BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri, perdarahan persalinan prvagina setelah seksio sesarea, hematoma, dan koagulopati obstetri Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kematian tidak dapat di duga secara pasti walaupun
dengan
bantuan
alat-alat
medis
modern
sekalipun,seringkali
memerikan gamaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir. Oleh karena itu,kemauan dan keterampilan tenagan medis yang menangani kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan,tetapi tidak semua tenaga medis memilki kemampuan dan keterampilan standar dalam melakukan pertolongan pada bayi baru lahir yang dapat di handalkan,walaupun mereka itu memiliki latar belakang pendidikan sebagai profesional ahli.
B. Rumusan Masalah Bagaimana Konsep dasar Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal?
C. Tujuan Untuk
mengetahui
bagaimana
Konser
Dasar
Asuhan
Keperawatan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal?
1
BAB II PEMBAHASAN KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN NEONATAL A. Konsep Dasar Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
1. Pengertian Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011). Kegawatdaruratan dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell, 2000). Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam
kehamilan
yang
mengancam
keselamatan
ibu
dan
bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999). Kasus gawat darurat obstetric adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002). Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul secara bersamaan. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari), serta membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan
2
psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2006). Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu pertolongan tepat, cermat, dan cepat untuk mencegah kematian/kecacatan. Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon time) dari penolong. Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah penderita yang bila tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi cacat, sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan segera. Karena waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu: o A (Airway) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas hambatan o B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancar o C (Circulation) : yaitu melakukan pemantauan peredaran darah
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus mendapatkan pertolongan segera. Bila terlambat atau terlantar akan berakibat buruk, baik memburuknya penyakit atau kematian. Kegawatan atau kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas. Kegawatdaruratan dalam kebidanan dapat terjadi secara tiba tiba, bisa disertai dengan kejang, atau dapat terjadi sebagai akibat dari komplikasi yang tidak dikelola atau dipantau dengan tepat.
2. Cara Mencegah Kegawatdaruratan Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan melakukan perencanaan yang baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap ibu/klien. 3
3. Cara Merespon Kegawatdaruratan Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui peran mereka dan bagaimana tim seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap kegawatdaruratan secara paling efektif. Anggota tim seharusnya mengetahui situasi klinik dan diagnose medis, juga tindakan yang harus dilakukannya.
Selain
itu
juga
harus
memahami
obat-obatan
dan
penggunaannya, juga cara pemberian dan efek samping obat tersebut. Anggota tim seharusnya mengetahui peralatan emergensi dan dapat menjalankan atau memfungsikannya dengan baik.
4. Penatalaksanaan
Awal
Terhadap
Kasus
Kegawatdaruratan
Kebidanan/Keperawatan Bidan/perawat seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu sendirian tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan yang keluar.
5. Pengkajian Awal Kasus Kegawatdaruratan Kebidanan Secara Cepat a. Jalan nafas dan pernafasan Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan pada kulit: adakah pucat, suara paru: adakah weezhing, sirkulasi tanda tanda syok, kaji kulit (dingin), nadi (cepat >110 kali/menit dan lemah), tekanan daarah (rendah, sistolik < 90 mmHg) 4
b. Perdarahan pervaginam Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan : Apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan sekarang, bagaimana proses kelahiran placenta, kaji kondisi vulva (jumlah darah yang keluar, placenta tertahan), uterus (adakah atonia uteri), dan kondisi kandung kemih (apakah penuh). c. Klien tidak sadar/kejang Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, periksa: tekanan darah (tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih dari 38oC) d. Demam yang berbahaya Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih. Periksa temperature (lebih dari 39oC), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru (pernafasan dangkal), abdomen (tegang), vulva (keluar cairan purulen), payudara bengkak. e. Nyeri abdomen Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan darah (rendah, systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/ menit) temperatur (lebih dari 38oC), uterus (status kehamilan). f. Perhatikan tanda-tanda berikut : Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit kepala, pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas.
B. Asuhan Keperawatan Pada Kegawatdaruratan Neonatal 1. Penyebab Kegawatdaruratan Pada Neonatal Beberapa faktor berikut dapat menyebabkan kegawatdaruratan pada neonatus. Faktor tersebut antara lain : a. Faktor kehamilan yaitu: 1) kehamilan kurang bulan 5
2) kehamilan dengan penyakit DM 3) kehamilan dengan gawat janin 4) kehamilan dengan penyakit kronis ibu 5) kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat 6) infertilitas b. Faktor lain adalah faktor pada saat persalinan yaitu: Persalinan dengan infeksi intrapartum dan persalinan dengan penggunaan obat sedative. Faktor bayi yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatus adalah Skor apgar yang rendah, BBLR, bayi kurang bulan, berat lahir lebih dari 4000 gr, cacat bawaan, dan frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit.
2. Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Neonatal a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1) Pengertian BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling sering dan penting pada anak, 6
terutama pada bayi, karena saluran pernafasannya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Menurut Manuaba (1998), karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah sebagai berikut: a) Berat kurang dari 2.500 gram b) Panjang badan kurang dari 45 cm c) Lingkar dada kurang dari 30 cm. d) Lingkar kepala kurang dari 33 cm e) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu. f) Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak g) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah h) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50 kali per menit. i) Kepala tidak mampu tegak j) Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.
2) Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan: a) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. b) Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
7
c) Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun). d) Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
3) Penatalaksanaan BBLR Dengan memperhatikan gambaran klinik
dan
berbagai
kemungkinanan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu, pemberian makanan bayi, Ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi a) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR. b) Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan. c) Makanan bayi prematur. d) Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim peneernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan 8
frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari. b. Asfiksia 1) Pengertian Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi : a) Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa. b) Asfiksia neonatorum
sedang :
Skor APGAR
4-6. Pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 9
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada. c) Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat
2) Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu: a) Memastikan saluran terbuka
Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 23 cm.
Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
b) Memulai pernafasan
Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
c) Mempertahankan sirkulasi
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
Kompresi dada.
Pengobatan
10
3) Persiapan Alat Resusitasi Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu : a) 2 helai kain / handuk. b) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi. c) Alat penghisap lendir de lee atau bola karet. d) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal e) Kotak alat resusitasi. f)
Jam atau pencatat waktu.
c. Hipotermia 1) Pengertian Hipotermia Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori. Etiologi dan faktor predisposisi dari hipotermia antara lain: prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang dingin. 11
2) Penanganan hipotermia ditujukan pada: a) Mencegah hipotermia b) Mengenal bayi dengan hipotermi, c) Mengenal resiko hipotermia d) Tindakan pada hipotermia.
3) Tanda-tanda klinis hipotermia : a) Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - < 360C), tanda-tandanya antara lain: kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata. b) Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C), tanda-tandanya antara lain: sama dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosis metabolik. c) Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema).
d. Hipoglikemia 1) Pengertian Hipoglikemia Hipoglikemia merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan bayi memiliki kadar gula yang rendah sehingga itu termasuk sangat rendah dibandingkan pada bayi yang sehat. Jika pemeriksaan menunjukkan kadar gula dibawah 50 mg/dL maka bayi tersebut termasuk menderita hipoglikemia. Ini bukanlah kondisi yang aman untuk bayi karena ketika kadar gula darah bayi sangat rendah maka sel otak dan otot 12
tubuh bayi tidak memiliki energi atau tenaga untuk berfungsi dengan baik. Tubuh bayi membutuhkan kadar gula yang normal untuk bisa bekerja dengan sehat dan baik. Masalah hipoglikemia pada bayi bisa berlangsung dalam waktu singkat atau lama tergantung dengan kondisi kesehatan bayi.
2) Perawatan hipoglikemia pada bayi a) Berikan ASI atau susu formula Ibu bisa memberikan ASI atau susu formula secara terus menerus sehingga kadar gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memberikan ASI atau susu formula pada bayi dengan kadar gula darah yang rendah, yaitu:
Cobalah untuk memberikan ASI atau susu formula secara sering meskipun itu dalam waktu yang singkat.
Cobalah berusaha untuk memberikan kolostrum pada bayi karena ini sangat baik untuk meningkatkan kadar gula darah. Jika bayi dirawat di NICU maka biasanya perawat yang akan memberikan lewat botol susu.
Biasakan untuk menawarkan payudara pada bayi sehingga bayi bisa terdesak untuk minum dengan baik.
Jika bayi memang tidak bisa menerima ASI maka bisa memberikan susu formula yang bisa dilakukan lebih rutin. Susu formula dianggap lebih baik dari ASI karena mengandung gula yang dibutuhkan oleh tubuh bayi.
b) Pemberian cairan IV untuk bayi Jika dalam kondisi tertentu bayi tidak bisa minum ASI dan susu formula dengan baik maka dokter biasanya memutuskan
13
untuk memberikan cairan IV yang mengandung gula. Perawatan ini dilakukan selama beberapa hari hingga kadar gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Perawatan ini juga paling sering dilakukan pada bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah, termasuk bayi prematur.
c) Tindakan operasi mengeluarkan pankreas bayi Jika berbagai jenis perawatan sudah dilakukan dan kadar gula darah bayi menurun terus, maka dokter bisa melakukan tindakan operasi atau bedah untuk mengeluarkan bagian pankreas. Pankreas adalah organ dalam tubuh bayi yang berfungsi untuk menghasilkan insulin. Namun tindakan perawatan ini sangat jarang dilakukan karena bisa meningkatkan resiko kesehatan untuk tubuh bayi.
e. Ikterus 1) Pengertian Ikterus Lebih dari 50% bayi baru lahir normal dan 80% bayi kurang bulan mengalami ikterus. Ikterus dibagi menjadi Ikterus abnormal dan normal : Ikterus abnormal (non fisiologis) a) Ikterus dimulai pada hari pertama kehidupan b) Ikterus berlangsung tidak lebih dari 14 hari pada bayi cukup bulan, 21 hari pada bayi kurang bulan c) Ikterus disertai demam d) Ikterus berat: telapak tangan dan kaki bayi kuning.
Ikterus Normal (fisiologis) a) Kulit dan mata kuning tetapi bukan seperti di atas.
14
2) Pengebab Ikterus a) Infeksi bakteri berat b) Penyakit
hemolitik
yang
disebabkan
oleh
ketidakcocokan
golongan darah atau defisiensi G6PD c) Sifilis kongenital atau infeksi intrauterin lainnya d) Penyakit hati misalnya hepatitis atau atresia bilier e) Hipotiroidisme
3) Pemeriksaan Ikterus Abnormal Jika mungkin, konfirmasi kesan kuning dengan pemeriksaan bilirubin. Pemeriksaan lain tergantung dugaan diagnosis dan pemeriksaan apa saja yang tersedia, meliputi : a) Hemoglobin atau hematokrit. b) Hitung darah lengkap untuk mencari tanda infeksi bakteri berat (hitung neutrofil tinggi atau rendah dengan batang > 20%) dan tanda hemolisis.
4) Tatalaksana Terapi sinar jika : a) Ikterus pada hari ke-1 b) Ikterus berat, meliputi telapak tangan dan telapak kaki c) Ikterus pada bayi kurang bulan d) Ikterus yang disebabkan oleh hemolisis. Lanjutkan terapi sinar hingga kadar bilirubin serum di bawah nilai ambang atau sampai bayi terlihat baik dengan telapak tangan dan kaki tidak kuning.
15
Jika kadar bilirubin sangat meningkat (lihat tabel dibawah) dan dapat dilakukan transfusi tukar dengan aman, pertimbangkan untuk melakukan hal tersebut.
Antibiotik
Jika diduga terdapat infeksi atau sifilis obati untuk infeksi bakteri berat.
Antimalaria
Jika terdapat demam dan bayi berasal dari daerah endemis malaria, periksa apus darah untuk mencari parasit malaria dan berikan antimalaria jika positif.
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI.
16
f. Infeksi Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama 1 bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus. Infeksi neonatal masih merupakan masalah di bidang pelayanan Perinatologi dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi dengan berbagai latar belakang penyebab. Air ketuban keruh bercampur mekonium (selanjutnya disebut AKK) dapat menyebabkan sindrom aspirasi mekonium (SAM) yang mengakibatkan asfiksia neonatorum yang selanjutnya dapat berkembang menjadi infeksi neonatal. Diagnosis berdasarkan atas penemuan pemeriksaan radiologis. Penyebab SAM belum jelas mungkin terjadi intra uterin atau segera sesudah lahir akibat hipoksia janin kronik dan asidosis serta kejadian kronik intra uterin. Faktor risiko SAM adalah skor Apgar <5 pada menit ke lima, mekonium kental, denyut jantung yang tidak teratur atau tidak jelas, dan berat lahir. Diagnosis infeksi neonatal sulit, didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Banyak panduan atau sistem skor untuk menegakkan diagnosis infeksi neonatal. Salah satu panduan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi neonatal adalah panduan WHO yang sudah diadaptasi di Indonesia. Diagnosis pasti ditegakkan dengan biakan darah, cairan serebrospinal, urin, dan infeksi lokal. Petanda diagnostik sangat berguna sebagai indikator sepsis neonatal karena dapat meningkatkan sensitivitas dan ketelitian diagnosis serta berguna untuk memberikan menghentikan secara dini terapi antibiotik. Namun tidak ada satupun uji diagnostik terbaru tunggal yang cukup sensitif dan spesifik.
17
Sebagian besar infeksi neonatal dini dapat dicegah dengan:
Higiene dan kebersihan yang baik selama persalinan
Perhatian khusus pada perawatan tali pusat
Perawatan mata
Sebagian besar infeksi neonatal lanjut didapat di rumah sakit. Hal ini dapat dicegah dengan:
ASI eksklusif
Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan keluarga sebelum dan sesudah memegang bayi
Tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam inkubator (Pseudomonas akan mudah berkolonisasi) atau hindari penggunaan inkubator (gunakan perawatan metode kanguru)
Sterilitas yang ketat untuk semua prosedur
Tindakan menyuntik yang bersih
Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan lagi
Hindari transfusi darah yang tidak perlu.
18
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011). Kegawatdaruratan dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell, 2000). Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam
kehamilan
yang
mengancam
keselamatan
ibu
dan
bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999). Kasus gawat darurat obstetric adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002). Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul secara bersamaan. Kasus kegawatdaruratan obstetri dan noenatal apabila tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir.
B. Saran Kasus kegawatdaruratan merupakan hal yang saat ini mendapat perhatian yang begitu besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan kontribusinya dalam merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi 19
mahasiswa, sudah sewajarnya memberikan peran dengan mempelajari dengan sungguh-sunggu
kasus-kasus
kegawatadaruratan
dan
memaksimalkan
keterampilan dalam melakukan penanganan kegawatdaruratan.
20