Makalah Gout.docx

  • Uploaded by: Elvira
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Gout.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,277
  • Pages: 14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gout merupakan penyakit yang disebabkan oleh tumpukan asam urat/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi. Gout berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Salah satu factor yang mempengaruhi adalah pola makan yang salah dimana banyak mengkonsumsi protein. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan penyakit gout. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah definisi dari penyakit Gout? 2. Apa gejala dari Gout? 3. Bagaimana pencegahan Gout? 4. Bagaimana pengobatan Gout ? C. Tujuan Penulisan Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:    

Pengertian Gout Gejala Gout Pencegahan Gout Pengobatan Gout

BAB II TINJAUAN TEORITIS GOUT A. Pengertian Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolism purin yang ditandai dengan hiperurikemi dan sinovitas akut berulang-ulang (Chairuddin). Gout atau pirai adalah penyakit yang sering ditemukan pada laki-laki >40 tahun dan perempuan pasca menopause, karena penumpukan Kristal monosodium urat (MSU) pada jaringan akibat dari hiper urisemia. Hiperurisemia adalah meningkatnya kadar asam urat darah diatas normal (pria >7 mg/dL., wanita >6 mg/dL) yang biasa disebabkan oleh penningkatan produksi asam urat, penurunan ekskresi asam urat pada urin, atau gabungan keduanya. Arthritis gout adalah peradangan akut yang hebat pada jaringan sendi disebabkan oleh endapan Kristal-monosodium urat dan mengakibatkan satu atau beberapa manifestasi klinik (Panduan Praktik Klinis, Perhimpunan Dokter Spesialis PD hal 814). B. Etiologi Gangguan metabolic dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini ditimbulkan dari penimbunan Kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU, gout) dan kalsium pirofosfat dihidrat (CPPD, pseudogout), dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Klasifikasi gout dibagi 2 yaitu: 1. Gout primer Dipengaruhi oleh factor genetic.Terdapat produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya. 2. Gout sekunder a. Pembentukan asam urat yang berlebihan b. Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada: - Kegagalan ginjal kronik - Pemakaian obat salisilat, tiazid, beberapa macam diuretic, dan sulfonamide - Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktik, hiperparatiroidisme dan pada miksedema. Factor predisposisi terjadinya penyakit gout yaitu umur, jenis kelamin, lebih sering terjadi pada pria, iklim, herediter dan keadaan-keadaan yang menyebabkan timbulnya hiperurikemia (Nutrisi, obat-obatan, obesitas, dan usia).

C. Manifestasi Klinis Terdapat empat tahap perjalanan klinis gout dari penyakit gout yang tidak diobati 1. Tahap pertama adalah Hiperurusemia asimtomatik, nilai normal asam urat serum pada laki-laki adalah 5,1-+ 1,0 mg/dl, dan pada perempuan adalah 4,0

+ -

1,0 mg/dl. Nilai-

nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout. Dalam tahap ini pasien tidak menunjukan gejala-gejala selain dari peningkatan asam urat serum. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang berlanjut menjadi serangan gout akut.

2. Tahap kedua adalah arthritis gout akut. Pada tahap ini terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasa pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal. 3. Tahap ketiga setelah serangan gout akut, adalah tahap interkritis. Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang kurang dari 1 tahun tidak diobati. 4. Tahap keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri , sakit, dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. D. Patofisiologi Diet tinggi purin

peningkatan pemecahan sel

Katabolisme purin

Asam urat dalam serum

Asam urat dalam

Tidak diekskresi

sel keluar

melalui urin

Penyakit ginjal As.Urat dalam serum

Kemampuan Ekskresi

(glomerulonefritis dan

meningkat(Hiperurisemia)

as.urat terganggu/menurun

gagal ginjal Konsumsi alkohol

Hipersaturasi As.urat

Peningkatan as.Laktat

dalam plasma dgn garam

sebagai produk samping

urat dicairan tubuh Terbentuk Kristal

metabolisme Dibungkus oleh berbagai

Merangsang neotrofil

monosodium urat (MSU)

protein (termasuk IgG)

(leukosit PMN)

Di ginjal

Di jaringan lunak dan

Terjadi fagositosis Kristal

persendian

oleh leukosit

Penumpukan dan pengendapan MSU Pembentukan batu ginjal Proteinuria, hipertensi ringan, urin asam & pekat

Penumpukan dan

Terbentuk fagolisosom

pengendapan MSU Pembentukan tophus Respon inflamasi meningkat

Merusak selaput protein kristal Terjadi ikatan hydrogenantara permukaan

Resiko ketidakseimbangan

Kristal dgn membrane

volume cairan tubuh

lisosom Membrane lisosom robek,

Hipertermi

Pembesaran dan

terjadi pelepasan enzim &

penonjolan sendi

oksida radika ke sitoplasma(synovial)

Nyeri hebat Gangguan rasa nyaman

Deformitas sendi Deformitas sendi

Peningkatan kerusakan jarinagan

Gangguan pola tidur Kontraktur sendi

Kekakuan sendi

Kerusakan integritas

Fibrosis dan/atau ankilosis

Hambatan mobilitas

jaringan

tulang

E. Diagnosis

Gout harus dipertimbangkan pada setiap pasien laki-laki yang mengalami arthritis monoartikular, terutama pada ibu jari kaki, yang awitannya terjadi secara akut. Peningkatan kadar asam urat serum sangat membantu dalam dalam membuat diagnosis tetapi tidak spesifik, karena ada sejumlah obat-obatan yang juga dapat meningkatkan kadar asam urat serum. Demikian pula, cukup banyak orang yang mengalami hiperurisemia asimtomatik. Suatu pemeriksaan lain untuk mendiagnosis gout adalah dengan melihat respons dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian kolkisin. Kolkisin adalah obat yang menghambat aktivitas fagositik leukosit sehingga memberikan perubahan yang dramatis dan cepat meredahkan gejala-gejala.Perubahan radiologik selain dari pembengkakan jaringan lunak juga biasa ditemukan pada tahap awal gout. Adanya Kristal-kristal asam urat dalam cairan sinovial semdi yang terserang juga dapat dianggap bersifat diagnostik (Sylvia A. Price). F. Pemeriksaan Penunjang 1. 2. 3. 4.

Kadar asam urat serum meningkatkan Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat Kadar asam urine dapat normal atau meningkat Analisa cairan synovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan Kristal urat

monosodium yang membuat diagnosis 5. Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi dan perubahan sendi

G. Pencegahan 1. Pencegahan primer, pencegahan yang dilakukan dengan cara meningkatkan derajat kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit. - Health promotion, pendidikan dan promosi kesehatan tentang gejala, factor -

risiko dari penyakit gout Spesifik protection, diet rendah purin. Contoh makanan yang perlu dibatasi : makanan laut (kerang, udang, kepiting dan telur ikan), jeroan, ikan yang

banyak mengandung minyak, binatang buruan (daging rusa, kelinci) - General promotion,  Hindari konsumsi minuman beralkohol  Minum air secukupnya dan dianjurkan 8 gelas per hari  Mengurangi berat badan  Konsumsi vit.C  Kurangi pemakaian obat diuretika  Hindari trauma local pada sendi 2. Pencegahan sekunder, pencegahan yang dilakukan berupa deteksi dini penyakit dan segera mengobatinya untuk mencegah terjadinya komplikasi. Diagnosa awal, pencegahan yang dilakukan adalah  Pemeriksaan rutin  Pemidaian ultrasound  Pemeriksaan sinar X  Pemeriksaan darah  Prompt treatment :  Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sebagai pereda rasa nyeri  Kortikosteroid untuk pengobatan asam urat yang parah  Allopurinol yang mampu menghambat enzim pengubah purin 3. Pencegahan tersier, berupa pemulihan atau rehabilitas untuk mencegah terjadinya kecacatan dan kematian

 Mengurangi stress, menguatkan system pendukung yang biasanya dari keluarga ataupun teman dekat untuk mengurangi tekanan psikis pada penyakit gout  Mematuhi kepatuhan terhadap program terapik  Mematuhi program diet yang dianjurkan untuk mempertahankan keadaan gizi yang optimal agar kualitas hidup dan rehabilitasi dapat tercapai  Mengistrahatkan sendi yang nyeri

H. Penatalaksanaan 1. Terapi non farmakologi Terapi non farmakologi

merupakan

strategi

esensial

dalam

penanganan

gout.Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alcohol, dan menurunkan BB pada pasien yang kelebihan BBt terbukti efektiv. 2. Terapi farmakologi Serangan akut  Istirahat dan terapi cepat dengan Non Steroid Anti Inflammatory Drugs (NSAID) misalnya indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupaka terapi lini pertama dalam menangani serangan akut gout. NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut :  Naproxen, awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari  Piroxitam, awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari  Diklofenac, awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam, kemudian 50 mg 2 kali/hari selama 8 hari  COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 inhibitor yang dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout.  Colchicine, merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout akut.  Steroid, strategi alternative selain NSAID dan kolkisin adalah pemberian steroid intra-artikular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena. Namun harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis antara arthritis sepsis dengan gout akut karena pemberian steroid intra-artikular akan memperburuk infeksi. Penatalaksanaan gout kronik Control jangka panjang hiperurisemia merupakan factor penting untuk mencegah terjadinya serangan akut gout, gout tophaceous kronik, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu asam urat. Kapan mulai diberikan obat penurun kadar asam urat masih kontroversi. Penggunaan allopurinol, urikourik dan feboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk terapi gout kronik kronik dijelaskan berikut ini: a. Allopurinol; obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik adalah allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara mengahambat enzim xantin oksidase. Dosis pada pasien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam.

b. Obat urikosurik; kebanyakan orang dengan hiperurisemia yang sedikit mengekskresikan asam urat dapat diterapi dengan obat urikosurik. Urikosurik seperti probenesid (500 mg – 1 gr 2 kali/hari) dan sulfinpirazon (100 mg 3-4 kali/hari) merupakan alternative allopurinol, terutama untuk pasien yang tidak tahan terhadap allopurinol.

BAB III PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Pengkajian dilakukan saat klien masuk instansi layanan kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menetapkan tahap selanjutnya dalam proses keperawatan. Kegiatan utama dalam pengkajian adalah pengumpulan data, pengelompokan data, dan analisa data guna perumusan diagnosis keperawatan. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisikdan serta diagnostic (Asmadi, 2008). 1. Wawancara Wawancara atau interviu merupakan metode pengumpulan data secara langsung antara perawat dan lien. Hal yang perlu ditanyakan pada klien antara lain biodata, keluhan utama, riwayat kesehatan klien dan keluarga (sekarang dan masa lalu). 2. Keluhan utama: Pada umunya keluhan utama artritis reumatoid adalah nyeri pada daerah sendi yang mengalami masalah.Untuk mempperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.   





Provoking incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah peradangan. Quality Of Painn: Nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat menusuk. Region : Nyeri dapat menjalar atau menyebar , dan nyeri terjadi di sendi yang mengalami masalah Severity(scale) Of Pain: Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3 pada rentang skala pengukuran 0-4. Time :Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah buruk

pada malam hari atau siang hari. 3. Riwayat penyakit sekarang Pengumpulan data dilakukan sejak muncul keluhan dan secara umum, mencakup awitan gejala, dan bagaimana gejala tersebut berkembang.Penting di tanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, alopurinol. 4. Riwayat penyakit dahulu Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout. Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah adakah klien pernah dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alcohol yang berlebihan dan penggunaan obat diuretic. 5. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji adakah keluarga dari genarasi terdahulu mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena penyakit gout berhubungan dengan genetik. Ada produksi/sekresi asam urat yang berlebihan yang tidak di ketahui penyebabnya. 6. Riwayat psikososial Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan penyakit klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon yang di dapat meliputi adanya kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit serta peningkatan asam urat terhadap sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif. 7. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada pasien gout adalah Keadaan umum :Lema Kesadaran : Compos mentis Tanda-tanda vital : Nadi teraba cepat karena nyeri, suhu tubuh meningkat, respirasi meningkat . BB : Peningkatan berat badan a. System kardiovascular: pengisian kapiler kurang dari 1 detik,sering ditemukan keringat dingin,dan pusing karena nyeri. b. System pernafasan: Bilatidak melibatkan sistem pernapasan,biasanya ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan. c. System pendengaran: Tidak ada kelainan yang terjadi pada pendengaran d. System penglihatan: Sklerabiasanya tidak ikterik e. System endokrin: Pada leher biasanya JVP dalam batas normal, tidak ada pembesaran kelenjar. f. System pencernaan : Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung g. System perkemihan : Produksiurin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke gijal berupa pielonefritis, batu asam urat, dan GGK yang akan menimbulka perubahan fungsi pada sistem ini h. System muskulaskeletal: Pada persendian terdapat penonjolan dan pembengkakan, nyeri tekan i. System genetalia : Tidak ada kelainan pada genetalia j. System neurologi k. System integument: Kulit teraba panas B. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera. b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dan kontraktur.

C. Konsep Asuhan Keperawatan pada kasus Gout N o 1

Diagnosa

Noc

Nyeri akut Definisi :pengalama sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat

kerusakan

jaringan

-

dalam

kerusakan

-

hal

sedemikianrupa

Batasan karakteristik:  Perubahan selera

lain,

aktivitas

bantuan) Melaporkan

-

nyeri  Melaporkan

secara verbal  Gangguan tidur Faktor yang mempengaruhi  Agen cedera (mis:

mengetahui

pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang respon

pengalaman

tentang ketidakefektifan

dan

setelah -

control

nyeri

lampau Bantu

pasien

keluarga

masa dan untuk

menemukan dukungan Control lingkungan yang dapat

mempengaruhi seperti

ruangan,

(mis:

nyeri

terapeutik

dan tim kesehatan lain

nyeri

nyeri berkurang

reaksi

ketidaknyamanan Gunakan tehnik

nyeri

ngis)  Sikap melindungi area

dari

-

yang

gelisa,merengek,mena

reaksi

nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien

berulang)  Mengekspresikan perilaku

presipitasi) Observasi

nyeri Evaluasi

tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman

factor

-

(skala, intensitas,

-

dan

mempengaruhi

nyeri

manajemen nyeri Mampu

frekuensi,

frekuensi,

untuk

mencari

mengenali

pernafasan  Laporan isyarat  Perilaku distraksi

durasi,

komunikasi

menggunakan

frekuensi

karakteristik,

nonverbal -

termasuk

lokasi, kualitas, -

berkurang dengan

-

lain dan atau aktivitas

mampu

bahwa

makan  Perubahan TD  Perubahan frekuensi

mandir mencari orang

nyeri,

nyeri, -

(mis:berjalan mondar-

penyebab

mengurangi

diantisipasi atau diprediksi dan

jantung  Perubahan

(tahu

untuk

dapat

berlangsung <6 bulan.

Mampu

nonfarmakologi

intensitas ringan hingga berat

secara

komprehensif

tehnik

yang tiba-tiba atau lambat dari yang

nyeri

menggunakan

the study of Pain) : awitan

akhir

Pain manajemen - Lakukan pengkajian

mengontrol nyeri

(International Association for

dengan

Pain level Pain control Comfort level

Kriteria hasil

yang actual atau potensial atau digambarkan

Nic

suhu

pencahayaan

-

dan kebisingan Kurangi

-

presipitasi nyeri Pilih dan lakukan

factor

penanganan nyeri(farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal)

dan

biologis,

zat

kimia,

-

fisik, dan psikologi)

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

-

intervensi Ajarkan tentang tehnik

-

nonfarmakologi Berikan analgetik untuk

-

mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan

-

control nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak

-

berhasil Monitor

penerimaan

pasien

tentang

manajemen nyeri Analgesic administration -

Tentukan

lokasi,

karakteristik, dan -

kualitas,

derajat

nyeri

sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis

-

dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesic yang diperlukan

atau

kombinasi dari analgesic ketika pemberian lebih -

dari satu Tentukan

analgesic

pilihan, rute pemberian, -

dan dosis optimal Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri Monitor sebelum

vital dan

pemberian

sign sesudah

analgesic

pertama kali -

Evaluasi analgesik, gejala

efektivitas tanda

dan

 Implementasi : -

Melakukan

pengkajian

nyeri

secara

komprehensif

termasuk

lokasi,

-

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi) Mengobservasi reaksi nonverbal dari reaksi ketidaknyamanan Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman

-

nyeri pasien Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau Mengevaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan

-

control nyeri masa lampau Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

-

pencahayaan dan kebisingan Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Mengajarkan tentang tehnik nonfarmakologi Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri Mengevaluasi keefektifan control nyeri Meningkatkan istirahat Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Memonitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Menentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Mengevaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala

 Evaluasi

N o 2

-

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik

-

nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri pada sendi berkurang dengan menggunakan

-

manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Diagnosa

Noc

Nic

Hambatan mobilitas fisik Definisi : Keterbatasan pada

 Joint Movement:

Exercise therapy: ambulation

pergerakan fisik tubuh satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Batasaan karakteristik:  Penurunan waktu reaksi  kesulitan membolak balik posisi  Dispnea setelah beraktivitas  Perubahan cara berjalan  Gerakan bergetar  Keeterbatasan rentang pergerakan sendi  Tremor akibat

Active  Mobility level  Self care : ADLs  Transfer





tentang

dengan kebutuhan Bantu klien untuk menggunakan

tongkat

saat berjalan dan cegah

dari peningkatan 

terhadap cedera Ajarkan pasien

atau

tenaga kesehatan lain

perasaan dalam kekuatan dan

fisik

rencana ambulasi sesuai

 Klien meningkat

meningkatkan

pasien saat latihan Konsultasi dengan terapi

Kriteria hasil

mobilittas  Menverbalisasikan

sign

latihan dan lihat respon 

fisik  Mengerti tujuan

vital

sebelum dan sesudah

performance

dalam aktivitas

Monitor



tentang teknik ambulasi Kaji kemampuan pasien

pergerakan  Ketidakstabilan postur  Pergerakan lambat Pergerakan tidak terkoordinasi

kemampuan berpindah  Memperagakan



pemenuhan kebutuhan

penggunaan alat

ADLs secara mandiri

bantu untuk Faktor yang berhubungan

mobilisasi (walker)



   

struktur tulang  Program pembatasan

sesuai kemampuan Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi

 Intoleransi aktivitas  Ansietas  Perubahan metabolisme selular Fisik tidak bugar Ketidaknyamanan Disuse, kaku sendi Kerusakan integritas

dalam mobilisasi Latih pasien dalam

dan

bantu

penuhi



kebutuhan ADLs ps Berikan alat bantu jika



klien memerlukan Ajarkan pasien bagaimana posisi

dan

merubah berikan

bantuan jika diperlukan

gerak

 Implementasi o Memonitor vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan o Mengkonsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan o Membantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera o Mengajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi o Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi o Melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan o Mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps o Memberikan alat bantu jika klien memerlukan o Mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan  Evaluasi o Klien meningkat dalam beraktivitas fisik o Klien mengerti tujuan dari peningkatan mobilittas o Klien dapat berpindah o Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas dengan mandiri

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Gout atau pirai adalah penyakit yang sering ditemukan pada laki-laki >40 tahun dan perempuan pasca menopause, karena penumpukan Kristal monosodium urat (MSU) pada jaringan akibat dari hiper urisemia. Hiperurisemia adalah meningkatnya kadar asam urat darah diatas normal (pria >7 mg/dL., wanita >6 mg/dL) yang biasa disebabkan oleh penningkatan produksi asam urat, penurunan ekskresi asam urat pada urin, atau gabungan keduanya. Arthritis gout adalah peradangan akut yang hebat pada jaringan sendi disebabkan oleh endapan Kristal-monosodium urat dan mengakibatkan satu atau beberapa manifestasi klinik (Panduan Praktik Klinis, Perhimpunan Dokter Spesialis PD hal 814). Gout berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Hiperurisemia telah lama ditetapkan sebagai faktor etiologi utama dalam gout (Gliozzi, 2015). Menurut Damayanti (2012) Asam urat terjadi terutama pada laki-laki, mulai dari usia pubertas hingga mencapai puncak usia 40-50 tahun, sedangkan pada perempuan, presentase asam urat mulai didapat setelah memasuki masa menopous. Kejadian asam urat baik di negara maju ataupun negara berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40- 50 tahun. Kadar asam urat pada pria meningkat sejalan dengan peningkatan usia seseorang. Hal ini terjadi karena pria tidak memiliki hormon estrogen yang dapat membantu membuang asam urat sedagkan perempuan memiliki hormon estrogen yang ikut membantu membuang asam urat lewat urin.

REFERENSI

Busso N, So A 2010, Mechanisms of Inflammation in Gout, Arthritis Research and Therapy, diakses 5 Agustus 2013, http://arthritis-research.com/content/12/2/206 Carter, MA 2006, Gout dalam Patofosiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta pp. 1402-1405 Nuki G, Simkin PA. 2006, A Concise History of Gout and Hyperuricemia and Their Treatment,

Arthritis

Research

and

Therapy,

diakses

4

Agustus

2013,

http://arthritisresearch.com/content/8/S1/S1 Purwaningsih, T 2009, “Faktor-faktor Risiko Hiperurisemia”, Tesis, Universitas Diponegoro

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Dasar Dasar Akuntansi.docx
December 2019 41
Makalah Gout.docx
December 2019 35
[elvira K]tugas 3.docx
November 2019 20
Sejarah.docx
December 2019 17