) 35,5 cm, dan Sirkumferensia Suboksipito brekmatika (lingkaran kepala kecil) 33cm. Menurut literature lingkar dada normalnya antara 30-33 cm, Lingkar Lengan 12,5 cm dalam batas normal, ambang batas pengukuran LILA pada bayi umur 0-30 hari yaitu ≥ 9,5 cm. dari ukuran lingkar kepala bayi semuanya normal, sikumferensia sub oksipito brekmatika(lingkaran kecil) 32
cm,
sirkumferensia
fronto
oksipitalis(lingkar
sedang)
34cm,
sirkumferensia mento oksipitalis(lingkaran besar) 35, biasanya untuk lingkar kepala yang diambil adalah lingkar yang paling besar. dalam literature
yang
lain
mengatakan
lingkar
kepala
normalya
33-
16
37cm.(kementrian kesehatan RI,2010) jadi dari hasil pemeriksan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa bayi dalam keadaan normal tidak ada kelainan. Berdasarkan data subjektif dan objektif yang ditemukan dapat ditegakkan diagnose bayi Ny.W yaini bayi baru lahir normal usia 1 jam. Penatalaksanaan yang diberikan bidan kepada bayi Ny.W tersebut ialah memberikan obat tetes mata erlamycetin 0,5% sebanyak 1 tetes pada mata kiri dan kanan, kemudian memberikan vitamin K1 pada 1/3 paha kiri anterio lateral secara IM. Salep atau tetes mata antibiotika diberikan pada kedua mata untuk merawat mata bayi untuk pencegahan infeksi mata (who,2006) sedangkan vitamin K sebagai tindakan pencegahan terhadap pendarahan. Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya bisa secara parental, 0,5 – 1 mg IM dengan dosis satu kali segera setelah lahir dengan waktu 1 jam setelah lahir. (Depkes RI,2010). Selain itu bidan juga melakukan rawat gabung ibu dan bayi, mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar, serta memberitahu ibu agar menyusui bayinya secara on the mand dan membangunkan bayi bila tidurnya lebih dari 3 jam lalu susui. Rawat gabung ibu dan bayi sangat banyak manfaatnya dari segi aspek pisikologis antara ibu dan bayi akan terjalin peroses lekat (bonding), aspek fisik dengan rawat gabung ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi menginginkannya dan ASI juga makin cepat keluar. Jika cara manyusui bayi tidak benar dapat menyebabkan putings susu lecet dan mastitis yang disebabkan pengeluaran ASI yang kurang sempurna. (Prawirohardjo,2014).
17
BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada bayi Ny.W didapatkan data subjektif dan objektif yang mengarah kepada bayi baru lahir normal dan tidak ada kelainan. Dari data yang dikumpulkan dapat ditegakkan diangnosa bayi baru lahir normal usia 1 jam dengan keaadan umum bayi baik. Penatalaksanaan yang diberikan adalah Memberikan salep mata dimata kiri dan kanan, menyuntikan vitamin K1 pada 1/3 paha kiri anterior lateral. Memfasilitasi ibu dan bayi rawat gabung, mengajarkan ibu cara menyusui bayi yang baik dan benar serta memberitahu ibu untuk menyusui bayi secara on the mand dan jika bayi tidur bangunkan bayi 3jam sekali untuk menyusui.
5.2. Saran 5.2.1. Saran bagi petugas kesehatan Diharapkan agar laporan ini lebih meningkatkan pengetahuan dankemampuan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang diperolehselama proses pembelajaran dan praktik guna mendalami ilmukebidanan, khususnya pada BBL dan perinatal, serta mampumenerapkan teori secara aplikatif sebisa mungkin yang telah didapatkan. 5.2.2. Saran bagi institusi Hendaknya
mahasiswi
dapat
mengaplikasikan
antara
ilmu
pengetahuan logika dan ilmu dalam melaksanakan peraktik asuhan kebidannan yang baik dan benar serta dapat melakukan pendokumentasian yang sesuai dengan teori didapatkan dari institusi pendidikan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, AB. 2006. Angka Kematian Ibu dan Perinatal. Jakarta Prawirohardjo, Sarwono, 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta, 2005 Departemen Kesehatan RI. 2007. Peta Indonesia 2007. Jakarta: Depkes RI. Kementrian Kesehatan RI.2010. BUKU SAKU Pelayanan Kesehatan Neonatal EsensiaL Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes Dorland. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan RI, Direktorat jendral Bina Kesehatan 2019, Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Manik,R.2000. Pengaruh Sosio Demografi, Riawayat Persalinan dan Status Gizi Ibu terhaadap Kejadian BBLR,Studi kasus di RSIA Sri Ratu Medan. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan
19