Dasar Dasar Akuntansi.docx

  • Uploaded by: elvira
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dasar Dasar Akuntansi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,382
  • Pages: 13
Dasar dasar akuntansi Piutang memiliki dua metode pencatatan yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut: 1. Metode konvensional, yaitu pencatatan piutang dengan mencatat ke dalam kartu piutang yang dilakukan berdasarkan data dari jurnal pembukuan. 2. Metode posting langsung. Metode ini dibagi lagi ke dalam dua kelompok, yaitu metode posting harian dan metode posting periodik. Metode posting harian mencatat dengan memasukkan ke dalam kartu piutang dengan tulisan tangan dan jurnal tidak terinci, hanya jumlah total harian. Sedangkan metode posting periodik mencatat dengan tertunda dan penagihan dilakukan secara bersiklus. 3. Metode pencatatan tanpa buku pembantu (ledgerless bookeeping), yaitu metode yang mencatat piutang dengan mencantumkan nama peminjam dalam dokumen faktur yang belum dibayar. 4. Metode pencatatan dengan komputer. Namun pada prakteknya, tidak semua piutang dapat ditagih kepada para peminjam. Ada kalanya terjadi hal-hal yang tak terduga, seperti orang yang ditagih mengalami kebangkrutan sehingga tidak bisa membayar, meninggal dunia, atau hal lainnya. Jika sudah begitu, piutang tersebut berubah status dari aset perusahaan menjadi kerugian dan beban yang harus ditanggung Pengertian Penghapusan Piutang Penghapusan piutang (bad debt) dalam pengertian sederhana adalah kerugian yang harus ditanggung perusahaan karena adanya piutang yang tidak dapat ditagih. Piutang tidak dapat ditagih selain karena peminjam memiliki kondisi yang menyulitkannya membayar, juga dapat disebabkan karena tidak dibuatnya kontrak atau perjanjian yang jelas dan dilindungi hukum. Ketika perusahaan hendak melakukan penghapusan piutang, perlu dilakukan berdasarkan metode penghapusan piutang. Menurut Zaki Baridwan, metode penghapusan piutang adalah “piutang usaha yang tidak mungkin dapat ditagih, seperti debiturnya bangkrut, meninggal, pailit dan lain-lain harus dihapuskan sehingga akan menjadi biaya bagi perusahaan.” (Dalam buku Intermediate Accounting, 2004) Ada dua metode dalam metode penghapusan piutang, yaitu metode langsung dan metode cadangan. Selengkapnya akan dibahas di bagian selanjutnya. Metode penghapusan piutang mempunyai dua jenis metode, yaitu:

Metode Langsung Metode penghapusan piutang langsung disebut juga direct method. Dalam metode langsung, penghapusan piutang baru akan dicatat dalam pembukuan ketika piutang sudah benar-benar dinyatakan tidak dapat ditagih lagi. Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan kecil atau perusahaan yang tidak dapat memperkirakan penghapusan piutang atau piutang tak tertagih dengan tepat. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya tidak melakukan perhitungan akan kerugian piutang tak tertagih pada tiap akhir periode pembukuan atau pencatatan keuangan. Namun kerugian piutang tersebut baru dicatat ketika sudah benar-benar pasti tidak dapat ditagih. (Baca juga: Tujuan Akuntansi Keuangan) Piutang tersebut kemudian dihapus dan dibebankan pada perkiraan kerugian piutang. Dalam pencatatannya, kerugian piutang atau beban penghapusan piutang di bagian debet. Dan piutang di bagian kredit. Seperti ini bentuk pencatatannya. Beban penghapusan piutang Piutang

xxxxx xxxxx

Jika kemudian peminjam ternyata hendak melakukan pembayaran piutang tersebut, catatan pun diperbahrui dengan adanya keterangan pelunasan piutang itu. Pencatatan dilakukan dengan membalik pencatatan sebelumnya, yaitu piutang di sebelah debet dan kerugian piutang atau beban penghapusan piutang di sebelah kredit. Seperti ini bentuk pencatatannya. Piutang

xxxxx

Beban penghapusan piutang

xxxxx

Ketika pelunasan piutang sudah dilakukan, maka piutang tersebut masuk ke dalam kas perusahaan. Pencatatannya adalah kas di bagian debet, dan piutang di bagian kredit. Dengan begitu, sudah tidak ada lagi piutang dan menjadi kas perusahaan. Seperti ini bentuk pencatatannya. (Baca juga: Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik) Kas Piutang

xxxxx xxxxx

Namun ada kalanya, peminjam baru menyatakan hendak melunasi piutang ketika sudah dilakukan tutup buku pencatatan periode tertentu. Kalau mengalami situasi seperti ini, maka pencatatannya adalah memunculkan piutang di bagian debet dan pendapatan lain-lain di bagian kredit. Seperti ini bentuk pencatatannya. Piutang

xxxxx

Pendapatan lain-lain

xxxxx

Jika sudah dilakukan pembayaran atas piutang tersebut, maka posisi piutang pun berubah pada pencatatan. Piutang berada di bagian kredit, sementara di bagian debet masuk kas. Seperti ini bentuk pencatatannya. Kas Piutang

xxxxx xxxxx

Metode Cadangan Metode penghapusan piutang cadangan disebut juga allowance method. Dalam metode cadangan, perusahaan perlu melakukan penaksiran terhadap piutang tak tertagih pada tiap akhir periode pembukuan. Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang memiliki skala besar yang terbiasa mencatat perkiraan atau estimasi piutang yang tak dapat ditagih. (Baca juga: Sistem Akuntansi Biaya) Perkiraan tersebut kemudian dicatat sebagai beban terhadap kerugian piutang tak tertagih. Namun beban tersebut tidak lantas dikeluarkan dari perkiraan piutang, hanya dianggap sebagai cadangan piutang tak tertagih. Dalam pencatatannya, beban kerugian piutang di bagian debet. Dan cadangan kerugian piutang di bagian kredit. Seperti ini bentuk pencatatannya. Beban kerugian piutang

xxxxx

Cadangan kerugian piutang

xxxxx

Jika peminjam menyatakan telah benar-benar tidak bisa membayar hutangnya, maka perusahaan perlu melakukan penghapusan terhadap piutang dari peminjam. Maka pencatatannya adalah cadangan kerugian piutang di bagian debet, dan piutang di bagian kredit. Seperti ini bentuk pencatatannya. (Baca juga: Fungsi Akuntansi Biaya) Cadangan kerugian piutang

xxxxx

Piutang

xxxxx

Ketika kemudian peminjam menyampaikan pada perusahaan bahwa ia dapat mengembalikan hutangnya, maka piutang dapat dimunculkan kembali. Cadangan kerugian piutang pun dihapuskan. Piutang berada di bagian debet, dan cadangan kerugian piutang di bagian kredit. Berikut bentuk pencatatannya. Piutang

xxxxx

Cadangan kerugian piutang

xxxxx

Saat pelunasan piutang dilakukan, maka piutang dihapus dan kas masuk perusahaan. Kas berada di bagian debet dan piutang di bagian kredit. Berikut bentuk pencatatannya. (Baca juga: Sistem Akuntansi Biaya Perusahaan) Kas

xxxxx

Piutang

xxxxx

Contoh Metode Langsung Kasus 1 : Pada tanggal 31 Maret 2016, PT. XYZ tidak bisa menagih utang sebesar Rp 10.000.000 yang sudah jatuh tempo kepada PT. ABC karena pemiliknya terlilit pailit dan mengalami kebangkrutan. Menyadari bahwa piutang tersebut tidak bisa lagi ditagih, PT. XYZ mencatat di pembukuan bahwa piutang tersebut dihapuskan. Namun pada tanggal 10 Desember 2016, PT. ABC mengabari kalau mereka dapat melunasi hutang terhadap PT. XYZ. Pelunasan piutang baru dilakukan PT. ABC pada tanggal 27 Desember 2016. (Baca juga: Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa) Berikut pencatatan yang dilakukan PT. XYZ: Penghapusan piutang (31 Maret 2016) Beban penghapusan piutang Rp 10.000.000 Piutang

Rp 10.000.000

Pemberitahuan pembayaran piutang (10 Desember 2016) Piutang Rp 10.000.000 Pendapatan lain-lain

Rp 10.000.000

Pelunasan piutang (20 Februari 2017) Kas Rp 10.000.000 Piutang

Rp 10.000.000

Kasus 2 : Sama seperti kasus sebelumnya, PT. XYZ tidak dapat menagih piutang kepada PT. ABC. Piutang sudah ditutup dan dibebankan pada beban penghapusan piutang. PT. XYZ pun melakukan tutup buku pada akhir tahun. Namun PT. ABC pada 2 Februari 2017 menyatakan hendak membayar hutang mereka. Piutang tersebut dibayar lunas pada tanggal 20 Februari 2017. Berikut pencatatan yang dilakukan PT. XYZ. (Baca juga: Cara Membuat Neraca Lajur) Penghapusan piutang (31 Maret 2016) Beban penghapusan piutang Rp 10.000.000 Piutang

Rp 10.000.000

Pemberitahuan pembayaran piutang (2 Februari 2017) Piutang Rp 10.000.000 Beban penghapusan piutang

Rp 10.000.000

Pelunasan piutang (27 Desember 2016) Kas Rp 10.000.000 Piutang

Rp 10.000.000

Contoh Metode Cadangan Kasus: Pada tanggal 29 November 2015, PT. XYZ memiliki estimasi bahwa PT. ABC yang sedang dililit pailit tidak akan dapat membayar hutang mereka. Karena itu, piutang sebesar Rp 20.000.000 dari PT. ABC diperkirakan tidak dapat ditagih. Sampai pada akhir periode pembukuan, 31 Desember 2015, PT. ABC menyatakan bahwa hutang tersebut tidak bisa mereka bayar. (Baca juga: Fungsi Buku Besar) Ternyata pada tanggal 5 Agustus 2016, PT. ABC menyampaikan bahwa mereka hendak membayar hutang mereka. Hutang tersebut baru dilunasi pada tanggal 15 Agustus 2016. Berikut pencatatan yang dilakukan PT. XYZ. Perkiraan kerugian piutang tak tertagih (29 November 2015) Beban kerugian piutang Rp 20.000.000 Cadangan kerugian piutang

Rp 20.000.000

Penghapusan piutang tak tertagih (31 Desember 2015) Cadangan kerugian piutang Rp 20.000.000 Piutang

Rp 20.000.000

Pemberitahuan pembayaran piutang (5 Agustus 2016) Piutang Rp 20.000.000 Cadangan kerugian piutang

Rp 20.000.000

Pelunasan piutang (15 Agustus 2016) Kas Rp 20.000.000 Piutang

Rp 20.000.000

Lalu Lintas Pembayaran 1. PENTINGNYA LALU LINTAS PEMBAYARAN Dalam sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari adanya lalu lintas pembayaran baik pembayaran tunai maupun pembayaran elektronis yang bersifat nontunai. Karena keduanya saling berkaitan dan bersifat saling menunjang. Dengan adanya system pembayaran yang baik dan tertstruktur akan menunjang kelancaran dan keberhasilan dalam lalu lintas pembayaran (LLP). Hal ini secara langsung juga akan memberikan dampak positif pada kemajuan dan perkembangan system keuangan pada perbankan. Begitu juga sebaliknya, kegagalan system pembayaran akan mengakibatkan resiko internal dan resiko eksternal yang berupa adanya ketidakstabilan perekonomian negeri. Oleh karena itu, diperlukan adanya penentuan dan pelaksanaan system pembayaran yang aman dan lancar agar dapat memberikan berbagai kemudahan dalam memperlancar arus lalu lintas pembayaran (LLP).

Pembayaran dapat diartikan sebagai pindahnya pemilikan/penguasaan atas sejumlah dana dari si pembayar kepada si penerima. Akan tetapi pada prakteknya si penerima uang tidak mutlak dapat menguasai uang yang diterimanya karena ada kalanya si penerima hanya menguasai dana itu sementara waktu untuk kepentingan pihak lain, contohnya pekerja dalam satu perusahaan yang kedudukannya sebagai kasir. Pada dasarnya pembayaran yang terjadi akibat adanya transaksi. Transaksi ekonomi setiap hari dapat ditemukan dalam jumlah besar baik yang menyangkut barang dan jasa. Secara umum transaksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Transaksi Komersial yaitu yang termasuk di dalamnya perdagangan atau jual beli barang dan jasa. b. Transaksi finansial yaitu yang termasuk di dalamnya pemberian kredit, penanaman modal, perdagangan valas, pembelian saham, menyimpan uang dalam bentuk deposito berjangka, pembelian obligasi, dan transaksi transfer. Kesemua transaksi tersebut akan mengakibatkan terjadinya lalu lintas pembayaran. Jadi disini dapat diartikan bahwa lalu lintas pembayaran (LLP) adalah proses penyelesaian pembayaran transaksi komersial atau financial dari pembayar kepada penerimanya. Sedangkan lalu lintas pembayaran giral dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan pembayaran dengan warkat atau nota kliring yang dilakukan dengan cara saling memperhitungkan antar bank, baik atas beban maupun untuk keuntungan nasabah. Lalu lintas secara umum dapat diartikan menjadi dua, yaitu: 1. Lalu lintas pembayaran tradisional Pada dasarnya tradisional berarti sederhana. Berarti lalu lintas tradisional adalah lalu lintas pembayaran yang masih sederhana seperti yang terlihat baik di kota besar maupun di desa. Beberapa karakteristik dari lalu lintas pembayaran tradisional yaitu: a. Umumnya pihak pembayar dan penerima bertemu langsung b. Alat pembayaran yang digunakan uang kartal/tunai c. Belum membutuhkan jasa pihak ketiga seperti jasa bank d. Dalam lalu lintas pembayaran tradisional pelaksanaannya sederhana dan cepat 2. Lalu lintas pembayaran modern Adalah lalu lintas pembayaran yang banyak ditemukan di kota-kota besar yang lazimnya untuk transaksi yang relatif besar, namun demikian dalam prakteknya lalu lintas pembayaran ini juga dapat ditemukan di kota-kota kecil yang merupakan daerah wisata, khususnya objek wisata yang dikunjungi oleh turis manca negara (karena ada kecenderungan turis menggunakan pembayaran giral). Karakteristik lalu lintas pembayaran modern, yaitu: a. Sering pembayar dan penerima tidak bertemu langsung b. Alat pembayaran yang digunakan bervariasi c. Dibutuhkan jasa pihak ketiga seperti bank Dalam perekonomian yang sudah maju masih tetap terdapat lalu lintas pembayaran tradisional. Ini disebabkan karena sampai saat ini untuk transaksi yang relatif kecil masih lebih praktis dan lebih tepat menggunakan uang kartal, belum semua daerah dapat dijangkau oleh bank, dan tidak semua orang mau menerima pembayaran giral. Dalam lalu lintas pembayaran terdapat dua wilayah, yaitu: 1. Lalu lintas pembayaran dalam negeri, yaitu pembayaran yang dilakukan dari dan ke dalam negeri. 2. Lalu lintas pembayaran luar negeri, yaitu pembayaran yang dilakukan ke luar negeri

atau pembayaran yang berasal dari luar negeri. 2. LALU LINTAS PEMBAYARAN DENGAN CEK Pemakaian uang elektronik dalam mekanisme transaksi adalah bagian dari evolusi alat pembayaran dari uang tunai sampai ke bentuk-bentuk nontunai. Misalnya alat pembayaran dalam bentuk kertas (paper based) seperti cek, wesel, bilyet giro hingga ke elektronik seperti alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) seperti kartu ATM, Debit, dan Kredit serta uang elektronik (e-money) hingga ke wujud digital (digital cash). Gambar 2. 8 Contoh Cek

a. Pengertian cek Cek merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menarik atau mengambil uang di rekening giro. Fungsi lain dari cek adalah sebagai alat untuk melakukan pembayaran. Pengertian cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalamnya atau kepada pemegang cek tersebut. Pemindahan hak atas cek dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu untuk cek atas nama, pemindahan haknya dapat dilakukan dengan cara endosemen, sedangkan untuk cek atas unjuk, pemindahan haknya hanya dengan memindahkan cek dari tangan ke tangan tanpa membutuhkan adanya endosemen. b. Syarat formal cek Syarat hukum dan penggunaan cek sebagai alat pembayaran giral seperti yang diatur di dalam KUH Dagang pasal 178 yaitu : - pada surat cek harus tertulis perkataan "CEK" - surat cek harus berisi perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu. - nama bank yang harus membayar (tertarik) - penyambutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan - tanda tangan penarik. Syarat lain penggunaan cek antara lain: - tersedianya dana - ada materai yang cukup - jika ada coretan atau perubahan harus ditandatangani oleh si pemberi cek - jumlah uang yang tertulis diangka dengan huruf haruslah sama. - memperlihatkan masa kedaluarsa cek yaitu 70 hari setelah dikeluarkannya cek tersebut - tanda tangan atau stempel perusahaan harus sama dengan yang ada di specimen (contoh

tandatangan) - tidak diblokir pihak berwenang - resi cek sudah kembali - endorsment cek benar, jika ada - kondisi cek sempurna - rekening belum ditutup - dan syarat-syarat lainnya c. Jenis-jenis cek Ada beberapa macam jenis cek. Jenis-jenis cek antara lain: 1. Cek Atas Nama Merupakan cek yang diterbitkan atas nama seseorang atau badan hukum tertentu yang tertulis jelas di dalam cek tersebut. Sebagai contoh jika didalam cek tertulis perintah bayarlah kepada : Tn. Roy Akase sejumlah Rp 3.000.000,- atau bayarlah kepada PT. Marindo uang sejumlah Rp 1.000.000,- maka cek inilah yang disebut dengan cek atas nama, namun dengan catatan kata "atau pembawa" dibelakang nama yang diperintahkan dicoret. 2. Cek Atas Unjuk Cek atas unjuk merupakan kebalikan dari cek atas nama. Di dalam cek atas unjuk tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu jadi siapa saja dapat menguangkan cek atau dengan kata lain cek dapat diuangkan oleh si pembawa cek. Sebagai contoh di dalam cek tersebut tertulis bayarlah tunai, atau cash atau tidak ditulis kata-kata apa pun. 3. Cek Silang Cek Silang atau cross cheque merupakan cek yang dipojok kiri atas diberi dua tanda silang. Cek ini sengaja diberi silang, sehingga fungsi cek yang semula tunai berubah menjadi non tunai atau sebagai pemindahbukuan. 4. Cek Mundur Merupakan cek yang diberi tanggal mundur dari tanggal seka¬rang, misalnya hari ini tanggal 01 Mei 2002. Sebagai contoh. Tn. Roy Akase bermaksud mencairkan selembar cek dan di mana dalam cek tersebut tertulis tanggal 5 Mei 2002. jenis cek inilah yang disebut dengan cek mundur atau cek yang belum jatuh tempo, hal ini biasanya terjadi karena ada kesepakatan antara si pemberi cek dengan si penerima cek, misalnya karena belum memiliki dana pada saat itu. 5. Cek Kosong Cek kosong atau blank cheque merupakan cek yang dananya tidak tersedia di dalam rekening giro. Sebagai contoh nasabah Tn. Rahman Hakim menarik cek senilai 60 juta rupiah yang tertulis di dalam cek tersebut, akan tetapi dana yang tersedia di rekening giro tersebut hanya ada 50 juta rupiah. Ini berarti kekurangan dana sebesar 10 juta rupiah, apabila nasabah menariknya. Jadi jelas cek tersebut kurang jumlahnya dibandingkan dengan jumlah dana yang ada. d. Penolakan Cek Pihak bank dapat menolak cek atau bilyet giro karena sesuatu hal, diantaranya : - Saldo tidak cukup (termasuk cross clearing dan melampaui maksimum kredit) - Rekening telah ditutup - Bea materai belum terpenuhi - Endosemen tidak menurut peraturan yang ditetapkan - Tanda tangan tidak cocok dengan specimen - Melampaui tenggang penawaran - Sudah kadaluarsa - Pembayaran warkat diblokir oleh kepolisian/kejaksaan - Jumlah-jumlah dalam huruf dan angka tidak cocok

- Tanda penerimaan buku cek/bilyet giro belum dikembalikan - Coretan atau perubahan tidak ditandatangani oleh penarik - Tanggal efektif bilyet giro belum sampai - Bilyet giro dibatalkan oleh penarik. e. Pihak Terkait dalam Lalu Lintas Pembayaran dengan CekBeberapa pihak yang terkait sehubungan dengan penggunaan cek adalah sebagai berikut: 1. Penerbit (drawer), yaitu orang yang mengeluarkan surat cek. 2. Tersangkut, yaitu bank yang diberi perintah tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu. 3. Pemegang (holder), yaitu orang yang diberi hak untuk memperoleh pembayaran, yang namanya tercantum dalam surat cek. 4. Pembawa (bearer), yaitu orang yang ditunjuk untuk menerima pembayaran, tanpa menyebutkan namanya dalam surat cek. (Adanya pembawa ini sebagai akibat dari klasusul atas unjuk yang berlaku bagi surat cek). 5. Pengganti, yaitu orang yang menggantikan kedudukan pemegang surat cek dengan jalan endosemen. Dalam hal ini surat cek diterbitkan dengan klausul atas pengganti dengan mencantumkan nama pengganti dalam surat cek. f. Mekanisme Lalu Lintas Pembayaran dengan Cek Ilustrasi mekanisme lalu lintas pembayaran dengan cek adalah sebagai berikut:

Keterangan: a. Tuan Darmawan dan Tuan Mahendra melakukan transaksi jual beli. Tuan Mahendra menyerahkan barang beserta faktur penjualannya. b. Tuan Darmawan sebagai nasabah giro Bank ABC menyerahkan cek sebagai alat pembayarannya. c. Tuan Mahendra menyerahkan cek tersebut untuk dicairkan ke Bank ABC. d. Bank ABC memeriksa cek dan saldo rekening giro Tuan Darmawan. e. Apabila saldo mencukupi, bank mendebet rekening giro Tuan Darmawan sejumlah yang tertera dalam cek. f. Bank menyerahkan uang tunai sejumlah yang tercantum dalam cek kepada Tuan Mahendra. 3. LALU LINTAS PEMBAYARAN DENGAN GIRO Pemegang rekening giro umumnya adalah pengusaha atau pihak yang memiliki kegiatan yang membutuhkan alat pembayaran dalam bentuk cek dan bilyet giro. Nasabah pemegang rekening giro biasanya tidak berorientasi pada imbalan (jasa giro) yang memang relatif kecil apabila dibandingkan dnegan bunga tabungan dan bunga deposito, melainkan untuk memperoleh berbagai fasilitas yang dimiliki oleh rekening giro. Fasilitas tersbeut adalah adanya alat pembayaran yang efisien berupa cek dan bilyet giro serta penarikan yang dapat

dilakukan sewaktu-waktu. Apabila dipandang dari sudut pandang bank, dana yang berasal dari rekening giro ini merupakan dana murah karena bank harus memberikan jasa giro yang relatif lebih rendah dibandingkan bunga simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito.

a. Pengertian Giro Pengertian Giro menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 (6) adalah simpanan/dana pihak ketiga, dimana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan media yaitu cek (cheque), bilyet giro dan sarana perintah pembayaran lainnya. Cek adalah surat perintah pembayaran tanpa syarat, sedangkan bilyet giro adalah surat pemindahbukuan. Dana yang dihimpun tersebut bagi bank adalah merupakan utang jangka pendek, sebab dana yang tersimpan tersebut dapat ditarik setiap saat sepanjang dananya mencukupi. Setiap penarikan dan penyetoran akan diadministrasikan oleh bank sesuai dengan jenis transaksi dan setiap akhir bulan nasabah menerima laporan transaksi, yang disebut dengan Rekening Koran. Bank cenderung memberikan jasa giro relatif lebih rendah dibandingkan dengan sumber dana lainnya seperti tabungan dan deposito. Penetapan tingkat jasa atau bunga giro merupakan otorisasi bank-bank yang bersangkutan. Tingkat jasa giro dan cara pemberlakuan jasa giro antara bank yang satu dengan bank yang lain bisa berbeda. Beberapa bank bisa menerapkan system bunga harian, tetapi ada juga yang menerapkan sistem bunga terendah. Beberapa bank lain mungkin menerapkan bunga yang sama besarnya untuk setiap nominal, namun di bank lain bisa menerapkan sistem bunga berjenjang. b. Pengertian Bilyet Giro Bilyet giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro tersebut, untuk memindahbukukansejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya atau nomor rekening pada bank yang sama atau bank lainnya melalui kliring. Peran Bilyet Giro dalam lalulintas pembayaran sangat penting sekali artinya, walaupun pada mulanya Bilyet Giro belum dikenal dan disegani oleh para pedagang tetapi sedikit demi sedikit saat perekonomian mulai stabil dan era modern sekarang ini, orang semakin suka menggunakan Bilyet Giro, beberapa factor pendorong para nasabah menggunakan Bilyet Giro antara lain : 1. Kewajiban menyediakan dana baru timbul setelah tanggal efektif tiba (jatuh tempo). 2. Pelaksanaan amanat sampai pada tujuan dan dapat di batalkan. Bilyet Giro merupakan surat berharga dimana surat tersebut merupakan surat perintah nasabah untuk memindah bukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada

pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank yang lainnya. Bilyet Giro mempunyai dua tanggal dalam teksnya yaitu tanggal penerbitan dan tanggal efektif (jatuh tempo). Sebelum tanggal efektif tiba Bilyet Giro sudah dapat diedarkan sebagai alat pembayaran kredit, Bilyet Giro tidak dapat dipindah tangankan melalui endosemen, karena didalamnya tidak ada klausula yang menunjukan cara pemindahannya. Pembayaran suatu transaksi dipandang sudah selesai apabila pemindah bukuan yang dimaksud dalam Bilyet Giro itu sudah dilaksanakan oleh Bank. Didalam Bilyet Giro orang yang menerbitkan adalah pihak yang harus membayar. Menerbitkan surat berharga disini maksudnya adalah penerbit memerintahkan bank dimana ia menjadi nasabah untuk memindah bukukan sejumlah uang dari rekeningnya kepada rekening pihak ketiga yang disebutkan namanya. Pihak yang menerima Bilyet Giro ini disebut pemegang atau penerima, sedangkan Bank sebagai pihak yang memerintahkan melakukan pemindah bukuan disebut tersangkut. Dalam KUHD diatur syarat-syarat yuridis penggunaan cek sebagai akibat pembayaran giral sedangkan syarat-syarat dan tata cara penggunaan Bilyet Giro sebagai alat pemindah bukuan antara Bank setempat belum ada pengaturannya secara tegas. Oleh karena itu ketentuan dan pengaturan prosedur penggunaan tersebut adalah sangat penting, mengingat manfaat Bilyet Giro sebagai sarana perbankan dan pemakainya adalah masyarakat. c. Syarat Formal Bilyet Giro Sesuai dengan ketentuan pasal 2 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/KEP/DIR tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro, ditentukan bahwa Bilyet Giro harus memenuhi syarat formal sebagai berikut : 1. Nama Bilyet Giro dan nomor Bilyet Giro yang bersangkutan. 2. Nama tertarik. 3. Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahbukukan dana atas beban rekening penarik. 4. Nama dan nomor rekening pemegang. 5. Nama bank penerima. 6. Jumlah dana yang dipindahkan baik dalam angka maupun dalam huruf selengkaplengkapnya. 7. Tempat dan tanggal penarikan. 8. Tanda tangan, nama jelas dan atau dilengkapi dengan cap/stempel dengan persyaratan pembukuan rekening. d. Pembatalan Bilyet Giro Pembatalan Bilyet Giro hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya tenggang waktu penawaran dengan suatu surat pembatalan yang ditujukan kepada bank tertarik dengan menyebutkan nomor Bilyet Giro, tanggal penarikan dan jumlah dana yang dipindahkan. Penarik tidak dapat membatalkan Bilyet Giro selama dalam tenggang waktu penawaran, yaitu : 1. Tenggang waktu penawaran Bilyet Giro adalah 70 (tujuh puluh) hari terhitung sejak tanggal penarikan. 2. Bilyet Giro yang ditawarkan kepada bank sebelum tanggal efektif atau sebelum tanggal penarikan harus ditolak oleh bank, tanpa memperhatikan tersedia atau tidaknya dana dalam rekening penarik. 3. Bilyet Giro yang diterima oleh bank setelah berkhirnya tenggang waktu penawaran dapat dilaksanakan perintahnya sepanjang dananya tersedia dan tidak dibatalkan oleh penarik. Kadaluarsa Bilyet Giro dihitung setelah lewat waktu 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal

berakhirnya tenggang waktu penawaran. e. Mekanisme Lalu Lintas Pembayaran dengan Giro Ilustrasi mekanisme lalu lintas pembayaran dengan cek adalah sebagai berikut:

Keterangan: a. Tuan Darmawan dan Tuan Mahendra melakukan transaksi jual beli. Tuan Mahendra menyerahkan barang beserta faktur penjualannya. b. Tuan Darmawan sebagai nasabah giro Bank ABC menyerahkan bilyet giro sebagai alat pembayarannya. c. Tuan Mahendra yang juga nasabah Bank ABC menyerahkan bilyet giro tersebut ke Bank ABC. d. Bank ABC memeriksa bilyet giro dan saldo rekening giro Tuan Darmawan. e. Apabila saldo mencukupi, bank mendebet rekening giro Tuan Darmawan sejumlah yang tertera dalam bilyet giro. f. Bank melakukan pemindahbukuan dengan mendebet saldo dari rekening Tuan Darmawan dan mengkredit saldo ke rekening Tuan Mahendra sejumlah yang tercantum dalam bilyet giro

Faktor-faktor yang Menyebabkan pada umumnya, perbedaan antara saldo kas menurut catatan perusahaan dan catatan bank disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yaitu : a. Perbedaan Waktu Pengakuan • Adanya setoran dalam perjalanan (deposit intransit), yaitu setoran yang dilakukan oleh perusahaan, tetapi pihak bank belum menerima, atau belum mengkredit rekening perusahaan. Akibatnya, saldo kas menurut bank terlalu rendah dibanding saldo kas yang benar. • Cek yang belum diuangkan (outstanding check), yaitu cek yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai tanda pembayaran kepada pihak lain, tetapi pihak penerima belum menguangkan cek tersebut ke bank. Akibatnya bank belum mengetahui adanya pengeluaran oleh perusahaan, sedang perusahaan sudah mencatat adanya pengeluaran. Akibatnya saldo kas menurut bank terlalu besar dibandingkan dengan saldo kas yang benar. • Tagihan piutang perusahaan yang dilakukan oleh bank (bank collections) tetapi pihak perusahaan belum menerima memo kredit dari bank. Akibatnya saldo kas menurut perusahaan terlalu rendah dibanding saldo kas yang benar.

• Biaya bank (bank charge)yang telah didebitkan ke rekening perusahaan di bank, tetapi perusahaan belum menerima surat pemberitahuan dari bank. Akibatnya, saldo kas menurut perusahaan terlalu besar dibanding saldo kas yang benar. • Adanya cek kosong atau dana kurang, yaitu cek yang diterima oleh perusahaan dari langganannya sebagai penerimaan kas, tetapi setelah disetorkan ke bank ternyata cek tersebut tidak ada dananya atau kurang. Karena perusahaan telah mencatat cek tersebut sebagai penerimaan, saldo kas menurut perusahaan terlalu besar dibanding saldo kas yang benar. b. Kesalahan Pencatatan oleh Bank atau oleh Perusahaan Kesalahan pencatatan yang terjadi pada bank atau pada perusahaan. Akibat yang terjadi karenakesalahan ini berbeda-beda tergantung pada jenis kesalahan yang ada. Namun ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara saldo menurut Laporan Bank (Rekening Koran) dengan saldo menurut Buku Kas perusahaan, antara lain : 1. Bank belum mencatat transaksi tertentu : a. Setoran dalam perjalanan (deposit in transit) Perusahaan telah mencatat setoran ke bank, tetapi bank belum mencatatnya sehingga tidak tercantum dalam Laporan Bank, b. Cek dalam peredaran (out standing checks) Cek yang ditarik dan telah dibukukan oleh perusahaan, tetapi bank belum mencatatnya karena pemegang cek belum menguangkan ke bank, 2. Perusahaan belum mencatat transaksi tertentu : a. Penerimaan kas melalui bank (inkaso) Bank melakukan penerimaan kas (misalnya dari piutang/wesel tagih) untuk dibukukan ke dalam rekening giro perusahaan, b. Biaya administrasi bank Biaya-biaya yang dibebankan oleh bank kepada perusahaan, c. Pendapatan bunga atau jasa giro Bunga yang diberikan bank kepada perusahaan atas saldo rekeningnya, d. Cek kosong dari konsumen atau debitur (cek yang tidak cukup dananya) Cek yang diterima perusahaan kemudian disetorkan bersama-sama dengan uang tunai ke bank, akan tetapi dikembalikan bank karena tidak cukup dana (not sufficient fund), e. Cek yang dikembalikan kepada penyetor dengan alasan lain Cek yang dikembalikan dengan alasan-alasan : (1) rekening penarik cek telah ditutup, (2) cek telah daluarsa, (3) tandatangan yang tercantum pada cek tidak sah, (4) terdapat kesalahan dalam penulisan cek.

3. Bank atau Perusahaan atau kedua-duanya telah melakukan kesalahan pencatatan Tahap-tahap penyusunan rekonsiliasi bank adalah sebagai berikut : 1. Mulailah dengan saldo yang tercantum dalam laporan bank dan saldo yang tercantum dalam rekening Kas perusahaan yang mungkin tidak sama jumlahnya,

2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per bank, hal-hal yang tercantum dalam pembukuan perusahaan tetapi tidak tercantum dalam laporan bank : a. Tambahkan setoran dalam perjalanan pada saldo per bank b. Kurangkan cek dalam peredaran pada saldo per bank 3. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per buku, hal-hal yang tercantum dalam laporan bank tetapi tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan : a. Tambahkan pada saldo per buku (1) penerimaan-penerimaan kas langsung melalui bank dan (2) pendapatan bunga atas saldo giro di bank, b. Kurangkan pada saldo per buku (1) biaya administrasi bank, (2) biaya pencetakan cek, dan (3) pengurangan yang telah dilakukan oleh bank lainnya (misalnya pengurangan karena adanya pengembalian cek kosong atau cek yang telah lewat waktu) 4. Hitunglah saldo per bank yang telah disesuaikan dan saldo per buku yang telah disesuaikan. Kedua saldo tersebut harus sama, 5. Buatlah jurnal untuk setiap hal yang tercantum pada butir 3 di atas, yaitu halhal yang tercantum pada sisi per buku (perusahaan) dalam rekonsiliasi bank, 6.Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan, dan sampaikan pemberitahuan ke bank jika bank telah melakukan kesalahan.

Related Documents

Dasar
November 2019 53
Dasar
May 2020 40
Dasar Dasar Html
May 2020 8
Dasar Dasar Linux
May 2020 16

More Documents from ""

Dasar Dasar Akuntansi.docx
December 2019 41
Makalah Gout.docx
December 2019 35
[elvira K]tugas 3.docx
November 2019 20
Sejarah.docx
December 2019 17